LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

dokumen-dokumen yang mirip
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 58 TAHUN : 2006 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR : 8 T AHUN 2008 T E N T A N G TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI GORONTALO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 1/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 01 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2006 SERI : E.4

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI PANDEGLANG PROVINSI BANTEN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN:

BUPATI TOLITOLI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PEMBANGUNAN TERINTEGRASI DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2009 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR: 3 TAHUN 2009

GUBERNUR SULAWESI TENGGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017

WALIKOTA BATAM PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 10 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2007 SERI E

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR : 3 TAHUN : 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA Tahun 2010 Nomor: 8

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2008 NOMOR : 4 NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 8 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 7 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI BANTEN TAHUN

PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG

BUPATI BOALEMO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

-1- BUPATI BENGKAYANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BAB VIII PENUTUP BAB VIII PENUTUP

BUPATI MALUKU TENGGARA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SIDENRENG RAPPANG PROVINSI SULAWESI SELATAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 2 Tahun 2008 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin kegiatan pembangunan daerah dapat berjalan efektif, efisien, terpadu dan bersasaran maka diperlukan adanya perencanaan pembangunan daerah; b. bahwa untuk penyusunan perencanaan pembangunan yang dapat menjamin tercapainya tujuan daerah perlu ada sistem perencanaan pembangunan daerah sesuai ketentuan Pasal 27 ayat (2) Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada hurup a dan b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 18, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3518); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3861); 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 1

5. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355). 6. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 7. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 120, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 10. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Laporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 2

17. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 19. Peraturan Presiden Nomor 1 Tahun 2007 tentang Pengesahan, Perundangan, dan Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan; 20. Perda Nomor 9 tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun 2007 Nomor 5). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA TANGERANG dan WALIKOTA TANGERANG MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Tangerang. 2. Pemerintahan Daerah adalah Penyelenggaraan Pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD. 3. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Tangerang. 4. Walikota adalah Walikota Tangerang. 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah DPRD Kota Tangerang. 6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah selanjutnya disingkat Bappeda adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertanggung jawab terhadap tugas dan fungsi perencanaan pembangunan. 7. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas pemerintahan di bidang tertentu. 8. Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah selanjutnya disebut Kepala Bappeda adalah Kepala SKPD yang bertanggungjawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi perencanaan pembangunan daerah. 3

9. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selanjutnya disebut Kepala SKPD adalah pihak yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi SKPD yang dipimpinnya. 10. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah. 11. Kelurahan adalah wilayah kerja Lurah sebagai perangkat daerah di bawah Kecamatan. 12. Peraturan Daerah selanjutnya disebut Perda adalah peraturan daerah Kota Tangerang. 13. Peraturan Walikota adalah Peraturan Walikota Tangerang. 14. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. 15. Pembangunan Daerah adalah bagian dari kesatuan sistem pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh semua komponen masyarakat dan pemerintah menurut prakarsa daerah dalam rangka mencapai tujuan pembentukan daerah, dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. 16. Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah adalah satu kesatuan tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencanarencana pembangunan daerah dalam jangka panjang, jangka menengah, dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara pemerintahan daerah dan masyarakat. 17. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah untuk periode 20 (dua puluh) tahun, selanjutnya disingkat RPJPD. 18. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah untuk periode 5 (lima) tahun, selanjutnya disingkat RPJMD. 19. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat Renstra-SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun. 20. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun. 21. Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat Renja SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun. 22. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. 23. Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. 24. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. 25. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah untuk mencapai tujuan. 26. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan didukung oleh alokasi anggaran yang jelas dan memiliki kerangka waktu pelaksanaan yang tetap. 27. Program Satuan Kerja Perangkat Daerah adalah satu/lebih kegiatan suatu satuan kerja perangkat daerah. 4

28. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik yang berupa personil (sumber daya manusia), barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa. 29. Musyawarah Perencanaan Pembangunan yang selanjutnya disingkat Musrenbang adalah forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan daerah. 30. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya disingkat APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan Kota Tangerang yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah. 31. Pengendalian adalah serangkaian kegiatan manajemen yang dimaksudkan untuk menjamin agar suatu program/kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan rencana yang ditetapkan. 32. Evaluasi adalah rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. 33. Pemantauan adalah kegiatan mengamati perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin. 34. Konsultasi Publik adalah proses pertukaran pikiran atau pendapat antara pemerintah daerah yang telah menyiapkan suatu rancangan RPJP dan RPJMD dengan masyarakat yang akan memberikan masukan terhadap rancangan tersebut sebagai bahan untuk musrenbang Jangka Panjang dan Jangka Menengah. BAB II ASAS DAN TUJUAN Pasal 2 (1) Pembangunan daerah diselenggarakan berdasarkan demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan nasional. (2) Perencanaan pembangunan daerah disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap terhadap perubahan. (3) Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah diselenggarakan berdasarkan asas umum penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. (4) Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah bertujuan untuk : a. mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan; b. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar ruang, antar waktu, serta antar fungsi Pemerintahan maupun antara Pusat dan Daerah; c. menjamin keterkaitan dan konsistensi antar perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan; 5

d. mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan e. menjamin terciptanya penggunaan sumberdaya secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan. BAB III RUANG LINGKUP PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Pasal 3 (1) Perencanaan Pembangunan daerah mencakup penyelenggaraan perencanaan pemerintahan daerah. (2) Perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya. (3) Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menghasilkan RPJPD, RPJMD, dan RKPD. (4) Perencanaan pembangunan daerah dilakukan Pemerintah Daerah dengan mengikutsertakan masyarakat berdasarkan peran dan kewenangan masing-masing. (5) Perencanaan pembangunan daerah mengintegrasikan rencana tata ruang dengan rencana pembangunan daerah. Pasal 4 (1) RPJPD adalah dokumen perencanaan yang memuat visi, misi, dan arah pembangunan Daerah yang mengacu pada RPJP Provinsi Banten dan RPJP Nasional. (2) RPJMD adalah dokumen perencanaan daerah yang memuat visi, misi, dan program prioritas Walikota, serta memuat strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan kerangka ekonomi makro disertai dengan rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif yang penyusunannya berpedoman pada RPJPD dan memperhatikan RPJM Provinsi Banten dan RPJM Nasional. (3) RKPD adalah dokumen perencanaan daerah merupakan penjabaran dari RPJMD dan mengacu pada RKP Provinsi Banten, memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Pasal 5 (1) Renstra-SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD yang memuat visi, misi, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan SKPD yang bersifat indikatif yang disusun sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD serta berpedoman kepada RPJMD. (2) Renja-SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD disusun dengan berpedoman kepada Renstra-SKPD dan mengacu kepada RKPD, memuat kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. 6

Pasal 6 (1) Perencanaan pembangunan didasarkan pada data dan informasi yang dapat dipertanggungjawabkan. (2) Dalam rangka pengelolaan dan pemanfaatan data dan informasi secara optimal, perlu dibangun sistem informasi perencanaan pembangunan daerah. (3) Sistem informasi perencanaan pembangunan daerah merupakan sub-sistem dari sistem informasi daerah sebagai satu kesatuan yang utuh dan tidak terpisahkan. BAB IV TAHAPAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Pasal 7 Tahapan perencanaan pembangunan daerah meliputi penyusunan dan penetapan rencana, pengendalian pelaksanaan rencana serta evaluasi pelaksanaan rencana. Pasal 8 (1) Penyusunan dan penetapan RPJPD dilakukan melalui tahapan : a. penyiapan rancangan awal rencana pembangunan; b. musyawarah perencanaan pembangunan; c. penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan; dan d. penetapan rencana pembangunan. (2) Penyusunan dan penetapan RPJMD dan RKPD dilakukan melalui tahapan : a. penyiapan rancangan awal rencana pembangunan; b. penyusunan rancangan rencana pembangunan; c. musyawarah perencanaan pembangunan; d. penyusunan rancangan akhir rencana pembangunan; dan e. penetapan rencana pembangunan. BAB V PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RENCANA Bagian Pertama Rencana Pembangunan Jangka Panjang Pasal 9 (1) Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RPJPD. (2) Kepala Bappeda menyelenggarakan konsultasi publik atas rancangan awal RPJPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Kepala Bappeda menyempurnakan rancangan awal RPJPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berdasarkan hasil konsultasi publik. 7

Pasal 10 (1) Setelah RPJPD disempurnakan, Kepala Bappeda menyelenggarakan musrenbang RPJPD. (2) Musrenbang RPJPD diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah, Provinsi serta diikuti oleh komponen masyarakat. (3) Musrenbang RPJPD diselenggarakan dengan rangkaian kegiatan pembahasan rancangan awal RPJPD dan penjaringan aspirasi masyarakat. (4) Musrenbang RPJPD dilaksanakan paling lambat 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya periode RPJPD yang sedang berjalan. Pasal 11 (1) Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJPD berdasarkan hasil Musrenbang RPJPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (3). (2) Penyampaian rancangan akhir RPJPD ke DPRD dalam bentuk Rancangan Peraturan Daerah tentang RPJPD paling lama 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya RPJPD yang sedang berjalan. Pasal 12 (1) RPJPD ditetapkan dengan Peraturan Daerah. (2) RPJPD menjadi pedoman dalam penyusunan visi, misi dan prioritas pembangunan Calon Walikota. Bagian Kedua Rencana Pembangunan Jangka Menengah Pasal 13 (1) Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RPJMD. (2) Kepala SKPD menyiapkan rancangan Renstra-SKPD sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dengan berpedoman pada Rancangan awal RPJMD sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Rancangan Renstra-SKPD disampaikan oleh Kepala SKPD kepada Bappeda. Pasal 14 Kepala Bappeda menyusun rancangan RPJMD dengan menggunakan rancangan Renstra-SKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2). Pasal 15 (1) Setelah penyusunan rancangan RPJMD selesai Kepala Bappeda menyelenggarakan musrenbang RPJMD. (2) Musrenbang RPJMD diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah dan mengikutsertakan masyarakat. (3) Musrenbang RPJMD diselenggarakan dengan rangkaian kegiatan pembahasan rancangan RPJMD dan penjaringan aspirasi masyarakat. 8

(4) Musrenbang RPJMD dilaksanakan paling lambat 4 (empat) bulan setelah Walikota dilantik. Pasal 16 (1) Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RPJMD berdasarkan hasil Musrenbang RPJMD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3). (2) Rancangan RPJMD disampaikan kepada DPRD dalam bentuk Raperda paling lambat 5 (lima) bulan setelah Walikota dilantik. (3) Kepala SKPD menyusun rancangan akhir Renstra-SKPD berdasarkan rancangan akhir RPJMD. Pasal 17 (1) Rancangan akhir RPJMD ditetapkan dengan Peraturan Daerah paling lambat 6 (enam) bulan setelah Walikota dilantik. (2) Rancangan akhir Renstra-SKPD ditetapkan dengan Keputusan Kepala SKPD paling lambat 1 (satu) bulan setelah ditetapkannya RPJMD dan diserahkan kepada Bappeda. Bagian Ketiga Rencana Pembangunan Tahunan Pasal 18 (1) Lurah menyelenggarakan Musrenbang Kelurahan. (2) Camat menyelenggarakan Musrenbang Kecamatan berdasarkan hasil penyelenggaraan Musrenbang Kelurahan. (3) Musrenbang Kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan Musrenbang Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan dari bulan Januari sampai dengan pertengahan bulan Pebruari. (4) Peserta musrenbang Kecamatan dan Kelurahan terdiri atas unsur SKPD Kecamatan, unsur Kelurahan, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), unsur Rukun Tetangga dan Rukun Warga, organisasi sosial/organisasi kemasyarakatan, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama dan Anggota DPRD pada daerah pemilihan yang bersangkutan dengan memperhatikan peran serta perempuan. (5) Kepala Bappeda menyiapkan rancangan awal RKPD sebelum dilaksanakan Musrenbang sebagaimana dimaksud pada ayat (3). Pasal 19 (1) Kepala SKPD menyiapkan rancangan Renja-SKPD dengan mengacu pada rancangan awal RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4). (2) Kepala SKPD menyelenggarakan Forum SKPD setelah disusun rancangan Renja-SKPD. (3) Forum SKPD diselenggarakan dengan rangkaian kegiatan pembahasan rancangan Renja-SKPD serta hasil Musrenbang Kecamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2). (4) Forum SKPD diselenggarakan pada akhir bulan Pebruari hingga awal Maret. 9

(5) Kepala SKPD menyempurnakan rancangan Renja-SKPD berdasarkan hasil Forum SKPD. (6) Kepala Bappeda menyusun rancangan RKPD dengan menggunakan hasil penyempurnaan rancangan Renja-SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (5). Pasal 20 (1) Setelah penyusunan RKPD sebagaimana dimaksud pada Pasal 19 ayat (6) selesai, Kepala Bappeda menyelenggarakan musrenbang RKPD. (2) Musrenbang RKPD diikuti oleh unsur-unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah dan mengikutsertakan masyarakat. (3) Musrenbang RKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan dengan rangkaian kegiatan pembahasan rancangan RKPD dan penyaringan aspirasi masyarakat. (4) Musrenbang RKPD dilaksanakan paling lambat pada akhir bulan Maret. Pasal 21 (1) Kepala Bappeda menyusun rancangan akhir RKPD berdasarkan hasil Musrenbang RKPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3). (2) Kepala SKPD menyusun rancangan akhir Renja-SKPD berdasarkan rancangan akhir RKPD. Pasal 22 (1) Rancangan akhir RKPD ditetapkan dengan Peraturan Walikota. (2) RKPD ditetapkan paling lambat pada bulan Mei. (3) RKPD yang telah ditetapkan menjadi dasar dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan/atau APBD Perubahan. (4) Rancangan akhir Renja-SKPD ditetapkan dengan Keputusan Kepala SKPD setelah ditetapkannya RKPD. Pasal 23 Ketentuan lebih lanjut mengenai petunjuk teknis dan pelaksanaan penyusunan RPJPD, RPJMD, Renstra-SKPD, RKPD, Renja-SKPD, dan penyelenggaraan musrenbang diatur dengan Peraturan Walikota. BAB VI PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN Pasal 24 (1) Walikota melaksanakan pengendalian terhadap perencanaan pembangunan daerah yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Bappeda. 10

(2) Dalam rangka pengendalian, Kepala Bappeda melakukan pemantauan, supervisi dan tindak lanjut penyimpangan terhadap pelaksanaan RPJPD, RPJMD dan RKPD. (3) Dalam rangka pengendalian, Kepala SKPD melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan Renstra-SKPD dan Renja-SKPD. (4) Kepala Bappeda menghimpun dan menganalisis hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dari masing-masing Kepala SKPD sesuai dengan tugas dan kewenangannya. (5) Pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan dilakukan sekurang-kurangnya dalam 5 (lima) tahun untuk jangka panjang, dan setiap tahun untuk jangka menengah, serta 3 (tiga) bulan untuk perencanaan tahunan. (6) Kepala Bappeda melaporkan hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan kepada Walikota. Pasal 25 (1) Walikota melaksanakan evaluasi terhadap perencanaan pembangunan daerah yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh Bappeda. (2) Dalam rangka evaluasi, Kepala Bappeda melakukan penilaian terhadap hasil pelaksanaan rencana pembangunan daerah. (3) Kepala SKPD melakukan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan SKPD periode sebelumnya. (4) Kepala Bappeda menyusun evaluasi pelaksanan rencana pembangunan berdasarkan hasil evaluasi Kepala SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (5) Kepala Bappeda melaporkan hasil evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan kepada Walikota paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran berakhir. (6) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) menjadi bahan bagi penyusunan rencana pembangunan untuk periode berikutnya. Pasal 26 (1) Rencana pembangunan daerah dapat dirubah dalam hal : a. Hasil pengendalian dan evaluasi menunjukkan bahwa proses perumusan dan substansi yang dirumuskan belum sesuai dengan mekanisme yang diatur dalam peraturan perundang-undangan; b. Terjadi perubahan yang mendasar; atau merugikan kepentingan Daerah. (2) Revisi rencana pembangunan daerah dilakukan apabila terjadi perubahan yang mendasar. (3) Perubahan RPJPD dan RPJMD ditetapkan oleh Peraturan Daerah. (4) Perubahan RKPD ditetapkan oleh Peraturan Walikota dan perubahan Renstra-SKPD dan Renja SKPD ditetapkan oleh Keputusan Kepala SKPD. 11

Pasal 27 Ketentuan lebih lanjut mengenai petunjuk teknis dan pelaksanaan pengendalian dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan Daerah diatur dengan Peraturan Walikota. BAB VII PERAN SERTA MASYARAKAT Pasal 28 Bentuk peran serta masyarakat dalam perencanaan pembangunan daerah meliputi : a. memberikan usulan, tanggapan dan koreksi atas rencana pembangunan yang disusun oleh Pemerintah Daerah maupun SKPD, termasuk ikut serta dalam pembahasan rencana pembangunan pada saat penyelenggaraan musrenbang; b. memperoleh dan mengetahui rencana pembangunan yang telah ditetapkan, baik oleh Pemerintah Daerah maupun SKPD; c. meminta penjelasan kepada Pemerintah Daerah maupun SKPD terhadap adanya perubahan materi antara hasil musrenbang dengan rencana pembangunan yang ditetapkan; d. turut serta memantau pelaksanaan rencana pembangunan yang telah ditetapkan Pemerintah Daerah maupun SKPD; e. melaporkan pelaksanaan rencana pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan disertai data dan informasi yang akurat; f. Pemerintah Daerah menindak lanjuti laporan dari masyarakat sebagaimana dimaksud pada huruf e. BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN Pasal 29 (1) Sebelum RPJPD ditetapkan, penyusunan RPJMD tetap mengikuti ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2), kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan. (2) Sebelum RPJPD Provinsi Banten ditetapkan, penyusunan RPJPD tetap mengikuti Pasal 4 ayat (1) dengan mengesampingkan RPJPD Provinsi Banten sebagai pedoman kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundang-undangan. (3) Dokumen rencana pembangunan daerah yang telah disusun dan masih berlaku, tetap digunakan sampai tersusunnya rencana pembangunan daerah sesuai dengan Peraturan Daerah ini. BAB IX KETENTUAN PENUTUP Pasal 30 Hal-hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini, sepanjang mengenai teknis pelaksanaannya diatur lebih lanjut oleh Walikota. 12

Pasal 31 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Tangerang. Ditetapkan di Tangerang pada tanggal 8 Mei 2008 WALIKOTA TANGERANG, T td H. WAHIDIN HALIM Diundangkan di T a n g e r a n g Pada Tanggal 12 Mei 2008 SEKRETARIS DAERAH KOTA TANGERANG, Cap/Ttd H. M. HARRY MULYA ZEIN LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG TAHUN 2008 NOMOR 2 13