STUDI TENTANG DAKTILITAS STRUKTUR PADA SISTEM SHEARWALL FRAME DENGAN BELT TRUSS

dokumen-dokumen yang mirip
KINERJA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS SESUAI SNI DITINJAU DARI KETENTUAN SENGKANG MINIMUM KOLOM

KINERJA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS SESUAI SNI DITINJAU DARI KETENTUAN SENGKANG MINIMUM KOLOM

EVALUASI KINERJA INELASTIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP GEMPA DUA ARAH TUGAS AKHIR PESSY JUWITA

KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10-LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI PANJANG DI WILAYAH 6 PETA GEMPA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan analisis non-linier yang sederhana namun dapat

KEANDALAN ANALISA PUSHOVER UNTUK MERAMAL PRILAKU SEISMIK NONLINIER STRUKTUR PORTAL TERBUKA DENGAN REENTRANT CORNER

EVALUASI METODE FBD DAN DDBD PADA SRPM DI WILAYAH 2 DAN 6 PETA GEMPA INDONESIA

KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10- LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI DI WILAYAH 6 PETA GEMPA INDONESIA

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

KATA KUNCI: sistem rangka baja dan beton komposit, struktur komposit.

KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10- LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI PANJANG DI WILAYAH 2 PETA GEMPA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Stuktur dengan Vertical Set-Back

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

EVALUASI KINERJA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS BERCOAKAN 40% DI WILAYAH BERESIKO GEMPA TINGGI DI INDONESIA

PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL No: 13/PEN/SIPIL/2010

STUDI PENENTUAN DIMENSI ELEMEN STRUKTUR PADA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN BERATURAN YANG DIDESAIN DENGAN METODE DIRECT DISPLACEMENT BASED DESIGN

DIRECT DISPLACEMENT BASED DESIGN PADA SISTEM RANGKA DENGAN KETIDAKBERATURAN PERGESERAN MELINTANG TERHADAP BIDANG

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

T I N J A U A N P U S T A K A

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

PERBANDINGAN KINERJA BANGUNAN YANG DIDESAIN DENGAN FORCE- BASED DESIGN DAN DIRECT DISPLACEMENT-BASED DESIGN MENGGUNAKAN SNI GEMPA 2012

LAPORAN PENELITIAN FUNDAMENTAL No: 03/PEN/SIPIL/2010

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Stuktur dengan Vertical Set-Back

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DINAMIK BEBAN GEMPA RIWAYAT WAKTU PADA GEDUNG BETON BERTULANG TIDAK BERATURAN

PERENCANAAN STRUKTUR BAJA BERDASARKAN KEKAKUAN DAN KEKUATAN SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBE BENTUK DIAGONAL MENURUT SNI 1726:2012 PASAL

Performance Based Design, Sebaiknya Menggunakan Modal Pushover Analysis atau Capacity Spectrum Method?


GEMPA RENCANA UNTUK ANALISA RIWAYAT WAKTU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Core terhadap Kinerja Seismik Gedung Bertingkat

KATA KUNCI : direct displacement based design, time history analysis, kinerja struktur.

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V ABSTRAK

EVALUASI STRUKTUR DENGAN PUSHOVER ANALYSIS

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

BAB IV EVALUASI KINERJA DINDING GESER

PENELITIAN MENGENAI SNI 1726:2012 PASAL TENTANG DISTRIBUSI GAYA LATERAL TERHADAP KEKAKUAN, KEKUATAN, DAN PENGECEKAN TERHADAP SISTEM TUNGGAL

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH DILATASI PADA BANGUNAN DENGAN KETIDAKBERATURAN SUDUT DALAM YANG DIDESAIN SECARA DIRECT DISPLACEMENT-BASED

BAB V ANALISIS KINERJA STRUKTUR

KATA KUNCI: direct displacement-based design, performance based design, sistem rangka pemikul momen, analisis dinamis riwayat waktu nonlinier.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

LAPORAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN PF/PAK/PPM

LAPORAN PENELITIAN PELAKSANAAN PENELITIAN PF/PAK/PPM

EVALUASI KINERJA METODEDIRECT DISPLACEMENT BASED DESIGN DAN FORCE BASED DESIGNPADA BANGUNAN VERTICAL SETBACK 6 LANTAI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KRITISI DESAIN PSEUDO ELASTIS PADA BANGUNAN BERATURAN 6- DAN 10- LANTAI DENGAN DENAH PERSEGI DI WILAYAH 2 PETA GEMPA INDONESIA

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini akan dibahas sekilas tentang konsep Strength Based Design dan

PENGGUNAAN FRICTION BASE ISOLATION PADA RUMAH SEDERHANA

EVALUASI KINERJA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS SNI PADA STRUKTUR DENGAN GEMPA DOMINAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

EVALUASI SNI 1726:2012 PASAL MENGENAI DISTRIBUSI GAYA LATERAL TERHADAP KEKAKUAN DAN KEKUATAN PADA SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBKK

BAB 1 PENDAHULUAN. hingga tinggi, sehingga perencanaan struktur bangunan gedung tahan gempa

Keywords: structural systems, earthquake, frame, shear wall.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut.

BAB II STUDI PUSTAKA

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KATA KUNCI: gempa, sistem ganda, SRPMK, SRBKK, 25%, gaya lateral, kekakuan

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DI WILAYAH GEMPA INDONESIA INTENSITAS TINGGI DENGAN KONDISI TANAH LUNAK

TUGAS AKHIR ANALISA EFISIENSI STRUKTUR DENGAN METODE PSEUDO ELASTIS TERHADAP METODE DESAIN KAPASITAS PADA BANGUNAN BERATURAN DI WILAYAH GEMPA 5

BAB 1 PENDAHULUAN. gempa di kepulauan Alor (11 November, skala 7,5), gempa Aceh (26 Desember, skala

PENGARUH RASIO KEKAKUAN LATERAL STRUKTUR TERHADAP PERILAKU DINAMIS STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG BERTINGKAT RENDAH

VISUALISASI PEMBELAJARAN DESAIN PENULANGAN DINDING GESER DENGAN BAHASA PEMROGRAMAN DELPHI

ASESMEN DAN PERKUATAN STRUKTUR GEDUNG TERHADAP GEMPA PADA BANGUNAN RUSUNAWA I UNIVERSITAS SEBELAS MARET MAKALAH TESIS

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR BETON BERTULANG UNTUK GEDUNG TINGKAT TINGGI

ASESMEN DAN PERKUATAN STRUKTUR GEDUNG TERHADAP GEMPA PADA BANGUNAN RUSUNAWA I UNIVERSITAS SEBELAS MARET

EVALUASI SNI 1726:2012 PASAL MENGENAI DISTRIBUSI GAYA LATERAL PADA PENGGUNAAN SISTEM GANDA

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER ABSTRAK

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR BETON BERTINGKAT BANYAK BERDASARKAN PERBANDINGAN ANALISIS RESPONS SPEKTRUM DAN DINAMIK RIWAYAT WAKTU

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1

PEMODELAN DINDING GESER BIDANG SEBAGAI ELEMEN KOLOM EKIVALEN PADA MODEL GEDUNG TIDAK BERATURAN BERTINGKAT RENDAH

*Koresponndensi penulis: Abstract

STUDI PERILAKU STRUKTUR BETON BERTULANG TERHADAP KINERJA BATAS AKIBAT PENGARUH TINGGI BANGUNAN DAN DIMENSI KOLOM BERDASARKAN SNI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE ANALISA STATIK NON LINIER

Pedoman Pengerjaan PERANCANGAN STRUKTUR BETON

STUDI KOMPARASI SIMPANGAN BANGUNAN BAJA BERTINGKAT BANYAK YANG MENGGUNAKAN BRACING-X DAN BRACING-K AKIBAT BEBAN GEMPA

LAPORAN PENELITIAN APLIKATIF-KREATIF

ANALISIS KINERJA STRUKTUR GEDUNG DENGAN COREWALL TUGAS AKHIR

ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP)

STUDI PEMODELAN INELASTIK DAN EVALUASI KINERJA STRUKTUR GANDA DENGAN MIDAS/Gen TM

KAJIAN PEMBATASAN WAKTU GETAR ALAMI FUNDAMENTAL TERHADAP STRUKTUR BANGUNAN BERTINGKAT.

ANALISIS DINAMIK RAGAM SPEKTRUM RESPONS GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN MENGGUNAKAN SNI DAN ASCE 7-05

PENGARUH DILATASI PADA BANGUNAN DENGAN KETIDAKBERATURAN GEOMETRI VERTIKAL YANG DIDESAIN SECARA DIRECT DISPLACEMENT BASED

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

STUDI KOMPARATIF PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG BERDASARKAN TATA CARA ASCE 7-05 DAN SNI

Peraturan Gempa Indonesia SNI

PERILAKU DAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BAJA DENGAN DINDING PENGISI DAN TANPA DINDING PENGISI

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

EVALUASI KINERJA GEDUNG BETON BERTULANG SISTEM GANDA DENGAN VARIASI GEOMETRI DINDING GESER PADA WILAYAH GEMPA KUAT

Transkripsi:

Civil Engineering Dimension, Vol. 8, No. 1, 41 46, March 2006 ISSN 1410-9530 STUDI TENTANG DAKTILITAS STRUKTUR PADA SISTEM SHEARWALL FRAME DENGAN BELT TRUSS Pamuda Pudjisuryadi, Benjamin Lumantarna Dosen Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan, Jurusan Teknik Sipil Universitas Kristen Petra Email: pamuda@petra.ac.id Debby Kurnia Dewi, Adi Susanto Alumni Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan, Jurusan Teknik Sipil - Universitas Kristen Petra ABSTRAK Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa belt truss dapat berfungsi dengan baik sebagai (virtual) outrigger, tetapi penelitian-penelitian tersebut hanya meninjau prilaku elastis dan belum meninjau prilaku nonliner struktur akibat gempa besar. Dalam penelitian ini prilaku nonliner sebuah struktur shearwall-frame belt truss 30 tingkat yang direncanakan dengan daktilitas struktur sebesar 3.75, dievaluasi menggunakan analisis dinamis non-linier riwayat waktu. Rekaman gempa yang digunakan sebagai beban adalah gempa El Centro 18 Mei 1940 komponen North South yang dimodifikasi agar mempunyai respons spectrum sesuai dengan SNI 03-1726-2002 dengan periode ulang 27, 67, 135, 260, 500 dan 1050 tahun. Hasil penelitian menunjukkan untuk struktur yang ditinjau, daktilitas struktur 3.75 tidak dapat digunakan, karena pada gempa dengan periode ulang 135 tahun, beberapa elemen struktur telah mencapai damage index lebih dari satu (melewati batas safety limit state). Kata kunci: daktilitas, shearwall frame-belt truss, analisis dinamis non-linier riwayat waktu, damage index. ABSTRACT Previous researches have shown that belt truss could function very well as (virtual) outrigger in the elastic region, the non-linear behaviour of the structural system has not been studied. In this study the performance of a 30 story shearwall-frame-belt truss structure which is designed using structural ductility equal to 3.75 is evaluated using dynamic nonlinear time history analysis. The earthquake loads used are spectrum consistent acceleration in accordance to the Indonesian Earthquake Code, SNI 03-1726-2002 modified from the North- South components of El Centro, May 18, 1940 with return periods of 27, 67, 135, 260, 500, and 1050 years. It is shown that for the structure considered in this study, a structural ductility of 3.75 could not be used, since some structural elements fail (damage index > 1) at 135 years return period. Keywords: ductility, shear wall-frame belt truss, dynamic non-linear time history analysis, damage index. PENDAHULUAN Dalam perencanaan struktur bangunan tinggi untuk mereduksi simpangan lateral sering ditambahkan struktur outrigger, sehingga didapatkan sistem struktur shearwal-frame outrigger. Sistem ini menghubungkan shearwall dengan kolom eksterior melalui outrigger, dan telah terbukti efektif dapat mereduksi simpangan lateral yang cukup signifikan [1], akan tetapi adanya balok raksasa (outrigger) menyebabkan pemanfaatan ruang menjadi terbatas. Untuk mengatasi hal ini beberapa peneliti [1,2,3,4] mengusulkan penggunaan sistem struktur belt truss, yang dikombinasikan Catatan: Diskusi untuk makalah ini diterima sebelum tanggal 1 Juni 2006. Diskusi yang layak muat akan diterbitkan pada Dimensi Teknik Sipil Volume 8, Nomor 2, September 2006. dengan shearwall atau shearwall-frame sehingga menjadi suatu sistim struktur yang dinamakan virtual outrigger. Nair [2] menunjukkan bahwa virtual outrigger pada bangunan 77 lantai yang dibentuk dari shearwall-belt truss ternyata dapat mereduksi simpangan lateral pada bangunan tinggi dengan baik. Hasil penelitian serupa didapatkan oleh Lumantarna et al. [3,4] pada struktur shearwall-frame belt truss 30 dan 60 lantai. Hal yang belum terungkap dengan jelas dalam beberapa penelitian terdahulu adalah bagaimana tingkat daktilitas dari sistem struktur shearwall frame belt truss tersebut. Analisis pada struktur hanya dilakukan secara elastis saja. Pada penelitian ini, struktur virtual outrigger dianalisis dengan menggunakan analisis dinamis non-linier riwayat waktu untuk mengetahui perilaku nonliniernya terhadap beban seismik. Civil Engineering Dimension ISSN 1410-9530 print 2007 Thomson Gale TM http://puslit.petra.ac.id/journals/civil 41

LANDASAN TEORI Belt Truss sebagai Virtual Outrigger Belt truss adalah struktur rangka batang yang ditempatkan pada kolom-kolom eksterior dan mengelilingi gedung di sebelah luar. Nair [2] memperkenalkan belt truss dengan sebutan virtual outrigger karena penempatannya yang tidak berada di tengah denah bangunan tetapi tetap mampu berfungsi seperti outrigger. Penempatan belt-truss pada bangunan tinggi seperti terlihat pada Gambar 1. Belt Trusses as Virtual Outrigger Braced Core / Shearwall Braced Core / Shearwall Belt Trusses Gambar 1. Visualisasi Penempatan Belt Truss pada Bangunan Tinggi [2] floor diaphragm floor diaphragm shearwall / braced frame (a) Belt Truss (b) Gambar 2. (a) Transfer Overturning Moment dari Core ke Diafragma Lantai (b) Transfer Gaya dari Diafragma Lantai ke Kolom Eksterior Sistem virtual outrigger mengeliminasi hubungan langsung antara dinding geser dengan kolom-kolom luar yang dilakukan oleh balok-balok outrigger. Dasar pemikiran utama dari sistem ini yaitu penggunaan lantai diafragma yang mempunyai kekakuan yang besar pada bidangnya (in-plane stiffness) untuk mentransfer momen guling (overturning moment) yang dialami core akibat gaya lateral menjadi gaya kopel horizontal (Gambar 2a) dari dinding geser ke struktur rangka batang [2]. Selanjutnya belt truss akan mengkonversi gaya kopel horizontal pada diafragma lantai menjadi gaya kopel vertikal pada kolom-kolom eksterior (Gambar 2b). Daktilitas Struktur dan Faktor Reduksi Gempa (R) Daktilitas merupakan kemampuan suatu struktur gedung untuk mengalami simpangan pasca-elastik yang besar secara berulang kali dan bolak-balik akibat beban gempa di atas beban gempa yang menyebabkan terjadinya pelelehan pertama, sambil mempertahankan kekuatan dan kekakuan yang cukup, sehingga struktur gedung tersebut tetap berdiri, walaupun sudah berada dalam kondisi di ambang keruntuhan. Daktilitas struktur gedung (µ) adalah rasio antara simpangan maksimum struktur gedung akibat pengaruh gempa rencana pada saat mencapai kondisi di ambang keruntuhan (δm) dengan simpangan struktur gedung pada saat terjadinya pelelehan pertama (δy) [5]. Daktilitas yang tersedia pada struktur dapat dinyatakan dengan persamaan berikut: 1.0 µ = δ m µm (1) δ y dimana µ =1.0 merupakan daktilitas untuk struktur gedung yang berperilaku elastik penuh, sedangkan µm adalah daktilitas maksimum yang dapat dikerahkan oleh sistem stuktur gedung yang bersangkutan. Setiap struktur gedung mempunyai faktor kuat lebih beban dan bahan yang terbentuk oleh kekuatan terpasang dari unsur-unsur struktur yang direncanakan melalui cara Perencanaan Beban dan Kuat Terfaktor. Nilai faktor kuat lebih beban dan bahan ini ditetapkan sebesar f1 = 1.6 [5]. Dengan adanya faktor kuat lebih beban dan bahan ini, maka pengaruh beban rencana dapat direduksi menjadi beban gempa nominal dengan suatu faktor reduksi gempa (R) menurut persamaan: 1.6 R = µ f1 Rm (2) Sehingga untuk struktur yang berprilaku elastis (µ = 1) didapatkan R = 1.6 sedangkan untuk struktur dengan daktilitas maksimum, µ = 5.3, didapatkan Rm = 8.5 [5]. Dalam Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Indonesia, SNI 03-1726-2002 [5] ditetapkan nilai µ yang dapat dikerahkan oleh beberapa jenis sistem dan subsistem struktur gedung berikut faktor reduksi R yang bersangkutan. Karena pada Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Indonesia [5] tidak terdapat referensi tentang struktur shearwall frame dengan 42

belt truss, maka untuk penelitian ini dicoba menggunakan daktilitas struktur µ=3.75, dengan demikian struktur direncanakan dengan menggunakan faktor reduksi beban gempa R = 6.0. Peak Ground Acceleration Peak Ground Acceleration (PGA) ialah percepatan muka tanah maksimum pada suatu wilayah. PGA untuk gempa rencana (periode ulang 500 tahun), untuk tiap wilayah kegempaan dan jenis tanah telah ditentukan pada SNI 03-1726-2002 [5]. Dalam penelitian ini Faktor PGA adalah perbandingan PGA untuk gempa dengan suatu periode ulang tertentu terhadap PGA untuk gempa periode ulang 500 tahun. PGA untuk berbagai periode ulang gempa, bisa dilihat secara grafis dan tabulasi pada Gambar 3 [6] dan Tabel 1. Faktor PGA ini digunakan untuk memodifikasi gempa yang digunakan untuk analisa agar bisa mewakili periode-periode ulang yang diinginkan. Faktor PGA (y) 1.400 1.200 1.000 0.800 0.600 0.537 0.708 0.510 0.369 0.400 0.325 0.134 0.200 0.157 0.000 Faktor Peak Ground Acceleration Yang Digunakan (PGA) 0.719 0.839 0.843 1.000 0.000 0.000 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1.002 PGA Asli Yang Digunakan Periode Ulang Gempa (x, tahun) Pendekatan Regresi Dari PGA Asli Gambar 3. Faktor Peak Ground Acceleration yang Digunakan [6] Tabel 1. Hubungan Antara Faktor PGA yang Dipakai dengan Periode Ulang Gempa Faktor PGA Periode Ulang Gempa (tahun) Pga (g) 0.2 27 0.04 0.4 67 0.08 0.6 135 0.12 0.8 260 0.16 1.0 500 0.20 1.3 1050 0.26 Damage Index Salah satu parameter yang digunakan untuk menganalisa kinerja struktur adalah kerusakan yang terjadi. Kerusakan yang terjadi pada suatu struktur biasanya dinyatakan dalam suatu nilai yang disebut damage index. Nilai tersebut merupakan perbandingan antara daktilitas yang diperlukan terhadap daktilitas yang tersedia dalam suatu struktur [7]. Berdasarkan Asian Concrete Model 1.275 1.274 Code (ACMC), ditetapkan tiga kondisi batas untuk memeriksa dan mengevaluasi kinerja seismik struktur bangunan, yaitu serviceability limit state, damage control limit state, dan safety limit state [8]. Tingkatan kinerja struktur berdasarkan ACMC, dapat dilihat pada Gambar 4. Untuk nilai damage index lebih dari satu, struktur diasumsikan mengalami kehancuran. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain metode desain yang tidak sesuai, tingkat daktilitas yang kurang tepat, serta perencanaan denah struktur yang tidak menguntungkan dari segi pembebanan gempa. Earthquake Design Level Minor Moderate Severe Earthquake Performance Level Servicebility Limit State DI 0.1-0.25 DRIFT 0.5% Damage Control Limit State Hazardous Objective Special Objective Basic Objective DI 0.25-0.4 DRIFT 1% Safety Limit State DI 0.4-1 DRIFT 2% Gambar 4. Tingkat Kinerja Struktur [8] BANGUNAN YANG DITINJAU DAN ANALISIS Pada penelitian ini, ditinjau sebuah gedung tinggi 30 lantai, menggunakan sistem shearwall-frame dengan belt truss sebagai virtual outrigger. Belt truss diletakkan di antara lantai 20 dan 21. Denah bangunan dan potongannya dapat dilihat pada Gambar 5, sedangkan dimensi elemen struktur dapat dilihat pada Tabel 2. Struktur dianggap berada di wilayah gempa dan di atas tanah lunak dan direncanakan terhadap beban gempa sesuai dengan SNI 03-1726-2002 [5], sedangkan untuk struktur beton direncanakan dengan cara kapasitas sesuai dengan Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SKSNI T-15-1991- 03 [9] yang disesuaikan dengan SNI 03-2847-2002 [10]. Analisis yang digunakan untuk meramalkan tingkat daktilitas struktur adalah analisis dinamis non-linier riwayat waktu, dengan bantuan program RUAUMOKO 3D. Pembebanan gempa dilakukan pada satu arah, menggunakan gempa El Centro 18 Mei 1940 komponen North-South yang dimodifikasi sesuai dengan spektrum gempa rencana pada SNI 43

03-1726-2002, dengan periode ulang 27, 67, 135, 260, 500, dan 1050 tahun. Rekaman asli dan modifikasi gempa El Centro 18 Mei 1940 komponen North-South dapat dilihat dalam Gambar 6, dan Gambar 7, sedangkan Respons Spektrum gempa yang telah dimofikasi maupun yang asli dapat dilihat dalam Gambar 8. Lantai 30 Lantai 20 Percepatan (x g) 0.30 0.25 0.20 0.15 0.10 0.05 0.00-0.05-0.10-0.15-0.20-0.25 Rekaman Gempa El Centro 18 Mei 1940 Komponen North - South Dimodifikasi terhadap Periode Ulang 500 Tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Waktu (detik) 30@3.5m Dinding Geser 0.3x6 m 2 Gambar 7. Rekaman Gempa El Centro 18 Mei 1940 North- South yang Dimodifikasi terhadap Periode Ulang 500 Tahun Gambar 5. Penampang dari Model Komputer Bangunan yang akan Ditinjau Tabel 2. Dimensi Elemen Struktur Elemen Keterangan Luas bangunan 30 x 30 m 2 Tinggi bangunan 30 tingkat, 105 m Tinggi antar tingkat 3.5 m Balok induk 0.5 x 0.8 m 2 Balok anak 0.3 x 0.6 m 2 Belt truss 0.5 x 1.0 m 2 Kolom lantai 1-10 1.1 x 1.1 m 2 Kolom lantai 11-21 0.9 x 0.9 m 2 Kolom lantai 22-30 0.7 x 0.7 m 2 Pelat lantai Tebal = 0.15 m Mutu beton (fc ) 30 Mpa Tulangan longitudinal (fy) 400 Mpa Tulangan sengkang (fy) 240 Mpa Dinding Geser 0.3 x 6 m 2 Percepatan (x g) 1 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0 Respons Spektrum Gempa El Centro 18 Mei 1940 Komponen North - South Respons Spektrum Asli Respons Spektrum Modifikasi Target Respons Spektrum 500 tahun 0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0 Waktu Getar Alami (detik) Gambar 8. Respons Spektrum Gempa El Centro 18 Mei 1940 North-South asli dan modifikasi PEMERIKSAAN DAKTILITAS STUKTUR DAN DISKUSI Posisi Sendi Plastis Percepatan (x g) 0.40 0.30 0.20 0.10 0.00-0.10 Rekaman Gempa El Centro 18 Mei 1940 Komponen North - South Asli Posisi terjadinya sendi plastis portal yang dianalisis dengan analisa dinamis nonlinier riwayat waktu untuk gempa satu arah (sejajar sumbu X) dengan periode ulang 67, 135, dan 500 tahun dapat dilihat pada Gambar 9. Portal A ditampilkan untuk mewakili portal eksterior, sedangkan portal B mewakili portal interior (portal C dan D bersifat simetris berturut-turut terhadap portal A dan B, sehingga tidak perlu ditampilkan). Portal pada arah tegak lurus gempa, yaitu portal 1, 2, 3, dan 4 tidak mengalami kerusakan yang signifikan. -0.20-0.30 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Waktu (detik) Gambar 6. Rekaman Gempa El Centro 18 Mei 1940 North- South Asli Dari Gambar 9, dapat dilihat bahwa untuk intensitas gempa yang relatif kecil (periode ulang 67 tahun), bangunan mengalami sendi plastis pada balok-balok pendek yang terletak di daerah core, tetapi belum mengalami kerusakan (damage index<1.0) Sedangkan untuk intensitas gempa yang 44

lebih besar (periode ulang gempa 135 tahun), bangunan mengalami sendi plastis pada ujungujung balok baik pada portal interior maupun eksterior. Kerusakan dengan nilai damage index>1.0 sudah mulai terjadi pada balok-balok pendek di daerah core (ditandai dengan tanda silang pada gambar). Posisi sendi plastis dan kerusakan yang terjadi pada bangunan karena gempa 500 tahun mirip dengan yang diakibatkan gempa 135 tahun, hanya saja jumlah sendi plastis menjadi lebih banyak, serta sendi plastis pada kaki shear wall mulai muncul. Untuk gempa yang sangat besar (periode ulang 1050 tahun) bangunan mengalami kehancuran total, semua elemen struktur memiliki nilai damage index lebih dari satu. N (kn) 2500 2000 1500 1000 500 0 K-A1 K-A2 K-A3 K-A4 (a) Akibat Gempa arah X Tingkat 1 Tingkat 18 Tingkat 22 N (kn) 2500 2000 1500 1000 PORTAL A PORTAL B 67 tahun PORTAL A PORTAL B 135 tahun 500 0 K-A1 K-A2 K-A3 K-A4 (b) Akibat Gempa arah Y Tingkat 1 Tingkat 18 Tingkat 22 Gambar 10. Gaya Aksial Kolom Portal A PORTAL A PORTAL B 500 tahun Gambar 9. Posisi Sendi Plastis pada Portal arah X untuk Pembebanan Gempa dengan Periode Ulang 67, 135, dan 500 Tahun Gaya Normal pada Kolom-Kolom Portal Eksterior (Portal A) Gaya normal yang terjadi pada kolom-kolom Portal A akibat pembebanan gempa arah X maupun Y, berturut-turut pada tingkat di atas belt truss (story 22), pada tingkat di bawah belt truss (story 18), dan pada tingkat terbawah (story 1), dapat dilihat pada Gambar 10. Dari Gambar 10(a) dapat dilihat fungsi belt truss pada bangunan dalam mentransfer momen guling menjadi gaya-gaya kopel pada kolom. Kolom-kolom eksterior (K-A1, dan K-A4) yang pada tingkat diatas letak belt truss (tingkat 22) menerima gaya normal sekitar 2.4 kali lipat gaya normal pada kolom-kolom interior (K-A2, dan K-A3), pada tingkat dibawah belt truss (tingkat 18) meningkat menjadi sekitar 3.3 kali lipat. Sedangkan pada Gambar 10(b) dapat dilihat pada tingkat diatas belt truss (tingkat 22) gaya dari core melalui interaksi shear wall-frame, diterima oleh kolom portal interior (K-A2 dan K- A3), sedangkan dibawah belt truss (tingkat 18) kolom portal exterior menerima gaya normal yang lebih besar dari portal interior. Hal ini menunjukkan pengaruh belt truss sebagai virtual outrigger. Gaya dari core lebih dominan tertransfer ke portalportal exterior dimana belt truss berada. Diskusi Dari hasil analisis dinamis non-linier riwayat waktu, didapatkan beberapa kerusakan pada elemen struktur seperti tampak pada Gambar 9. Kerusakan dominan terjadi pada tumpuan balokbalok penghubung shearwall dengan kolom interior. 45

Hal ini disebabkan oleh bentang balok yang terlalu pendek, sehingga pada daerah tersebut balok cenderung mengalami gaya-gaya dalam yang sangat besar. Pada saat balok pendek ini telah mengalami kerusakan, keseluruhan struktur bangunan masih dapat berdiri. Hal ini disebabkan karena kolom dan shearwall yang berfungsi sebagai penyalur beban menuju pondasi tidak mengalami kerusakan. Sedangkan fungsi dari balok pendek ini masih dapat digantikan oleh adanya pelat lantai yang sangat kaku dalam arah bidangnya untuk mentransfer beban lateral menuju kolom-kolom eksterior. Akibat gempa rencana yang diberikan, kolom lantai dasar yang memiliki gaya aksial paling besar adalah kolom eksterior B-1, C-1, B-4, dan C-4. Perilaku demikian menunjukkan bahwa transfer beban dari core ke belt truss sangat dipengaruhi oleh kekakuan relatif balok penghubung core dengan kolom eksterior terhadap kekakuan lantai pada bidangnya. KESIMPULAN Dari hasil pemeriksaan sendi plastis dan damage index yang terjadi pada sistem struktur shearwall frame dengan belt truss 30 tingkat, di mana beban gempa yang digunakan adalah El Centro 18 Mei 1940 komponen North South yang dimodifikasi sesuai dengan SNI 03-1726-2002, dapat disimpulkan bahwa daktilitas struktur yang digunakan pada penelitian ini kurang tepat. Dengan nilai daktilitas struktur (µ) sebesar 3.75 yang dipakai, diharapkan damage index yang terjadi pada semua elemen struktur kurang dari satu (tidak melewati safety limit state), akan tetapi dari hasil evaluasi yang dilakukan, didapatkan kerusakan pada balok balok pendek dengan damage index>1.0 pada pembebanan gempa dengan periode ulang 135 tahun ke atas. Penelitian masih terbuka untuk studi serupa, dengan daktilitas struktur yang lebih kecil, atau mengubah sistem struktur dengan menggunakan frame yang tidak mempunyai balok pendek yang berhubungan langsung dengan core. 3. Lumantarna, B., Francisca, dan Rosilawati, Perilaku Belt Truss sebagai Virtual Outrigger, Prosiding Seminar HAKI, 1999. 4. Lumantarna, B., The Effectiveness of Belt Truss As Virtual Outrigger for Tall Building, Proceedings ICCMC/IBST 2001 International Conference on Advanced Technologies in Design, Construction and Maintenance of Concrete Structures, May 2001. 5. Badan Standarisasi Nasional, Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2002, 2002 6. Susila, I.G.M., Seismic Microzonation and Site Spesific Respons Analysis for Denpasar, Tugas Akhir. Geotechnical Engineering, Graduate Program, Institute of Technology, Bandung, 2000. 7. Carr, A.J., RUAUMOKO, 3-Dimensional Version. New Zealand : University of Canterbury, 2001. 8. International Committee on Concrete Model Code, Asian Concrete Model Code, Level 1 & 2 Documents, Second Draft. International Committee on Concrete Model Code, Japan, 1999. 9. Departemen Pekerjaan Umum, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SKSNI T-15-1991-03, 1991. 10. Badan Standarisasi Nasional, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002, 2002. DAFTAR PUSTAKA 1. Adhi, A. dan Tenggara, W. A., Pemakaian Belt Truss sebagai Virtual Outrigger, Tugas Akhir. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Jurusan Teknik Sipil. Surabaya: Universitas Kristen Petra, 2000. 2. Nair, R.S., Belt Trusses and Basements as Virtual Outriggers for Tall Buildings, Engineering Journal, AISC, Fourth Quarter/1998 pp 140-146. 46