Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha 2. Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha 3

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DI PUSKESMAS JAGASATRU CIREBON

Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

PERBEDAAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA ANTARA LAKI-LAKI DEWASA MUDA OBESITAS DAN NON OBESITAS

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DAN KADAR GLUKOSA DARAH 2 JAM POST PRANDIAL

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR TRIGLISERIDA PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

ABSTRAK GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH DAN FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA WANITA MENOPAUSE

Hubungan Derajat Obesitas dengan Kadar Gula Darah Puasa pada Masyarakat di Kelurahan Batung Taba dan Kelurahan Korong Gadang, Kota Padang

ABSTRAK HUBUNGAN OBESITAS YANG DINILAI BERDASARKAN BMI DAN WHR DENGAN KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA PRIA DEWASA

ABSTRAK PENGARUH SARAPAN YANG TIDAK TERATUR, FAKTOR GENETIK TERHADAP RISIKO OBESITAS DAN BMI (BODY MASS INDEX) YANG ABNORMAL

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH KAPILER DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH VENA MENGGUNAKAN GLUKOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian dari sindroma metabolik. Kondisi ini dapat menjadi faktor

ABSTRAK PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI UPT PUSKESMAS PASUNDAN KOTA BANDUNG PERIODE

PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS

ABSTRAK PENGARUH DAN HUBUNGAN ANTARA BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN WHR (WAIST HIP RATIO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Obesitas merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak terjadi di

ABSTRAK. Fenny Mariady, Pembimbing I : dr. Christine Sugiarto, SpPK Pembimbing II : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DEWASA MUDA OBESITAS DI STIKES INDONESIA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau. meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular dan serebrovaskular

ABSTRAK. Gea Nathali Halim, 2017, Pembimbing 1: Penny Setyawati M, Dr, SpPK, MKes Pembimbing 2: Yenni Limyati, Dr, SSn,SpKFR,MKes

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK OBESITAS SEBAGAI SALAH SATU FAKTOR RISIKO DIABETES MELITUS TIPE 2

ABSTRAK PENGARUH GULA MERAH DIBANDINGKAN DENGAN GULA PASIR TERHADAP PENINGKATAN GLUKOSA DARAH

ABSTRAK PERBANDINGAN PROSENTASE FRAGMENTOSIT ANTARA PENDERITA DM TIPE 2 DENGAN ORANG NON-DM DI PUSKESMAS CIMAHI TENGAH

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK. Gambaran Ankle-Brachial Index (ABI) Penderita Diabetes mellitus (DM) Tipe 2 Di Komunitas Senam Rumah Sakit Immanuel Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

ABSTRAK GAMBARAN RERATA KADAR KOLESTEROL HDL PADA PRIA DEWASA MUDA OBES DAN NON OBES

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

ABSTRAK. EFEK JUS GEL LIDAH BUAYA (Aloe vera L.) TERHADAP PENURUNAN BMI (BODY MASS INDEX) DAN OBESITAS SENTRAL PADA DEWASA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Indeks Massa Tubuh (IMT) adalah metode sederhana yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

ABSTRAK GAMBARAN KADAR ASAM URAT SERUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PERSENTASE BODY FAT

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

THE CORRELATION BETWEEN OBESITY AND PREDIABETES AMONG THE STUDENT OF LAMPUNG UNIVERSITY 2013

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI

KORELASI HBA1C DENGAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DM TIPE 2 DI RSUP H. ADAM MALIK PADA TAHUN Oleh: PAHYOKI WARDANA

ABSTRAK GAMBARAN USIA, JENIS KELAMIN, LINGKAR PERUT DAN BERAT BADAN PADA PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RS IMMANUEL. Aming Tohardi, dr.

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

Nunung Sri Mulyani 1*, Novia Rita 2

BAB 1 PENDAHULUAN. DM tipe 1, DM tipe 2, DM tipe lain, dan DM gestasional. 2 Angka kejadian DM

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara mengingat beban biaya serta morbiditas dan mortalitas yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK HUBUNGAN DAN UJI VALIDITAS PENILAIAN STATUS GIZI METODE BMI (BODY MASS INDEX) DENGAN BROCA

Gambaran Kadar Gula Darah pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang Memiliki Berat Badan Berlebih dan Obesitas

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

BAB I PENDAHULUAN. Tubuh manusia terkomposis atas jaringan lemak yang. relatif sama, namun perbedaan lokasi deposisi jaringan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN OBESITAS SENTRAL DENGAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN LAKI-LAKI. Oleh : THARMANTHIRAN THIRUCHELVAM

Hubungan lingkar pinggang dengan kadar gula darah pada guru di SMP dan SMA Eben Haezar Manado

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 merupakan salah satu. penyakit tidak menular yang semakin meningkat di Indonesia.

Testosteron Deficiency Syndrome ( TDS ) & Metabolic Syndrome ( METS )

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, lima penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas telah menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia,

Hubungan Overweight dengan Peningkatan Kadar Gula Darah pada Pedagang Pusat Pasar Medan

Pada wanita penurunan ini terjadi setelah pria. Sebagian efek ini. kemungkinan disebabkan karena selektif mortalitas pada penderita

GAMBARAN KADAR GULA DARAH DAN DERAJAT KEPARAHAN STROKE PADA PENDERITA STROKE ISKEMIK TROMBOTIK SKRIPSI

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

GAMBARAN PENGENDALIAN KADAR GULA DARAH DAN HbA1C PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RSUP SANGLAH PERIODE JANUARI-MEI 2014 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

HUBUNGAN RASIOLINGKAR PINGGANG TERHADAP TINGGI BADAN DENGAN GLUKOSA DARAHPUASA PADALANSIA

EPIDEMIOLOGI DIABETES MELLITUS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH KAPILER DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH VENA MENGGUNAKAN GLUKOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

HIPERTENSI SKRIPSI. Persyaratan. Diajukan Oleh J

ABSTRAK GAMBARAN DEMOGRAFI DAN PENGETAHUAN MENGENAI PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA TENAGA EDUKATIF TETAP DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

GAMBARAN OBESITAS SENTRAL PADA MAHASISWA LAKI-LAKI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. epidemiologi di Indonesia. Kecendrungan peningkatan kasus penyakit

I. PENDAHULUAN. 2004). Penyakit ini timbul perlahan-lahan dan biasanya tidak disadari oleh

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR LDL, HDL, DAN RASIO LDL/HDL PADA DEWASA MUDA YANG BEROLAHRAGA TIPE AEROBIK CUKUP DAN TIDAK CUKUP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH STATUS GIZI DAN FREKUENSI SENAM DIABETES TERHADAP PROFIL LIPID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 TESIS

ABSTRAK. Wulan Yuwita, 2007, Pembimbing I : Onkie Kusnadi, dr., Sp.PD. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes.

Lingkar Perut Mempunyai Hubungan Paling Kuat dengan Kadar Gula Darah

BAB I PENDAHULUAN. Sindroma metabolik merupakan kumpulan kelainan metabolik komplek

HUBUNGAN RASIOLINGKAR PINGGANG TERHADAP TINGGI BADAN DENGAN GLUKOSA DARAHPUASA PADALANSIA LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT BUDI AGUNG JUWANA PERIODE JANUARI DESEMBER 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lemak, dan protein. World health organization (WHO) memperkirakan prevalensi

Pengaruh Pemberian Edukasi Gaya Hidup terhadap Peningkatan Pengetahuan Karyawan Obesitas di Universitas X

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA BODY MASS INDEX (BMI), WAIST CIRCUMFERENCE (WC), DAN WAIST HIP RATIO (WHR) DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA PRIA USIA 45 TAHUN KEATAS RELATION BETWEEN BODY MASS INDEX (BMI), WAIST CIRCUMFERENCE (WC), AND WAIST HIP RATIO (WHR) WITH FASTING BLOOD GLUCOSE LEVELS OF MEN AGED 45 YEARS OLD AND ABOVE Daniel Setiawan Nathan 1, Penny Setyawati Martioso 2, Rizna Tyrani Rumanti 3 1 Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha 2 Bagian Patologi Klinik, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha 3 Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia ABSTRAK Diabetes mellitus (DM) adalah suatu penyakit metabolik yang khas ditandai oleh adanya hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin atau kerja insulin, atau keduaduanya. Salah-satu faktor risiko diabetes melitus adalah obesitas. Diagnosis obesitas dapat ditegakkan dengan menggunakan indikator antropometrik yaitu body mass index (BMI), waist circumference (WC), dan waist hip ratio (WHR). Tujuan penelitian ini adalah untuk evaluasi dan membandingkan antara ukuran BMI, WC, dan WHR manakah yang mempunyai korelasi paling kuat dengan peningkatan kadar glukosa darah puasa sebagai prediktor diabetes melitus. Penelitian observasional-analitik dengan cross sectional design terhadap 30 orang pria relawan usia 45 tahun atau lebih dengan obesitas di bandung pada periode januaridesember 2014. Data terdiri dari tinggi badan (cm), berat badan (kg), BMI (kg/m 2 ), WC (cm), WHR (cm); kadar glukosa darah puasa (mg/dl) dari bahan darah kapiler setelah berpuasa selama 8-12 jam yang diukur menggunakan glukometer auto-check dengan metode glukosa oksidase. Data dianalisis dengan menggunakan Pearson correlation (α = 0,05) kemudian parameter diagnosis obesitas dengan nilai < 0,05 dibandingkan berdasarkan nilai r hitung untuk mengetahui hubungan paling kuat antara BMI, WC, WHR dengan peningkatan kadar glukosa darah puasa. Waist hip ratio (WHR) mempunyai korelasi paling kuat dengan kadar glukosa darah puasa (r = 0,458; = 0,011), kemudian WC (r = 0,410; = 0,024), tetapi BMI tidak mempunyai korelasi (r = 0,228; = 0,225). Waist hip ratio (WHR) mempunyai korelasi yang lebih baik dengan peningkatan kadar glukosa darah puasa pada pria usia 45 tahun keatas dibandingkan dengan WC. Kata kunci: BMI, WC, WHR, obesitas, kadar glukosa darah puasa

ABSTRACT Diabetes mellitus (DM) is a metabollic disease peculiarly shown by the existence of hyperglicemia due to abnormality of either or both insulin secretion and performance. One of diabetes mellitus risk factor is obesity. Obesity diagnosis is defined by certain anthropometric indices, such as body mass index (BMI), waist circumference (WC), and waist-to-hip ratio (WHR). The aim of this research are to evaluate and compare among BMI, WC, and WHR which have the strongest correlation with increasing of fasting blood glucose levels as a predictor of diabetes mellitus. This observational-analytic research with cross sectional design among 30 volunteer men age 45 years and above with obesity in bandung in the period january-december 2014. Data consist of height (cm), weight (kg), BMI (kg/m 2 ), WC (cm), WHR (cm); fasting blood glucose levels (mg/dl) of blood capillary sampling after fasting 8-12 hours were measured using glucometer auto-check with glucose oxidase method. Data was analyzed using Pearson colleration (α = 0.05) then obesity diagnosis parameter with value < 0,05 compared based r calculated value to know the strongest relation between BMI, WC, WHR with increase of fasting blood glucose levels Waist hip ratio (WHR) have the strongest relation with fasting blood glucose levels (r = 0.458; = 0.011), WC (r = 0.410; = 0.024), but BMI do not have correlation (r = 0.228; = 0.225). Waist hip ratio (WHR) have better relation with increasing fasting blood glucose levels on men aged 45 years old and above compared with WC. Key words: BMI, WC, WHR, obesity, fasting blood glucose levels PENDAHULUAN Obesitas adalah suatu keadaan dimana terdapat akumulasi lemak secara berlebihan. Obesitas merupakan faktor risiko dislipidemia, diabetes melitus, hipertensi, sindrom metabolik, dan penyakit kardiovaskuler dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi 1. World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa insidensi obesitas secara global cenderung meningkat. Obesitas pada kelompok dewasa tahun 1998 ada 6,35% yang meningkat 25 kali lipat pada tahun 2010 menjadi 11,8% 2. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Indonesia melaporkan bahwa prevalensi obesitas di Indonesia cenderung meningkat. Obesitas pada kelompok orang dewasa tahun 2000 ada 4,7% yang meningkat menjadi 3 kali lipat yaitu 11,7% pada tahun 2010 3. Salah satu faktor penyebab obesitas adalah unhealthy lifestyle, yaitu sering mengonsumsi asupan yang tinggi kalori, tinggi lemak,dan tinggi protein tetapi rendah serat dan mikronutrien, serta kurangnya aktivitas fisik. Asupan tinggi kalori seperti konsumsi makanan tinggi karbohidrat dan minuman beralkohol dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan mengakibatkan hiperglikemia. Keadaan hiperglikemia berdampak timbulnya resistensi insulin yang akan meningkatkan risiko timbulnya diabetes melitus tipe 2 4. Obesitas akan mengakibatkan peningkatan asam lemak bebas, leptin,

tumor necrosis factor alfa (TNF-α), interleukin (IL-6), resistin, dan penurunan adiponektin. Kondisi tersebut mengakibatkan resistensi insulin meningkat sehingga timbul berbagai penyakit gangguan metabolik seperti diabetes melitus, dislipidemia, dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular 5. Penelitian Khalid Amin et al pada tahun 2010 mendapatkan bahwa peningkatan kadar glukosa darah pada 39,3% penderita obesitas 6. Insidensi toleransi glukosa terganggu (TGT) dan diabetes melitus (DM) meningkat seiring bertambahnya usia. Insidensi tertinggi pada usia 45 tahun keatas. Karena usia 45 tahun keatas sudah mengalami penurunan metabolisme tubuh. Penurunan metabolisme tubuh akan mengakibatkan peningkatan akumulasi glukosa dalam sirkulasi darah, sehingga kadar glukosa darah meningkat 7. Penelitian Charlotte Glumer et al pada tahun 2003 mendapatkan adanya toleransi glukosa terganggu (TGT) sebesar 17,8% dan diabetes melitus (DM) sebesar 9,7% 8 pada kelompok usia 45 tahun keatas dengan obesitas. Metode antropometrik adalah salah satu cara diagnosis obesitas yaitu dengan mengukur body mass index (BMI), waist circumference (WC), dan waist hip ratio (WHR) 9. Obesitas sentral dapat ditetapkan berdasarkan hasil pengukuran waist circumference (WC) dan waist hip ratio (WHR). Peningkatan ukuran WC atau WHR melebihi nilai normal akan mengakibatkan peningkatan asam lemak bebas dalam sirkulasi darah sehingga meningkatkan risiko timbulnya resistensi insulin. Peningkatan asam lemak bebas pada obesitas sentral lebih tinggi daripada obesitas umum, sehingga risiko resistensi insulin pada penderita obesitas sentral lebih tinggi daripada obesitas umum 4. Penelitian Kaur et al pada tahun 2008 mendapatkan bahwa peningkatan waist circumference (WC) melebihi nilai normal mempunyai hubungan yang paling kuat dengan peningkatan kadar glukosa darah puasa dibandingkan dengan peningkatan waist hip ratio (WHR), dan body mass index (BMI) 10. BAHAN DAN METODE Penelitian observasional-analitik ini dengan cross sectional design terhadap 30 orang pria relawan usia 45 tahun atau lebih dengan obesitas di bandung periode januari-desember 2014. Data terdiri dari tinggi badan (cm), berat badan (kg), BMI (kg/m 2 ), WC (cm), WHR (cm); kadar glukosa darah puasa (mg/dl) dari bahan darah kapiler setelah berpuasa selama 8-12 jam yang diukur menggunakan glukometer auto-check dengan metode glukosa oksidase. BMI ditentukan berdasarkan rumus berat badan (kg) / tinggi badan (m 2 ). WC ditentukan berdasarkan pengukuran lingkar tengah antara bagian bawah costa XII dengan crista iliaka. WHR diperoleh dengan cara menghitung perbandingan antara lingkar pinggang (cm) dengan lingkar panggul (cm). Penelitian ini sebelum dilaksanakan telah mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Bandung. ANALISIS DATA Data penelitian yang meliputi usia, berat badan, tinggi badan, BMI, lingkar panggul, WC, WHR, dan kadar glukosa

darah puasa dihitung rerata, standar deviasi, nilai maksimum dan minimumnya. Normalitas distribusi data dievaluasi dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov. Hubungan antara BMI, WC, WHR dengan peningkatan kadar glukosa darah puasa dianalisis dengan Pearson correlation dengan α dan value = 0,05 selanjutnya erat atau tidaknya hubungan ketiga parameter obesitas tersebut dengan kadar glukosa darah dievaluasi dengan membandingkan nilai r hitung. Data diolah dengan perangkat lunak secara komputerisasi dengan program SPSS 21.0. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian Hubungan antara Body Mass Index (BMI), Waist Circumference (WC), dan Waist Hip Ratio (WHR) dengan Kadar Glukosa Darah Puasa Pria Usia 45 Tahun Keatas telah dilakukan terhadap 30 orang partisipan. Rerata usia subjek penelitian (54,4 ± 7,064644) tahun, berat badan (71,8 ± 8,931669) kg, tinggi badan (160,8 cm ± 5,965899) cm, BMI (27,7 ± 2,845735) kg/m 2, lingkar panggul (93,3 cm ± 4,295012) cm, WC (96,7 ± 4,857628) cm, WHR (1,03 ± 0,010875) cm, dan kadar glukosa darah puasa (105,1 ± 12,96968) mg/dl. Hasil uji Pearson correlation didapatkan hubungan antara BMI, WC, dan WHR dengan kadar glukosa darah puasa seperti pada tabel-tabel berikut: Tabel 1 Hasil Uji Korelasi Pearson Tentang Hubungan antara Body Mass Index (BMI) dengan Kadar Glukosa Darah Puasa BMI Glukosa Pearson Correlation 1.228 BMI Sig. (2-tailed).225 Pearson Correlation.228 1 Glukosa Sig. (2-tailed).225 Tabel 1 menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara BMI dengan kadar glukosa darah puasa dengan = 0,225 ( > 0,05). Hasil penelitian ini menyerupai hasil yang didapatkan oleh Bakari et al di University Teaching Hospital Zaria Nigeria, pada tahun 2006 yang melakukan penelitian terhadap 307 subjek penelitian dengan overweightobesitas berjenis kelamin pria dengan rentang usia 30-45 tahun bahwa antara BMI dengan kadar glukosa darah puasa tidak terdapat hubungan (p > 0,05) 11. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh Innocent et al di Delta State University Nigeria, pada tahun 2013 yang melakukan penelitian terhadap 253 subjek penelitian dengan overweight-obesitas berjenis kelamin pria dan perempuan dengan rentang usia 20-40 tahun bahwa antara BMI dengan kadar glukosa darah puasa terdapat

hubungan (p < 0,05) 12. Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan pada penelitian ini sudah terpenuhi, akan tetapi untuk mendapatkan hasil yang lebih spesifik dibutuhkan jumlah sampel yang lebih banyak sehingga faktor kesalahannya menjadi lebih kecil. BMI tidak menggambarkan distribusi lemak di seluruh tubuh. Berbagai literatur menyebutkan bahwa obesitas abdominal berhubungan lebih erat dengan peningkatan kadar glukosa darah puasa dibandingkan dengan obesitas umum. Penumpukan lemak di daerah viscera abdomen mengakibatkan peningkatan kadar asam lemak bebas. Peningkatan kadar asam lemak bebas pada obesitas sentral lebih tinggi daripada obesitas umum sehingga risiko terjadinya resistensi insulin pada obesitas sentral lebih tinggi daripada obesitas umum. Tabel 2 Hasil Uji Korelasi Pearson Tentang Hubungan antara Waist Circumference (WC) dengan Kadar Glukosa Darah Puasa WC Glukosa Pearson Correlation 1.410 * WC Sig. (2-tailed).024 Pearson Correlation.410 * 1 Glukosa Sig. (2-tailed).024 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2tailed). Tabel 3 Hasil Uji Korelasi Pearson Tentang Hubungan antara Waist Hip Ratio (WHR) dengan Kadar Glukosa Darah Puasa WHR Glukosa Pearson Correlation 1.458 * WHR Sig. (2-tailed).011 Pearson Correlation.458 * 1 Glukosa Sig. (2-tailed).011 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). Tabel 2 menunjukkan bahwa ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara WC dengan kadar glukosa darah puasa dengan = 0,024 ( < 0,05). Tabel 3 menunjukan bahwa ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara WHR dengan kadar glukosa darah puasa dengan = 0,011 ( < 0,05). Hasil penelitian ini menyerupai hasil yang didapatkan oleh Oboh & Adedeji pada tahun 2011 yang melakukan penelitian terhadap 104 subjek penelitian dengan overweightobesitas berjenis kelamin pria dengan

rentang usia 21-55 tahun bahwa antara WC dan WHR dengan kadar glukosa darah puasa terdapat hubungan (p > 0,05) 15. Hasil penelitian ini juga menyerupai hasil yang didapatkan oleh Etukamana et al, pada tahun 2013 yang melakukan penelitian terhadap 750 subjek penelitian berjenis kelamin pria dengan usia 15 tahun keatas bahwa antara WC dan WHR dengan kadar glukosa darah puasa terdapat hubungan (p > 0,05) 16. Rasio usia subjek penelitian pada penelitian ini dibandingkan dengan kedua penelitian tersebut lebih sempit yaitu usia 46-54 tahun. Hal ini sesuai dengan insidensi penderita gangguan toleransi glukosa dan DM terbanyak yaitu pada usia 45-55 tahun 2. Waist circumference (WC) dan waist hip ratio (WHR) merupakan parameter diagnosis obesitas abdominal. Obesitas abdominal adalah jenis obesitas dengan distribusi penumpukan lemak di daerah viscera abdomen. Sel-sel lemak viscera abdomen kurang responsif terhadap insulin yang berperan dalam menghambat proses lipolisis trigliserida dibandingkan dengan sel-sel lemak lainnya dalam tubuh, sehingga terjadi peningkatan lipolisis trigliserida yang mengakibatkan peningkatan pelepasan asam lemak bebas ke dalam sirkulasi darah 13,14. Parameter diagnosis obesitas dengan nilai < 0,05 yaitu waist circumference (WC) dan waist hip ratio (WHR) dibandingkan berdasarkan nilai r hitung untuk menentukan parameter diagnosis obesitas yang mempunyai hubungan paling kuat dengan kadar glukosa darah puasa pada pria usia 45 tahun keatas. Hasil out put data penelitian disajikan pada tabel berikut: Tabel 4 Perbandingan Hasil Uji Korelasi Pearson antara Waist Circumference (WC) dan Waist Hip Ratio (WHR) dengan Kadar Glukosa Darah Puasa Parameter Diagnosis Obesitas r hitung Waist Circumference (WC) 0,410 0,024 Waist Hip Ratio (WHR) 0,458 0,011 Tabel 4 menjelaskan tingkat keeratan hubungan antara WC dan WHR dengan kadar glukosa darah puasa. WHR mempunyai hubungan lebih erat dengan kadar glukosa darah puasa dibandingkan dengan WC Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan rekomendasi dari WHO yang menyatakan bahwa waist circumference (WC) merupakan prediktor diabetes melitus terbaik. Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh Patel DN & Singh MP di SKBS Medical Institute and Research Centre India pada tahun 2013 yang melakukan penelitian terhadap 260 subjek penelitian dengan overweightobesitas berjenis kelamin pria dan perempuan dengan rentang usia 30-50 tahun bahwa waist circumference (WC) mempunyai hubungan paling kuat dengan kadar glukosa darah puasa dibandingkan WHR dan BMI 17. Hasil penelitian ini juga berbeda dengan hasil yang didapatkan oleh Kaur et al di National Institute of Epidemiology India, pada tahun 2008 terhadap 2148 subjek penelitian dengan overweight-obesitas berjenis kelamin pria dengan rentang usia 18-69 tahun bahwa WC mempunyai hubungan paling

kuat dengan kadar glukosa darah puasa dibandingkan WHR dan BMI 10. Hal ini dapat disebabkan oleh jumlah sampel penelitian yang kurang banyak sehingga akurasi penelitian berkurang. Hasil pengukuran obesitas dengan metode WC pada subjek penelitian berusia 65 tahun keatas kurang akurat dikarenakan berkurangnya akumulasi lemak dan elastisitas kulit maka posisinya bergeser ke bawah sehingga dapat mempengaruhi hasil pengukuran. SIMPULAN Simpulan yang diperoleh dari Penelitian Hubungan antara Body Mass Index (BMI), Waist Circumference (WC), dan Waist Hip Ratio (WHR) dengan Kadar Glukosa Darah Puasa Pria Usia 45 Tahun Keatas adalah sebagai berikut: Terdapat hubungan antara peningkatan body mass index (BMI) dengan peningkatan kadar glukosa darah puasa pada pria usia 45 tahun keatas. Terdapat hubungan antara peningkatan waist circumference (WC) dengan peningkatan kadar glukosa darah puasa pada pria usia 45 tahun keatas. Terdapat hubungan antara peningkatan waist hip ratio (WHR) dengan peningkatan kadar glukosa darah puasa pada pria usia 45 tahun keatas. Peningkatan waist hip ratio (WHR) mempunyai hubungan yang lebih baik dengan peningkatan kadar glukosa darah puasa pada pria usia 45 tahun keatas dibandingkan dengan peningkatan waist circumference (WC) DAFTAR PUSTAKA 1. Hermawan AG. 1991. Komplikasi Obesitas dan Usaha Penanggulangannya. Cermin Dunia Kedokt. 8(68): 39-41. 2. World Health Organization (WHO). 2008. Waist Circumference and Waist Hip Ratio: Report of a WHO Expert Consultation. http://apps.who.int/iris/bitstream/ 10665/44583/1/9789241501491_e ng.pdf. 28 Agustus 2014. 3. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. h 17-74. 4. Cahjono H, Budhiarta AAG. 2007. Hubungan Resistensi Insulin dengan Kadar Nitric Oxide pada Obesitas Abdominal. J Peny Dalam. 8(1): 23-36. 5. Clare Salzler MJ, Crawford JM, Kumar V. 2007. Pankreas. Dalam: Kumar V, Cotran RS, Robbins SL. Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC. h 718 24. 6. Amin K, Anjum A, Muhammad D, Jamil K, Haider R. 2010. Frequency of Impaired Glucose Tolerance in Different Grades of Obesity. JUMDC 2(1): 4-7. 7. Kurniawan I. 2010. Diabetes Melitus Tipe 2 pada Usia Lanjut. Maj Kedokt Indon 12(60): 576-84. 8. Glumer C, Jorgensen T, Borch- Johnsen K. 2003. Prevalences of Diabetes and Impaired Glucose Regulation in a Danish

Population. Diabetes Care J. 8(26): 2335-40. 9. Lipoeto NI, Yerizel E, Edward Z, Widuri I. 2007. Hubungan Nilai Antropometri dengan Kadar Glukosa Darah. J Kedokt Univ Andalas. 2(1): 23-8. 10. Kaur P, Radhakrishnan E, Sankarasubbaiyan S, Rao SR, Chennakesavan SK, Rao TV et al. 2008. A Comparison of Anthropometric Indices for Predicting Hypertension and Type 2 Diabetes in a Male Industrial Population of Chennai, South India. Ethnicity & Disease J 18(2): 31-6. 11. Bakari AG, Onyemelukwe GC, Sani BG, Aliyu IS, Hassan SS, Aliyu TM. 2006. Relationship between Blood Sugar and Body Mass Index in an African Population. Int J Diabetes & Metabolism 8(14): 144-6. 12. Innocent I, Thankgod OO, Sandra EO, Josiah IE. 2013. Correlation between Body Mass Index and Blood Glucose Levels among Some Nigerian People. HOAJ Biology 8(10): 4-9. 13. Qatanani M, Lazar MA. 2007. Mechanisms of Obesity- Associated Insulin Resistance. Genes & Dev 21(10): 1443-55. 14. Bays H. 2014. Central Obesity as a Clinical Marker of Adiposopathy ; Increased Visceral Adiposity as A Surrogate Marker For Global Fat Dysfunction. Cur Opin Endocrinol Diabetes Obes 21(5): 345-51. 15. Oboh HA, Adedeji MA. 2011. Correlation of Waist Hip Ratio and Waist Height Ratio to Cardiovascular Risks Factor in a Nigerian Population. Niq Q J Hosp Med 21(1): 16-24. 16. Etukumana EA, Puepet FH, Obadofin MO. 2014. Relationship of Blood Glucose Levels with Waist Circumference, Hip Circumference, and Waist Hip Ratio Among Rural Adults in Nigeria. Asian J Pharm Clin Res 1(7): 204-6. 17. Patel DN, Singh MP. 2013. Comparison of Anthropometric Indicator of General Obesity (BMI) To Anthropometric Indicator of Central Obesity (WC, WHR) In Relation to Diabetes Melitus in Male Population. Natl J.Community Med 4(3): 377-80.