BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
UJI BATAS BATAS ATTERBERG ASTM D

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian pada tugas akhir ini bersifat research di laboratorium

ANALISIS HIDROMETER ASTM D (98)

UJI KONSOLIDASI (CONSOLIDATION TEST) ASTM D2435

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UJI KOMPAKSI ASTM D698 DAN ASTM D1557

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung berpasir ini berada di desa

UJI BERAT JENIS TANAH ASTM D ERLENMEYER

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, pertama melakukan pengambilan sampel tanah di

METODE PENELITIAN. 3. Zat additif yaitu berupa larutan ISS 2500 (ionic soil stabilizer).

METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini diantaranya : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari

Titik pengukuran kecepatan aliran

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah lempung lunak ini berada di Rawa Seragi,

Pada percobaan ini alat-alat yang digunakan adalah

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung yang berasal dari. daerah Karang Anyar, Lampung Selatan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan secara umum adalah eksperimen di laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini sampel tanah yang digunakan adalah jenis tanah organik

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturb soil) yaitu tanah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung (soft clay) yang

III. METODE PENELITIAN. Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung Rawa Sragi,

METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lanau yang diambil dari Desa

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung yang diambil dari

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau

III. METODE PENELITIAN. 2. Air yang berasal dari Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik

III. METODE PENELITIAN. yang berasal dari Sukarame, Bandar Lampung. Serta cornice adhesive atau

III. METODOLOGI PENELITIAN. ini seperti mengumpulkan hasil dari penelitian terdahulu yang berkaitan

III. METODE PENELITIAN. paralon sebanyak tiga buah untuk mendapatkan data-data primer. Pipa

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah berbutir halus dari Yoso Mulyo,

METODOLOGI PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah liat dari Yosomulyo, Kecamatan

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Uraian Umum

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah tanah yang diambil dari Desa Rawa

METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan merupakan tanah lempung lunak yang

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah tidak terganggu (undistrub soil).

METODE PENELITIAN. daerah Rawa Sragi, Lampung Timur. Lokasi pengujian dan pengambilan. sampel tanah dapat dilihat pada Gambar 5

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi

METODE PENELITIAN. tanah yang diambil yaitu tanah terganggu (disturb soil) dan tanah tidak

BAB VI PLASTIS LIMIT DAN LIQUID LIMIT. a. Craig, RF. Mekanika Tanah. BAB I Klasifikasi Dasar Tanah : Plastisitas Tanah Berbutir Halus.

L 01 UJI KLASIFIKASI

UJI SARINGAN (SIEVE ANALYSIS) ASTM D-1140

PRAKTIKUM MEKANIKA TANAH 2006/2007 BAB X KONSOLIDASI 1 REFERENSI

METODE PENELITIAN. tanah yang diambil yaitu tanah terganggu (disturb soil) dan tanah tidak

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung lunak yang diambil dari

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah Pasir ini berada di Kecamatan Pasir Sakti,

BATAS SUSUT. Kadar air, w= 100% 89.63

METODE PENELITIAN. Blok I A Karang Anyar, Lampung Selatan. Pengambilan sampel tanah menggunakan tabung besi. Tabung ditekan

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari Desa Pasir

METODOLOGI PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari daerah

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung lempung lunak dari Rawa

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan adalah tanah lempung yang terdapat yang. 1. Lokasi : Desa Margakaya, Jati Agung, Lampung Selatan

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengamatan dan pengambilan sampel tanah pada penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. melakukan penelitian di laboratorium. Persiapan penelitian terdiri dari:

III. METODE PENELITIAN. yang diambil adalah tanah terganggu (disturb soil) yaitu tanah yang telah

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung lunak (soft clay) yang

KOMPOSISI TANAH. Komposisi Tanah 2/25/2017. Tanah terdiri dari dua atau tiga fase, yaitu: Butiran padat Air Udara MEKANIKA TANAH I

METODOLOGI PENELITIAN. berasal dari Desa Karang Anyar, Lampung Selatan. Tanah yang digunakan

UJI CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR) ASTM D1883

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. panjang, dengan panjang = 18 cm, Lebar = 9 cm, dan tebal = 4,5 cm.

STUDI PENGARUH JENIS TANAH KOHESIF (IP) PADA UJI KOMPAKSI STANDAR PROCTOR ABSTRAK

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sifat fisik tanah adalah sebagai pertimbangan untuk merencanakan dan

III. METODE PENELITIAN. Lampung Timur dengan titik koordinat lintang (-5 o 71 84,26 ) dan bujur

Disusun oleh : RETNO SANTORO MELYANNY SITOHANG INDAH SEPTIANY DWITARETNANI DIMAZ PRASETYO

KONSOLIDASI (ASTM D )

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada industri paving block di way kandis Bandar

V. BATAS SUSUT DAN FAKTOR-FAKTOR SUSUT TANAH

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diambil meliputi tanah terganggu (disturbed soil) yaitu

III. METODOLOGI PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari Desa

UJI KONSOLIDASI CONSTANT RATE OF STRAIN DENGAN BACK PRESSURE PADA TANAH LEMPUNG DI DAERAH BATUNUNGGAL (BANDUNG SELATAN)

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

BAB 3 METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan di gunakan untuk penguujian adalah jenis tanah lempung

KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG YANG DITAMBAHKAN SEMEN DAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI SUBGRADE JALAN. (Studi Kasus: Desa Carangsari - Petang - Badung)

LAMPIRAN A PROSEDUR PENGUJIAN AWAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. langsung terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi. Teweh Puruk Cahu sepanajang 100 km.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VIII PEMERIKSAAN KEPADATAN STANDAR REFERENSI Braja M. Das. Principles of Geotechnical Engineering.Chapter 5 Soil Compaction.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB VII ANALISIS SARINGAN

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari Desa

III. METODE PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanah lanau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

34 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian yang penulis lakukan dalam penelitian ini menggunakan metode Eksperimen di laboratorium kampus,dengan menyajikan data secara deskriptif dengan menceritakan secara detail keadaan selama penelitian. 3.1 Flow Chart Penelitian

35 Gambar 3.1 Alur Penelitian 3.2 Prosedur-prosedur Penelitian Sebelum melakukan suatu penelitian 34 seorang penulis harus mengetahui segala prosedur-prosedur yang mau di teliti, dalam hal ini penulis harus menguasai segala sesuatunya tentang penelitian tersebut. Pada kesempatan ini penulis akan mencoba meneliti tanah lempung lunak yang berada di daerah dataran rendah di pantai utara Jawa Barat tepatnya di Desa Rawaurip Kecamatan Pangenan Kabupaten Cirebon, yang akan mengupayakan di perbaiki dengan menggunakan bahan campuran Semen dengan persentasi 0%, 2%, 5%, dan 10%. Sampel tanah lempung lunak yang di ambil adalah tanah yang sifatnya terganggu (undisturbed) dimana tanah lempung ini terkena cuaca diluar lapisan permukaan tanah. Penelitian ini di lakukan di laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia, jalan Dr. Setiabudi No. 207 Bandung 40154 Telp. 2013163. Prosedur-prosedur yang di lakukan dalam penelitian ini dilakukan berdasarkan ASTM. Dalam kesempatan ini penulis akan mencoba pengujianpengujian yang ada di Gambar 3.1.yaitu: 3.3 Uji Kadar air (ASTM D-2216-98) Kadar air adalah perbandingan antara berat air dengan berat butir tanah,dinyatakan dalam persen. a. Maksud dan Tujuan Maksud percobaan ini adalah untuk mengukur sifat-sifat fisis tanah. Sedangkan tujuanya adalah sebagai bagian dari klasifikasi tanah.

36 b. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah : Tanah lempung Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah: Silinder Ring Cawan atau Kontainer (Wadah Kecil) Timbangan dengan Ketelitian 0,01 gram Desikator Oven. c. Prosedur Uji Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah: 1. Menimbang sample tanah utuh beserta ring sampelnya. 2. Mengeringkannya di dalam oven suhu 105 o C selama 24 jam. 3. Mengeluarkan sample tanah utuh beserta ring sample, mendinginkannya terlebih dahulu, kemudian timbang sample tanah tanah beserta ring sampelnya yang telah kering oven. 4. Mengeluarkan tanah dari dalam ring sample, kemudian menimbang ring sample. d. Perhitungan Kandungan air tanah : (Berat Basah+Ring) Berat Ring - Berat kering x 100% Atau W = W w x100% = W = W 2 W 1 W s x100% W s W s Derajat kejenuhan (Degree of Saturation) Sr = V w V v x100% Berat Tanah kering

37 V w = W w γ w = W wet W dry γ w W S V v = V V s = V G s x γ w jadi Sr = W W S /γ w V W s / G S x γ w x100% Angka Pori (Void Ratio) e = V V = V V S V = V S V S W S / G S. γ 1 w e = V. G s. γ w W S 1 Porositas Volume Pori n = Volume Total = V v V x100% n = e e + 1 Dimana : V V s Gs Vv W s w W 1 W 2 = Volume contoh tanah = Volume Butir = Spesific Grafity = Volume pori = Berat tanah kering = Berat isi air = Berat isi tanah = Berat Ring = Berat Ring+contoh tanah W = Berat contoh tanah = W 2 W 1 3.4 Uji Berat Jenis (ASTM D-854-02)

38 Berat jenis tanah adalah perbandingan antara berat isi butir tanah terhadap berat isi air pada temperatur 4 0 C, tekanan 1 atmosfir. a. Maksud dan Tujuan Untuk mengetahui Berat jenis tanah yang digunakan pada hubungan fungsional antara fase udara, air, dan butiran dalam tanah dan oleh karenanya diperlukan untuk perhitungan-perhitungan parameter indeks tanah (index properties). b. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu : Tanah lempung Air suling (Aquades) Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini adalah : Botol Erlenmeyer Aquades Timbangan dengan ketelitian 0.01 g Termometer Alat pemanas berupa kompor listrik Oven Evaporating dish dan mangkok porselin Pipet Batang pengaduk yang terbuat dari gelas c. Prosedur Uji 1. Ambil contoh tanah seberat ± 60 g. Contoh tanah diremas dan dicampur dengan aquades di dalam suatu cawan sehingga menyerupai bubur yang homogen.

39 2. Adonan tanah ini kita masukkan ke dalam Erlenmeyer dan tambahkan aquades. 3. Erlenmeyer yang berisi contoh tanah ini dipanaskan di atas kompor listrik selama ± 10 menit supaya gelembung udaranya keluar. 4. Sesudah itu Erlenmeyer diangkat dari kompor dan ditambah dengan aquades sampai batas kalibrasi, lalu diaduk sampai suhunya merata. 5. Jika suhunya kurang dari 45 C, Erlenmeyer dipanaskan sampai 45-50 C. Muka air akan melewati batas kalibrasi lagi, kelebihan air diambil dengan pipet. Sebelum pengukuran suhu, selalu diaduk supaya suhunya merata. 6. Erlenmeyer direndam dalam suatu dish yang berisi air agar subunya turun. 7. Aduk agar temperaturnya merata. Setelah mencapai suhu 35 C dikeluarkan dari dish, bagian luar dikeringkan. Di sini permukaan air turun (dari batas kalibrasi) maka perlu ditambahkan aquades sampai batas kalibrasi, kemudian ditimbang. 8. Suhu diturunkan lagi hingga mencapai 25 C dengan cara yang sama, lalu Erlenmeyer dikeluarkan, bagian luar dikeringkan, ditambah air hingga batas kalibrasi dan ditimbang. 9. Larutan tanah tersebut kemudian dituangkan dalam dish yang telah ditimbang beratnya. Tidak boleh ada tanah yang tersisa dalam Erlenmeyer, jika perlu bilas dengan aquades hingga bersih. 10. Dish + larutan contoh tanah dioven selama 24 jam dengan suhu 110 C. 11. Berat dish + tanah kering ditimbang sehingga didapatkan berat kering tanah (Ws). 12. Dari percobaan di atas akan didapatkan 4 harga Gs yang kemudian diratarata. d. Perhitungan Menentukan berat jenis tanah berdasarkan formula :

40 Gs = W 2 W 1 W 4 W 1 W 3 W 2 3.5 Uji Batas-Batas Atterberg (ASTM D-4318-00) Percobaan ini mencakup penentuan batas-batas atterberg yang meliputi batas susut, batas plastis, dan batas cair. a. Maksud dan Tujuan Maksud dari uji batas-batas atterberg adalah untuk menentukan angka-angka konsistensi atterberg, yaitu : Batas Susut/Shringkage Limit (Ws) Batas Plastis/Plastic Limit (Wp) Batas Cair/Liquid Limit (W L ) Tujuan uji ini adalah untuk klasifikasi tanah butir halus. b. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah : Tanah lempung Aquades (batas cair) Air raksa ( batas susut) Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu : a. Batas Susut Ring Silinder Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram Oven dan Desikator Kontainer kaca Pelat kaca yang dilengkapi 3 buah jarum dan cawan kaca Pisau pemotong

41 b. Batas Plastis Pelat kaca Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram Kontainer Mangkok porselin Stikmat/jangka sorong Oven dan Desikator c. Batas Cair Pelat kaca dan pisau dempul Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram Kontainer sebanyak 5 buah Alat cassagrande dengan pisau pemotongnya Cawan porselin Oven dan desikator Spatula c. Prosedur Uji a. Batas Susut 1. Tanah yang dipergunakan dapat tanah yang terganggu. 2. Ring silinder diisi dengan contoh tanah, ratakan kedua permukaannya, tinggi dan diameter ring terlebih dahulu diukur. 3. Contoh tanah yang dimasukan dalam oven pada temperature 105-110 0 C selama 24 jam. 4. Setelah dioven lalu dimasukan kedalam desikator selama kurang lebih 1 jam. 5. Kontainer kaca diisi dengan air raksa, permukaannya dalam kontainer diratakan dengan pelat kaca, hal ini disebabkan karena permukaan air raksa cembung. 6. Timbang pelat kaca dan kontainer kacanya.

42 7. Letakan kontainer kaca di atas cawan kaca, lalu contoh tanah ditekan perlahan-lahan kedalam air raksa (Hg) dalam kontainer diratakan dengan pelat kaca. 8. Timbang berat cawan kaca + Hg yang tumpah. b. Batas Plastis 1. Masukan contoh tanah dalam mangkok, diremas-remas sampai lembut, ditambahkan aquades sedikit dan diaduk sampai homogen. 2. Letakan contoh tanah adukan itu diatas pelat kaca dan digulung-gulung dengan telapak (3 mm). akan dijumpai 3 keadaan yaitu : Gulungan terlalu basah sehingga dengan diameter 1/8 inch tanah belum retak Gulungan terlalu kering sehingga sewaktu diameter belum mencapai 1/8 inch, gulungan tanah sudah mulai retak. Gulungan dengan kadar air tepat, yaitu gulungan mulai retak sewaktu mencapai diameter 1/8 inch. 3. Timbang kontainer sebanyak 3 buah. 4. Gulungan tanah tersebut dimasukan kedalam container, tiap container berisi 5 buah gulungan, dengan berat masing-masing minimum ± 5 gram. Ketiga kontainer yang berisi gulungan tanah tersebut dimasukan dalam oven ± 24 jam pada suhu 105-110 0 C. 5. Setelah dioven lalu dimasukan kedalam desikator selama kurang lebih 1 jam, lalu ditimbang. 6. Harga rata-rata kadar air dari percobaan diatas adalah batas plastisnya. c. Batas Cair

43 1. Contoh tanah diambil secukupnya, ditaruh dalam cawan porselin dan ditumbuk dengan penumbuk karet, diberi aquades dan diaduk sampai homogen. 2. Pindahkan tanah tersebut keatas plat kaca dan di aduk sampai homogen dengan pisau dempul, bagian yang kasar dibuang. 3. Ambil sebagian dari contoh tanah, dan dimasukan dalam alat cassagrande dipotong dengan grooving tool dengan posisi tegak lurus, sehingga didapat jalur tengah. 4. Alat cassagrande diputar dengan kecepatan konstan 2 putaran/detik. Mangkok akan terangkat dan jatuh dengan ketinggian 10 mm (sudah distel). 5. Percobaan dihentikan jika bagian yang terpotong seudah merapat, dan dicatat banyaknya ketukan, biasanya harus berkisar antara 10-100 ketukan. 6. Tanah pada bagian yang merapat diambil dan dimasukan dalam oven, ditempatkan dalam kontainer yang telah ditimbang beratnya. Sebelum dimasukkan dalam oven tanah + kontainer ditimbang. 7. Setelah dioven selama 24 jam pada temperatur 105-110 0 C, baru dimasukkan kedalam desikator selama ± 1 jam untuk mencegah penyerapan uap air dari udara. 8. Percobaan diatas dilakukan 5 kali. 9. Segera dilakukan penimbangan sesudah keluar dari desikator. 10. Setelah kadar air didapat, dibuat grafik hubungan antara kadar air dengan jumlah ketukan dalam kertas skala semi-log. Grafik ini secara teoritis merupakan garis lurus. 11. Kadar air dimana jumlah ketukan 25 kali disebut batas cair. Batas cair ini diulangi dengan tanah yang telah dimasukan kedalam oven, tanah tersebut ditambahkan aquades secukupnya, prosedur selanjutnya sama dengan diatas, dan batas cair yang didapatkan disebut W L oven

44 d. Perhitungan Indeks plastisitas (I p ) I p = W L -W P Indeks Alir (I f ) I f = W logn Indeks kekakuan (It) I t = I p I f Indeks kecairan (I 1 ) I 1 = W W p I p Indeks konsistensi (I c ) I c = W L W I p 3.6 Uji Hidrometer (ASTM D-442-63(98)) Metode ini mencakup penentuan dari distribusi ukuran butir tanah yang lolos saringan No. 200 a. Maksud dan Tujuan

45 Analisis hidrometer adalah metode untuk menghitung distribusi ukuran butir tanah berdasarkan sedimentasi tanah dalam air, kadang disebut juga uji sedimentasi. Analisis hidrometer ini bertujuan untuk mengetahui pembagian ukuran butir tanah yang berbutir halus. b. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah : Tanah lempung Air Aquades Peralatan yang digunakan dalam percobaan ini yaitu : Satu buah hydrometer tipe ASTM -152 H Dua buah tabung gelas dengan volume 1000 cc Stopwatch Mixer dan mangkoknya Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram Termometer Dish Oven c. Prosedur Uji 1. Larutan dimasukan kedalam satu tabung gelas dan tambah air hingga volume 1000 cc. tabung gelas yang satu lagi diisi dengan air untuk tempat hydrometer.

46 2. Tabung yang berisi larutan tanah dikocok selama 30 detik, hydrometer dimasukkan. Pembacaan dilakukan pada menit ke 0, 1, 2, 4 dengan catatan untuk tiap-tiap pembacaan, hydrometer hanya diperkenankan 10 detik dalam larutan, selebihnya hydrometer dimasukkan dalam tabung yang berisi aquades. Temperature juga diukur pada setelah pembacaan. 3. Tabung dikocok lagi dan pembacaan diulang seperti diatas, ini dilakukan 3 kali dan di ambil harga rata-ratanya. 4. Setelah ini dilanjutkan pembacaan tanpa mengocok, pembacaan dilakukan pada menit ke 8, 30, 45, 60, 90, 210, 1290, 1440. Pada tiap-tiap pembacaan hydrometer diangkat dan diukur temperaturnya. 5. Setelah semua pembacaan selesai, larutan dituang dalam dish yang telah ditimbang beratnya, kemudian dimasukkan dalam oven selama 24 jam pada temperature 105-110 0 C untuk mendapatkan berat keringnya. 6. Dari percobaan diatas dapat dihitung persen lebih halusnya, dan dengan menggunakan chart dapat dihitung ekuivalennya. 7. Dari hasil perhitungan di atas dapat dibuat grain size distribution curvenya. d. Perhitungan % finer = Rc x a x100% W s Dimana : a = Faktor koreksi = 1,65 x G s 2,65 x G s 1 = atau juga dapat dilihat dari table 3.4 Rc Ra = koreksi pembacaan hydrometer = Ra-Co-Ct = Pembacaan hydrometer sebenarnya

47 Co = Koreksi nol (zero correction) Ct = Koreksi suhu, dilihat dari table 3.5 D = K L t Dimana : D = Diamter butir (mm) L = Effective depth (cm), dari table 3.6 t = Elepsed time (menit) Ƞ = Viskositas aquades (poise), dari table 3.3 G S = Specific gravity of soil G w = specific gravity of water, dilihat dari table 3.3 K = 30μ g G s G w

48 Tabel 3.1 Properties of Distilled Water Temperatur Specific Gravity of Water, G w Viscocity of Water, ( C) 4 1.00000 0.01567 17 0.99889 0.01083 18 0.99862 0.01056 19 0.99844 0.01030 20 0.99823 0.01005 21 0.99802 0.00981 22 0.99780 0.00958 23 0.99757 0.00936 24 0.99733 0.00914 25 0.99708 0.00894 26 0.99682 0.00874 27 0.99655 0.00855 28 0.99627 0.00836 29 0.99598 0.00818 30 0.99568 0.00801 Sumber : Dermawan. Herwan (2010:3) Tabel 3.2 Correction Faktor for Unit Weight of Solid Unit Weight of Soil Solid, G s Correction Factor, a 2.85 0.96 2.80 0.97 2.75 0.98 2.70 0.99 2.65 1.00

49 2.60 1.01 2.55 1.02 2.50 1.04 Sumber : Dermawan. Herwan (2010:3) Tabel 3.3Properties Correction Factors Temperatur Ct ( C) 18-0.50 19-0.30 20 0.00 21 0.20 22 0.40 23 0.70 24 1.00 25 1.30 26 1.65 27 2.00 28 2.50 29 3.05 30 3.80 Sumber : Dermawan. Herwan (2010:3)

50 Tabel 3.4 Values of K for Several Unit Weight of Soil Solids and Temperature Combination Temperatur Unit Weight of Soil Solid ( C) 2.50 2.55 2.60 2.65 2.70 2.75 2.80 2.85 16 0.0151 0.0148 0.0146 0.0144 0.0141 0.0139 0.0137 0.0136 17 0.0149 0.0146 0.0144 0.0142 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134 18 0.0148 0.0144 0.0142 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132 19 0.0145 0.0143 0.0140 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132 0.0131 20 0.0143 0.0141 0.0139 0.0137 0.0134 0.0133 0.0131 0.0129 21 0.0141 0.0139 0.0137 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0127 22 0.0140 0.0137 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0128 0.0126 23 0.0138 0.0136 0.0134 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124 24 0.0137 0.0134 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0125 0.0123 25 0.0135 0.0133 0.0131 0.0129 0.0127 0.0125 0.0123 0.0122 26 0.0131 0.0131 0.0129 0.0127 0.0125 0.0124 0.0122 0.0120 27 0.0132 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124 0.0122 0.0120 0.0119 28 0.0130 0.0128 0.0126 0.0124 0.0123 0.0121 0.0119 0.0117 29 0.0129 0.0127 0.0125 0.0123 0.0121 0.0120 0.0118 0.0116 30 0.0128 0.012.6 0.0124 0.0122 0.0120 0.0118 0.0117 0.0115 Sumber : Dermawan. Herwan (2010:4)

51 Tabel 3.5Value of L (Effective Depth) for Use in Stokes Formula for Diameter of Particles from ASTM Soil Hydrometer 152 H Original Hyd. Effective Depth, Original Hyd. Effective Depth, Reading (Corrected L (cm) Reading (Corrected L (cm) for Meniscus Only) for Meniscus Only) 0 16.3 31 11.2 1 16.1 32 11.1 2 16.0 33 10.9 3 15.8 34 10.7 4 15.6 35 10.5 5 15.5 36 10.4 6 15.3 37 10.2 7 15.2 38 10.1 8 15.0 39 9.9 9 14.8 40 9.7 10 14.7 41 9.6 11 14.5 42 9.4 12 14.3 43 9.2 13 14.2 44 9.1 14 14.0 45 8.9 15 13.8 46 8.8 16 13.7 47 8.6 17 13.5 48 8.4 18 13.3 49 8.3

52 19 13.2 50 8.1 20 13.0 51 7.9 21 12.9 52 7.8 22 12.7 53 7.6 23 12.5 54 7.4 24 12.4 55 7.3 25 12.2 56 7.1 26 12.0 57 7.0 27 11.9 58 6.8 28 11.7 59 6.6 29 11.5 60 6.5 30 11.4 Sumber : Dermawan. Herwan (2010:5) 3.7 Uji Kompaksi (ASTM D-698 dan ASTM D-1557) Pemadatan adalah suatu proses dimana udara pada pori-pori tanah dikeluarkan dengan suatu cara mekanis (digilas/ditumbuk). a. Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan uji kompaksi adalah untuk mendapatkan kadar air optimum dan berat isi kering maksimum pada suatu proses pemadatan. b. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam percobaan kompaksi adalah : Tanah lempung ± 25 kg Peralatan yang digunakan pada percobaan kompaksi ini yaitu : Alat kompaksi : 1. Mold dengan tinggi 4,6, diameter 4 volume 1/30 cu-ft. 2. Collar dengan tinggi 2,5. Diameter 4.

53 3. Hammer dengan berat 5,5 lb atau 10 lb, diameter 2, tinggi jatuh 12 atau 18. Sprayer untuk menyemprot air ke tanah Ayakan no.4 Pisau, scoop, palu karet. Timbangan dengan ketelitian 0,1 gram atau 0,01 gram Oven, desikator, container c. Prosedur Uji 1. Siapkan contoh tanah yang akan diuji ± 25 kg dimana tanah sudah dibersihkan dari akar-akaran dan kotoran lain. 2. Tanah dijemur sampai kering udara (air drained), atau dikeringkan dalam oven dengan suhu 60 0 C. 3. Gumpalan-gumpalan tanah dihancurkan dengan palu karet agar butir tanah tidak ikut hancur. 4. Contoh tanah kering dalam keadaan lepas diayak dengan ayakan no.4, hasil ayakan dipergunakan. 5. Tanah hasil ayakan sebanayak ± 3 kg disemprot air untuk mendapat hasil contoh tanah dengan kebasahan merata sehingga bisa dikepal tapi masih mudah lepas (hancur). 6. Mold yang akan dipergunakan dibersihkan, ditimbang beratnya dan diukur volumenya (biasanya volume mold = 1/30 cu-ft). isikan contoh tanah kedalam mold setelah 1-2 (modified) atau 2-4 (standard). 7. Tumbuk dengan hammer sebanyak 25 kali pada tempat yang berlainan. Hammer yang dipergunakan disesuaikan dengan cara percobaan. 8. Isikan lagi untuk lapis berikutnya dan tumbuk sebanyak 25 kali. 9. Pengisian diteruskan sebanyak 5 lapisan untuk modified atau 3 lapisan untuk standard. Pada penumbukan lapisan terakhir harus dipergunakan

54 sambungan tabung (collar) pada mold agar pada waktu penumbukan hammer tidak meleset keluar. 10. Buka sambungan tabung di atasnya dan ratakan permukaan tanahnya dengan pisau. 11. Mold dan contoh tanah ditimbang. 12. Tanah dikeluarkan dengan bantuan dongkrak dan diambil bagian atas (A), tengah (T), dan bawah (B), masing-masing ± 30 gram kemudaian di oven selama 24 jam. 13. Setelah 24 jam dioven, container + tanah kering ditimbang. 14. Dengan mengambil harga rata-rata dari air ketiganya didapat nilai kadar air nya. 15. Percobaan dilakukan sebanyak minimum 5 kali dengan setiap menambah kadar airnya sehingga dapat dibuat grafik berat isi kering terhadap kadar air. d. Perhitungan 1. Berat isi kering ( d ) dapat dihitung dengan rumus : γ d = Dimana : W V w W V(1 + w) = Berat total tanah kompaksi bahan dalam mold = Volume Mold = Kadar air kompaksi 2. Untuk menggambarkan Zero Air Voids Curve dihitung dengan memakai rumus:

55 γ d = Dimana : Gs x γ w 1 + (wxgs/sr) Gs = Berat jenis tanah w = Berat volume air w Sr = Kadar Air = Derajat kejenuhan Tabel 3.6. Standard Compaction Test dan Modified Compaction Standard Modified Mold Diameter 4 inch 4 inch Isi 1/30 cubic feet 1/30 cubic feet Hamer Berat 5.5 pound 10 pound Tinggi jatuh 12 inch 18 inch Lapisan 3 Lapisan 5 Lapisan Jumlah Pukulan 25 x /lapis 25 x /lapis Energi ± 12400 ft-lb/cu-ft ± 56000 ft-lb/cu-ft Sumber : Dermawan. Herwan (2010:6) 3.8 Uji Konsolidasi Uji konsolidasi dilakukan pada tanah lempung atau lanau yang jenuh air berdasarkan teori Terzaghi. Khusus untuk tanah ekspansif dan tanah organik, maka tidak termasuk dalam lingkup pengujian ini. a. Maksud dan Tujuan

56 Maksud uji konsolidasi adalah memberikan beban secara bertahap kepada tanah dan mengukur perubahan volume (atau perubahan tinggi) contoh tanah terhadap waktu. Tujuan dari uji konsolidasi adalah untuk menentukan sifat kemampatan tanah dan karakteristik konsolidasinya yang merupakan fungsi permeabilitas tanah. b. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam uji konsolidasi ini adalah : Tanah Lempung Semen (0%, 2%, 5%, dan 10%) Aquades Peralatan yang digunakan pada uji konsolidasi ini yaitu : Alat konsolidasi, terdiri dari 2 bagian : a. Alat pembebanan b. Alat konsolidasi Arloji ukur Peralatan untuk meletakkan contoh tanah kedalam ring konsolidasi Timbangan dengan ketelitian 0,01 gram dan 0,1 gram Oven Desikator Stopwatch Alat pemotong yang merupakan pisau tipis dan tajam serta pisau kawat. Penggarsi (Scale). c. Prosedur Uji 1. Ukur tinggi, diameter dan berat ring konsolidasi (dengan ketelitian 0,1 gram)

57 2. Ambil contoh tanah yang telah di campur dengan menggunakan semen dengan persentase semen 0%, 2%, 5%, 10%,dengan diameter yang sama dengan diameter ring. 3. Masukan contoh tanah tadi kedalam ring dengan hati-hati, lapisan atas harus terletak di bagian atas. 4. Contoh tanah dan ring ditimbang. 5. Tempatkan batu pori pada bagian atas dan bawah ring sehingga contoh tanah yang telah dilapisi kertas pori terapit oleh kedua batu pori. Kemudian masukkan dalam sel konsolidasi. 6. Pasang pelat penumpu diatas batu pori. 7. Letakkan sel konsolidasi yang sudah berisi contoh tanah pada alat konsolidasi, bagian yang runcing dari pelat penumpu tepat menyentuh alat pembebanan. 8. Aturlah kedudukan arloji pengukur penurunan, kemudian dibaca dan dicatat. 9. Pasanglah beban pertama sehingga tekanan pada contoh mencapai besar 0,25 kg/cm 2. lakukan pembacaan pada detik ke 6, 15, 30, dan pada menit ke 1, 2, 4, 8, 15, 30, 60, 90, 120, 180, 330, 420, 1140. Setelah beban dipasang. Sesudah pembacaan 1 menit sel konsolidasi diisi air. 10. Setelah beban bekerja 24 jam pembacaan arloji yang terakhir dicatat. Pasang beban kedua sebesar beban pertama sehingga tekanan menjadi 2x semula. Kemudian baca dan catat arlojji seperti pada butir 9. 11. Lakukan butir 9 dan 10 untuk beban-beban selanjutnya. Contoh tanah diberi beban-beban ¼ kg/cm 2, ½ kg/cm 2, 1 kg/cm 2, 2 kg/cm 2, 4 kg/cm 2, 8 kg/cm 2 dan seterusnya dengan LIR (load increment ratio) =1. Besarnya beban maksimum yang di berikan tergantung pada tegangan yang akan bekerja pada lapisan tanah tersebut. 12. Setelah beban 8 kg/cm 2 dikerjakan selama 24 jam, beban dikurangi hingga mencapai 2 kg/cm 2 dan kemudian ¼ kg/cm 2. Beban-beban tersebut dibiarkan selama 4 jam, dan dibaca besar pengembangannya dari masing-masing beban tersebut.

58 13. Setelah pembacaan terakhir dicatat, keluarkan contoh tanah dan ring dari sel konsolidasi, kemudian batu pori diambil dari permukaan atas dan bawah. 14. Timbang ring yang berisi contoh tanah setelah dibersihkan dari genangan air yang terdapat pada sel konsolidasi. 15. Masukkan ring yang berisi contoh tanah tersebut kedalam oven selama 24 jam untuk mengetahui berat kering contoh tanah. d. Perhitungan Tentukan berat jenis (Gs) dari contoh tanah yang dicari dari pengujian tersendiri. Hitung berat tanah basah, berat isi, kadar air, contoh setelah dan sebelum pembebanan.dan hitung pula berat tanah keringnya (Ws). Hitung tinggi efektif contoh tanah dengan rumus sebagai berikut : Hs = Ws A. Gs Dimana : Hs = A = Ws = Gs = Tinggi efektif benda uji (tinggi butir-butiran tanah jika di anggap menjadi satu. Luas benda uji Hitung angka pori semula e 0 = Hv Hs Dimana : Hv = Tinggi pori (Hi-Hs) Berat contoh tanah kering berat jenis contoh tanah Hitung angka pori mula-mula pada setiap pembebanan. e = H s

59 e = e 0 e Hitung derajat kejenuhan (Sr) sebelum dan sesudah percobaan. Sr = w. Gs e Tentukan harga koefisien konsolidasi (Cv) ada dua cara untuk menentukan (Cv) yaitu : Log Fitting Method Buat grafik penurunan terhadap log waktu dari setiap pembebanan (skala semi log) Dua bagian yaitu bagian tengah dan bagian akhir diteruskan hingga perpotongan pada R 100 (100% konsolidasi) Titik koreksi nol R 0 terletak pada sebuah titik pada grafik disekitar pambacaan 0,1 menit, dengan jarak sama dengan jarak vertical titik tersebut dengan suatu titik pada grafik yang pada waktunya 4 x lebih besar, sebaiknya dilakukan koreksi paling tidak dua kali R 50 adalah setengah dari jumlah R 0 dan R 100. Dengan diketahuinya t 50 (waktu untuk mencapai konsolidasi 50%) Hitung harga koefisien konsolidasi pada setiap pembebanan dengan rumus : c v = 0,197H2 t 50 Dimana : 0,197 = Time factor 90% konsolidasi c v = Koefisien konsolidasi (Cm 2 /detik) H = ½ tinggi benda uji rata-rata (drainase ganda) (cm)

60 t 50 = waktu untuk mencapai 50% konsolidasi (detik) Hitung harga primary compression ratio (r), dengan rumus : Log Fitting Method r = R 0 R 100 R I R f Dimana : r R 0 R 100 R 90 R I R f = Primary compression ratio = Titik koreksi nol = Pembacaan penurunan pada 100% konsolidasi dari log fitting method. = Pembacaan penurunan pada 90% konsolidasi dari square root fitting method. = Pembacaan penurunan pada awal percobaan = Pembacaan penurunan pada akhir percobaan Hitung harga compression index (Cc). buat grafik hubungan antara angka pori e dengan log tekanan. Kemiringan grafik ini adalah harga compression index. C C = de d log 10 P Harga koefisien kompresibilitas (a v )

61 a v = Dimana : 0,435 x Cc P P = Harga peningkatan tekanan rata-rata ½ (P 1 +P 2 ) Harga a v dapat juga diperoleh dengan membuat grafik hubungan antara angka pori e dengan tekanan (skala biasa). Kemiringan grafik ini merupakan harga a v Harga Coefficient of volume compressibility (m v ) a v m v = 1 + e 0 Harga koefisien permeabilitas (k) koefisien permeabilitas dapat dihitung dari rumus: k = C v x a v x γ w 1 + e Dimana : w = Berat isi air Indeks Pemampatan Sekunder sebanding dengan logaritma dari waktu dan kemiringan konsolidasi primer (itu sangat tergantung pada tegangan efektif akhir tanah) : C α = e log t 2 log t 1 = e log t 2 /t 1 Dimana : C α Δe t = Indeks pemampatan sekunder = Perubahan angka pori = Waktu Tabel 3.7 Hubungan Antara Time Faktor (Tv) Dengan Derajat Konsolidasi (U)

62 Time faktor (Tv) Derajat Konsolidasi (U) 20 0.031 40 0.126 50 0.197 60 0.287 80 0.565 90 0.848 Sumber : Dermawan. Herwan (2010:7)