Pengaruh Penambahan Bahan Stabilisasi Merk X Terhadap Nilai California Bearing Ratio (CBR)

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu dan Semen Terhadap Karakteristik Tanah Lempung Ekspansif Di Bojonegoro

LAPORAN PENELITIAN DOSEN MUDA PEMANFAATAN KLELET ( LIMBAH PADAT INDUSTRI COR LOGAM ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT PADA BETON KEDAP AIR

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN DENGAN KOMPOSISI 75% FLY ASH DAN 25% SLAG BAJA PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN PASIR DAN SEMEN UNTUK LAPIS PONDASI JALAN RAYA. Anwar Muda

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

PEMANFAATAN KAPUR SEBAGAI BAHAN STABILISASI TERHADAP PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN VARIASI UKURAN BUTIRAN TANAH

PENAMBAHAN LEMPUNG UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR TANAH PASIR PADANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH RESAPAN AIR (WATER ADSORPTION) TERHADAP DAYA DUKUNG LAPIS PONDASI TANAH SEMEN (SOIL CEMENT BASE)

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GYPSUM DENGAN LAMANYA WAKTU PENGERAMAN (CURING) TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN (DENGAN SLAG BAJA DAN FLY ASH) PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

STUDI PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH LEMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN SEMEN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Vol.16 No.1. Februari 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat

PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH GEDE BAGE BANDUNG DENGAN ENZIM DARI MOLASE TERFERMENTASI

POTENSI PENAMBAHAN DOLOMIT DAN BOTTOM ASH TERHADAP PENINGKATAN NILAI CBR TANAH EKSPANSIF

EFEKTIFITAS SEMEN PADA STABILISASI LEMPUNG DENGAN KAPUR AKIBAT PERCEPATAN WAKTU ANTARA PENCAMPURAN DAN PEMADATAN

Yanuar Eko Widagdo, Yulvi Zaika, Eko Andi Suryo ABSTRAK Kata-kata kunci: Pendahuluan

Pengaruh Variasi Jarak dan Panjang Kolom Stabilisasi Tanah Ekspansif Di Bojonegoro dengan Metode Deep Soil Mix Tipe Single Square

KATA PENGANTAR. Alhamdulillahirabbil alamin, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di

PENGARUH KADAR LEMPUNG DAN KADAR AIR PADA SISI BASAH TERHADAP NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG KEPASIRAN (SANDY CLAY)

TINJAUAN SIFAT PLASTISITAS TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR ABSTRAKSI

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GYPSUM

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KORELASI CBR DENGAN INDEKS PLASTISITAS PADA TANAH UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

PENGARUH PENAMBAHAN AIR DIATAS KADAR AIR OPTIMUM TERHADAP NILAI CBR DENGAN DAN TANPA RENDAMAN PADA TANAH LEMPUNG YANG DICAMPUR ABU TERBANG

Pengaruh Penambahan Semen, Abu Sekam Padi dan Abu Ampas Tebu pada Tanah Lempung Ekspansif di Bojonegoro terhadap Nilai CBR, Swelling, dan Durabilitas

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PEMANFAATAN KAPUR DAN FLY ASH UNTUK PENINGKATAN NILAI PARAMETER GESER TANAH LEMPUNG DENGAN VARIASAI LAMA PERAWATAN

ANALISIS PENINGKATAN NILAI CBR PADA CAMPURAN TANAH LEMPUNG DENGAN BATU PECAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KORELASI ANTARA HASIL UJI KOMPAKSI MODIFIED PROCTOR TERHADAP NILAI UJI PADA ALAT DYNAMIC CONE PENETROMETER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

INVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen )

PENGARUH JARAK DAN PANJANG KOLOM DENGAN DIAMETER 5CM PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG EKSPANSIF MENGGUNAKAN METODE DSM BERPOLA TRIANGULAR

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap pengujian tanah tanpa bahan tambah. limbah cair pabrik susu 35%

ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA

STUDI SIFAT FISIK TANAH ORGANIK YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN CORNICE ADHESIVE. Iswan 1) Muhammad Jafri 1) Adi Lesmana Putra 2)

PERBAIKAN TANAH DASAR JALAN RAYA DENGAN PENAMBAHAN KAPUR. Cut Nuri Badariah, Nasrul, Yudha Hanova

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU SERBUK KAYU

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

METODE PENELITIAN. Lampung yang telah sesuai dengan standarisasi American Society for Testing

PEMANFAATAN LIMBAH BETON SEBAGAI BAHAN STABILISASI TERHADAP PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG KECAMATAN SUKODONO KABUPATEN SRAGEN

STUDI POTENSI TANAH TIMBUNAN SEBAGAI MATERIAL KONSTRUKSI TANGGUL PADA RUAS JALAN NEGARA LIWA - RANAU DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT. G.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Korelasi antara OMC dengan Batas Plastis pada Proses Pemadatan untuk Tanah Timbun di Aceh

III. METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah

PENGARUH VARIASI DIAMETER SOIL CEMENT COLUMN SKALA LABORATORIUM UNTUK STABILISASI TANAH LEMPUNG PLASTISITAS TINGGI PADA INDEKS LIKUIDITAS 1 DAN 1.

BAB III METODOLOGI. terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi:

Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu dan Kapur Terhadap Karakteristik Tanah Lempung Ekspansif Di Bojonegoro

ABSTRAK

PENGARUH SIKLUS BASAH KERING PADA SAMPEL TANAH TERHADAP NILAI ATTERBERG LIMIT

KONTRIBUSI PENAMBAHAN ZAT ADDITIVE (SEMEN) TERHADAP TANAH LOKAL UNTUK MENINGKATKAN NILAI CBR SEBAGAI LAPIS PONDASI ATAS BAMBANG RAHARMADI

PEMANFAATAN MILL SEBAGAI BAHAN STABILISASI TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG DESA NAMBUHAN, PURWODADI, GROBOGAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH LAMA PERENDAMAN TERHADAP NILAI CBR SUATU TANAH LEMPUNG UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA LOKASI GEDUNG GRHA WIDYA (Studi Laboratorium).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN)

PENGARUH CAMPURAN ABU SABUT KELAPA DENGAN TANAH LEMPUNG TERHADAP NILAI CBR TERENDAM (SOAKED) DAN CBR TIDAK TERENDAM (UNSOAKED)

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN ANALISIS

KAJIAN EFEKTIFITAS SEMEN DAN FLY ASH DALAM STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN UJI TRIAXIAL CU DAN APLIKASI PADA STABILISASI LERENG ABSTRAK

Pengaruh Lama Waktu Curing Terhadap Nilai CBR Dan Swelling Pada Tanah Lempung Ekspansif Di Bojonegoro Dengan Campuran 15% Fly Ash

Pengaruh Kandungan Material Plastis Terhadap Nilai CBR Lapis Pondasi Agregat Kelas S

Tugas Akhir Pengaruh Penambahan Portland Cement Pada Tanah Terhadap Nilai California Bearing Ratio (CBR)

Disusun Oleh : Bill Clinton Andhika Suryasin Auditya

Kata kunci: lempung ekspansif, perawatan, abu sekam padi, CBR, tingkat pengembangan (swelling).

PENGARUH PENAMBAHAN TANAH GADONG PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN SEMEN (Studi Kasus Kerusakan Jalan Desa Jono, Tanon, Sragen)

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

KAJIAN PENINGKATAN NILAI CBR MATERIAL LAPISAN PONDASI BAWAH AKIBAT PENAMBAHAN PASIR

distabihsasi dan pengujian sifat mekanis contoh tanah yang telah distabilisasi dengan

PENGARUH PERSENTASE KADAR BATU PECAH TERHADAP NILAI CBR SUATU TANAH PASIR (Studi Laboratorium)

Seminar Nasional : Peran Teknologi di Era Globalisasi ISBN No. :

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN ABU CANGKANG KELAPA SAWIT GUNA MENINGKATKAN STABILITAS TANAH LEMPUNG

KUAT TEKAN BEBAS TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI DISTABILISASI PASIR DAN SEMEN ANWAR MUDA

PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR DENGAN LAMANYA WAKTU PERAWATAN (CURING) TERHADAP KEKUATAN DAN PENGEMBANGAN (SWELLING) TANAH LEMPUNG EKSPANSIF

PENGGUNAAN LIMBAH BATU BATA SEBAGAI BAHAN STABILISASI TANAH LEMPUNG DITINJAU DARI NILAI CBR. Hairulla

DAFTAR ISI. TUGAS AKHIR... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PENGESAHAN PENDADARAN... iii. PERNYATAAN... iv. PERSEMBAHAN... v. MOTTO...

NlLAI KUAT DUKUNG TANAH LEMPUNG PEDAN KLATEN YANG DISTABILISASI DENGAN TRAS (Studi Kasus Tanah Lempung, Desa Troketon, Pedan, Klaten)

PENGARUH LAMA WAKTU CURING TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO DENGAN CAMPURAN 6% ABU SEKAM PADI DAN 4% KAPUR

PERBAIKAN PENGEMBANGAN TANAH MENGGUNAKAN ZAT ADDITIVE KAPUR DENGAN PEMODELAN ALAT KONSOLIDASI

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (ABU AMPAS TEBU) UNTUK MEMPERBAIKI KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG SEBAGAI SUBGRADE JALAN (059G)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.S.P Jurnal Volume 1 Nomor 1, Mei 2012

STABILISASI TANAH LEMPUNG MENGGUNAKAN KERIKIL UNTUK MENINGKATKAN DAYA DUKUNG (CBR) DI LABORATORIUM SEBAGAI BAHAN TIMBUNAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

BAB III METODOLOGI. langsung terhadap obyek yang akan diteliti, pengumpulan data yang dilakukan meliputi. Teweh Puruk Cahu sepanajang 100 km.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

TINJAUAN KUAT DUKUNG, POTENSI KEMBANG SUSUT, DAN PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG PEDAN KLATEN. Abstraksi

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

Transkripsi:

Pengaruh Penambahan Bahan Stabilisasi Merk X Terhadap Nilai California Bearing Ratio (CBR) Mahesa Hidayat, Arief Rachmansyah, Yulvi Zaika Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono 167, Malang 65145, Indonesia E-mail: mahesahidayat@gmail.com ABSTRAK Nilai CBR suatu bahan merupakan hal yang sangat diperhitungkan pada kontruksi baik jalan ataupun konstruksi lainnya. Penggunaan tanah yang distabilisasi untuk digunakan sebagai bahan konstruksi merupakan sebuah alternatif. Salah satu caranya berupa meningkatkan kerapatan tanah dengan cara pemadatan dan mencampur dengan bahan stabilisasi tambahan untuk meningkatkan sifat-sifat tanah. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bahan stabilisasi merk X yang diproduksi Chemilink Technologies Group yang merupakan bahan polimer dalam bentuk serbuk. Bahan ini dapat merubah sifat fisis dan mekanis tanah seperti meningkatkan konsistensi tanah, meningkatkan kepadatan tanah, meningkatkan kekuatan tanah, dsb. Tanah yang digunakan adalah tanah yang tidak dapat digunakan untuk timbunan jalan menurut spesifikasi umum PU yang berasal dari Jalan Raya Caruban Ngawi, Desa Purworejo, Kecamatan Pilang Kenceng, Kabupaten Madiun. Setelah dicampurkan bahan stabilisasi dengan variasi kadar 2.50%, 3.00%, 3.25%, 3.50%, 4.00% dan 4.50% terjadi perubahan pada nilai batas atterberg yaitu penurunan PI seiring bertambahnya kadar bahan stabilisasi. Pada tanah asli PI sebesar 48,01% dan perubahan terbesar pada kadar 4.5% sebesar 29.86%. Lalu pada specific gravity juga terjadi peningkatan, dari Gs tanah asli sebesar 2.62 menjadi 2.701 pada kadar bahan stabilisasi 4.5%. Kemudian pada uji pemadatan tidak ada korelasi pasti pada nilai OMC namun terjadi peningkatan pada nilai berat isi kering maksimum akibat reaksi bahan stabilisasi yang memecahkan gumpalangumpalan lempung sehingga tercapai kepadatan yang lebih. Pada uji CBR terjadi peningkatan nilai CBR akibat penambahan bahan stabilisasi, peningkatan jumlah tumbukan, dan penambahan lama waktu curing. Didapatkan korelasi antara jumlah tumbukan peningkatan CBR bahwa peningkatan nilai CBR pada tumbukan 56 dan 65 lebih baik dibanding 10 dan 30 tumbukan. Kemudian pada tumbukan 56 dan 65 terlihat korelasi yang jelas akibat lama waktu curing yaitu semakin lama waktu curing maka CBR yang didapat lebih tinggi. Dan nilai CBR yang melebihi nilai CBR agregat A terjadi pada kadar bahan stabilisasi 4.0% dan 4.5% pada waktu curing 7 hari baik 56 maupun 65 tumbukan yaitu untuk 4.0% sebesar 98.659% dan 97.920% lalu 4.5% sebesar 100.924% dan 111.530%. Kata kunci: Stabilisasi Tanah, Lempung Ekspansif, PI, Specific Gravity, CBR, Kepadatan, Curing Pendahuluan Daya dukung pada tanah lempung merupakan hal yang sangat diperhitungkan dalam setiap kontruksi baik jalan, gedung, maupun konstruksi lainnya. Pemanfaatan tanah dengan cara mengoptimalkan kekuatannya merupakan salah satu solusi penggunaan tanah sebagai bahan konstruksi baik untuk konstruksi jalan raya, lapangan terbang, tanggul ataupun yang lainnya. Kekuatan tanah yang dimaksud adalah kemampuan tanah untuk menahan beban diatasnya. Pada jenis tanah tertentu, daya dukung yang dimilikinya tidak cukup tinggi sehingga tidak mampu menahan beban yang diterimanya. Upaya untuk mengatasi kondisi tanah tersebut yakni dengan cara stabilisasi tanah, yang berupa meningkatkan kerapatan tanah dengan cara pemadatan dan mencampur dengan bahan stabilisasi tambahan untuk meningkatkan sifat-sifat tanah. Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan bahan stabilisasi merk X pada nilai properties tanah (specific gravity, indeks plastisitas, OMC dan berat isi kering maksimum) 2. Untuk mengetahui besar perubahan nilai CBR unsoaked akibat pencampuran variasi kadar bahan stabilisasi merk X. 3. Untuk mengetahui komposisi bahan stabilisasi merk "X" dan jumlah tumbukan yang digunakan untuk 1

mendapatkan nilai CBR yang dapat melebihi nilai CBR minimum agregat untuk lapis pondasi jalan. Tinjauan Pustaka Segumpal tanah dapat terdiri dari dua atau tiga bagian. Pada kondisi kering, tanah hanya terdiri dari dua bagian saja yaitu butiran tanah dan pori-pori udara. Sedangkan pada kondisi jenuh tanah juga terdiri dari dua bagian yaitu butiran tanah dan air (Hardiyatmo, 2006). Banyaknya air dalam segumpal tanah tadi dinyatakan sebagai kadar air (w), yaitu perbandingan antara berat air (W w ) dengan berat butiran padat (W s ) dan dinyatakan dalam %. w(%) = W w W s 100 Specific gravity (Gs) Specific gravity adalah rasio antara berat tanah terhadap berat air dengan volume yang sama. Atau dapat dijelaskan dalam persamaan: W s G s = Vs w Batas-Batas Atterberg Atterberg (1911, dalam Das, 2010) memberikan sebuah cara untuk menentukan konsistensi dari tanah lunak, yaitu dengan melihat nilai kadar air dari tanah tersebut. Pada saat nilai kadar air sangat tinggi, tanah cenderung bertingkah seperti cairan. Sedangkan pada saat nilai kadar air rendah, tanah bersifat seperti padat. Batas antar fasefase tanah tersebut dikenal sebagai batasbatas Atterberg. Batas Cair (Liquid Limit) Batas cair adalah besarnya kadar air pada batas keadaan cair ke keadaan plastis. Batas Plastis (Plastic Limit) Batas plastis adalah besarnya kadar air pada batas keadaan plastis ke semi padat. Batas Susut (Shrinkage Limit) Batas susut adalah besarnya kadar air pada batas keadaan semi padat ke keadaan padat. Indeks Plastisitas (Plasticity Index) Indeks plastisitas adalah interval nilai kadar air saat tanah masih bersifat plastis, dinyatakan dengan pengurangan antara nilai batas cair dan batas plastis. Klasifikasi Tanah Terdapat bermacam cara untuk mengklasifikasikan tanah, namun dibatasi hanya klasifikasi Unified dan AASHTO saja yang akan dibahas. Gambar 1 Grafik Klasifikasi tanah Unified. Gambar 2 Grafik Plastisitas Untuk Klasifikasi Tanah AASHTO Nilai indeks plastisitas dan batas cair yang didapat dari uji batas Atterberg digunakan untuk menentukan klasifikasi tanah. 2

Pemadatan Tanah Pemadatan yaitu suatu proses mampatnya butiran tanah akibat keluarnya udara dari pori tanah. Parameter tingkat kepadatan suatu tanah adalah dengan melihat berat isi kering tanah tersebut. Pada proses ini penambahan air akan sangat mempengaruhi, dimana keberadaan air dalam tanah tersebut berfungsi sebagai pelumas. Ada pengaruh pasti akibat penambahan air pada tanah yang dipadatkan, yaitu ketika kadar air 0% maka berat isi kering maksimum sama dengan berat volume basah. Seiring bertambahnya kadar air, berat isi kering dari tanah yang dipadatkan akan meningkat hingga pada suatu titik besar kadar air yang ditambahkan akan mendapatkan penurunan besar berat isi kering. Titik dimana besarnya kadar air yang diberikan mendapatkan nilai berat isi kering yang maksimum dinamakan kadar air optimum (OMC). Hubungan antara berat volume kering ( d) dengan berat volume basah ( ) dan kadar air (w), dapat dihitung sebagai berikut: d = 1 + w Secara teoritis berat isi kering maksimum dapat mencapai kondisi tidak terdapat sedikitpun udara dalam pori tanah, kondisi ini disebut zero air voids yang dapat dihitung dengan: zav = G s w 1 + e Tabel 1 Beban Standar Uji CBR. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan mengikuti SNI. Adapun SNI yang menjadi pedoman pada setiap pengujian dicantumkan dibawah ini: Pemeriksaan kadar air mengikuti SNI 1965:2008 Pemeriksaan specific gravity mengikuti SNI 1964:2008 Pemeriksaan batas plastis (PL) mengikuti SNI 1966:2008 Pemeriksaan batas cair (LL) mengikuti SNI 1967:2008 Uji pemadatan modified mengikuti SNI 1743:2008 Uji CBR mengikuti SNI 1744:2012 Hasil dan Pembahasan Hasil Uji Batas Atterberg California Bearing Ratio (CBR) California bearing ratio adalah perbandingan antara beban test (test load) dengan beban standar (standard load) dan dinyatakan dalam persentase. Sehingga CBR dapat didapat dari persamaan: CBR = P t P s 100% dimana Pt adalah beban test dan Ps adalah beban standar. Berikut adalah beban standar yang digunakan; 3

Specific Gravity Kadar Air (%) 80 75 70 65 60 55 50 45 40 35 30 25 20 y = 15626x 2-907.01x + 75.935 R² = 0.9539 y = 7508.2x 2-124.92x + 27.892 R² = 0.9718 Batas Plastis Batas Cair 60 55 50 45 40 35 30 25 20 15 10 y = 8117.9x 2-782.1x + 48.043 R² = 0.9637 Gambar 3 Grafik Hasil Uji Batas Atterberg. Indeks Plastis tas Terjadi penurunan nilai batas cair pada awalnya, namun terjadi peningkatan setelah ditambah kadar stabilisasi merk X sebesar 4.00% dan 4.50%. Lalu pada nilai batas plastis terjadi peningkatan seiring bertambahnya kadar bahan stabilisasi. Akibat menurunnya nilai batas cair dan meningkatnya batas plastis sehingga indeks plastisitas tanah akan menurun seiring bertambahnya kadar stabilisasi. Hal ini diakibatkan terjadinya reaksi antara bahan stabilisasi dan tanah yang mengubah sifat tanah menjadi lebih konsisten. Perubahan nilai batas cair dan batas plastis akibat penambahan bahan stabilisasi akan merubah klasifikasi tanah tersebut. Dapat dilihat pada gambar 4 bahwa terjadi pergeseran pada diagram klasifikasi baik klasifikasi unified maupun AASHTO. Gambar 4 Hasil Uji Specific Gravity Grafik Klasifikasi Unified dan AASHTO Setelah tanah asli dicampur bahan stabilisasi dengan masing-masing kadar 2.50%, 3.00%, 3.25%, 3.50%, 4.00% dan 4.50%, maka diperkirakan akan terjadi perubahan pada nilai specific gravity. Hasil pengujian dapat dilihat pada gambar 5. 2.74 2.72 2.7 2.68 2.66 2.64 2.62 Gambar 5 y = 16.9091780x 2 + 1.0541391x + 2.6208668 R² = 0.8773110 2.6 Hasil Uji Specific Gravity. Terlihat cenderung terjadi peningkatan pada nilai specific gravity seiring bertambahnya kadar bahan stabilisasi merk X pada tanah. Hal ini dapat diakibatkan bahan stabilisasi 4

d max (gr/cm 3 ) Kadar Air Optimum (%) memiliki specific gravity yang besar dan terjadi perubahan pada susunan tanah akibat reaksi bahan stabilisasi. Hasil Uji Pemadatan Setelah dilakukan uji pemadatan pada masing-masing benda uji, didapat nilai kadar air optimum dan berat isi kering maksimumnya. Besarnya nilai kadar air optimum dan berat isi kering maksimum dari masing-masing benda uji dapat dilihat pada gambar 6. 23.000 22.500 22.000 21.500 21.000 20.500 20.000 19.500 19.000 1.505 1.495 1.485 1.475 1.465 1.455 1.445 1.435 y = -42.618x 2 + 2.8728x + 1.441 R² = 0.9411 1.425 Gambar 6 Hasil Uji Pemadatan 5

Terlihat pada gambar 6 bahwa tidak ada korelasi pasti antara penambahan kadar bahan stabilisasi dengan nilai kadar air optimum. Namun pada nilai berat isi kering maksimum terlihat adanya peningkatan, tetapi pada kurva regresi terbentuk puncak. Sehingga membentuk angka maksimum. Namun bisa saja hal ini terjadi akibat kesalahan pada proses pelaksanaannya. Karena bahan stabilisasi ini sangat reaktif terhadap air, maka nilai kadar air optimum yang fluktuatif bisa saja terjadi. Lalu sifat bahan ini yang dapat memecah gumpalangumpalan lempung dapat membuat terjadinya berat isi kering maksimum yang lebih tinggi seiring bertambahnya kadar bahan stabilisasi. Hasil Uji California Bearing Ratio (CBR) Nilai kadar air optimum yang didapat dari uji pemadatan digunakan untuk pembuatan sampel uji CBR. Pada penelitian ini ingin diketahui kondisi kepadatan yang optimum bagi bahan stabilisasi ini untuk bekerja, sehingga didapatkan nilai CBR yang dapat melebihi nilai CBR agregat A untuk lapis pondasi jalan. Selain jumlah tumbukan, lama waktu curing juga dijadikan variabel dalam penelitian ini. Jumlah tumbukan yang digunakan yaitu 10, 30 dan 65 per lapis sesuai SNI 1744:2012 dan ditambah jumlah tumbukan 56 per lapis untuk mendapatkan variasi tumbukan yang mendekati 100% kepadatan maksimum. Kemudian waktu curing untuk masing-masing variasi kadar bahan stabilisasi adalah 1 hari, 3 hari dan 7 hari. Berikut adalah hasil pengujian CBR, Tabel 2 Hasil Uji CBR 10 Tumbukan. CBR (%) Kadar 1 Hari 3 Hari 7 Hari 0.00% 5.131 5.131 5.131 2.50% 17.477 17.447 21.638 3.00% 15.488 20.661 15.307 3.25% 13.980 15.013 16.646 3.50% 15.477 24.211 23.233 4.00% 23.201 28.403 22.743 4.50% 14.182 25.975 21.229 Tabel 3 Hasil Uji CBR 30 Tumbukan. CBR (%) Kadar 1 Hari 3 Hari 7 Hari 0.00% 9.397 9.397 9.397 2.50% 48.277 38.786 50.590 3.00% 28.488 41.597 52.055 3.25% 37.420 46.928 32.999 3.50% 39.734 60.895 52.706 4.00% 50.509 62.484 63.341 4.50% 64.597 55.562 67.774 Tabel 4 Hasil Uji CBR 56 Tumbukan. CBR (%) Kadar 1 Hari 3 Hari 7 Hari 0.00% 11.824 11.824 11.824 2.50% 60.858 63.522 68.487 3.00% 57.587 59.440 63.121 3.25% 73.171 74.858 77.641 3.50% 62.229 69.518 85.851 4.00% 82.827 75.645 98.659 4.50% 79.893 88.692 97.920 Tabel 4 Hasil Uji CBR 65 Tumbukan. Kadar CBR (%) 1 Hari 3 Hari 7 Hari 0.00% 12.705 12.705 12.705 2.50% 63.052 67.557 70.997 3.00% 67.974 69.604 75.808 3.25% 77.754 77.905 82.552 3.50% 69.563 84.722 87.541 4.00% 87.918 95.667 100.924 4.50% 86.133 98.549 111.530 Dari tabel 2 hingga 4 dimasukan ke dalam grafik agar diketahui pengaruh penambahan bahan stabilisasi dengan jumlah tumbukan tiap lapis serta waktu curing tertentu. Grafik ditunjukan pada gambar di bawah ini. 6

CBR (%) CBR (%) 120.000 100.000 80.000 60.000 1 hari 3 hari 40.000 R² = 0.854 7 hari 20.000 R² = 0.7925 R² = 0.6596 0.000 Gambar 7 Nilai CBR Terhadap Variasi Kadar dan Waktu Curing pada 10 Tumbukan. Terlihat terjadi peningkatan nilai CBR pada 10 tumbukan per lapis jika dibandingkan dengan tanah asli. Namun tidak dapat ditarik kesimpulan dari grafik di atas karena kurva regresi memiliki R 2 yang tidak mendekati 1,0 baik pada waktu curing 1 hari, 3 hari maupun 7 hari. Kemudian pada jumlah tumbukan 30 peningkatan nilai CBR terjadi lebih besar dibandingkan 10 tumbukan, dan terlihat adanya pengaruh lama waktu curing pada nilai CBR. Namun terlihat dari besar R 2 yang masih belum dapat merepresentasikan data, tetapi sedikit lebih baik dibandingkan jumlah 120.000 100.000 80.000 R² = 0.818 60.000 R² = 0.9072 1 hari 40.000 R² = 0.7728 3 hari 7 hari 20.000 0.000 Gambar 8 Nilai CBR Terhadap Variasi Kadar dan Waktu Curing pada 30 Tumbukan. 7

CBR (%) CBR (%) 120.000 100.000 80.000 R² = 0.9642 R² = 0.9629 60.000 R² = 0.9402 1 hari 40.000 3 hari 7 hari 20.000 0.000 tumbukan 10. Kemudian pada jumlah tumbukan 56 pada gambar 9 terlihat peningkatan nilai CBR yang tinggi dan peningkatan nilai CBR yang lebih stabil ditandai dengan R 2 kurva yang mendekati 1,0. Namun R 2 terkecil berada pada waktu curing 1 hari. Hal ini menunjukan pada waktu 1 hari peningkatan nilai CBR tidak begitu stabil akibat belum sempurnanya proses reaksi kimia antara bahan stabilisasi merk X dan tanah. Kemudian tumbukan 65 pada gambar 10 terlihat peningkatan nilai CBR yang sangat Gambar 9 Nilai CBR Terhadap Variasi Kadar dan Waktu Curing pada 56 Tumbukan. tinggi dan nilai R 2 yang lebih mendekati 1,0 dibandingkan jumlah tumbukan-tumbukan sebelumnnya. Hal ini menunjukan peningkatan nilai CBR berlangsung seiring bertambahnya kadar bahan stabilisasi dan bertambahnya waktu curing. Semua ini diakibatkan semakin padat suatu tanah, maka reaksi kimia bahan stabilisasi akan lebih baik sehingga akan didapat nilai CBR yang lebih tinggi. Sedangkan pengaruh lama waktu curing terhadap nilai CBR akibat reaksi pozzolanic dan terhidrasinya tanah akibat salah satu 120.000 100.000 80.000 R² = 0.996 R² = 0.9903 R² = 0.9573 60.000 40.000 20.000 1 hari 3 hari 7 hari 0.000 Gambar 10 Nilai CBR Terhadap Variasi Kadar dan Waktu Curing pada 65 Tumbukan. 8

penyusun bahan stabilisasi merk X ini adalah semen. Maka sedikit terjawab lama waktu curing mempengaruhi peningkatan nilai CBR, namun sangat terlihat pada jumlah tumbukan tinggi. Kesimpulan dan Saran Dari hasil uji terhadap pencampuran bahan stabilisasi merk X dapat disimpulkan sebagai berikut 1. Pada hasil uji specific gravity terhadap penambahan bahan stabilisasi merk X dengan kadar yang bervariasi (2,50%, 3,00%, 3,25%, 3,50%, 4,00% dan 4,50%) terhadap tanah asli dapat meningkatkan nilai specific gravity. Lalu pada hasil uji batas atterberg, penambahan bahan stabilisasi merk X dapat menurunkan indeks plastisitas (PI) dari tanah tersebut. Sedangkan pada uji kompaksi penambahan bahan stabilisasi merk X pada tanah asli dapat menurunkan kadar air optimum dan meningkatkan berat isi kering maksimum. 2. Hasil uji CBR menunjukkan bahwa penambahan bahan stabilisasi merk X dapat meningkatkan nilai CBR tanah asli pada seluruh variasi penambahan kadar stabilisasi. Peningkatan tertinggi pada jumlah tumbukan 56 dan 65 nilai CBR yang semula 11.824% dan 12,705% dapat meningkat menjadi 97.920% dan 111.530% pada kadar bahan stabilisasi 4.50% 3. Penggunaan tanah campuran bahan stabilisasi merk X apabila akan digunakan sebagai pengganti bahan agregat pada konstruksi lapis pondasi jalan dapat mengacu pada besarnya kadar bahan stabilisasi serta jumlah tumbukan ekivalen. Pada waktu curing 7 hari, kadar 4,00% dan 4,50% baik tumbukan 56 atau 65 memiliki nilai CBR yang setara dengan agregat kelas A yaitu di atas 90%. Digunakan tumbukan 56 dan 65 ini dikarenakan kondisi peningkatan nilai CBR yang lebih stabil dibandingkan 10 dan 30, hal ini akibat tanah yang kepadatannya kurang menghambat bahan stabilisasi untuk bereaksi dengan optimal. Dari pelaksanaan pengujian laboratorium yang penulis lakukan, disarankan sebagai berikut : a. Proses pencampuran bahan stabilisasi haruslah dilakukan sedemikian rupa sehingga bahan stabilisasi dapat tercampur dengan merata, sehingga kekuatan tanah hasil pencampuran menjadi merata. b. Penyimpanan bahan stabilisasi harus dilakukan sedemikian rupa, sehingga bahan tersebut tidak terjadi reaksi kimia baik dengan udara maupun dengan bahan lain, sebelum bahan stabilisasi ini dimanfaatkan. Hal ini bertujuan agar bahan stabilisasi ini dapat bereaksi secara maksimal dalam proses peningkatan kekuatan tanah. c. Jarak waktu antara proses pencampuran dengan proses pemadatan haruslah dilakukan dengan secepat mungkin. Hal ini disebabkan apabila bahan stabilisasi yang sudah dicampur dengan tanah tetapi tidak segera dipadatkan, akan dapat mengurangi tingkat hasil kepadatan. d. Terhadap hasil pemadatan, sebaiknya sebelum dilakukan open traffic ataupun konstruksi dimanfaatkan, sebaiknya hasil pemadatan dilakukan penutupan menggunakan terpal, sehingga pada proses reaksi kimia yang menyebabkan terjadinya pengerasan hasil pemadatan tidak menjadi terganggu. Daftar Pustaka Anonim (2008), SNI 1743:2008 tentang Cara Uji Kepadatan Berat Untuk Tanah. 9

Anonim (2008), SNI 1964:2008 tentang Cara Uji Berat Jenis Tanah. Anonim (2008), SNI 1965:2008 tentang Cara Uji Penentuan Kadar Air untuk Tanah dan Batuan di Laboratorium. Anonim (2008), SNI 1966:2008 tentang Cara Uji Penentuan Batas Plastis Dan Indeks Plastisitas Tanah. Anonim (2008), SNI 1967:2008 tentang Cara Uji Penentuan Batas Cair Tanah. Anonim (2012), SNI 1744:2012 tentang Metode Penelitian CBR Laboratorium. Bowles, Joseph E. 1991. Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah). Terjemahan Johan K. Hainim. Jakarta: Penerbit Erlangga Das, B. M. 2010. Principles of Geotechnical Engineering, 7 th Edition. Stamford: Cengage Learning Craig, R. F. 1994. Mekanika Tanah, Edisi Keempat. Terjemahan Budi Susilo S. Jakarta: Penerbit Erlangga Hardiyatmo, H. C. 2010. Mekanika Tanah 1, Edisi kelima. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Ingles, O. G., J. B. Metcalf. 1972. Soil Stabilization, Principles and Practice. Melbourne: Butterworths Kementrian Pekerjaan Umum. 2010. Spesifikasi Umum 2010 Divisi 3 Pekerjaan Tanah. Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Marga. Kementrian Pekerjaan Umum. 2010. Spesifikasi Umum 2010 Divisi 5 Perkerasan Berbutir dan Perkerasan Beton Semen. Direktorat Jenderal Bina Marga. Kezdi, A. 1979. Stabilized Earth Road. New York: Elsevier Scientific Publishing Company Sherwood, P. 1993. Soil Stabilization with Cement and Lime. State of Art Review. London: Transport Research Laboratory, HMSO Wesley, Laurence D. 2012. Mekanika Tanah untuk endapan & residu. Yogyakarta: Penerbit Andi 10