DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 1, Nomor 2, Tahun 2013Online di

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai peranan yang sangat penting dalam. dalam kegiatan seperti pemeliharaan pertahanan dan keamanan, keadilan,

BAB III PENUTUP. bencana terhadap kehidupan perekonomian nasional. Pemberantasan korupsi

BAB III PENUTUP. Berdasarkan analisa kasus diatas dapat disimpulkan bahwa ada. keterkaitan antara jumlah kerugian negara dengan berat ringannya pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keuangan negara sebagai bagian terpenting dalam pelaksanaan

I. PENDAHULUAN. transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan ini tentunya sangat

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

I. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil,

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi merupakan kejahatan yang merugikan keuangan negara

I. PENDAHULUAN. dan sejahtera tersebut, perlu secara terus-menerus ditingkatkan usaha-usaha pencegahan dan

BAB I PENDAHULUAN. hukum, tidak ada suatu tindak pidana tanpa sifat melanggar hukum. 1

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini jumlah perkara tindak pidana korupsi yang melibatkan Badan Usaha Milik

BAB I PENDAHULUAN. benar-benar telah menjadi budaya pada berbagai level masyarakat sehingga

PELAKSANAAN PUTUSAN PIDANA PEMBAYARAN UANG PENGGANTI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI DI SURAKARTA

BAB III PENUTUP KESIMPULAN. Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan Tindak Pidana

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

I. PENDAHULUAN. seseorang (pihak lain) kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagai

DAFTAR PUSTAKA. Adami Chazawi, 2008, Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi, Bandung, Alumni,

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu ditingkatkan usahausaha. yang mampu mengayomi masyarakat Indonesia.

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang dari waktu ke waktu

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN. lazim disebut norma. Norma adalah istilah yang sering digunakan untuk

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PUTUSAN PENGADILAN MENGENAI BESARNYA UANG PENGGANTI DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI SUPRIYADI / D

P P A T K AMLNEWS. Clipping Service. Anti Money Laundering 24 November Indeks

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BUPATI WAJO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO NOMOR 6 TAHUN 2014

BAB V PENUTUP. unsur-unsurnya adalah sebagai berikut : dapat diminta pertanggung jawaban atas perbuatannya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

Matriks Perbandingan KUHAP-RUU KUHAP-UU TPK-UU KPK

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Kadir Muhammad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, PT. Citra

BAB III PENUTUP. di wilayah hukum pengadilan Negeri Klaten sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, hal ini tertulis jelas di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar

BAB III PENUTUP. waktu yang lama, dilain pihak kejaksaan harus segera dapat menentukan kerugian

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dapat dilihat sebagai upaya bangsa yang dilakukan oleh

BAB III PENUTUP. a. Faktor kemandirian kekuasaan kehakiman atau kebebasan yang. pengancaman pidana di dalam undang-undang.

BAB III PENUTUP. (Berita Acara Pelaksanaan Putusan Hakim) yang isinya. dalam amar putusan Hakim.

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlihat dengan adanya pembangunan pada sektor ekonomi seperti

DAFTAR PUSTAKA. A. Buku-Buku Adami Chazawi, 2011, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta, Raja Grafindo Persada

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan : guna mencapai cita-cita nasional, salah satu landasan

KERUGIAN KEUANGAN NEGARA DALAM UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA KORUPSI

GARIS-GARIS BESAR PERKULIAHAN (GBPP)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

BAB V PENUTUP. Berdasarkan analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan melalui

BAB II PIDANA TAMBAHAN DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI YANG BERUPA UANG PENGGANTI. A. Pidana Tambahan Dalam Tindak Pidana Korupsi Yang Berupa Uang

DAFTAR PUSTAKA. Adami Chazawi, 2016, Hukum Pidana Korupsi di Indonesia, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada

I. PENDAHULUAN. Penyelenggara pemerintahan mempunyai peran penting dalam tatanan (konstelasi)

BAB IV. Pasal 46 UU No.23 tahun 1997 dinyatakan bila badan hukum terbukti melakukan tindak

PRAPERADILAN SEBAGAI UPAYA KONTROL BAGI PENYIDIK DALAM PERKARA PIDANA

BAB IV PENUTUP A. Simpulan

BAB III PENUTUP. tidak masuk akal atau tidak logika, sehingga tidak dapat. maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Peran PPNS Dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan. Oleh: Muhammad Karno dan Dahlia 1

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. untuk dipenuhi. Manusia dalam hidupnya dikelilingi berbagai macam bahaya. kepentingannya atau keinginannya tidak tercapai.

BAB IV KEWENANGAN KEJAKSAAN DALAM PERKARA TINDAK PIDANA KORUPSI. A. Perbedaan Kewenangan Jaksa dengan KPK dalam Perkara Tindak

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemberantasan tindak pidana korupsi di negara Indonesia hingga saat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Sebagai

DAFTAR PUSTAKA. Bakhri, Syaiful, 2009, Hukum Pembuktian Dalam Praktik Peradilan Pidana, Cetakan I, P3IH FH UMJ dan Total Media, Yogyakarta.

KADIS PENDIDIKAN MTB DAN PPTK RUGIKAN NEGARA Rp200 JUTA LEBIH.

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan analisis pembahasan, hasil penelitian yang penulis

I. PENDAHULUAN. kali di dalam peraturan penguasa militer nomor Prt/PM-06/1957, sehingga korupsi

P U T U S A N NO : 11/PID.SUS/2011/PT.MDN.-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB IV PENUTUP. A. Simpulan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

Lex Crimen Vol. IV/No. 5/Juli/2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

I. PENDAHULUAN. Amanat UUD 1945 Pasal 31 UUD 1945 mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan hak bagi

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS TAHUN 2013 NOMOR 5

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG PENYERAHAN ASET BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DARI PENGEMBANG KEPADA PEMERINTAH DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM PERSIDANGAN TINDAK PIDANA KORUPSI

Perkembangan Kasus Perjadin Mantan Bupati Jembrana: Terdakwa Bantah Tudingan Jaksa

BAB III PENUTUP. pada bab-bab sebelumnya maka dapat dijabarkan kesimpulan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. kemakmuran bagi rakyatnya. Namun apabila pengetahuan tidak diimbangi dengan rasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah meluas dalam masyarakat

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

P U T U S A N Nomor: 08/PID.SUS.K/2014/PT.MDN.- DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TENTANG PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T

SANKSI PIDANA PELANGGARAN KEWAJIBAN OLEH APARATUR HUKUM DALAM SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DI INDONESIA 1 Oleh: Wailan N. Ransun 2

BAB I. Beranjak dari Pasal 33 ayat (3) UUD Negara RI Tahun 1945 menyatakan. oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. kepada Bishop Mabadell Creighton menulis sebuah ungkapan yang. menghubungkan antara korupsi dengan kekuasaan, yakni: power tends

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi, Kebijakan Kriminal, op.cit, hal.2

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang demokratis berdasarkan Pancasila dan

Transkripsi:

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN TANAH JALUR ALTERNATIF JALAN LINGKAR KOTA SLAWI KABUPATEN TEGAL ( Studi Putusan Nomor: 157/ Pid. B/ 2009/ PN. Slw ) Andhika Dhanaindrata, Eko Soponyono *, Purwoto ABSTRAK Korupsi yang telah mengakar dengan demikian kuatnya akan membawa konsekuensi terhambatnya pembangunan di suatu negara. Tindak pidana korupsi pada umumnya melibatkan sekelompok orang yang saling menikmati keuntungan dari tindak pidana korupsi tersebut. Perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh aparat pejabat di pemerintahan daerah Kabupaten Tegal yang menyebabkan kerugian pengelolaan keuangan daerah dan merugikan kepentingan masyarakat, sehingga menghambat pembangunan. Salah satu upaya pemberantasan korupsi dapat dilakukan dengan melakukan pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana korupsi. Pertanggungjawaban pidana merupakan kebijakan yang menitikberatkan kepada penerapan sistem peradilan pidana sebagai upaya hukum dalam mempertanggungjawabkan perbuatan pidana yang telah dilakukan oleh pelaku tindak pidana. Permasalahan yang dibahas adalah bagaimana pertanggungjawaban pidana pelaku tindak pidana korupsi pengadaan tanah jalur alternatif jalan lingkar kota Slawi dan bagaimana pertanggungjawaban pidana pelaku tindak pidana korupsi yang akan datang. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana pelaku tindak pidana korupsi pengadaan tanah jalur alternatif jalan lingkar kota Slawi dan pertanggungjawaban pelaku tindak pidana korupsi yang akan datang. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode yuridis empiris. Spesifikasi yang digunakan adalah deskriptif analisis. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan melakukan studi dokumen dan penelusuran literatur. Data dianalisis kemudian dilakukan interpretasi sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian. Pertanggungjawaban pidana korupsi pengadaan tanah jalur alternatif jalan lingkar Kota Slawi diterapkan sesuai kerangka pertanggungjawaban pidana yang diatur dalam KUHP dan UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Asas mendasar pertanggungjawaban pidana, yaitu asas tiada pidana tanpa kesalahan dan asas legalitas diterapkan dengan baik dalam kasus tersebut. Adanya perkembangan mengenai konsep pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana yang akan datang diharapkan dapat menciptakan keadilan dan kepastian hukum serta kemanfaatan bagi masyarakat. Kata Kunci: Pertanggungjawaban Pidana, Tindak Pidana Korupsi 1

1. Pendahuluan pertumbuhan ekonomi meningkat Pemerintah mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan. Setiap sistem perekonomian, baik kapitalis maupun sosialis, pemerintah memegang peranan yang sangat besar. Tujuan Negara Indonesia yaitu menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinia keempat. Kemakmuran dan kesejahteraan yang dicapai tidak saja membuktikan bahwa negara dapat menjalankan perannya sebagai stabilisator dibidang ekonomi, melainkan implikasi kemampuan negara merumuskan kebijakan yang lebih baik dalam suatu bangsa dan negara. Sebagai suatu negara yang terus dengan cepat maka dalam hal ini, pemerintah Indonesia harus menciptakan prasarana yang diperlukan bagi kemajuan dan pembangunan. Besarnya pendapatan daerah akan berpengaruh pada besarnya belanja daerah, disinilah biasanya akan menarik hati oknum-oknum pejabat daerah kabupaten/kota untuk melakukan perbuatan pidana korupsi, dengan cara memanfaatkan pendapatan dan belanja daerah yang nilainya besar tersebut untuk kepentingan pribadi maupun kelompoknya melalui berbagai cara yang bertentangan dan melawan hukum guna memperoleh kekayaan bagi diri sendiri dan keluarganya, orang lain atau suatu korporasi yang mendukung atau memberikan membangun mengharapkan 1

keuntungan kepada dirirnya, keluarga kelompoknya. Korupsi merupakan suatu dapat dilakukan dengan melakukan pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana korupsi, yaitu momok bagi setiap negara di dunia. dengan cara memberikan sanksi Korupsi yang telah mengakar dengan demikian kuatnya akan membawa pidana kepada pelakunya (upaya penal). Sedangkan upaya lainnya konsekuensi terhambatnya dapat dilakukan dengan cara pembangunan di suatu negara. Perbuatan pidana korupsi penanggulangan tindak pidana korupsi (upaya non penal). tersebut pada akhirnya akan sangat Pertanggungjawaban pidana merugikan keuangan daerah dan merupakan kebijakan yang perekonomian daerah tersebut, menitikberatkan kepada penerapan dimana dampak utamanya adalah tujuan dari pembangunan nasional sistem peradilan pidana (criminal justice sistem) sebagai upaya hukum guna mewujudkan masyarakat adil dalam mempertanggungjawabkan dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, sebagaimana telah diamanatkan dalam UUD 1945 tidak akan bisa terwujud. perbuatan pidana yang telah dilakukan oleh pelaku tindak pidana. Berdasarkan hal yang telah diuraikan tersebut di atas, maka penulis Terhadap tindak pidana korupsi menyusun skripsi yang berjudul yang terjadi diperlukan upaya Pertanggungjawaban Pidana pemberantasannya. Salah satu upaya pemberantasan tindak pidana korupsi Terhadap Pelaku Tindak Pidana Korupsi Pengadaan Tanah Jalur 2

Alternatif Jalan Lingkar Kota Jadi yang dimaksud dengan Slawi Kabupaten Tegal ( Studi Putusan Nomor : 157/ Pid.B/ 2009/ PN.Slw ). metode penelitian, adalah suatu cabang ilmu pengetahuan yang membicarakan atau mempersoalkan mengenai cara-cara melaksanakan 2. Metode penelitian (yang meliputi kegiatan Dalam suatu penelitian,metode menelusuri/mencari kembali, penelitian merupakan syarat mutlak dalam suatu penelitian, berbobot atau tidaknya penelitian tergantung pada mencatat, merumuskan dan menganalisis sampai menyusun laporannya) berdasarkan fakta-fakta pertanggungjawaban penelitian. Maka metode harapan dalam atau gejala-gejala secara ilmiah. Penelitian yang berkaitan dengan metode penelitian harus tepat dan mengarah pada tujuan penelitian. Metodologi berasal dari kata metodos dan logos, yang berarti jalan ke, dengan demikian penggunaan kata metodologi penelitian, penulis bermaksud bahwa tulisan ini, adalah penelitian hukum. Dalam menulis penulisan hukum ini, penulis menggunakan : a. Metode Pendekatan b. Spesifikasi Penelitian c. Metode Pengumpulan Data d. Metode Analisis Data dalam melaksanakan penelitian, penulis menggunakan suatu jalan atau tata cara tertentu secara sistematis dan konsisten. 3. Hasil dan Pembahasan Proyek Jalan Lingkar Kota Slawi (Jalingkos), adalah proyek 3

pembangunan fasilitas umum berupa dimaksud kepada Bupati Tegal jalan alternatif yang mengitari Kota melalui Kepala Kantor Wilayah Slawi, termasuk diantaranya melewati Desa Dukuhsalam, Kalisapu, Procot, Kendal Serut, Curug dan Penusupan yang meliputi dua kecamatan, yakni Pangkah dan Slawi. Proyek Jalingkos diawali dari kajian visibility di Bappeda Kabupaten Tegal pada tahun 2005, yang dilanjutkan dengan pembuatan Detail Engeneering Design (DED) oleh Dinas Pekerjaan Umum (DPU) pada tahun 2006. Sebelum pengadaan tanah dilakukan, Departemen Pekerjaan Umum (DPU) mengajukan permohonan kepada Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Tegal. Setelah menerima permohonan tersebut Bupati Tegal memerintahkan Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Tegal untuk mengadakan koordinasi dengan Kepala Dinas Instansi yang terkait untuk melakukan penelitian mengenai kesesuaian peruntukan tanah yang dimohon dengan Rencana Tata Ruang Kota yang telah ada. Setelah menilai rencana penggunaan tanahnya sudah sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayahnya Bupati Tegal untuk mengeluarkan maka Bupati Tegal memberikan Surat Keputusan Penetapan Lokasi persetujuan penetapan lokasi Pembangunan. Departemen pembangunan untuk kepentingan Pekerjaan Umum (DPU) mengajukan permohonan penetapan lokasi umum yang dipersiapkan oleh Kepala Kantor Pertanahan pembangunan kepentingan umum 4

Kabupaten setempat, untuk Bangunan (Anggota), Kabag Dinas melaksanakan pengadaan tanah. Pertanian Perkebunan (Anggota), Bupati Tegal (Agus Riyanto) menerbitkan Surat Keputusan Nomor 590/0043A/2006 Tanggal 12 Januari 2006 yang membentuk Panitia Pengadaan Tanah bagi pelaksanaan pembangunan jalur alternatif jalan lingkar Kota Slawi. Panitia Pengadaan Tanah Jalur Alternatif Jalan Lingkar Kota Slawi terdiri dari Sriyanto (Ketua), Eko Djati Suntoro (Anggota) dan Agus Kholik (Anggota). Bupati Tegal juga Kabag Cipta Karya DPU (Anggota), Kabag Akuntansi dan Aset Daerah pada BPKAD Kabupaten Tegal (Anggota), Kepala Seksi Hak Atas Tanah Kantor Pertanahan Kabupaten Tegal (Anggota), Kepala Sub Bagian Pemerintahan Umum Bagian Pemerintahan Setda Tegal (Staf Teknis), dan Kepala Sub Bagian Penyelesaian Sengketa Tanah Bagian Keagrariaan Setda Tegal (Staf Teknis). menerbitkan Surat Keputusan Bupati Pejabat Pembuat Tegal Nomor 590/0044/2006 Komitmen/Pemimpin Kegiatan Edy Tanggal 12 Januari 2006 yang Prayitno membuat surat ajuan kepada membentuk Tim Penilai Harga Tanah. Tim tersebut terdiri dari Asisten Pemerintahan dan Pembangunan (Ketua), Kabag Pemerintahan (Sekretaris), Kepala Pengguna Anggaran (Sekretaris Daerah Kabupaten Tegal) tentang permohonan ijin pengalihan pembayaran Beban Tetap (BT) menjadi Pengisian Kas (PK). Kantor Pelayanan Pajak dan 5

Edy Prayitno karena tugas dan tanggung jawabnya sebagai Kepala Bagian Keagrariaan Kabupaten Tegal mengajukan anggaran untuk Perkiraan Ganti Rugi Kegiatan Pengadaan tanah untuk Jalur Alternatif Lingkar Kota Slawi sebesar Rp 8.050.000.000 (delapan milyar lima puluh juta rupiah) atas persetujuan pengalihan pembayaran Beban Tetap menjadi Pengisian Kas tersebut. Kepala BPKAD selanjutnya mengeluarkan Surat Perintah Membayar (SPM) tertanggal 2 Agustus 2006 sebesar Rp 8.000.000.000 (delapan milyar rupiah). Selanjutnya, Pemegang Kas Daerah Kabupaten Tegal, Cahyono, Jalan Lingkar Kota Slawi wilayah timur, bulan Agustus sampai dengan bulan September 2006 untuk Desa Trayeman, Procot, Kendal Serut, Curug, Dukuh Sembung, Kagok, Penusupan, serta Desa Dukuhsalam. Seharusnya dana tersebut diserahkan kepada Suparto, selaku Pembantu Pemegang Kas, namun dana tersebut hanya sebagian saja yang diterima oleh Pembantu Pemegang Kas. Dana sebesar Rp. 8.000.000.000 (delapan milyar) tersebut tidak dipergunakan sesuai dengan peruntukannya, namun dana tersebut oleh Edy Prayitno dipinjamkan kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). mengambil uang di Bank Jateng Penyimpangan anggaran Cabang Slawi sebesar Rp Jalingkos tersebut mulai terdeteksi 8.000.000.000 (delapan milyar Kejaksaan Negeri (Kejari) Slawi, rupiah), guna kegiatan pembayaran ganti rugi tanah yang terkena Jalur yang kemudian memulai proses penyelidikan dan penyidikan, hingga 6

pada awal Mei 2008 Kejaksaan Negeri Slawi menetapkan Edi Prayitno sebagai tersangka. Status hukumnya meningkat menjadi terdakwa, hingga menjalani proses persidangan dan menerima putusan dari Pengadilan Negeri Slawi. Edy Undang-Undang Hukum Pidana dan Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 jo Undang-Undang No. 20 Tahun 2001 Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 2. Dengan mendasari konsep Prayitno didakwa telah melakukan pertanggungjawaban pidana tindakan korupsi yang merugikan uang negara, berupa mark up dalam proses pembebasan tanah Jalingkos sebesar Rp 2.241.615.000 (dua milyar dua ratus empat puluh satu juta enam ratus lima belas ribu yang dianut dalam Rancangan KUHP yang akan datang, terlihat jelas bahwa para ahli hukum pidana telah melakukan suatu pembaharuan hukum pidana. Adanya perkembangan rupiah). mengenai pertanggungjawaban konsep pidana 4. Simpulan 1. Pertanggungjawaban pidana korupsi pengadaan tanah jalur dalam hukum pidana yang akan datang diharapkan dapat menciptakan keadilan dan alternatif jalan lingkar Kota kepastian hukum serta Slawi diterapkan sesuai kemanfaatan bagi masyarakat. kerangka pertanggungjawaban pidana yang diatur dalam Kitab 7

Daftar Pustaka Bakti, 2002) Djaja, Emansjah, Memberantas Korupsi Bersama KPK, (Jakarta, Sinar Grafika, 2008) Hamzah, Andi, Asas-Asas Hukum Pidana, (Jakarta, Rineka Cipta, 2008) Hartanti, Eva, Tindak Pidana Korupsi, (Jakarta, Sinar Grafika, 2005) Huda, Chairu, Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan Menuju Kepada Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, (Jakarta, Kencana, 2006) Maheka, Arya, Mengenali & Memberantas Korupsi, (Jakarta: KPK RI, 2007) Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta, Rinekacipta, 2000) Nawawi, Barda, Perbandingan Hukum Pidana, Cetakan Pertama, (Jakarta: CV. Rajawali, 1990) Prinst., Darwan, Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, (Bandung, PT.Citra Aditya 8

Putusan Perkara Pidana Pengadilan Negeri Slawi Nomor: 157/Pid.B/2009/PN.Slw Simons, Asas, Teori, Praktik: Hukum Pidana, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006) Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta, UI- Press, 1986) Sudarto, Hukum Pidana 1,cetakan ke II, (Semarang, Yayasan Sudarto d/a Fakultas Hukum Undip, 1990) Sugandhi, R, KUHP dan penjelasaanya, (Surabaya, Usaha Nasional, 2001) Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian Hukum Suatu Pengantar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003) Triandayani, Luh Nyoman Dewi, Budaya Korupsi ala Indonesia, (Pusat Studi Pengembangan Kawasan, Jakarta, 2002) Waluyo, Bambang, Penellitian Hukum Dalam Praktek, (Jakarta: Sinar Grafika,1991) 9