Muhamad Anggraito, Adrianus Pangaribuan, Fatma Lestari

dokumen-dokumen yang mirip
Gangges Gasaskhaa, Sjahrul Meizar Nasri

Nono Haryono, Adrianus Pangaribuan, Fatma Lestari

Muhammad Rafiq Daulay, Fatma Lestari, Adrianus Pangaribuan

Tika Prasetyani, Sjahrul Meizar Nasri

kondisi jalur di pusat perbelanjaan di jantung kota Yogyakarta ini kurang BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

128 Universitas Indonesia

Ahmad Saribi Adi Putra, Sjahrul Meizar Nasri

IDENTIFIKASI FASILITAS SAFETY BUILDING SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN KEBAKARAN DI GEDUNG INSTITUSI PERGURUAN TINGGI

SISTEM PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN I

DAFTAR PERTANYAAN AUDIT KESELAMATAN KEBAKARAN GEDUNG PT. X JAKARTA

BAB III: GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

TUGAS AKHIR EVALUASI EMERGENCY RESPONSE PLAN DAN ALAT PEMADAM API RINGAN PADA PT. PHILIPS INDONESIA ADHITYA NUGROHO

BAB V PEMBAHASAN. Hasil penelitian yang dilakukan di PT. Asahimas Chemical mengenai

PEDOMAN WAWANCARA ANALISIS PENGELOLAAN PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI RSUP H ADAM MALIK MEDAN. (Kepala keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit)

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB VI PEMBAHASAN. perawatan kesehatan, termasuk bagian dari bangunan gedung tersebut.

ANALISIS TIGA FAKTOR DOMINAN SISTEM PROTEKSI AKTIF DAN PASIF SERTA SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG VOKASI UI TAHUN 2013

KONDISI GEDUNG WET PAINT PRODUCTION

Afrini Nurul Afifah 1. Universitas Pertahanan pendidikan Magister prodi Manajemen Pertahanan, Universitas Pertahanan

DAFTAR STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG BAHAN KONSTRUKSI BANGUNAN DAN REKAYASA SIPIL

BAB VIII PENUTUP. bahan bakar berasal dari gas berupa: LPG. generator, boiler dan peralatan masak di dapur.

EVALUASI SARANA MENYELAMATKAN DIRI KEADAAN DARURAT PADA BANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN SEBAGAI UPAYA IMPLEMENTASI SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN KEBAKARAN

DAFTAR ISI. SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR...i. SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR...ii. ABSTRAK...iii. PRAKATA...iv. DAFTAR ISI...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

PENCEGAHAN KEBAKARAN. Pencegahan Kebakaran dilakukan melalui upaya dalam mendesain gedung dan upaya Desain untuk pencegahan Kebakaran.

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN SURAT PERNYATAAN TENTANG ORISINALITAS KATA PENGANTAR

Evaluasi Fungsi Tangga Darurat pada Gedung-gedung di Universitas Negeri Semarang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai risiko bahaya kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. monoksida, atau produk dan efek lainnya (Badan Standar Nasional, 2000).

DESAIN KESELAMATAN TERHADAP RISIKO KEBAKARAN (FIRE SAFETY ENVIRONMENT AREA) PADA LINGKUNGAN PERUMAHAN & PERMUKIMAN DI DKI JAKARTA.

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Obyek Penelitian

BAB 1 : PENDAHULUAN. sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik.

AUDIT SARANA PRASARANA PENCEGAHAN PENANGGULANGAN DAN TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI GEDUNG FAKULTAS X UNIVERSITAS INDONESIA TAHUN 2006

Bab V. PROGRAM PERENCANAAN dan PERANCANGAN MARKAS PUSAT DINAS KEBAKARAN SEMARANG. No Kelompok Kegiatan Luas

TUGAS AKHIR PERANCANGAN DELUGE SYSTEM SPRINKLER MENGGUNAKAN SMOKE DETECTOR PADA GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS. Ricki Paulus Umbora ( )

BAB I PENDAHULUAN. Repository.Unimus.ac.id

EVALUASI TANGGA KEBAKARAN SEBAGAI SARANA EVAKUASI KEBAKARAN ( STUDI KASUS UMB TOWER )

AKADEMI SEPAKBOLA INDONESIA KONSEP EKSTERIOR

BAB IV HASIL DAN ANALISIS Prosedur Perencanaan Sistem Proteksi Kebakaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

EVALUASI SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN DAN EVAKUASI PADA BANGUNAN ADMINISTRASI TINJAUAN TERHADAP BEBAN API

Sistem Proteksi Kebakaran pada Gedung UKM Universitas Brawijaya Malang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

ANALISIS RISIKO KEBAKARAN DALAM PEMENUHAN SISTEM TANGGAP DARURAT KEBAKARAN DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

EVALUASI DESAIN JALUR EVAKUASI PENGGUNA BANGUNAN DALAM KONDISI DARURAT PADA BANGUNAN APARTEMEN X

BAB I PENDAHULUAN.

Terminal Antarmoda Monorel Busway di Jakarta PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TERMINAL ANTARMODA

BAB 1 : PENDAHULUAN. potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga

MAINTENANCE SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN AKTIF PROYEK PEMBANGUNAN TANGRAM HOTEL DAN SADIRA PLAZA KOTA PEKANBARU

LAMPIRAN PERATURAN CHIEF EXECUTIVE OFFICER RUMAH SAKIT SEHAT SEJAHTERA NOMOR : 1/Dir-RSSS/2014 TANGGAL : 9 Januari PENDAHULUAN Salah satu hal

189. Setiap kuantitas yang lebih besar dari 50 liter harus dihapus dari ruang ketika tidak digunakan dan disimpan di toko yang dirancang dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Bangunan gedung menurut UU RI No. 28 Tahun 2002 adalah wujud fisik hasil

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri di Indonesia

Lampiran 1 Hasil Penilaian

5/9/2014 Created by PNK3 NAKERTRANS 1

PERANCANGAN TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA (TPS) LIMBAH B3 (STUDI KASUS : BENGKEL MAINTENANCE PT. VARIA USAHA)

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

BAB V PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB IV INSTALASI SISTEM DETEKSI KEBAKARAN

Lampiran 1 DENAH INSTALASI ICU. Universitas Sumatera Utara

BAB V KONSEP. a. Memberikan ruang terbuka hijau yang cukup besar untuk dijadikan area publik.

BAB III LANDASAN TEORI. A. Evaluasi Sistem Proteksi Kebakaran Gedung

TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERENCANAAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA GEDUNG KANTOR 5 LANTAI PT. RAKA UTAMA. Disusun oleh : PRILIAN YUSPITA

STANDARD OPERATING PROCHEDURE (SOP) KEDARURATAN DI TEKNIK KELAUTAN ITB

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Tata Cara Perancangan Pencahayaan Darurat, Tanda arah dan Sistem Peringatan Bahaya pada Bangunan Gedung.

BAB II PIRANTI INPUT DAN OUTPUT. Kebakaran adalah suatu fenomena yang terjadi ketika suatu bahan

IDENTIFIKASI DAN PERBAIKAN KERUSAKAN TERHADAP SISTEM DETEKSI KEBAKARAN DI GEDUNG 65 INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

ANALISIS UPAYA PENANGGULANGAN KEBAKARAN DI GEDUNG BOUGENVILLE RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG

EVALUASI SISTEM PENGAMANAN GEDUNG TERHADAP BAHAYA KEBAKARAN PADA PROYEK RUMAH SAKIT ST.BORROMEUS

MANAJEMEN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN PADA KAPAL PENUMPANG MELALUI UPAYA PERANCANGAN DETEKTOR

STUDI PEMILIHAN BAHAN PENGHAMBAT KEBAKARAN PASIF UNTUK SEBUAH GEDUNG BERDASARKAN SNI

EVALUASI KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN GEDUNG (Studi Kasus Gedung Kantor Bupati Indragiri Hilir) ABSTRAK

BAB VI KONSEP PERANCANGAN MONUMEN GEMPA BANTUL

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

BAB IV: KONSEP Pendekatan Aspek Kinerja Sistem Pencahayaan Sistem Penghawaan Sistem Jaringan Air Bersih

Nama : Bekerja di bagian : Bagian di tim tanggap darurat :

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V. 1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan. mengenai isu krisis energi dan pemanasan global.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan dunia yang menuntut kemajuan IPTEK

Rancangan Sistem Assessment Keselamatan Kebakaran Kapal Penyeberangan Roll On Roll Off

MENCERMATI STANDAR PENGAMANAN GEDUNG UNTUK ANTISIPASI BAHAYA KEBAKARAN

PUSAT MODIFIKASI MOBIL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP METAFORA PADA BANGUNAN Beban angin pada ban lebih dinamis.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

Pranata Pembangunan Pertemuan 1 Pentingnya Tangga kebakaran. Sahid Mochtar, S.T., MT. Ratna Safitri, S.T., M.Ars.

PERANCANGAN SISTEM DETEKTOR, ALARM DAN SISTEM SPRINKLER PADA GEDUNG PLAZA DAN GEDUNG DIREKTORAT PPNS-ITS ADHITYA CHANDRA SETYAWAN ( )

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

BAB V KONSEP DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dalam perancangan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Tata Boga.

BAB I PENDAHULUAN. sebuah pemikiran dan upaya dalam menjamin keutuhan baik jasmani maupun

PEDOMAN TEKNIS PRASARANA RUMAH SAKIT SARANA KESELAMATAN JIWA

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PRAKATA ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sektor industri mengalami perkembangan pesat

BAB V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Total keseluruhan luas parkir yang diperlukan adalah 714 m 2, dengan 510 m 2 untuk

STUDI TINGKAT KEANDALAN SISTEM PROTEKSI KEBAKARAN PADA BANGUNAN APARTEMEN (Studi Kasus Apartemen Di Surabaya)

Transkripsi:

Evaluasi Sistem Keselamatan Kebakaran Bangunan Menggunakan Computerized Fire Safety Evaluasi System (CFSES) pada Gedung Program Vokasi Universitas Indonesia Tahun 2014 Muhamad Anggraito, Adrianus Pangaribuan, Fatma Lestari 1. Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia 2. Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 3. Pusat Kajian dan Terapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (PKTK3), Universitas Indonesia E-mail: muhamad.anggraito@gmail.com f.lestari@gmail.com Abstrak Skripsi ini membahas evaluasi sistem keselamatan kebakaran menggunakan program computerized fire safety evaluation system (CFSES) disetiap bangunan Program Vokasi Universitas Indonesia. Penilaian dalam evaluasi ini didasarkan pada persyaratan NFPA 101: Life Safety Code dengan tahapan-tahapan evaluasi yang terdapat pada NFPA 101A: Alternate Approaches to Life Safety. Terdapat 12 parameter utama yang menjadi penilaian dalam penelitian ini. Keduabelas parameter tersebut adalah konstruksi gedung, segregasi bahaya, bukaan vertikal, sprinkler, sistem alarm kebakaran, pendeteksi asap, penyelesaian interior, pengendalian asap, sistem jalur keluar, jalur evakuasi, kompartemen, dan program tanggap darurat bangunan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif bersifat semi kuantitatif. Hasil evaluasi ini menunjukan bahwa Gedung Bisnis, Gedung Administrasi dan Gedung Perkuliahan Vokasi UI belum ada yang memenuhi standar minimum nilai keselamatan yang dipersyaratkan NFPA 101. Fire Safety Evaluation System ay Vocational Program Universitas Indonesia s Building, Using Computerized Fire Safety Evaluation (CFSES) Program in 2014. Abstract This thesis discusses the evaluation of the fire safety system using a computerized fire safety evaluation system (CFSES) program to each building at Vocational Program, Universitas Indonesia. Assessment in this evaluation are based on the requirements of NFPA 101: Life Safety Code with the stages of evaluation contained in NFPA 101A: Alternate Approaches to Life Safety. There are 12 main parameters being assessment in this study. Twelfth of these parameters is the buildings construction, segregation of hazard, vertical openings, sprinkler, fire alarm systems, smoke detectors, interior finish, smoke control, exit system, evacuation routes, compartments, and building emergency response program. This is a descriptive study with semi-quantitative approach. The results of this evaluation indicate that the Business Building, Administration Building and

building of Vocational UI Class are no indicators that meets the minimum standards required by NFPA 101 safety. Keywords: Fire safety, building, standards, CFSES, NFPA Pendahuluan Dewasa ini dengan kemajuan teknologi, pembangunan daerah-daerah di Indonesia berjalan semakin pesat. Hasil dari pembangunan ini tentu akan berdampak pada perubahan fisik di wilayah-wilayah yang mengalami pembangunan itu. Alih fungsi lahan, bertambahnya wilayah pemukiman serta padatnya bangunan merupakan salah satu dampak dari hasil pembangunan tersebut. Semakin padatnya wilayah pembangunan, kemajuan teknologi yang berkembang, hingga meningkatnya aktivitas masyarakat, dapat menimbulkan risiko baru yang jarang disadari masyarakat yaitu kebakaran. Jika melihat pada data kejadian kebakaran saat ini, bencana kebakaran di Indonesia cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan Data Kejadian Bencana Kebakaran Permukiman dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), pada tahun 2012 terdapat 54 kasus kebakaran di wilayah permukiman yang tercatat di Indonesia. Pada tahun selanjutnya yaitu tahun 2013 terdapat peningkatan menjadi 399 kasus kebakaran untuk wilayah permukiman di Indonesia. Sampai tanggal 16 Maret 2014 sudah tercatat 33 kasus kebakaran permukiman yang 18 diantaranya berlokasi di DKI Jakarta. Data lain yang berasal dari Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta, pada tahun 2013 terdapat 997 kejadian kebakaran. Taksiran kerugian diperkirakan mencapai lebih dari 200 Milyar rupiah. Bencana kebakaran tidak hanya terjadi pada wilayah permukiman, industri, kendaraan ataupun gedung-gedung perkantoran, melainkan juga terjadi pada institusi pendidikan. Berita Tempo, pada Jumat 28 Juni 2013, sebagian ruangan di lantai dua gedung jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Bandung terbakar. Api melahap sedikitnya enam ruang kuliah, ruang dosen, dan ruang laboratorium. Pada tahun yang sama terdapat kejadian kebakaran di Institut Kesenian Jakarta. Kebakaran terjadi di Gedung Teater Luwes, IKJ, Taman Ismail Marzuki (antaranews, 2013). Beralih ke Jogjakarta, Gedung Pertamina Tower di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gajah Mada terbakar pada hari Selasa, 8 Oktober 2013. Penyebab munculnya asap berasal dari ruang komputer yang ada di lantai empat. Dugaan penyebab terjadinya kebakaran adalah korsleting kabel (Tempo, 2013).

Universitas Indonesia sendiri pernah beberapa kali terjadi kasus kebakaran. Pada hari Selasa tanggal 6 September 2011, ruang perkuliahan Departemen Farmasi Fakultas Matematika Ilmu Pengetahuan Alam terbakar. Salah satu kebakaran paling besar yang pernah terjadi di Universitas Indonesia yaitu di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP). Pada bulan Januari 2014, FISIP UI mengalami peristiwa kebakaran yang menghanguskan gedung arsip penelitian dan jurusan Sosiologi. Berdasarkan paparan informasi dan kasus-kasus diatas dapat terlihat bahwa kebakaran merupakan kecelakaan yang masih sering dan dapat terjadi dimanapun, termasuk salah satunya adalah kebakaran yang akhir-akhir ini terjadi pada institusi-institusi pendidikan. Berkaca dari kasus-kasus tersebut perlu adanya penilaian risiko, evaluasi dan perbaikan yang berkelanjutan dalam sistem keselamatan kebakaran pada gedung-gedung di Universitas Indonesia. Sebagai bangunan yang masih terbilang baru, maka evaluasi sistem keselamatan kebakaran pada Gedung Vokasi Universitas Indonesia perlu dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan kecelakaan kebakaran. Evaluasi yang peneliti lakukan menggunakan program Computerized Fire Safety Evaluation System (CFSES). Program ini merupakan software yang dikembangkan berdasarkan standard evaluasi yang ada pada National Fire Protection Association (NFPA) 101: Life Safety Code. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi sistem keselamatan kebakaran pada Gedung Vokasi, Universitas Indonesia Depok Tinjauan Teoritis Salah satu program yang dikembangkan oleh Hughes Associates, Inc. dalam melakukan pengevaluasian keselamatan kebakaran pada gedung adalah program CFSES. Program ini dikembangkan atas dukungan dari General Services Administration (GSA), dan National Institute of Standars and Technology s (NIST) Building and Fire Research Laboratory (BFRL). Program CFSES ini mengadopsian metode penilaian berdasarkan NFPA 101, Life Safety Code dan NFPA 101A, Guide on Alternativee Approaches to Life Safety. Terdapat 12 parameter penilaian utama dalam melakukan evaluasi menggunakan program CFSES, mulai dari konstruksi gedung, segregasi bahaya, bukaan vertikal, sprinkler, alarm kebakaran, pendeteksi asap, penyelesaian interior, pengendalian asap, akses keluar, jalur evakuasi, koridor, dan program tanggap darurat. Metode penilaian yang dilakukan program ini

menggunakan pendekatan semikuantitatif. Pemanfaatan penilaian menggunakan program CFSES ini nantinya dapat melihat 3 indikator utama keselamatan gedung yaitu kondisi keselamatan kebakaran umum pada gedung, kontrol penyebaran api, dan sistem jalur keluar. Berdasarkan standar yang mengacu pada NFPA 220 Standar on Types of Building Construction, terdapat beberapa tipe konstruksi bangunan yang perlu dinilai dalam evaluasi sistem keselamatan kebakaran pada bangunan. Tipe konstruksi tersebut dibagi menjadi tipe konstruksi tipe I hingga tipe V, yang mana kemampuan untuk menahan api semakin menurun dari tipe I sampai ke tipe V. Elemen lain yang perlu dinilai dalam mengevaluasi sistem keselamatan kebakaran pada gedung adalah elemen segregasi bahaya. Terdapat empat langkah dalam melakukan penilaian pada area yang memerlukan segregasi bahaya mengacu pada standar NFPA 220. Yaitu melakukan identifikasi area berbahaya, menentukan tingkat bahaya, menentukan proteksi kebakaran yang diperlukan dan yang terakhir menentukan dejarat deficiency serta menetapkan nilai parameter. Parameter berikutnya adalah bukaan vertikal. Penilaian ini diaplikasikan untuk bukaan vertikal dalam bangunan termasuk tangga, jalan landai, lorong pipa, lorong ventilasi, tembusan saluran, serta saluran laundry atau saluran pembuangan sampah.penilaian pada bukaan vertikal juga dilihat berdasarkan jumlah lantai yang terhubung dengan bukaan vertikal tersebut (NFPA 101A, 2013). Sprinkler merupakan salah satu bentuk perlindungan terhadap bahaya kebakaran didalam gedung berupa pemancar air. Terdapat berbagai macam variasi jenis sprinkler yang dapat di instalasikan baik dilangit-langit bangunan ataupun disisi-sisi tembok. Setiap jenis sprinkler akan terbuka atau menyala pada suhu tertentu dan mengirimkan semprotan air untuk memadamkan api (Fitzgerald, 2004). Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.2 Tahun 1983 tentang, Instalasi Alarm Kebakaran Automatik sistem alarm kebakaran didefinisikan sebagai sistem atau rangkaian alarm kebakaran yang menggunakan detektor panas, detektor asap, detektor nyala api dan titik panggil secara manual serta perlengkapan lainnya yang dipasang pada sistem alarm kebakaran.

Pendeteksi asap berbeda dengan alarm asap, alat ini hanya mendeteksi kehadiran partikel hasil pembakaran baik yang terlihat maupun tidak terlihat. Pendeteksi asap tidak mengeluarkan isyarat bunyi, kecuali jika alat ini merupakan bagian dari sistem alarm kebakaran yang memiliki pengeras suara berupa isyarat alarm, dengan demikian alat pendeteksi asap hanya akan ditemukan bersamaan dengan sistem alarm kebakaran otomatis yang terintegrasi didalamnya (Burke, 2008). NFPA 101 mendefinisikan penyelesaian interior sebagai material yang merupakan bagian tidak tersembunyi/terlindungi dari permukaan dinding, dan atap pada suatu bangunan. Contoh dari penyelesaian interior adalah papan kayu, penutup dinding, plastik, dan serat fiber untuk penutup atap. Purkiss (2007) dalam bukunya menjelaskan bahwa pengendalian asap merupakan sistem mekanikal yang berfungsi untuk mengendalikan pergerakan dari asap ketika kebakaran terjadi. Sistem yang paling umum digunakan dalam pengendalian asap adalah atrium exhaust system dan stair pressurization system. Furness & Muckett (2007) dalam bukunya menerangkan adalah penting untuk mengerti tentang seberapa cepat waktu yang diperlukan untuk mengevakuasi penghuni gedung ketika terjadi kebakaran. Hal ini perlu perhitungan yang realistik mengenai jumlah dan lebar jalur keluar yang diperlukan untuk melakukan evakuasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan. Jalur evakuasi adalah jalur aman yang dapat digunakan penghuni gedung dalam kondisi darurat seperti kebakaran untuk keluar dari bangunan menuju tempat yang lebih aman (Furness & Muckett, 2007). NFPA 101A menerangkan bahwa rute jalan keluar merupakan jalur dari suatu posisi ruangan manapun didalam bangunan yang akan mengarah pada jalur keluar umum. NFPA 101 menjelaskan bahwa, kompartemen atau koridor merupakan bagian dari bangunan yang saling terpisah dari bagian lain yang dibatasi oleh dinding kompartemen yang mampu menahan api serta dapat pula dilengkapi oleh pintu dan lantai. Penilaian evaluasi keselamatan kebakaran bangunan yang mengacu pada NFPA 101A menerangkan bahwa koridor/pemisahan ruangan didasarkan pada kualitas pemisahan antara ruangan dengan koridor.

Parameter terakhir dari penilaian evaluasi keselamatan gedung meggunakan program CFSES adalah terkait dengan program tanggap darurat pada bangunan. NFPA 101A mendefinisikan program tanggap darurat ini sebagai penilaian yang dilihat berdasarkan banyaknya jumlah latihan atau simulasi kebakaran yang rutin dilakukan setiap tahunnya. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, bersifat observasional dengan menggunakan pendekatan semikuantitatif. Penelitian ini dilakukan berdasarkan panduan dari NFPA 101A: Guide on Alternative Approaches to Life Safety, untuk mengevaluasi 12 parameter sistem keselamatan kebakaran pada Gedung Vokasi Universitas Indonesia, Depok. Data-data yang didapatkan selama proses penelitian kemudian diolah melalui program Computerized Fire Safety Evaluation System (CFSES). Hasil dan Pembahasan Penelitian Gedung Vokasi UI memiliki tiga jenis bangunan utama yaitu gedung perkuliahan dengan enam lantai, gedung administrasi dan laboratorium dengan enam lantai serta gedung pusat bisnis yang terdiri atas dua lantai. Berdasarkan hasil penilaian menggunakan program CFSES pada ketiga gedung ini belum terdapat gedung yang secara keseluruhan memenuhi ketiga indikator keselamatan kebakaran utama (keselamatan kebakaran umum gedung, kontrol penyebaran api, dan sistem jalur keluar) berdasarkan NFPA 101 Life Safety Code. Peneliti menggabungkan penilaian Gedung Administrasi dengan Gedung Perkuliahan Vokasi UI menjadi satu pada program CFSES dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan kedua gedung ini sejenis serta memiliki karakteristik yang sama satu dengan yang lain baik dari luas bangunan, konstruksi, jumlah lantai serta proteksi kebakaran yang dimilikinya. Gedung Administrasi dan Gedung Perkuliahan Vokasi UI yang telah dibangun sejak tahun 2010 ini masing-masing terdiri atas 6 lantai dengan tinggi bangunan 29 m serta luas bangunan 5116 m² atau 55077 ft². Konstruksi gedung Administarsi dan Perkuliahan Vokasi UI merupakan jenis konstruksi tipe II (222) yang memiliki kemampuan menahan api 2 jam atau lebih mulai dari dinding bearing bagian luar, kolom, bentangan, balok penopang, lantai dan atap. Struktur bangunan ini pun menggunakan konstruksi yang bersifat noncombustible, hal ini dikarenakan struktur bangunan ini disusun oleh material beton.

Pada Gedung Administrasi dan Perkuliahan Vokasi UI yang termasuk bagian dari segregasi bahaya adalah ruang panel listrik yang ada pada setiap lantai serta ruang gudang yang berada pada lantai 4 dan 6. Ruang panel memiliki risiko untuk menimbulkan kebakaran karena adanya instalasi sambungan listrik yang dapat menimbulkan api jika terjadi hubungan pendek arus listrik, kelebihan beban, ataupun bentuk kerusakan instalasi listrik lainnya. Ruang Gudang dengan karakteristik material yang disimpan didalamnya seperti kardus, kertas, hingga berkas-berkas lainnya dapat menjadi bahan bakar yang baik untuk menciptakan flashover. Hasil perbandingan perhitungan antara ruang panel listrik dengan ruang gudang, peneliti mendapatkan penilaian parameter terendah diberikan kepada ruang panel listrik. Salah satu alasan utamanya karena ruangan ini berpotensi menimbulkan flashover dan tidak diproteksinya ruangan dengan sprinkler yang,dapat membahayakan struktur bangunan serta meng-expose rute jalan keluar. Peneliti menyarankan untuk memperbaiki penilaian pada parameter segregasi bahaya, dengan cara memberikan proteksi kebakaran pada ruang panel listrik berupa sprinkler foam, alat pemadam api dengan material pemadam berupa Co2 serta pemindahan barang-barang dengan material seperti kardus dan kertas-kertas pada ruang panel tersebut kedalam gudang. Parameter ketiga yang selanjutnya dinilai setelah konstruksi bangunan dan segregasi bahaya adalah parameter bukaan vertikal. Terdapat beberapa bukaan vertikal pada Gedung Administrasi dan Perkuliahan Vokasi UI. Bukaan yang masuk kedalam penilaian peneliti adalah berupa sambungan shaft kabel yang tidak memiliki fire stopping material serta jalur lift yang belum berfungsi. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, terdapat shaft kabel yang menghubungkan mulai dari lantai dasar hinga lantai 6 yang terletak pada ruang panel disetiap lantai. Terdapat pula rongga atau bukaan vertikal yang tidak tertutup sempurna pada jalur lift yang belum berfungsi yang menghubungkan mulai dari lantai dasar hingga lantai 6 bangunan. Peneliti merekomendasikan untuk memperbaiki penilaian parameter bukaan vertikal bangunan ini dengan cara diberi penutup dan proteksi berupa fire stopping material yang bersifat non combustible pada setiap bukaan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko menyebarnya api melalui setiap bukaan jika terjadi kebakaran diarea bukaan vertikal.

Pada Gedung Administrasi dan Perkuliahan Vokasi UI penempatan sprinkler terletak pada seluruh bagian bangunan seperti koridor, lobi, dan dalam ruangan. Beberapa ruangan seperti ruang panel listrik dan ruang elevator tidak dilengkapi dengan sprinkler dengan alasan banyaknya instalasi listrik pada ruangan tersebut yang justru akan menimbulkan bahaya lebih lanjut jika sprinkler aktif pada ruangan tersebut. Sprinkler yang digunakan pada program vokasi adalah tipe sprinkler standar dengan bulb glass berwarna merah. Artinya sprinkler akan bekerja pada suhu 68 C jika terjadi kebakaran. Sumber air yang digunakan oleh sprinkler ditunjang oleh sistem pompa dan bak penampungan air bersih dengan kapasitas 12500 liter air. Parameter kelima yang selanjutnya dinilai adalah mengenai sistem alarm kebakaran. Gedung Administrasi Vokasi UI memiliki 2 panel sistem alarm kebakaran yang saling terhubung dengan heat dan smoke detector. Panel alarm ini bersifat semi addressable yang akan menunjukan pada lantai berapa terjadinya kebakaran jika kecelakaan ini terjadi. Pada ruang panel sistem alarm kebakaran ini pun dilengkapi dengan alat komunikasi suara yang dapat memberikan pengumuman kepada seluruh penghuni gedung terkait kejadian kebakaran. Catatan lain adalah sistem alarm kebakaran pada gedung Vokasi UI belum terhubung dengan dinas pemadam kebakaran setempat. Hal yang menjadi catatan khusus peneliti adalah pada Gedung Perkuliahan Vokasi UI sistem alarm kebakaran mengalami kerusakan sehingga tidak berfungsi sama sekali. Hal ini tentu akan mengurangi penilaian pada parameter sistem alarm kebakaran. Perlu dilakukan perbaikan segera pada setiap main control fire alarm gedung ini agar dapat berfungsi sebagai bagian dari sistem keselamatan kebakaran. Parameter berikutnya adalah parameter smoke detection atau pendeteksi asap. Pada Gedung Administrasi dan Perkuliahan Vokasi UI detektor yang paling banyak digunakan adalah detektor panas atau heat detector. Tidak terdapat smoke detector pada lobi, koridor, maupun ruangan-ruangan administrasi atau perkuliahan bangunan Vokasi UI. Pendeteksi asap justru terdapat pada ruangan khusus seperti ruangan elevator dan ruang panel listrik. Pendeteksi panas memiliki fungsi yang sama dengan pendeteksi asap. Kedua alat ini hanya berbeda pada material yang dideteksinya. Parameter ketujuh yang selanjutnya dinilai pada program CFSES adalah penyelesaian interior atau interior finish. Penyelesaian interior pada rute jalan keluar gedung Administrasi dan

Perkuliahan Vokasi UI terdiri atas material keramik untuk lapisan lantainya, plafond berbahan gypsum untuk ceiling finish, serta lapisan tembok bebahan dasar campuran beton yang dilapisi cat. Mengacu pada IBC (2012) maka flame spread rating untuk penyelesaian interior rute jalan keluar termasuk kedalam klasifikasi kelas A atau dengan tingkat penyebaran api antara 0-25 Btu/s-ft². Parameter pengendalian asap atau smoke control menjadi parameter kedelapan yang peneliti nilai dalam mengevaluasi sistem keselamatan kebakaran pada Gedung Vokasi UI. Informasi yang peneliti dapatkan berdasarkan hasil observasi terkait sistem pengendalian asap pada Gedung Administrasi dan Perkuliahan Vokasi UI, terdapat alat pengendalian asap aktif berupa fire damper dan stair pressurization yang terintegrasi dengan sistem VAC. Selain dilengkapi dengan pengendalian asap aktif, gedung ini juga dilengkapi dengan pengendalian asap pasif berupa kompartemen yang tidak terdapat bukaan vertikal dengan self door closer. Akses keluar adalah parameter kesembilan yang dinilai pada program CFSES ini. Gedung ini memiliki lebih dari satu (dua) akses keluar pada setiap lantainya. Akses keluar ini juga merupakan bagian dari pintu darurat bangunan. Tidak terdapat jalan buntu pada bangunan ini karena setiap ujung bangunan memiliki jalur keluarnya sendiri. Jarak antara kedua pintu darurat adalah 32 meter, maka jarak terjauh dari suatu ruangan atau area menuju tangga darurat terdekat adalah 16 meter (dihitung dari bagian tengah bangunan). Parameter penilaian kesepuluh CFSES adalah terkait dengan jalur evakuasi. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya pada parameter akses keluar, gedung ini memiliki 2 jalur akses keluar utama yang termasuk bagian dari jalur evakuasi. Jalur evakuasi ini berupa tangga darurat yang memiliki penunjuk pintu darurat atau EXIT sign, lampu penerangan darurat, pintu darurat berbahan baja dengan panic handle bar, dinding yang berbahan dasar material beton, serta dilengkapi dengan stair pressurization. Stair pressurization akan aktif ketika terjadi kebakaran dan berfungsi untuk meningkatkan tekanan pada tangga darurat sehingga menjaga jalur evakuasi dari masuknya asap namun, terdapat hal lain yang menjadi pertimbangan peneliti dalam menilai jalur evakuasi ini yaitu pemakaian tangga darurat untuk aktifitas normal dan terbuka setiap waktunya tentu akan mengurangi performa dari stair pressurization. Tekanan antara tangga darurat dengan bagian bangunan yang lain akan sama dalam kondisi seperti ini. Sebaiknya kondisi tangga darurat

pada bangunan ini selalu dalam keadaan tertutup dan hanya digunakan saat terjadi keadaan darurat agar tekanan diarea tangga darurat dapat tetap terjaga. Penilaian parameter kesebelas adalah penilaian tentang kompartemen/koridor. Gedung Administrasi dan Perkuliahan Vokasi UI memiliki kompartemen yang memisahkan bagian antar ruangan. Kompartemen ini tersusun atas material beton yang memiliki tingkat ketahanan api diatas 2 jam dan dengan atap berupa plafond gypsum dengan tingkat ketahanan api diatas 1 jam. Setiap kompartemen pada bangunan ini juga dilengkapi dengan door closer. Parameter terakhir yang menjadi penilaian pada program CFSES adalah parameter program tanggap darurat pada penghuni gedung tersebut. Pada Program Vokasi UI belum pernah dilakukan program tanggap darurat pada setiap bangunan. NFPA 101: Life safety code menyebutkan bahwa tujuan dari dilaksanakan pelatihan program tanggap darurat ini adalah untuk membangun kebiasaan penghuni gedung dengan prosedur evakuasi, sehingga peneliti merekomendasikan untuk dilakukan pelatihan program tanggap darurat pada gedung Program Vokasi UI minimal 2 kali dalam setahun. Perhitungan keseluruhan parameter menggunakan program CFSES meskipun pada awalnya digabung namun pada hasil akhirnya peneliti memisahkan hasil Gedung Administrasi dengan Gedung Perkuliahan Vokasi UI. Pemisahan ini peneliti lakukan dengan pertimbangan adanya perbedaan hasil pada parameter sistem alarm kebakaran dan pendeteksi asap kedua gedung ini yang menyebabkan hasil akhir evaluasi berbeda. Gedung Administrasi Vokasi UI memperoleh nilai 5.3 dari 7.5 nilai minimum yang dipersyaratkan pada penilaian evaluasi kontrol penyebaran api. Penilaian sistem jalur keluar, bangunan ini memperoleh nilai -2.55 dari 5. Penilaian evaluasi terakhir terkait sistem keselamatan kebakaran umum bangunan Administrasi Vokasi UI memperoleh nilai 8.5 dari 6. Gedung Perkuliahan Vokasi UI memperoleh nilai 3.35 dari 7.5 nilai minimum yang dipersyaratkan untuk indicator kontrol penyebaran api. Indikator lain seperti sistem jalur keluar memperoleh nilai -6.45 dari 5 serta untuk indikator sistem keselamatan kebakaran umum bangunan Perkuliahan Vokasi UI memperoleh nilai 4.6 dari 6. Berdasarkan hasil evaluasi Gedung Administrasi Vokasi UI, terdapat dua penilaian terkait sistem kontrol penyebaran api dan sistem jalur keluar masih berada dibawah standar nilai

minimum yang dipersyaratkan NFPA 101A, hanya sistem keselamatan kebakaran umum bangunanlah yang mencapai nilai diatas persyaratan minimum. Lain halnya dengan hasil evaluasi Gedung Perkuliahan Vokasi UI yang kesemua indikatornya belum memenuhi standar minimum yang dipersyaratkan. Nilai sistem kontrol penyebaran api yang masih dibawah persyaratan minimum NFPA 101A pada kedua bangunan ini berarti memiliki kemungkinan untuk mudahnya persebaran api keseluruh zona bangunan apabila terjadi kebakaran. Untuk indikator sistem jalur keluar yang juga masih dibawah persyaratan minimum artinya ketika terjadi kebakaran terjadi memiliki kemungkinan untuk terbatasinya akses jalur keluar bagi penghuni gedung. Indikator keselamatan kebakaran gedung secara umum Gedung Administrasi Vokasi UI telah memenuhi persyaratan dan perlu dilakukan perbaikan pada sistem kontrol penyebaran api serta sistem jalur keluar bangunan. Penjelasan mengenai hasil akhir penilaian kedua bangunan ini dapat pada gambar dibawah ini. Gambar 1. Hasil penilaian sistem evaluasi keselamatan kebakaran Gedung Administrasi Vokasi UI

Gambar 2. Hasil penilaian sistem evaluasi keselamatan kebakaran Gedung Perkuliahan Vokasi UI Peneliti juga melakukan analisa lain yaitu berupa perhitungan law severity correlation pada salah satu tools diprogram CFSES. Perhitungan ini peneliti lakukan untuk melihat kondisi jika seluruh proteksi kebakaran pada Gedung Administrasi dan Perkuliahan Vokasi ini tidak berfungsi seberapa lama bangunan ini akan bertahan hingga terjadi kerusakan pada konstruksi bangunan. Penilaian yang peneliti masukan adalah panjang dan lebar kompartemen, tinggi bukaan, lebar bukaan, dan kapasitas bahan bakar yang terdapat pada bangunan tersebut. Hasil dari perhitungan yang peneliti lakukan menggunakan tools ini menunjukan bahwa kemampuan dari bangunan untuk menahan konstruksi ketika kebakaran terjadi adalah selama 3.1 jam Evaluasi sistem keselamatan kebakaran pada bangunan program Vokasi UI yang kedua adalah pada Gedung Bisnis Vokasi UI. Gedung Bisnis Vokasi UI terdiri atas 2 lantai dengan tinggi bangunan 7 m (23 ft) dan luas bangunan 768 m² (8266 ft²). Konstruksi bangunan ini juga tersusun dari material beton, dengan konstruksi pintunya berbahan dasar kaca. Terdapat material kaca yang menyusun bangunan ini sebagai pemisah ruangan, sehingga bangunan ini peneliti masukan sebagai tipe konstruksi II yang mana elemen strukturnya termasuk dinding, kolom, tiang penopang, lantai dan atap adalah dari bahan yang tidak mudah terbakar. Hasil akhir penilaian keseluruhan parameter diatas untuk sistem keselamatan kebakaran Gedung Bisnis Vokasi UI menggunakan program CFSES memberikan nilai 1.9 dari persyaratan minimum -4 untuk kontrol penyebaran api, -0.5 dari 0 untuk sistem jalur keluar, dan nilai 4.4 dari -4 untuk keselamatan kebakaran umum gedung.

Hasil ini memperlihatkan bahwa 2 indikator utama dari pengevaluasian sistem keselamatan kebakaran gedung Program Vokasi UI yaitu kontrol penyebaran api dan sistem keselamtan kebakaran umum gedung telah memenuhi bahkan melebihi dari persyaratan minimal yang dipersyaratkan oleh NFPA 101A. Indikator lainnya yaitu sistem jalur keluar masih berada dibawah standar minimal yang dipersyaratkan. Ketiga nilai indikator pengevaluasian akhir ini menunjukan bahwa bangunan ini perlu perbaikan pada pengevaluasian sistem jalur keluarnya. Peneliti menyarankan untuk menutup setiap bukaan vertikal pada bangunan ini dengan fire stopping material, serta perbaikan sistem alarm kebakaran. Hasil penilaian akhir Gedung Bisnis Vokasi UI dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Gambar 3. Penilaian akhir sistem keselamatan kebakaran Gedung Bisnis Vokasi UI Penilaian sama yang peneliti lakukan seperti pada Gedung Administrasi dan Perkuliahan Vokasi adalah mengenai law s severity correlation untuk Gedung Bisnis Vokasi UI. Penilaian ini dilakukan untuk melihat berapa lama waktu yang dibutuhkan jika seluruh proteksi kebakaran pada bangunan ini tidak bekerja saat terjadinya kebakaran hingga merusak pada konstruksi bangunan. Hasil perhitungan peneliti menunjukan bahwa dibutuhkan waktu selama 1,1 jam hingga mengalami kerusakan konstruksi.

Kesimpulan Gedung-gedung pada Program Vokasi UI belum terdapat bangunan yang secara keseluruhan memiliki sistem keselamatan kebakaran yang baik. Penilaian sistem keselamatan kebakaran pada Gedung Administrasi Vokasi UI untuk indikator kontrol penyebaran api dan sistem jalur keluar belum memenuhi standar yang dipersyaratkan oleh NFPA 101: Life safety code, sedangkan untuk indikator sistem keselamatan kebakaran umum gedung telah mencapai nilai yang dipersyaratkan. Penilaian Gedung Perkuliahan Vokasi UI belum memenuhi standar minimal yang dipersyaratkan NFPA 101 untuk keseluruhan indikator. Penilaian Gedung Bisnis Vokasi UI telah memenuhi standar keselamatan pada gedung perkantoran sesuai yang dipersyaratkan NFPA 101 kecuali untuk indikator sistem jalur keluar bangunan. Konstruksi Gedung Administrasi dan Perkuliahan Vokasi UI merupakan jenis konstruksi Tipe I, sedangkan untuk konstruksi Gedung Bisnis Vokasi UI merupakan jenis konstruksi tipe II. Terdapat segregasi bahaya pada Gedung Administrasi dan Perkuliahan Vokasi UI berupa ruang panel listrik yang tidak terpisah dari jalur evakuasi disetiap lantainya serta ruang gudang yang terletak pada lantai 4 dan 6 yang memperoleh penilaian double deficiency. Pada Gedung Vokasi UI terdapat segregasi bahaya berupa kitchen lab pada lantai dua yang tidak terpisah dengan jalur evakuasi dengan penilaian tidak terdapat deficiency. Bukaan vertikal pada Gedung Administrasi dan Perkuliahan Vokasi UI adalah sambungan shaft kabel antar ruang panel yang terhubung mulai dari lantai 1 hingga lantai 6 serta bukaan vertikal pada jalur elevator yang belum berfungi dengan kondisi tidak tertutup sempurna. Untuk bukaan vertikal pada Gedung Bisnis Vokasi UI juga berupa sambungan shaft kabel yang terhubung antara lantai 1 dengan 2 yang tidak tertutup dengan sempurna. Terdapat sistem sprinkler pada Gedung Administrasi dan Perkuliahan Vokasi UI dalam kondisi baik pada setiap ruangan, lobi dan koridor dengan model standar dan bulb glass berwarna merah (aktif pada suhu 68 C). Sedangkan pada Gedung Bisnis Vokasi UI tidak terdapat sistem sprinkler. Terdapat sistem alarm kebakaran pada Gedung Administrasi Vokasi UI yang bersifat semi addressable serta memiliki alat bantu komunikasi namun belum terhubung langsung dengan

dinas pemadam kebakaran setempat. Pada Gedung Perkuliahan Vokasi UI tidak terdapat sistem alarm kebakaran yang bekerja. Tidak terdapat MCFA yang berfungsi pada Sistem alarm kebakaran Gedung Bisnis Vokasi UI. Pendeteksi asap pada Gedung Administrasi, Gedung Perkuliahan serta Gedung Bisnis Vokasi UI hanya terletak diruangan-ruangan tertentu saja seperti ruang panel dan ruang mesin lift. Untuk bagian lain seperti koridor, lobi dan ruangan dilengkapi dengan heat detector yang memiliki fungsi sama seperti smoke detector yaitu untuk mendeteksi awal terjadinya kebakaran. Penyelesaian interior pada rute jalur keluar Gedung Administrasi, Gedung Perkuliahan dan Gedung Bisnis Vokasi UI merupakan jenis material klasifikasi A yang memiliki tingkat penyebaran api antara 0-25 Btu/s-ft². Sedangkan penyelesaian interior didalam ruangan bangunan-bangunan ini terdiri dari berbagai jenis klasifikasi baik A, B maupun C sehingga memiliki tingkat penyebaran api antara 0-200 Btu/s-ft². Terdapat sistem pengendalian asap pasif serta aktif pada Gedung Administrasi dan Perkuliahan Vokasi UI berupa fire damper pada sistem HVAC bangunan. Pada Gedung Bisnis Vokasi UI melakukan pengendalian asap secara pasif. Akses keluar pada setiap bangunan pada Program Vokasi UI tidak memiliki jalan buntu serta dalam kondisi jalur yang bersih dari material yang menghalanginya. Jarak terjauh untuk mencapai akses keluar pada seluruh bangunan ini berkisar antara 50-100 ft. Gedung Administrasi dan Perkuliahan Vokasi UI memiliki dua jalur evakuasi. Jalur Evakuasi pada bangunan ini memiliki penunjuk arah yang jelas dan terdapat stair pressurization pada area tangga daruratnya untuk mencegah masuknya asap ketika terjadi kebakaran. Yang perlu menjadi perhatian adalah tangga darurat pada bangunan ini selalu dalam kondisi terbuka setiap harinya dan digunakan untuk aktivitas sehari-hari. Gedung Bisnis Vokasi UI memiliki satu jalur evakuasi yang juga merupakan bagian dari jalur keluar namun tidak bebas dari asap. Koridor pada Gedung Administrasi dan Perkuliahan Vokasi UI dipisahkan oleh material berbahan dasar beton dengan tingkat ketahan api diatas 2 jam dan bersifat smoke resistive. Sedangkan pada Gedung Bisnis Vokasi UI kompartemen hanya bersifat smoke resistive yang

dilengkapi dengan self door closer. Program Vokasi UI belum tersedia. Program tanggap darurat pada seluruh bangunan Saran Berikut ini beberapa saran yang peneliti masukan sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan: Memperbaiki Sistem alarm kebakaran pada Gedung Perkuliahan dan Gedung Bisnis Vokasi UI. Memberikan proteksi sprinkler khusus dan APAR CO2 pada ruang panel listrik. Memberikan proteksi penutup dengan fire stoping material pada setiap bukaan vertikal bangunan. Melakukan pengecekan, pengetesan, serta perawatan secara berkala untuk alat proteksi kebakaran seperti sprinkler, fire damper, dan fire alarm. Melakukan perbaikan maintenance pada ruang panel, trafo dan capacitor bank. Memasang serta memperbaiki sitem alarm kebakaran pada Gedung Perkuliahan dan Gedung Bisnis Vokasi UI. Memasang sistem alarm kebakaran yang terhubung dengan dinas pemadam kebakaran setempat. Memasang smoke detector pada ruang administrasi, perkuliahan, gudang, dan ruang panel listrik. Membentuk prosedur tanggap darurat kebakaran bangunan. Membentuk tim atau organisasi tanggap darurat dalam bagian sistem manajemen bangunan. Melakasanakan simulasi pelatihan program tanggap darurat yang melibatkan seluruh penghuni gedung secara berkala. Kepustakaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana. (2014). Data Kejadian Bencana Kebakaran Permukiman. [Online]. Dari: http://geospasial.bnpb.go.id/pantauanbencana/data/databukimall.php [18 Maret 2014] Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana Provinsi DKI Jakarta. (2014). Rekapitulasi Kejadian Kebakaran Bulanan di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2013.

Ferguson, L.H., & Janicak, C.A. (2005). Fundamentals of Fire Protection for the Safety Professional. USA: The Scarerow Press, Inc. Fitzgerald, R.W. (2004). Building Fire Performance Analysis. USA: Worcester Polytechnic Institute. Furness, A & Muckett, M. (2007). Introduction to Fire Safety Management. Burlington, MA: Elsevier Ltd. Gedung Pertamina Tower UGM Terbakar http:// www.tempo.co/read/news/2013/10/08/058520035/gedung-pertamina-tower-ugm- Terbakar (akses 19 Maret 2014). Gedung Teknik Industri ITB Terbakar. http:// www.tempo.co/read/news/2013/06/29/058492092/gedung-teknik-industri-itb- Terbakar (akses 19 Maret 2014). Hughes Associates, Inc. (2000). Computerized Fire Safety Evaluation System For Business Occupancies Software. Baltimore, MD: Commerce Drive. Jumlah Kebakaran Jakarta Tertinggi di Indonesia. http://www.tempo.co/read/news/2012/03/01/083387365/jumlah-kebakaran-jakarta- Tertinggi-di-Indonesia (akses 19 Maret 2014). Kebakaran IKJ tak Ganggu Kegiatan Mahasiswa. http:// www.antaranews.com/berita/391618/kebakaran-ikj-tak-ganggu-kegiatan-mahasiswa (akses 19 Maret 2014). Kementrian Pekerjaan Umum. (2002). Undang Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Kementerian Pekerjaan Umum. (2008). Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 26 Tahun 2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan. NFPA 101. (2012). Life Safety Code, Edition 2012. National Fire Protection Association. Quincy MA.

NFPA 101 A. (2013). Guide on Alternative Approaches to Life Safety, Edition 2013. National Fire Protection Association. Quincy MA. NFPA 220. (2013). Standar on Types of Building Construction, Edition 2013. National Fire Protection Association. Quincy MA.