STUDI KARAKTERISTIK DETEKTOR SODIUM IODIDE DALAM PEMANFAATANNYA SEBAGAI SEGMENTED GAMMA SCANNER LIMBAH RADIOAKTIF

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI KINERJA SPEKTROMETER GAMMA YANG MENGGUNAKAN NITROGEN CAIR SEBAGAI PENDINGIN DETEKTOR

Sistem Pencacah dan Spektroskopi

SIMULASI PENGUKURAN EFFISIENSI DETEKTOR HPGe DAN NaI (Tl) MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO MCNP5

OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN LUDLUM 44-62

ANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DENGAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL DAN TEKNIK MONTE CARLO

SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

SIMULASI KALIBRASI EFISIENSI PADA DETEKTOR HPGe DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

PROGRAM JAMINAN KUALITAS PADA PENGUKURAN. RADIONUKLIDA PEMANCAR GAMMA ENERGI RENDAH:RADIONUKLIDA Pb-210

KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA MENGGUNAKAN DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN SPEKTROMETRI GAMMA MENGGUNAKAN DETEKTOR LUDLUM 44-62

PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

PERBANDINGAN METODA OTOMATIS DAN MANUAL DALAM PENENTUAN ISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

OPTIMASI ALAT CACAH WBC ACCUSCAN-II UNTUK PENCACAHAN CONTOH URIN

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

VALIDASI METODA PENGUKURAN ISOTOP 137 Cs MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

PENGARUH EFEK GEOMETRI PADA KALIBRASI EFISIENSI DETEKTOR SEMIKONDUKTOR HPGe MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

SIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

PENENTUAN TEGANGAN OPERASIONAL PADA DETEKTOR GEIGER MULLER DENGAN PERBEDAAN JARI-JARI WINDOW DETEKTOR

EKSPERIMEN SPEKTROSKOPI RADIASI ALFA

METODE STANDARDISASI SUMBER 60 Co BENTUK TITIK DAN VOLUME MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT PUNCAK JUMLAH

VALIDASI METODA PENENTUAN UNSUR RADIOAKTIF Pb-212, Cs-137, K-40 DENGAN SPEKTROMETER GAMMA

Penentuan Spektrum Energi dan Energi Resolusi β dan γ Menggunakan MCA (Multi Channel Analizer)

KALIBRASI DETEKTOR NaI(Tl) UNTUK PEMANTAUAN KONTAMINASI BAHAN RADIOAKTIF DI TANAH SECARA IN-SITU

PENGARUH JUMLAH KANAL MCA PADA DETERMINASI SUMBER ALPHA ( 242 PU DAN

PENGEMBANGAN DETEKTOR GEIGER MULLER DENGAN ISIAN GAS ALKOHOL, METANA DAN ARGON

PEMANTAUAN DOSIS RADIASI INTERNAL DENGAN WBC UNTUK PEKERJA PUSAT TEKNOLOGI LIMBAH RADIOAKTIF SERPONG TAHUN 2012

PENENTUAN AKTIVITAS SUMBER RADIOAKTIF PEMANCAR GAMMA Eu-152 DI LABORATORIUM PTNBR

ANALISIS KONSENTRASI I-131 LEPASAN UDARA CEROBONG DI REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN

METODE KALIBRASI MONITOR GAS MULIA MENGGUNAKAN SISTEM SUMBER GAS KRIPTON-85 STATIS

ANALISIS EFISIENSI PENDETEKSIAN RADIASI GAMMA OLEH SCINTILLATION COUNTER NaI(Tl) DITINJAU DARI ASPEK DIMENSI COUNTER

Penentuan karakteristik cacahan pada counter dengan menggunakan sumber standar 152 Eu, 60 Co dan 137 Cs

PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT

KAJIAN KINERJA SISTEM DETEKSI ANTARA DETEKTOR NaI(Tl) DAN CsI(Tl) UNTUK PERANGKAT RENOGRAF PORTABEL JINJING

PENENTUAN AKTIVITAS 60 CO DAN 137 CS PADA SAMPEL UNKNOWN DENGAN MENGGUNAKAN DETEKTOR HPGe

PENGGUNAAN SINAR-X KARAKTERISTIK U-Ka2 DAN Th-Ka1 PADA ANALISIS KOMPOSISI ISOTOPIK URANIUM SECARA TIDAK MERUSAK

PENGUKURAN AKTIVITAS ISOTOP 152 Eu DALAM SAMPEL UJI PROFISIENSI MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

UJI FUNGSI SISTEM SPEKTROMETER GAMMA MODEL : BEM - IN1001

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si.

Prinsip Dasar Pengukuran Radiasi

UJI BANDING SISTEM SPEKTROMETER GAMMA DENGAN METODA ANALISIS SUMBER Eu-152. Nugraha Luhur, Kadarusmanto, Subiharto

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN Syarip ABSTRAK ABSTRACT

PENGUKURAN RADIOAKTIF MENGGUNAKAN DETEKTOR NaI, STUDI KASUS LUMPUR LAPINDO

Perbandingan Kinerja Detektor NaI(Tl) Dengan Detektor CsI(Tl) Pada Spektroskopi Radiasi Gamma

MODUL PRAKTIKUM SISTEM PENGUKURAN (TKF 2416) LAB. SENSOR & TELEKONTROL LAB. TEKNOLOGI ENERGI NUKLIR LAB. ENERGI TERBARUKAN

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD

PENENTUAN KETEBALAN DEAD LAYER DETEKTOR HPGe MELALUI SIMULASI DAN PENGUKURAN KURVA KALIBRASI EFISIENSI UNTUK ANALISIS LIMBAH RADIOAKTIF PEMANCAR GAMMA

Rancang Bangun Alat Gamma Scan Aktuator Ganda Berbasis Mikrokontroler. Design of Microcontroller Based Double Actuator Gamma Scanner

RANCANG BANGUN TIME-COUNTER SPEKTROMETER NUKLIR BERBASIS MIKROKONTROLER AT89S51

RANCANG BANGUN PENGANALISIS KANAL TUNGGAL. Herry Mugirahardjo dan Eddy Santoso

PENENTUAN KADAR URANIUM DALAM SAMPEL YELLOW CAKE MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

DESAIN TRANSDUSER TEGANGAN TINGGI PADA TABUNG GEIGER MULLER UNTUK MENDETEKSI RADIASI RADIOAKTIF

EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 )

PENGUKURAN KONSENTRASI RADON DALAM TEMPAT PENYIMPANAN LIMBAH RADIOAKTIF. Untara, M. Cecep CH, Mahmudin, Sudiyati Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

PENGEMBANGAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL BERBIAYA MURAH MENGGUNAKAN SOUND CARD USB

PEREKAYASAAN PERANGKAT PEMANTAU RADIASI LINGKUNGAN INSTALASI NUKLIR

PENENTUAN CALIBRATION SETTING DOSE CALIBRATOR CAPINTEC CRC-7BT UNTUK Ce-139

ANALISIS KERUSAKAN X-RAY FLUORESENCE (XRF)

PERANGKAT LUNAK SISTEM PENCACAH RADIASI MENGGUNAKAN VISUAL BASIC

PRIMA Volume 3, Nomor 6, November 2006 ISSN

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 2, April 2014 ISSN

Penentuan Efisiensi Beta Terhadap Gamma Pada Detektor Geiger Muller

DESAIN DASAR PERANGKAT SCINTIGRAPHY

Laporan Praktikum Fisika Eksperimental Lanjut Laboratorium Radiasi. PERCOBAAN R2 EKSPERIMEN RADIASI β DAN γ Dosen Pembina : Drs. R. Arif Wibowo, M.

PENERAPAN KOEFISIEN KOREKSI ELEMEN KARTU THERMOLUMINISENCE (TLD) UNTUK PERHITUNGAN DOSIS EKSTERNA

PENGUKURAN TEBAL KONTAMINASI ZAT RADIOAKTIF PADA PERMUKAAN TANAH SECARA IN SITU MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL

KAJIAN TEGANGAN KERJA DETEKTOR HPGe TERHADAP RESOLUSI DETEKTOR SISTEM SPEKTROMETER GAMMA

Validasi ETNA (Efficiency Transfer for Nuclide Activity measurement) untuk Analisis Sampel Radioaktivitas Lingkungan dengan Spektrometri Gamma

MODUL 2 STATISTIKA RADIOAKTIVITAS

PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT

SISTEM PENCACAH RADIASI DENGAN DETEKTOR SINTILASI BERBASIS MIKROKOMPUTER

PEMANTAUAN LINGKUNGAN DI SEKITAR PUSAT PENELITIAN TENAGA NUKLIR SERPONG DALAM RADIUS 5 KM TAHUN 2005

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

LAPORAN PRAKTIKUM SPEKTROSKOPI XRF DENGAN DETEKTOR SEMIKODUKTOR Cd Te

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal 23-30

Perbandingan Mode Live Time Clock (LTC) dan Zero Dead Time (ZDT) pada Pengukuran Radioaktivitas Umur Paruh Pendek

PENGARUH IRADIASI BATU TOPAS TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN PRIMER DAN KESELAMATAN RSG-GAS

EVALUASI DOSIS RADIASI EKSTERNAL PEKERJA PUSAT RADIOISOTOP DAN RADIOFARMAKA ( PRR )

SISTEM PENCACAHAN RADIASI DENGAN DETEKTOR SINTILASI

DETEKTOR RADIASI. NANIK DWI NURHAYATI, S.Si, M.Si nanikdn.staff.uns.ac.id

UNIVERSITAS INDONESIA. RANCANG BANGUN RATEMETER MENGGUNAKAN DETEKTOR NaI (Tl) BERBASIS MIKROKONTROLER

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR (STATIK) MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI MEDIUM ENERGY RADIUM-226 (Ra 226 )

ANALISIS KENAIKAN HARGA AKTIVITAS KPK 01 CR001

RANCANG BANGUN TEGANGAN TINGGI DC DAN PEMBALIK PULSA PADA SISTEM PENCACAH NUKLIR DELAPAN DETEKTOR

Penentuan Aktivitas Radionuklida 60 Co Dengan Metode Ekstrapolasi Effisiensi

Penentuan Fluks Neutron Termal di Fasilitas Kalibrasi Neutron dengan Menggunakan Keping Indium

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

RANCANGAN PERANGKAT PEMANTAU RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN JARAK JAUH

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

X-Ray Fluorescence Spectrometer (XRF)

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS DEBU DI UDARA DAERAH KERJA PPGN TAHUN 2011

PENINGKATAN AKURASI DATA HRSANS DENGAN MODIFIKASI PERANGKAT LUNAK KENDALI PADA BAGIAN SAMPLE CHANGER

UJI LINE SCAN CAMERA PADA RANCANG BANGUN SISTEM PENCITRAAN PETI KEMAS DENGAN TEKNIK SERAPAN SINAR GAMMA

VALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER ALFA

METODA DAN PENGOLAHAN DATA PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS DI PERMUKAAN LANTAI INSTALASI NUKLIR

Transkripsi:

Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), ISSN 1410-9565 Volume 17 Nomor 2, Desember 2014 (Volume 17, Number 2, December, 2014) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Center for Radioactive Waste Technology) STUDI KARAKTERISTIK DETEKTOR SODIUM IODIDE DALAM PEMANFAATANNYA SEBAGAI SEGMENTED GAMMA SCANNER LIMBAH RADIOAKTIF Hendro *), Mohamad Nur Yahya ** *) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif - BATAN **) Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi - BATAN ABSTRAK STUDI KARAKTERISTIK DETEKTOR SODIUM IODIDE DALAM PEMANFAATANNYA SEBAGAI SEGMENTED GAMMA SCANNER LIMBAH RADIOAKTIF. Telah dilakukan studi karakteristik detektor sodium iodide yang merupakan bagian pencacah sistem segmented gamma scanner limbah radioaktif. Studi ini dilakukan dalam rangka pembuatan sistem segmented gamma scanner yang akan menggunakan detektor sodium iodide sebagai pencacahnya. Studi karakteristik detektor sodium iodide ini bertujuan untuk mempersiapkan detektor pencacah radiasi pada sistem segmented gamma scanner di instalasi limbah radioaktif agar mampu berja secara optimal dalam mencacah radioaktivitas dari limbah radioaktif. Studi karakteristik dilakukan dengan menggunakan sumber radiasi gamma Cs-137 dan Co-60 dengan melakukan pengamatan pada hasil cacahan dari beberapa parameter yang diuji. Hasil studi karakteristik ini diperoleh pengaturan operasi yang menghasilkan cacahan optimal dengan tegangan operasi 800 volt dan amplifikasi sebesar 8 kali. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan detektor sodium iodide menghasilkan cacahan yang stabil sehingga bisa digunakan sebagai pencacah pada Sistem Segmented Gamma Scanner serta pengaturan operasi yang bisa digunakan sebagai referensi. Kata kunci: Gamma Scanner, Detektor, sodium iodide, Cs-137, Co-60 ABSTRACT THE STUDY OF SODIUM IODIDE DETECTOR CHARACTERISTICS AS PART OF RADIOACTIVE WASTE SEGMENTED GAMMA SCANNER. The study of sodium iodide detector characteristics as part of radioactive waste segmented gamma scanner have been done. The study was conducted in order to establish segmented gamma scanner using sodium iodide detectors as radiation counter. The research purpose to prepare radiation counter for segmented gamma scanner at radioactive waste installation, so it can working optimally on counting radioactivity of radioactive waste. Study of characteristics performed using gamma radiation sources Cs-137 and Co-60 by observing the counting results from some of parameters tested. Based on the testing parameters, sodium iodide detector produce stable counts with the result that can be used as a radiation counter in segmented gamma scanner system. The result of this study shows that the optimal counts was obtained at the setting operation for voltage and amplification both were 800 volt and multiply 8, respectively. This setting operations can be used as reference when using sodium iodide detector as radiation counter. Keywords: Gamma Scanner, Detector, Sodium iodide,cs-137, Co-60 PENDAHULUAN Permbangan aplikasi teknik nuklir di Indonesia baik aplikasi radiasi maupun radioisotop bermbang sangat pesat. Hal tersebut seiring dengan meningkatnya pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (iptek) nuklir tersebut dalam bidang industri, sehatan, serta penelitian dan pengembangan (Litbang) iptek nuklir itu sendiri, hal ini akan meningkatkan jenis maupun jumlah limbah radioaktif aktivitas rendah dan sedang. Berdasarkan PP No. 61 Tahun 2013 BATAN merupakan satu-satunya institusi resmi di Indonesia yang melaksanakan pengelolaan limbah radioaktif. Sesuai dengan prinsip dasar pengelolaan limbah radioaktif yang memastikan perlindungan sehatan manusia dan lingkungan serta tidak membebani generasi yang akan datang maka dibutuhkan suatu pengelolaan yang efektif dan efisien. 13

Studi Karakteristik Detektor Dalam Pemanfaatannya sebagai Gamma Scanner Limbah Radioaktif Limbah yang masuk dari penghasil limbah mempunyai karakteristik yang beragam. Untuk perluan pengelolaan harus di identifikasi kandungan dan jenis limbah yang merupakan tahapan awal dari pengelolaan limbah radioaktif salah satunya dengan menggunakan sistem gamma scanner. Detektor yang digunakan untuk gamma scanner sudah banyak jenisnya baik yang terbuat dari semikonduktor, sintilasi maupun isian gas. Namun demikian dalam berbagai pengelompokannya semua detektor tersebut digunakan untuk tujuan yang sama, yaitu untuk mengidentifikasi radionuklida. Dalam pemanfaatannya gamma scanner yang dipasang pada instalasi Pusat Teknologi Limbah Radioaktif BATAN akan menggunakan detektor sodium iodide. Desain gamma scanner yang diaplikasikan pada instalasi pengolahan limbah mengadopsi system Segmented Gamma-ray Scanner (SGS) dengan menggunakan detektor sodium iodide sebagai pencacah radiasinya. SGS di desain sebagai sebuah uji tak rusak untuk mengukur radionuklida yang terkandung pada drum limbah radioaktif dalam berbagai matriks. Pada umumnya system SGS ini menggunakan detektor High Purity Germanium ( HPGe ) namun detektor HPGe membutuhkan perawatan khusus dan sangat sensitif terhadap gangguan. Gambar 1. Instrumentasi segmented gamma scanner Sistem SGS adalah teknik yang paling banyak digunakan untuk mengidentifikasi drum limbah radioaktif sebelum dilakukan pengolahan limbah. Drum dibagi menjadi beberapa segmen dan setiap segmen akan tercacah pada saat drum berotasi dan berelevasi. Dengan asumsi bahwa pada setiap segmen matriks dan densitas sampel adalah konstan dan homogen serta distribusi pancaran radiasinya sama. Pemanfaatan detektor sodium iodide sebagai pencacah pada system SGS merupakan salah satu opsi yang bisa pilih selain menggunakan detektor jenis HPGe. Detektor sodium iodide dipilih sebagai detektor dalam system SGS ini karena memiliki beberapa unggulan diantaranya konsumsi daya rendah dan memiliki efisiensi yang lebih tinggi dibandingkan detektor HPGe TATA KERJA Bahan dan Alat Pemanfaatan detektor sodium iodide sebagai pencacah pada sistem SGS merupakan salah satu opsi yang bisa pilih selain menggunakan detektor jenis HPGe Studi karakteristik ini dilakukan dengan pengujian beberapa parameter menggunakan sumber radiasi standard Cs-137 dan Co-60. Detektor NaI(Tl) yang digunakan adalah model 3MW3 produksi BICRON Saint-Gobain Crystals USA. Untuk memenuhi semua butuhan detektor mulai dari tegangan tinggi, preamp, amplifier, counter, timer, stabilizer, memory, signal discriminator dan ADC digunakan ASA-100 produksi Canberra. HASIL DAN PEMBAHASAN Tegangan Operasi Photomultiplier tube yang terpasang pada detektor NaI(Tl) memiliki tegangan operasi berbeda-beda berkisar antara 500 1100 Volt. Tegangan operasi yang maksimal bisa ditahui dengan membuat grafik data pengamatan antara tegangan operasi vs cacahan. 14

Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), ISSN 1410-9565 Volume 17 Nomor 2, Desember 2014 (Volume 17, Number 2, December, 2014) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Center for Radioactive Waste Technology) Data pada Tabel 1 menunjukan dengan tegangan 600 volt didapat cacahan perdetik paling tinggi akan tetapi hal ini tidak menandakan bahwa tegangan operasi yang optimal pada tegangan tersebut karena tegangan operasi yang maksimal merupakan perbandingan cacahan radiasi terhadap cacahan latar belakang yang terbaik. Tegangan (volts) Tabel 1. Determinasi tegangan operasi pada puncak energi 662 V Gross (cps) Cacah Latar (cps) Net (cps) (Gross) 2 gross 2 / cacah latar 550 16460 45 16415 270931600 6,020,702.22 600 17847 47 17800 318515409 6,776,923.60 650 17429 53 17376 303770041 5,731,510.21 700 15449 49 15400 238671601 4,870,849.00 750 16053 49 16004 257698809 5,259,159.37 800 16222 35 16187 263153284 7,518,665.26 850 15247 52 15195 232471009 4,470,596.33 900 15206 45 15161 231222436 5,138,276.36 950 15059 42 15017 226773481 5,399,368.60 1000 15120 57 15063 228614400 4,010,778.95 Tegangan operasi terpasang pada variasi tertentu akan didapat cacahan bervariasi pula. Untuk menentukan tegangan rja detektor yang optimal adalah dengan cara mencari perbandingan cacahan sumber terhadap cacahan latar belakang yang terbaik. 8.000.000,00 7.000.000,00 6.000.000,00 5.000.000,00 4.000.000,00 3.000.000,00 2.000.000,00 1.000.000,00-550 600 650 700 750 800 850 900 950 1000 tegangan operasi (volt) Gambar 1. Grafik tegangan operasi vs cacahan perdetik Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa detektor sintilasi NaI(Tl) ini memiliki cacahan yang terbaik jika diberikan tegangan operasi sebesar 800 volt, dengan demikian tegangan operasi yang digunakan pada system SGS adalah sebesar 800 volt. Amplifikasi detektor Kemampuan optimal dari detektor NaI(Tl) dalam mengukur intensitas radiasi dipengaruhi oleh efisiensi dari detektor tersebut. Dalam instrument pengukuran nuklir amplifikasi bersifat eksponensial mengikuti sifat radiasi yang memiliki probabilitas sehingga penguatan akan terlihat 15

Studi Karakteristik Detektor Dalam Pemanfaatannya sebagai Gamma Scanner Limbah Radioaktif eksponensial. Berikut ini akan ditampilkan dua buah grafik yaitu grafik penguatan terhadap posisi channel dan grafik intensitas cacahan terhadap besar penguatan. 600 500 400 300 200 100 y = 17,047e 0,6763x R² = 0,9998 channel 0 x 4 x 8 x 16 x 32 x 64 Gambar 2. Faktor amplifikasi vs channel Dari respon grafik pada Gambar 2 dapat diperoleh bahwa semakin tinggi penguatan maka channel akan semakin bergeser channel yang lebih besar yang merupakan posisi channelchannel dengan resolusi yang kurang bagus. Bentuk respon grafik penguatan tidak linear akan tetapi berbentuk eksponensial karena sifat radiasi yang memiliki probabilitas sehingga tidak terlihat respon linear selain itu didapat juga grafik perbandingan antara besar penguatan dengan jumlah cacahan. 140000 120000 100000 80000 60000 40000 20000 0 y = 260885e -0,676x R² = 0,9986 x 4 x 8 x 16 x 32 x 64 Gambar 3. Grafik Amplifikasi vs Intensitas cacahan Pada Gambar 3 bisa diperoleh bahwa respon intensitas cacahan terhadap besar amplifikasi menghasilkan eksponensial menurun. Semakin tinggi amplifikasi semakin rendah cacahan yang didapat, hal ini dikarenakan semakin besar penguatan channel akan bergeser channel kanan, berdasarkan data yang telah didapat cacahan akan semakin buruk jika bergeser channel sebelah kanan atau channel tinggi. Resolusi detektor Resolusi merupakan salah satu parameter yang menentukan kualitas dari detektor. Semakin tinggi mampuan detektor untuk membedakan 2 buah puncak yang berdekatan maka 16

Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), ISSN 1410-9565 Volume 17 Nomor 2, Desember 2014 (Volume 17, Number 2, December, 2014) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Center for Radioactive Waste Technology) semakin bagus kualitas detektor tersebut. Besar resolusi tersebut direpresentasikan sebagai nilai FWHM ( full width at half maximum). Apabila sebuah spektrum energi radiasi ( spektrum intensitas terhadap perubahan energi) sudah diperoleh, maka dapat dihitung resolusi detektornya. Gambar 4. Puncak energi 662 V Gambar 5. Puncak energi 1173 V dan energi 1332 V rumus : Dari gambar spektrum puncak energi diatas dihitung persentase resolusi detektor dengan % = 100 % = 28 % Tabel 2. Resolusi detektor dalam persentase Grafik ndali pengukuran Radionuklida Puncak energi (V) Resolusi pengukuran Cs-137 662 10.5 % Co-60 1173 7.1 % 1332 6.06% Grafik ndali merupakan gambaran dari kinerja detektor apakah dalam kondisi optimal, jika kondisi detektor dalam kondisi yang optimal maka akan dihasilkan pengukuran yang bermutu. Grafik ndali dilakukan dengan memantau kondisi alat ukur dari. Salah satu faktor yang menyebabkan nilai tampilan sistem pencacah tidak sama dengan jumlah radiasi yang memasuki detektor adalah cacahan yang fluktuatif yaitu sifat probabilitas radiasi. 17

Studi Karakteristik Detektor Dalam Pemanfaatannya sebagai Gamma Scanner Limbah Radioaktif 60000 55000 50000 45000 40000 35000 30000 1 2 3 4 5 6 7 8 time 9 10 11 12 13 14 Series1 UCL UWL LWL LCL rata-rata Gambar 6. Grafik ndali pengukuran Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa sistem pengukuran berada dalam grafik ndali sebagai jaminan mutu pengukuran. Dalam grafik ndali tersebut terdapat batas-batas yang membatasi yaitu UCL ( Upper Control Limit), UWL ( Upper Warning Limit), LWL ( Lower Warning Limit) dan LCL (Lower Control Limit). Pada grafik ndali tersebut merepresentasikan jumlah cacahan yang berubah dari waktu waktu sehingga perlu dilakukan pemantauan dan penentuan batas-batas yang diperbolehkan dengan adanya UCL, UWL, LWL dan LCL. Pembuatan grafik ndali pengukuran dilakukan untuk menerapkan pengendalian mutu pengukuran yang merupakan suatu tahapan untuk mengevaluasi aspek teknis pengukuran. Dalam praktiknya pengendalian mutu dilakukan untuk pemantauan, pemeriksaan dan pengendalian data hasil analisis untuk memastikan bahwa pengukuran telah berjalan secara baik dan benar. Rasio FWHM Cs-137 dan Co-60 Pengamatan cacahan dengan menggunakan ndali pengukuran sudah dilakukan maka langkah selanjutnya yang juga penting adalah melakukan pengamatan rasio FWHM yang merepresentasikan gaussian ratio. FWHM yang baik untuk detektor NaI(Tl) adalah sekitar 70 90 V. 100 95 90 85 80 75 70 65 60 1 2 puncak 1173 V puncak 1332 V puncak 662 V 3 4 5 6 7 8 Time 9 10 11 12 13 14 Gambar 7. Grafik Rasio FWHM puncak energi Cs-137 dan Co-60 Dari grafik ndali didapat bahwa FWHM dari detektor NaI(Tl) tersebut memiliki nilai yang fluktuatif, akan tetapi FWHM tersebut masih dalam batas yang direkomendasikan yaitu untuk detektor NaI(Tl) sebesar 70 90 V. 18

Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah (Journal of Waste Management Technology), ISSN 1410-9565 Volume 17 Nomor 2, Desember 2014 (Volume 17, Number 2, December, 2014) Pusat Teknologi Limbah Radioaktif (Center for Radioactive Waste Technology) Variasi jarak pengukuran Salah satu parameter yang mempengaruhi hasil pengukuran adalah jarak antara sumber radiasi dengan detektor. Hal ini dilakukan karena mengingat pengukuran dalam sistem SGS melakukan cacahan bukan dengan jarak yang tetap akan tetapi pada jarak yang fluktuatif karena sistem pengukuran yang mencacah pada masing-masing lajur. Dalam kondisi ideal suatu partil radiasi yang memasuki detektor dapat memberikan kontribusi tereksitasinya atom-atom di dalam sintilator dengan efisiensi 100%. Namun, radiasi yang masuk pada sebuah sintilator umumnya hanya sebesar fraksi tertentu dari total radiasi. Selebihnya partil radiasi tersebut hanya lewat pada detektor tanpa memberikan kontribusi apapun sehingga menghasilkan pembacaan nilai yang berbeda. Berikut ini adalah data hasil pengamatan dari variasi jarak sumber terhadap detektor Tabel 3. Variasi jarak terhadap hasil pengukuran Jarak (cm) a1 a2 a3 rata-rata area /detik efisiensi 0 545523 574460 575973 565318.7 1884.395556 0.113225 2.5 118178 115186 117479 116947.7 389.8255556 0.023423 5 84544 86749 83210 84834.33 282.7811111 0.016991 7.5 42934 44499 44490 43974.33 146.5811111 0.008807 Apabila panjang geometri detektor tetap, namun jarak sumber detektor diperbesar atau dipercil akan mengakibatkan perubahan nilai efisiensi. Semakin pendek jarak sumber dengan detektor, nilai efisiensi akan semakin besar. Hal ini disebabkan, tika jarak sumber detektor dipercil, lintasan yang ditempuh pada partil radiasi semakin cil, sehingga fraksi yang menyatakan besarnya partil radiasi yang terabsorbsi semakin besar. Dari hasil pengamatan menunjukan hasil yang sesuai dengan teori tersebut. Efisiensi detektor berkurang sebanding dengan bertambahnya jarak sumber radiasi detektor. KESIMPULAN Detektor sodium iodide ini dapat berja secara optimal dengan pengaturan tegangan sebesar 800 volt dengan faktor amplifikasi 8 kali. Karakteristik detektor sodium iodide memiliki ADC yang linier dan amplifier yang bersifat eksponensial dengan resolusi puncak energi Cs-137 10,5% dan Co-60 7,1%. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan sistem pengukuran NaI(Tl) menghasilkan cacahan yang stabil sehingga layak digunakan sebagai detektor pada Sistem Segmented Gamma Scanner serta pengaturan operasi yang bisa digunakan sebagai referensi. DAFTAR PUSTAKA [1]. A.Faanu, G.Emi-Reynolds, E.O.Darko, Calibration and Performance Testing of Sodium iodide NaI(Tl) detektor at the Food and Environmental Laboratory GAEC, West African Journal of Applied Ecology Vol.19, hal : 39-52, 2011. [2]. Annisatun, Suharyana,Simulasi Pengukuran Efisiensi Detektor HPGe dan NaI(Tl) Menggunakan Metode MonteCarlo MCNP5, Seminar Nasional 16 Teknologi dan Keselamatan PLTN Serta Fasilitas Nuklir,hal : 321-325, 2010. [3]. ASA-100 MCA Board Manual by CANBERRA, Model ASA-100 NaI MCA Board User s Manual, diunduh 2011. [4]. Desy Amalia, M.Munir, Pengaruh Perubahan Tegangan Tinggi Tabung Photomultiplier (PMT) Terhadap Amplitudo Keluaran Detektor NaI(Tl), Jurnal Berkala Fisika Vol.4,hal : 69-78, 3 Juli. [5]. Prinsip Dasar Pengelolaan Limbah Radioaktif, Pusat Teknologi Pengelolaan Limbah Radioaktif BATAN, diunduh 2014 [6]. I.Hossain, N.Sp, K.K.Viswanathan, Efficiency and resolution of HPGe and NaI(Tl) detektors using gamma-ray spectroscopy,scientific Research and Essays Vol.7,hal : 86-89, 9 Januari 2012 19

Studi Karakteristik Detektor Dalam Pemanfaatannya sebagai Gamma Scanner Limbah Radioaktif [7]. K.D.Ianakiev, B.S.Alexandrov, Temperature Behavior of NaI(Tl) Scintillation Detektors, Nuclear Nonproliferation Division & Cambridge University, diunduh 2012. [8]. Los Alamos National Laboratory, Application Note Segmented Gamma Ray Scanner, diunduh 2014. [9]. Noviarty,Dian Anggraini,Rosika, Optimasi Pengukuran Keaktivan Radioisotop Cs-137 Menggunakan Spektrometer Gamma, Seminar Nasional V SDM Nuklir, hal:589-596, 2009 [10]. University of Guelph, Gamma-Ray Spectroscopy Using NaI(Tl) detektor, Departement of Physics Integrated Laboratory, diunduh 2012. 20