JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) B-90

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Variasi Laju Pelepasan Kalor Kondensor High Stage Sistem Refrigerasi Cascade R22 Dan R404a Dengan Heat Exchanger Tipe Concentric Tube

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) B-151

pada Jurusan B-41 digunakan penelitian heater Sehingga banyak ε eff fectiveness[3]. Cascade A. Sistem laju panas yang Keterangan : memasuki kompresor.

Pengaruh Modifikasi Heat Exchanger Tipe Concentric Tube terhadap Performance Sistem Refrigerasi Cascade

HANIF BADARUS SAMSI ( ) DOSEN PEMBIMBING ARY BACHTIAR K.P, ST, MT, PhD

BAB V HASIL DAN ANALISIS

Studi Eksperimen Variasi Beban Pendinginan pada Evaporator Mesin Pendingin Difusi Absorpsi R22-DMF

Kata kunci : coefficient of performance, efek refrigerasi, high stage, low stage, siklus cascade.

Studi Eksperimen Pengaruh Panjang Pipa Kapiler dan Variasi Beban Pendinginan pada Sistem Refrigerasi Cascade

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

BAB IV HASIL DAN ANALISA

STUDI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN REFRIJERAN R-12 DENGAN HYDROCARBON MC-12 PADA SISTEM PENDINGIN DENGAN VARIASI PUTARAN KOMPRESOR. Ir.

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Putar Kompresor dan Beban Pendinginan pada Sistem Refrigerasi Cascade

BAB VI PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS DATA

Bab IV Analisa dan Pembahasan

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: ( Print) B-399

FARID NUR SANY DOSEN PEMBIMBING: ARY BACHTIAR KRISHNA PUTRA, ST, MT, Ph.D

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

BAB III PERANCANGAN SISTEM

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) B-91

Bab IV Analisa dan Pembahasan

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI 2012

ANALISA PERUBAHAN DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP UNJUK KERJA AC SPLIT 1,5 PK. Abstrak

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

Menghitung besarnya kerja nyata kompresor. Menghitung besarnya kerja isentropik kompresor. Menghitung efisiensi kompresi kompresor

BAB II STUDI PUSTAKA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbaikan Dan Uji Kebocoran Mesin Pendingin Absorpsi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print)

BAB II DASAR TEORI Prinsip Kerja Mesin Refrigerasi Kompresi Uap

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

BAB III ANALISA DAN PEMBAHASAN

Perencanaan Mesin Pendingin Absorbsi (Lithium Bromide) memanfaatkan Waste Energy di PT. PJB Paiton dengan tinjauan secara thermodinamika

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR GRAFIK...xiii. DAFTAR TABEL... xv. NOMENCLATURE...

BAB I PENDAHULUAN. This document was created with the trial version of Print2PDF! Once Print2PDF is registered, this message will disappear!

IV. METODE PENELITIAN

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 2, (2015) ISSN: ( Print) B-103

TUGAS AKHIR PERANCANGAN ULANG MESIN AC SPLIT 2 PK. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Mencapai Gelar Strata Satu ( S-1 ) Teknik Mesin

Analisa Pengaruh Variasi Pinch Point dan Approach Point terhadap Performa HRSG Tipe Dual Pressure

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bahan Penelitian Pada penelitian ini refrigeran yang digunakan adalah Yescool TM R-134a.

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK

Ahmad Farid* dan Moh. Edi.S. Iman Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasakti Tegal Jl. Halmahera km 1, Tegal *

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

MODUL PRAKTIKUM. Disusun Oleh: MUHAMMAD NADJIB, S.T., M.Eng. TITO HADJI AGUNG S., S.T., M.T.

PENGUJIAN UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER. MENGGUNAKAN HFC-134a DENGAN VARIASI INTENSITAS RADIASI

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-659

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

Pengaruh Variasi Putaran Poros Kompresor Terhadap Performansi Sistem Refrigrasi

BAB II DASAR TEORI. Pengujian sistem refrigerasi..., Dedeng Rahmat, FT UI, Universitas 2008 Indonesia

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

STUDI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN REFRIJERAN R-12 DENGAN HYDROCARBON MC-12 PADA SISTEM PENDINGIN DENGAN VARIASI PUTARAN KOMPRESOR.

Oleh: Daglish Yuliyantoro Dosen Pembimbing: Ari Bachtiar K.P. ST.MT.PhD

BAB II DASAR TEORI. Tugas Akhir Rancang Bangun Sistem Refrigerasi Kompresi Uap untuk Prototype AHU 4. Teknik Refrigerasi dan Tata Udara

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

STUDI EKSPERIMEN ANALISA PERFORMANCE COMPACT HEAT EXCHANGER LOUVERED FIN FLAT TUBE UNTUK PEMANFAATAN WASTE ENERGY

BAB II LANDASAN TEORI

COEFFICIENT OF PERFORMANCE (COP) MINI FREEZER DAGING AYAM KAPASITAS 4 KG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK TERMODINAMIKA DARI PEMANASAN REFRIGERANT 12 TERHADAP PENGARUH PENDINGINAN

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MESIN PEMBUAT ES BALOK KAPASITAS 2 TON PERHARI UNTUK MENGAWETKAN IKAN NELAYAN DI PANTAI MEULABOH ACEH

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Vaksin

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya jumlah dan kualitas dari udara yang dikondisikan tersebut dikontrol.

Gambar 5. Skematik Resindential Air Conditioning Hibrida dengan Thermal Energy Storage

UNJUK KERJA MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP PADA BEBERAPA VARIASI SUPERHEATING DAN SUBCOOLING

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

Maka persamaan energi,

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (213) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-9 Studi Variasi Laju Pengeluaran Kalor Kondensor High Stage Sistem Refrigerasi Cascade Menggunakan Refrigeran dan dengan Heat Exchanger Tipe Concentric Tube Faberto Subrida, Ary Bachtiar Krishna Putra Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Sepuluh Nopember, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 6111 E-mail: arybach@me.its.ac.id Abstrak Masih adanya kekurangan pada alat penukar panas tipe compact yang digunakan pada sistem refrigerasi cascade sebelumnya, pada studi eksperimental ini dibuat kembali suatu sistem refrigerasi cascade dengan alat penukar panas tipe concentric. Data didapatkan dengan melakukan pengujian pada peralatan sistem Pendingin dan Pengkondisian Udara di laboratorium pendingin, dengan menguji sistem cascade menggunakan refrigeran di high stage dan di low stage. Memvariasikan laju pengeluaran kalor pada kondensor dengan mengatur kecepatan aliran udara yang melalui kondensor yaitu,7 m/s, 1,7 m/s, 2 m/s, 2,4 m/s, dan 2,8 m/s.hasil yang didapatkan dari studi eksperimen ini adalah dengan bertambahnya laju pengeluaran kalor pada kondensor HS,temperatur dan tekanan kondensor HS semakin kecil yang mengakibatkan efek refrigerasi, kapasitas refrigerasi, dan koefisien prestasi akan semakin naik. Pada saat variasi kecepatan fan tertinggi 2,8 m/s,nilai evectiveness alat penukar kalor tipe concentric sebesar 94,35%, COP sistem sebesar 1,14, kapasitas refrigerasi sebesar 1,819 kw, HRR sistem sebesar 1,33, temperatur orator LS sebesar - 35,4 C, dan temperatur kabin terendah sebesar -35,1 C. Kata Kunci coefficient of performance, efek refrigerasi, high stage, low stage, siklus cascade. P I. PENDAHULUAN ROSES penyerapan kalor dari ruangan bertemperatur tinggi danmemindahkan kalor tersebut ke suatu medium tertentu yang memiliki temperatur lebih rendah serta menjaga kondisi tersebut sesuai dengan yang dibutuhkan disebut sebagai proses refrigerasi. Penggunaan dari sistem refrigerasi ini biasanya digunakan untuk mengatur temperatur pada suatu ruangan tertentu seperti ruang kelas,ruang penyimpanan daging bahkan ruang untuk pembekuan sehingga manfaatnya sangat besar di dunia industri.penggunaan teknik pendinginan dimana temperatur sedikit diatas C, memungkinkan bahan makanan/daging dapat disimpan selama beberapa hari sampai beberapa minggu tergantung jenis makanan, suhu dan teknik penyimpanannya. Sedangkan padatemperatur dibawah C atau sekitar 18C, bahanmakanan/daging dapat disimpan selama beberapa bulan.bahkan daging dapat disimpan sampai beberapa tahun pada temperatur 3C. Pada saat ini banyak material tertentu yang secara khusus membutuhkan pendinginan hingga temperatur yang sangat dingin dengan kapasitas kecil namun sistem pendinginan yang umum hanya memiliki kemampuan pendinginan yang kecil dan belum berskala cold storage.maka untuk mendapatkan temperatur orasi yang lebih rendah biasanya digunakan sistem refrigerasi bertingkat.sistem pendinginan cascade adalah salah satu solusi yang dapat digunakan untuk permasalahan seperti ini.dengan menggunakan sistem ini, maka kalor pada kondensorlowstage dapat didinginkan oleh orator high-stage sehingga temperatur orator yang dicapai pada low-stage lebih rendah.pada tugas akhir sebelumnya nian [1] telah melakukan studi eksperimental dengan menggunakan dua buah alat penukar panas tipe compactdengan cara menempelkan kondensor low-stage pada orator highstage. Kemudian konveksinya dibantu dengan aliran udara dari fan.selain dibutuhkan fan tambahan yang menggunakan daya cukup besar pada alat penukar panasnya, cara penukaran panas seperti ini juga tidak terlalu baik. Karena kondensorlow-stagedanorator high-stage masih terpisah.sehingga temperatur yang dihasilkan pada orator low-stage belum sesuai dengan yang diharapkan.pada tugas akhir ini komponen yang digunakan sebagai alat penukar panas antara low-stage dengan highstage adalah heat exchanger (HE) tipe konsentris. Diharapkan temperatur yang dihasilkan pada orator low-stage jauh lebih baik dari penelitian sebelumnya, dan daya keseluruhan yang dibutuhkan untuk mengoperasikan sistem refrigerasi cascade lebih kecil. Karena penggunaan fan pada alat penukar panas tipe konsentris sudah tidak dibutuhkan. Sering berubah-ubahnya temperatur lingkungan juga mempengaruhi kinerja dari kondensor pada high-stage. Jadi pada studi eksperimental ini dilakukan variasi terhadap salah satu parameter yang menentukan kinerja dari sistem untuk mengetahui kembali kinerja optimal yang dicapai. Adapun salah satu caranya adalah dengan memvariasikan laju pengeluaran kalor pada kondensor high-stage sehingga dapat diketahui dampaknya terhadap keseluruhan sistem. II. URAIAN PENELITIAN A. Sistem Refrigerasi Cascade Di industri sering dibutuhkan kondisi refrigerasi dengan temperatur yang cukup rendah dan sekaligus dalam rentang temperatur yang lebar. Rentang temperatur yang lebar berarti bahwa sistem refrigerasi harus bisa beroperasi dalam beda tekanan yang besar dimana hal ini hanya bisa dipenuhi apabila tingkat refrigerasi dibuat lebih dari satu. Prinsipnya adalah menggabungkan dua buah siklus kompresi uap di mana kondensor dari siklus dengan tekanan kerja lebih rendah akan membuang panas ke orator dari siklus dengan tekanan kerja lebih tinggi dalam sebuah alat penukar kalor (heat exchanger). Sistem refrigerasi cascade terdiri dari dua sistem refrigerasi siklus tunggal. Sistem pertama disebut highstage dan sistem kedua disebut lowstage. Pada prinsipnya efek refrigerasi yang dihasilkan oleh orator

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (213) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-91 highstage dimanfaatkan untuk menyerap kalor yang dikeluarkan oleh kondensor lowstage sehingga didapatkan temperatur yang sangat rendah pada orator lowstage. Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut. 4. Evaporator Komponen ini berfungsi untuk menyerap panas dari ruangan. Panas tersebut diserap dan dialirkan melalu heat exchanger kemudian dipindahkan ke refrigeran. Pada saat refrigeran menyerap panas, maka entalpi refrigeran akan meningkat. Semakin banyak kenaikan entalpi pada refrigeran selama di orator maka semakin baik pula kinerja perangkat pendinginan udara yang terpasang. Bentuk orator sama persis dengan kondensor. Tetapi ukuran orator biasanya lebih kecil daripada kondensor. Alat penukar panas yang digunakan sebagai orator pada low stagetipenyacompact heat exchanger. ( hin hout) LS ( h 1 h4 ) 5. Alat penukar panas tipe konsentris (3) Gambar 1 Skema sistem refrigerasi cascade dan P-h Diagram Dalam sistem cascade, jenis refrigeran untuk siklus high stage dan siklus tekanan low stage tidak perlu sama sehingga pemilihan refrigeran akan bisa lebih leluasa. B. Komponen Sistem Refrigerasi Cascade Agar dapat bekerja dengan baik, sistem refrigerasi cascade secara umum mempunyai lima komponen utama. Kelima komponen tersebut adalah : 1. Kompresor Unjuk kerja nyata kompresor dapat diketahui dari daya yang diberikan terhadap kompresor dengan rumus: Wc ( h 1 ) 2 h (1) 2. Kondensor Kondensor berfungsi sebagai pembuang panas (heat rejection) dari dalam sistem ke luar sistem. Pada saat refrigeran memasuki kondensor, maka refrigeran akan mengalami perubahan fase dari gas menjadi cair (terkondensasi). Perubahan ini mengakibatkan pengecilan entalpi refrigeran.alat penukar panas yang digunakan sebagai kondensorpada high stagetipenyacompact heat exchanger. cond ( hin hout) HS ( h 6 h7 ) 3. Expansion device Katup ekspansi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pipa kapiler pada high stage dan TXV eksternal pada low stage. (2) Gambar 3 Alat penukar kalor konsentris(kiri) dan sketsanya(kanan) Pada studi eksperimen ini menggunakan heat exchanger tipe concentric.tipe ini biasanya digunakan untuk eksperimen di laboratorium. Heat exchanger tipe concentric biasanya hanya terdiri dari satu tube saja. Perpindahan panas terjadi akibat perbedaan temperatur antara pipa dalam dan pipa luar. Alat penukar panas ini digunakan sebagai orator pada high stage (pipa luar) dan sebagai kondensor pada low stage (pipa dalam). Karena pada eksperimen ini dianggap tidak ada es (diisolasi) pada alat penukar kalor concentric. Maka dapat digunakan kesetimbangan energi di bawah ini. kondensorls orator HS LS ( h2 h3 ) HS ( h5 h 8 ) C. Coefficient Of Performance (COP) Sistem Cascade Performansi dari sistem refrigerasi cascadedinyatakan dalam coefficient of performance (COP). Nilai COP aktual didapatkan dari perbandingan kalor yang diserap oleh orator low stagedengan daya total yang dibutuhkan oleh kompresor low stage dan high stage: COP W LS total (6) D. Laju Aliran Massa Refrigeran High Stage (4) (5) Gambar 2 Katup ekspansi TXV eksternal (kiri) dan pipa kapiler (kanan) Gambar 4 Balance energy pada ducting dan kondensor HS

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (213) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-92 Laju pengeluaran kalor pada kondensorhigh stage dengan asumsi panas yang dikeluarkan oleh dan yang diterima oleh pada kondensor high stage adalah sama. Maka kesetimbangan energi pada kondensor high stage sebagai berikut : h A T T ) (7) ref ( oc s udara udara Cpudara ( Toc Tic ) cond udara mudara Cpudara ( Toc Tic ) (1) ( h 6 h 7 ) E. Penelitian Terdahulu Nian [1] melakukan studi eksperimental pada sistem pendingin cascade menggunakan alat penukar panas dengan metode mendekatkan orator highstagepada kondensor low stage. (9) (8) Pada grafik di atas saat variasi temperatur condensing pada high-stage dari 25 C hingga 5 C, COP total mengalami penurunan dari,9274 menjadi,5486. Sedangkan daya total kompresor (WD) mengalami kenaikan. Dampak refrigerasi cenderung konstan atau tidak ada pengaruh temperatur kondensasi pada high stage terhadap dampak refrigerasi sistem. III. METODOLOGI PENELITIAN A. Peralatan Yang Digunakan Peralatan yang digunakan pada studi eksperimen ini adalah sistem refrigerasi bertingkat dengan pada HS dan pada LS sebagai fluida kerjanya. kapasitas refrigerasi HS,LS=f(laju pelepasan kalor pada kondensor HS) 3 2 1 1 2 3 laju pelepasan kalor cond HS (kj/s) Gambar 5 Pengaruh laju pengeluaran kalor kondensor high stage terhadap kapasitas refrigerasi HS dan LS (Nian [1]) Pada grafik diatas terlihat bahwa grafik memiliki tren yang relatif menurun, nilai kapasitas refrigerasi turun seiring dengan naiknya suhu kondensorhigh stage.beban di dalam ruangan yang di-isolasi akan memberikan kalornya kepada refrigerann pada orator. Refrigeran akan mengalami proses penguapan yang akan mengakibatkan perubahan entalpi dari sebelum masuk orator dan setelah keluar. Perubahan entalpi ini mere-presentasikan efek refrigerasi.kapasitas refrigerasi adalah hasil kali antara efek refrigerasi dengan laju aliran masa. Parekh dan Tailor [2] melakukan studi eksperimen dengan menggunakan refrigeran R57A pada high-stage dan R23 pada low-stage. B. Alat Ukur Gambar 7 Sistem refrigerasi cascade yang digunakan Alat ukur yang digunakan dalam studi eksperimen ini adalah sebagai berikut : 1. Thermocontrol dan thermocouple 2. Pressure gauge 3. Ampere meter dan cosphimeter 4. Volt meter 5. Anemometer C. Prinsip Pengujian Pengujian dilakukan dengan mengosongkan box pendingin, kemudian menghidupkan kompresor HS dan LS sampai kondisi steady state lalu mengatur variasi laju pengeluaran kalor pada kondensor dengan mengatur kecepatan aliran udara yang melalui kondensor yaitu,7 m/s, 1,7 m/s, 2 m/s, 2,4 m/s, dan 2,8 m/s. D. Skema Peralatan Gambar 6 Pengaruh temperatur condensing pada highstage terhadap COP, RE, dan WD Gambar 8 Skema peralatan sistem pendingin cascade

COP Tekanan (bar) Temperatur ( C) Kapasitas refrigerasi (kw) ṁ udara (kg/s) RE (kj/kg) JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (213) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-93 Pengukuran pada setiap titik yaitu dari titik 1 sampai titik 8dilakukan pengukuran tekanan dan temperature.kemudian pengukuran arus, tegangan, cosphi pada kompresor high stage dan low stage..6.4.2 IV. HASIL DAN ANALISA ṁ udara=f(kecepatan aliran udara fan kondensor HS).5 1. 1.5 2. 2.5 3. Kecepatan aliran udara fan kondensor HS (m/s) Gambar 8 Grafik pengaruh kecepatan aliran udara fan kondensor HSterhadap ṁ udara Pada grafik di atas terlihat bahwa grafik memiliki tren yang semakin naik, nilai ṁ udara naik seiring dengan bertambah besarnya laju aliran udara pada kondensor high stage. Hal ini sesuai dengan teori yang telah dipelajari.bila ditinjau dari sisi perumusan, kita dapat menggunakan persamaan-persamaan berikut ini : udara vudara Audara udara (11) Dari persamaan di atas ketika laju aliran udara kondensor high stage semakin besar nilai luasan dan massa jenis udara yang relatif konstan maka akan menyebabkan nilai ṁ udara semakin besar karena berbanding lurus. Tekanan,Temperatur=f(laju pengeluaran kalor kondensor HS) Tekanan Temperatur 5 45 4 35 3 25 2 15 1 5 Gambar 9 Grafik pengaruh laju pengeluaran kalor terhadap tekanan dan temperatur kondensor HS Ketika nilai laju pengeluaran kalor pada kondensor HS bertambah besar, maka mengakibatkan kalor yang dikeluarkan oleh kondensor semakin banyak. Sehingga temperatur kondensor HS mengalami penurunan. Karena tekanan berbanding lurus dengan temperatur, maka tekanan kondensor HS akan menurun seiring dengan turunnya temperatur. 5 4 3 2 1 133 131 129 127 125 123 RE=f(Laju pengeluaran kalor kondensor HS) 121 Gambar 1 Grafik pengaruh laju pengeluaran kalor terhadap tekanan dan temperatur kondensor HS RE h 1 h 4 (12) Ketika nilai laju pengeluaran kalor pada kondensor high stage semakin besar, maka banyak kalor yang dibuang ke lingkungan yang menyebabkan kapasitas refrigerasi semakin besar. Jika perubahan nilai ṁ dalam hal ini diabaikan karena terlalu kecil, maka nilai selisih entalpi pada orator akan semakin besar. Sehingga nilai efek refrigerasi semakin besar. kapasitas refrigerasi HS,LS=f(laju pengeluaran kalor kondensor HS) 3.1 2.7 2.3 1.9 1.5 1.1.7.3 Gambar 11 Grafik pengaruh laju pengeluaran kalor pada kondensor HS terhadap kapasitas refrigerasi HS,LS m ( h 4 ) LS 1 h (13) Ketika laju pengeluaran kalor pada kondensor high stage semakin besar, maka banyak kalor yang dibuang ke lingkungan. Sehingga menyebabkan temperatur kondensor semakin kecil. Temperatur kondensor yang turun akan menyebabkan nilai efek refrigerasi dan nilai kapasitas refrigerasi semakin besar. COP=f(temperatur kondensor HS) 1.2 1.15 1.1 1.5 1.95 34 36 38 4 42 44 46 Temperatur kondensor HS ( C) Gambar 12 Grafik pengaruh temperatur kondensor HS terhadap COP

Evectiveness JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (213) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) B-94 Pada grafik diatas terlihat tren yang cenderung semakin turun, nilai COP sistem cascade semakin kecil seiring dengan naiknya temperatur pada kondensor high stage. Nilai koefisien prestasi yang semakin besar menunjukkan bahwa kerja mesin tersebut semakin baik. Besarnya COP dipengaruhi oleh efek refrigerasi dan kerja kompresi. Kenaikan kecepatan udara pendingin kondensor menyebabkan efek refrigerasi meningkat, sedangkan kerja kompresi mengalami penurunan sehingga nilai koefisien prestasi (COP) akan menjadi semakin naik. Evectiveness=f(laju pengeluaran kalor kondensor HS).99.97.95.93 Laju pengeluaran kalor kondensor HS Gambar 13 Grafik pengaruh laju pengeluaran kalor kondensor HS terhadap evectiveness alat penukar kalor cascade Padagrafik diatas terlihat tren yang cenderung semakin turun, hal ini diakibatkan karena kemampuan mendinginkan pada alat penukar panas konsentris adalah konstan, sedangkan beban refrigeran yang harus didinginkan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya laju alir massa refrigeran. Bila ditinjau dari sisi perumusan, kita dapat menggunakan persamaan-persamaan berikut ini : = Nilai effectiveness alat penukar panas konsentris akan semakin turun seiring dengan naiknya laju pengeluaran kalor kondensor HS. Hal ini terjadi karena q actual naik secara konstan sedangkan q maks naik secara signifikan. Kenaikan qmaks yang signifikan terjadi karena seiring dengan naiknya laju alir massa refrigeran dan selisih suhu Thi dikurangi dengan Tci lebih besar dibandingkan dengan selisih suhu Thi dikurangi dengan Tho. Dengan spesifikasi alat penukar panas konsentris yang tetap, maka kemampuan dari alat penukar panas untuk memindahkan energi panas dari kondensor LS ke orator HS akan semakin berkurang. V. KESIMPULAN (14) Dari studi yang dilakukan serta pembahasan terhadap data yang didapatkan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Temperatur dan tekanan kondensor HS semakin kecil dengan bertambahnya laju pengeluaran kalor pada kondensor HS yang mengakibatkan efek refrigerasi, kapasitas refrigerasi, dan koefisien prestasi akan semakin naik. Dengan turunnya temperatur kondensor HS maka heat rejection ratio (HRR) sistem cascade akan semakin turun. 2. Nilai evectiveness dari alat penukar kalor tipe concentric semakin turun seiring dengan bertambahnya laju pengeluaran kalor kondensor HS. Nilai evectivenessterkecil adalah 94,35% pada saat kecepatan fan tertinggi 2,8 m/s. 3. Pada saat variasi kecepatan fan tertinggi 2,8 m/s, COP sistem sebesar 1,14, kapasitas refrigerasi sebesar 1,819 kw, HRR sistem sebesar 1,33, temperatur orator LS sebesar-35,4 C, dan temperatur kabin terendah sebesar -35,1 C. NOMENKLATUR Wc = Daya kompresor (watt) = Laju aliran massa refrigeran (kg/s) h 1 = Entalpi refrigeran masuk kompresor low stage (kj/kg) h 2 = Entalpi refrigeran keluar kompresor low stage (kj/kg) cond = Laju pengeluaran kalor kondensor (kw) HS = Laju aliran massa refrigeran high stage (kg/s) LS = Laju aliran massa refrigeran high stage (kg/s) h 7 = Entalpi refrigeran keluar kondensor high stage (kj/kg) h 6 = Entalpirefrigeran masuk kondensor high stage(kj/kg) = Kapasitas pendinginan (kw) = Laju aliran massa refrigeran (kg/s) h 4 = Entalpi refrigeran masuk orator (kj/kg) h 1 = Entalpi refrigeran keluar orator (kj/kg) Wtotal = Daya total kompresorhigh stage dan low stage (watt) = Energi panas yang diterima udara (kw) = Energi panas yang diterima permukaan ducting (kw) udara = Laju aliran massa udara melewati kondensor high stage(kg/s) = Kalor spesifik dari udara (kj/kg.k) = Temperatur udara keluar kondensor ( C ) = Temperatur udara masuk kondensor ( C ) = Temperatur permukaan ducting ( C ) = kecepatan udara melewati kondensor high stage (m/s) = Luas penampang ducting kondensor high stage(m 2 ) = Massa jenis udara (kg/m 3 ) DAFTAR PUSTAKA [1] N.A.Wiguna.(212). Studi Eksperimental Sistem Pendingin Cascade Menggunakan Refrigeran Musicool 22 di High Stage dan R-44a di Low Stage Dengan Variasi Laju Pelepasan Kalor Pada Kondensor High Stage. Surabaya:Teknik Mesin Institut Teknologi Sepuluh Nopember. [2] A. D. Parekh & P. R. Tailor. (212). Thermodynamic Analysis of R57A-R23Cascade Refrigeration System. International Journal of Aerospace and Mechanical Engineering.