Ach. Taufik H., et al., Analisis Beban Kalor. 1

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KINERJA COOLING TOWER 8330 CT01 PADA WATER TREATMENT PLANT-2 PT KRAKATAU STEEL (PERSERO). TBK

BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran. 60 DAFTAR PUSTAKA.. 61 LAMPIRAN. 62

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN TUGAS AKHIR. Analisa Performance Menara Pendingin Tipe Induced Draft Counterflow Tower With Fill Sebagai Pendingin Pengecoran Baja

ANALISIS BEBAN KALOR COOLING TOWER INDUCED DRAFT COUNTERFLOW DENGAN BAHAN PENGISI BAMBU WULUNG

UJI PRESTASI PENDINGINAN EVAPORASI KONTAK TIDAK LANGSUNG (INDIRECT EVAPORATIVE COOLING) DENGAN VARIASI TEMPERATUR MEDIA PENDINGIN AIR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

PERHITUNGAN KEBUTUHAN COOLING TOWER PADA RANCANG BANGUN UNTAI UJI SISTEM KENDALI REAKTOR RISET

Pengaruh sudut alur sekat terhadap unjuk kerja menara pendingin (cooling tower)

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP EFEKTIFITAS PENDNGINAN EVAPORASI DENGAN KONTAK LANGSUNG TANPA MENGGUNAKAN BANTALAN PENDINGIN

PENELITIAN KINERJA INDUCED DRAFT COOLING TOWER DENGAN POTONGAN PIPA PVC Ø 1 INCI SEBAGAI FILLING MATERIAL

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

JTM Vol. 04, No. 1, Februari

ANALISA PERFORMA MENARA PENDINGIN PADA PT. GEO DIPA ENERGI UNIT DIENG

...(2) adalah perbedaan harga tengah entalphi untuk suatu bagian. kecil dari volume.

PENGARUH DEBIT ALIRAN AIR TERHADAP PROSES PENDINGINAN PADA MINI CHILLER

Analisis Performa Cooling Tower LCT 400 Pada P.T. XYZ, Tambun Bekasi

PENGUJIAN DIRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI VERTIKAL DENGAN ALIRAN SEARAH

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA COOLING TOWER

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

Analisa performansi cooling pad dengan penambahan saluran berbentuk silinder dan balok

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI COOLING PAD BERBAHAN SUMBU KOMPOR DENGAN PENAMBAHAN VARIASI DUCTING BERBENTUK SILINDER DAN BALOK ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIVITAS KINERJA SUATU MENARA PENDINGIN

Analisa performansi cooling pad tanpa saluran udara dan dengan saluran udara

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

Kampus Bina Widya Jl. HR. Soebrantas Km 12,5 Pekanbaru, Kode Pos Abstract

RANCANG BANGUN EVAPORATIVE COOLING

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

PEMBUATAN ALAT PENGERING SERBUK TEMBAGA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA PENGARUH ARUS ALIRAN UDARA MASUK EVAPORATOR TERHADAP COEFFICIENT OF PERFORMANCE

Analisa Performansi Cooling Pad Tanpa Saluran Udara dan dengan Saluran Udara

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK TERMODINAMIKA DARI PEMANASAN REFRIGERANT 12 TERHADAP PENGARUH PENDINGINAN

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

BAB I. PENDAHULUAN...

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN COOLING TOWER UNTUK ALAT PENUKAR KALOR SHELL AND TUBE KAPASITAS SKALA LABORATORIUM ABSTRAK

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

Bab IV Analisa dan Pembahasan

COOLING TOWER. Disusun oleh : Ahmad Andriansyah Pratama ( ) Wiliardy Pramana ( ) Muhamad Wandy Amrullah ( )

ANALISA PERUBAHAN DIAMETER PIPA KAPILER TERHADAP UNJUK KERJA AC SPLIT 1,5 PK. Abstrak

Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 5 No. 3, September 2016 (1-6)

PENGURANGAN KELEMBABAN UDARA MENGGUNAKAN LARUTAN CALSIUM CHLORIDE (CACL2) PADA WAKTU SIANG HARI DENGAN VARIASI SPRAYING NOZZLE

Bab IV Analisa dan Pembahasan

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

Perancangan Desain Ergonomi Ruang Proses Produksi Untuk Memperoleh Kenyamanan Termal Alami

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN MODUL PRAKTIKUM COOLING TOWER TIPE FORCED DRAFT ALIRAN CROSS FLOW

BAB IV PENGOLAHAN DATA

Cooling Tower (Menara Pendingin)

BAB II LANDASAN TEORI

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Jenis Sprayer Terhadap Efektivitas Pendinginan Evaporasi Kontak Langsung

Laporan Tugas Akhir BAB II TEORI DASAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH DEBIT AIR SEMBURAN TERHADAP EFEKTIVITAS DIRRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI HORISONTAL

PENELITIAN KINERJA INDUCED DRAFT COOLING TOWER DENGAN POTONGAN PIPA PVC Ø 1 INCI SEBAGAI FILLING MATERIAL

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Potensi dan kapasitas terpasang PLTP di Indonesia [1]

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.21 Ducting AC Sumber : Anonymous 2 : 2013

BAB IV PEMILIHAN SISTEM PEMANASAN AIR

BAB II LANDASAN TEORI

TUGAS : MACAM MACAM COOLING TOWER, PACKING DAN FAN

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

PENGARUH PENGGUNAAN KATUP EKSPANSI JENIS KAPILER DAN TERMOSTATIK TERHADAP TEKANAN DAN TEMPERATUR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP HIBRIDA

5/30/2014 PSIKROMETRI. Ahmad Zaki M. Teknologi Hasil Pertanian UB. Komposisi dan Sifat Termal Udara Lembab

PENGARUH VARIASI BEBAN, WAKTU PENDINGINAN DAN TEMPERATUR RUANG TERHADAP PERFORMASI MESIN PENDINGIN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

PENGARUH KECEPATAN UDARA TERHADAP TEMPERATUR BOLA BASAH, TEMPERATUR BOLA KERING PADA MENARA PENDINGIN

BAB II LANDASAN TEORI

PENGUJIAN DIRECT EVAPORATIVE COOLING POSISI VERTIKAL DENGAN ALIRAN BERLAWANAN ARAH

PENENTUAN EFISIENSI DAN KOEFISIEN PRESTASI MESIN PENDINGIN MERK PANASONIC CU-PC05NKJ ½ PK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Ditulis Guna Melengkapi Sebagian Syarat Untuk Mencapai Jenjang Sarjana Strata Satu (S1) Jakarta 2015

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI FLOW DAN TEMPERATUR TERHADAP LAJU PENGUAPAN TETESAN PADA LARUTAN AGAR-AGAR SKRIPSI

ANALISA EFISIENSI PERFORMA HRSG ( Heat Recovery Steam Generation ) PADA PLTGU. Bambang Setyoko * ) Abstracts

ANALISA PERFORMASI PADA MENARA PENDINGIN DENGAN MENGGUNAKAN ANALISIS EKSERGI

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB V PENUTUP. Dari hasil penyelesaian tugas akhir dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

PENGARUH KECEPATAN UDARA PENDINGIN KONDENSOR TERHADAP KOEFISIEN PRESTASI AIR CONDITIONING

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

UNIVERSITAS DIPONEGORO MODIFIKASI COOLING TOWER TIPE INDUCED DRAFT ALIRAN COUNTERFLOW TUGAS AKHIR. Akhmad Faqih Fauzan FAKULTAS TEKNIK

ANALISA DESAIN DAN PERFORMA KONDENSOR PADA SISTEM REFRIGERASI ABSORPSI UNTUK KAPAL PERIKANAN

TUGAS PERPINDAHAN PANAS

PENGARUH LAJU ALIRAN UDARA TERHADAP KINERJA SISTEM REFRIGERASI PADA TATA UDARA SENTRAL. M. Nuriyadi ABSTRACT

PENGARUH LAJU ALIRAN AIR SISTEM EVAPORATIVE COOLING

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XI (SNTTM XI) & Thermofluid IV Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Oktober 2012

TURBIN GAS. Berikut ini adalah perbandingan antara turbin gas dengan turbin uap. Berat turbin per daya kuda yang dihasilkan lebih besar.

Transkripsi:

Ach. Taufik H., et al., Analisis Beban Kalor. 1 ANALISIS BEBAN KALOR COOLING TOWER INDUCED DRAFT COUNTERFLOW DENGAN BAHAN PENGISI BAMBU WULUNG (Heat Load Analysis Of Induced Draft Counterflow Cooling Tower With Bamboo Filler Wulung) Ach. Taufik H 1, Digdo Listyadi S 2, Hary Sutjahjono 3 1 Alumni Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Jember 2 Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Jember Jln. Kalimantan 37, Jember 68121 E-Mail : digdo_listya@yahoo.co.id Abstrak Telah dilakukan penelitian tentang analisis beban kalor cooling tower induced draft counterflow dengan bahan pengisi bambu wulung. Pelaksanaan percobaan dilakukan pada cooling tower dengan dimensi tinggi keseluruhan 320 cm, luas 70 cm 2, dan penampang tabung dalam berdiameter 60 cm. Bahan pengisi terbuat dari bambu wulung yang dibelah, dengan lebar 4 cm, tebal 1 cm, dan jarak antar bambu 0.2 cm. Penelitian ini bertujuan untuk mencari kinerja maksimal dari cooling tower dengan variasi suhu awal 40 0 C, 50 0 C, 60 0 C, 70 0 C, ketinggian 100 cm, 150 cm, dan 200 cm. Hasil penelitian menunjukan semakin tinggi suhu awal dan tinggi cooling tower mengakibatkan naiknya beban kalor. Efektivitas pendinginan tertinggi terjadi pada variasi dengan suhu awal 40 0 C, ketinggian 200 cm sebesar 68.08 % dengan menggunakan bahan pengisi. Sedangkan perubahan temperatur air tertinggi terjadi pada variasi suhu awal 70 0 C, tinggi 200 cm, tanpa atau dengan bahan pengisi, dengan nilai 17 0 C dan 23 0 C. Kata kunci: Menara pendingin, range, approach, efektivitas, beban kalor. Abstract In this study the analysis of heat load induced draft counterflow cooling towers with bamboo wulung fillers. Implementation of experiments carried out on cooling tower with high overall dimensions of 320 cm, wide 70 cm 2, and the cross section of the tube 60 cm in diameter. The filler is made of split bamboo wulung, with 4 cm wide, 1 cm thick and 0.2 cm spacing between bamboo. This study aimed to explore the maximum performance of the cooling tower with a variation of the initial temperature 40 0 C, 50 0 C, 60 0 C, 70 0 C, height 100 cm, 150 cm, and 200 cm. The results showed higher initial temperature and high cooling tower lead to higher heat load. Highest cooling effectiveness on the variation of the initial temperature of 40 0 C, a height of 200 cm by 68.08% with the use of fillers. While changes in water temperature is highest at the beginning of 70 0 C temperature variations, high 200 cm, without or with a filler material, with a value of 17 0 C and 23 0 C. Keywords: Cooling tower, range, approach, effectiveness, heat load. Pendahuluan Cooling tower (CT) digunakan sebagai alat pendingin fluida, dengan udara sebagai media pendingin. Untuk mengahasilkan kerja maksimal, diperlukan bahan pengisi yang berfungsi untuk menghambat laju aliran fluida. Sehingga, waktu kontak fluida dan udara akan semakin lama. Bambu wulung digunakan sebagai pengganti bahan pengisi yang ada, penggunaan bambu wulung sebagai bahan pengisi karena mempunyai struktur permukaan mengkilap yang dapat memecah aliran air, ramah lingkungan, mudah didapat, dan murah [1]. Cooling tower induced draft counterflow dengan bahan pengisi bambu wulung, merupakan modifikasi penelitian dari berbagai macam variasi cooling tower yang ada, diharapkan modifikasi ini dapat memaksimalkan kinerja dari cooling tower yang sebelumnya dibuat. Peningkatan efektivitas pendinginan cooling tower akan mempengaruhi terbuangnya sebagian air ke udara karena proses penguapan (evaporation) [2]. Akan tetapi, kehilangan air saat

Ach. Taufik H., et al., Analisis Beban Kalor. 2 terjadinya penguapan, menjadi hal yang sangat penting untuk menilai karakteristik cooling tower yang lebih baik. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi tolak ukur untuk mencari efektivitas pendinginan yang diharapkan selama ini dalam kinerja cooling tower. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental, yaitu suatu metode yang digunakan untuk menguji pengaruh variasi penambahan suhu awal, ketinggian, dan penambahan bahan pengisi bambu wulung. Penambahan suhu awal mulai 40 0 C, 50 0 C, 60 0 C dan 70 0 C. penambahan ketinggian 100 cm, 150 cm, dan 200 cm, sedangkan ukuran bahan pengisi bambu berbentuk lingkaran dengan diameter 60 cm. dengan tebal 1 cm, lebar 4 cm dan celah antara bambu 0.2 cm. kinerja cooling tower. Pemantauan dilaksanakan untuk mengukur parameter-parameter signifikan berikut ini: 1. Temperatur udara wet bulb 2. Temperatur udara dry bulb 3. Temperatur air menara pendingin 4. Temperatur air keluar menara pendingin 5. Temperatur udara keluar 6. Laju aliran air 7. Laju aliran udara. Parameter terukur tersebut kemudian digunakan untuk menentukan kinerja menara pendingin dengan beberapa cara yaitu: a) Range merupakan perbedaan antara suhu air dan keluar menara pendingin. Range CT (cooling tower) rumusnya adalah: Range CT ( C) = [suhu CW ( C) suhu keluar CW ( C)]. b) Approach merupakan perbedaan antara suhu air dingin keluar menara pendingin dan suhu wet bulb ambien. Approach CT ( C) = [suhu keluar CW ( C) suhu wet bulb( C)]. c) Efektivitas. Merupakan perbandingan antara range dan range ideal (dalam persentase), yaitu perbedaan antara suhu air pendingin dan suhu wet bulb ambien. Efektivitas CT (%) = 100 x (suhu CW suhu keluar CW) / (suhu CW suhu WB). Gambar 1. Skema Rangkaian Cooling Tower induced draft counterflow dan bahan pengisi bambu. Kinerja Cooling Tower Kinerja menara pendingin saat ini digunakan untuk mengkaji tingkat approach dan range terhadap nilai desain, mengidentifikasi area terjadinya pemborosan energi dan memberikan saran perbaikan [3]. Selama evaluasi kinerja cooling tower, peralatan pemantauan yang portable digunakan untuk mengukur evaluasi d) Kapasitas pendinginan. Merupakan panas yang dibuang dalam kkal/jam atau TR, sebagai hasil dari kecepatan aliran masa air, panas spesifik dan perbedaan suhu [4]. Kapasitas pendinginan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut. Q = ṁ.cp. T. Sedangkan kapasitas pendinginan spesifik persatuan luas penampang menara pendingin dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut. QSp = Q A t o w e r. Pada rumus kapasitas pendinginan, Q merupakan kapasitas pendinginan (KJ/s), ṁ adalah debit air (kg/s), Cp adalah kalor jenis air (KJ/kg 0 C), T adalah perbedaan suhu air

Ach. Taufik H., et al., Analisis Beban Kalor. 3 dan suhu air keluar ( 0 C), dan Atower adalah luas penampang menara pendingin (m 2 ). e) Debit air spesifik. Sesuai dengan ukuran luas penampang menara pendingin dan debit air, maka dapat dihitung debit air spesifik dengan rumus sebagai berikut. ṁsp = ṁ/atower. Pada rumus debit air spesifik, ṁsp merupakan debit air spesifik (l/min/m 2 ), ṁ adalah debit air (l/menit), dan Atower merupakan luas penampang menara pendingin (m 2 ). f) Rasio air dengan udara.nilai rasio air-udara adalah parameter yang sangat penting dalam pemilihan suatu menara pendingin, terutama dalam pemilihan kapasitas fan. Rasio ini merupakan perbandingan antara debit air spesifik yang hendak didinginkan terhadap debit udara spesifik yang diinduksikan oleh fan minimum. Rasio air udara = g) Kehilangan penguapan. Merupakan jumlah air yang diuapkan untuk tugas pendinginan. Secara teoritis jumlah penguapan mencapai 1,8 mᶾ untuk setiap 10.000.000 kkal panas yang dibuang. Rumus berikut dapat digunakan (Perry). Adapun rumus untuk menghitung laju penguapan air ke udara pada suatu menara pendingin adalah sebagai berikut. Laju penguapan air(l/menit)= ( V ω H 2 ω H 1 x x 60. Pada rumus ρ. v1 kehilangan penguapan, (ωh2 - ωh1) merupakan selisih antara rasio kelembaban udara keluar dan menara pendingin (kg uap air / kg udara), V adalah debit aliran udara (m³/s), ρ densitas air = 0,99285 kg/l, dan v1 merupakan volume spesifik udara ambien (m 3 /kg). h) Perbandingan Liquid/gas (L/G). Laju kalor yang dilepas dari air, dq, sama dengan laju kalor yang diterima udara [5]. dq = G dha = L (4,19 kj/ kg. K. Pada rumus perbandingan liquid/gas(l/g) dq merupakan laju kalor yang di lepas, G massa gas, dan L merupakan massa cair. Hasil Penelitian Data pengujian analisis beban kalor cooling tower dengan bahan pengisi bambu wulung. Variasi ketinggian 200 cm, Dengan dan tanpa menggunakan bahan pengisi. l l Table 1. data hasil pengujian dengan variasi ketinggian CT 200 cm dengan atau tanpa fill ketinggian cooling tower 200 cm tanpa fill Jumlah Temperatur Air Temperatur udara Temperatur udara Q U Q U Aliran Air V1 V2 Ta1 Ta2 keluar m 3 m/s m/s /10s C 0 C Tdb1 0 C Twb2 0 C Tdb1 0 C Twb2 0 C m 3 /s m 3 /s 0.0043 40 32.33 29 27 31.9 32.17 0.018 0.063 0.018 2.25 0.0042 50 39.33 30 28.17 35.37 37.5 0.018 0.063 0.018 2.28 0.0043 60 44 30 26.83 38.57 37.5 0.014 0.051 0.014 1.83 0.0044 70 53 32 27.17 44.98 49.67 0.013 0.046 0.013 2 ketinggian cooling tower 200 cm dengan fill Jumlah Temperatur Air Temperatur udara Temperatur udara Q U Q U Aliran Air V1 V2 Ta1 Ta2 keluar m 3 m/s m/s /10s C 0 C Tdb1 0 C Twb2 0 C Tdb1 0 C Twb2 0 C m 3 /s m 3 /s 0.0044 40 31.83 29.83 28 33.67 36.67 0.016 0.056 0.016 1.67 0.0043 50 38.17 29.5 27.83 34.45 42.83 0.017 0.061 0.017 2.18 0.0044 60 43 30.33 26.17 40.52 45 0.013 0.047 0.013 1.68 0.0043 70 47 30 27.83 48.38 50.83 0.013 0.045 0.013 1.63 Ket: Q U : debit udara.

Ach. Taufik H., et al., Analisis Beban Kalor. 4 Berdasarkan hasil perolehan data pengujian pada Table 1. Dapat dilihat semakin tinggi suhu awal, maka suhu akhir yang diperoleh akan semakin tinggi. Dengan rata-rata nilai temperatur udara kering sebesar 30 0 C dan temperatur udara basah 27 0 C. Pada temperatur udara. Kecepatan rata-rata udara 2 m/s. dengan kecepatan tertinggi sebesar 2.25 m/s. Suhu air cooling tower berkisar dari 40 0 C hingga tertinggi 70 0 C, dengan perubahan temperatur terendah 32.33 0 C dan tertinggi 53 0 C, pada variasi tanpa menggunakan bahan pengisi (fill). Sedangkan pada variasi menggunakan fill perubahan temperatur terendah 31.83 0 C dan temperatur tertinggi 47 0 C. Semakin rendah perubahan temperatur dari temperatur awal, maka nilai range dari cooling tower akan semakin baik. Table 2. data hasil perhitungan kinerja CT dengan variasi ketinggian 200 cm dengan atau tanpa fill t Ta1 A EP Q ṁsp ṁu LPA (L/G) T C R a/u (cm) C C % kj/s L/menit m/menit L/menit kj/kg. C 200 40 7.67 5.33 59 13.85 9.13 3.75 2.43 0.0007 0.5 Tanpa fill 50 10.67 11.16 48.88 18.82 8.92 3.8 2.35 0.0015 0.66 60 16 17.17 48.24 28.9 9.13 3.05 2.99 0.0022 0.87 70 17 25.83 39.69 31.42 9.34 2.75 3.4 0.0038 1.45 t Ta1 A EP Q ṁsp ṁu LPA (L/G) T C R a/u (cm) C C % kj/s L/menit m/menit L/menit kj/kg. C 200 40 8.17 3.83 68.08 15.1 9.34 3.33 2.8 0.0011 0.67 Dengan50 11.83 10.34 53.38 21.37 9.13 3.62 2.52 0.0011 0.46 fill 60 17 16.83 50.25 31.42 9.34 2.8 3.34 0.0026 1.06 70 23 19.17 54.54 41.44 9.13 2.72 3.36 0.0053 0.77 Ket: T= Renge. Q= Beban kalor. R a/u= rasio air/udara. A= Approach. ṁsp= debit air spesifik. LPA= laju penguapan air E= Efektivitas pendingianan. ṁu= debit udara spesifik (L/G)= perbandingan liquid/gas. Pada Tabel 2. Dapat dilihat kinerja dari cooling tower, dari nilai temperatur range ( T) sampai nilai pebandingan liquid/gas (L/G). temeperatur range terendah sebesar 7.67 0 C dan tertinggi 17 C. pada variasi tanpa menggunakan bahan pengisi (fill), sedangkan pada variasi dengan menggunakan fill deperoleh temeperatur range terendah sebesar 17 0 C dan tertinggi 23 C. Approach terendah 5.33 0 C dan tertinggi 25.83 C. tanpa menggunakan fill, dan dengan menggunakan fill, Approach terendah 3.83 0 C dan tertinggi 19.17 C. Efektivitas pendinginan terendah sebesar 39.69 % dan tertinggi 59%, pada variasi tanpa menggunakan fil,l dan dengan menggunakan fill, efektivitas pendinginan terendah sebesar 54.54 % dan tertinggi 68.08%. Beban kalor terendah cooling tower tanpa fill sebesar 13.86 kj/s dan tertinggi 31.42 kj/s, Sedangkan, dengan menggunakan fill, beban kalor terendah sebesar 15.1 kj/s dan tertinggi 41.44 kj/s. Debit air spesifik terendah sebesar 8.92 L/menit dan tertinggi sebesar 9.34 L/manit, dengan rata-rata 9.13 L/menit. Pada semua variasi cooling tower. Rasio air dan udara terendah sebesar 2.43 dan tetinggi 3.4 pada variasi tanpa fill, sedangkan dengan menggunakan fill terendah sebesar 2.8 dan tertinggi 3.36. Nilai laju penguapan air terendah pada cooling tower tanpa fill terendah sebesar 0.0007 L/menit dan tertinggi sebesar 0.0038 L/menit, sedangkan dengan menggunakan fill terendah sebesar 0.0011 L/menit dan tertinggi sebesar 0.0053 L/menit. Perbandingan massa liquid/gas (L/G) tanpa menggunakan fill terendah sebesar 0.5 kj/kg. 0 C dan tertinggi 1.45 kj/kg. 0 C sedangkan dengan menggunakan fill nilai perbandingan massa liquid/gas(l/g) terendah sebesar 0.67 kj/kg. 0 C dan tertinggi sebesar 1.06 kj/kg. 0 C. Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisa yang telah dibahas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut : 1. Variasi penambahan bahan pengisi bambu wulung dan ketinggian dapat mempercepat pendinginan suhu awal. Dengan variasi suhu awal 70 0 C, dan ketinggian 200 cm. nilai range tanpa menggunakan fill sebesar 17 0 C

Ach. Taufik H., et al., Analisis Beban Kalor. 5 sedangkan, dengan penambahan fill nilai range naik sebesar 23 0 C. 2. Temperatur approach tertinggi, terjadi pada variasi cooling tower dengan ketinggian 200 cm, ta1 70 0 C, tanpa fill sebesar 25,83 0 C, sedangkan Temperatur approach terendah, terjadi pada variasi cooling tower dengan ketinggian 200 cm, ta1 40 0 C, dengan fill sebesar 3,83 0 C. 3. Nilai tertinggi efektivitas pendinginan terjadi pada variasi ketinggian 200 cm, dengan suhu awal 40 0 C, menggunakan fill yaitu sebesar 68.08%. Sedangkan pada variasi yang sama tanpa menggunakan fill. Nilai efektivitas sebesar 59 %. Baiknya efektivitas pendinginan cooling tower dengan suhu awal rendah dikarenakan, adanya nilai tetap dari Twb 1, sedangkan nilai Ta1 semakin tinggi. 4. Kapasitas pendinginan (beban kalor cooling tower) tertinggi, pada variasi penambahan fill ketinggian 200 cm, ta1 70 0 C, sebesar 41.54 kj/s, dibandingkan dengan tanpa menggunakan fill dengan variasi yang sama beban kalor sebesar 31.42 kj/s 5. perbandingan massa liquid/gas (L/G) tertinggi terjadi pada variasi, ta1 70 0 C, menggunakan fill sebesar 1.45 kj/kg. 0 C, dan (L/G) terendah 0.5 kj/kg. 0 C, terjadi pada variasi ta1 40 0 C. Saran Dari hasil penelitian mengenai analisis beban kalor cooling tower induced draft counterflow dengan bahan pengisi bambu wulung, maka disarankan beberapa hal berikut : a. Kajian ini masih terbatas pada analisa bahan pengisi dan variasi ketinggian dengan waktu pengujian yang cepat. Oleh karena itu, analisa dan penelitian lanjutan dapat memperpanjang waktu penelitian. b. Memvariasikan komponen yang ada untuk memperoleh hasil yang lebih baik guna meningkatkan prestasi kerja cooling tower dengan menggunakan bahan pengisi yang dapat melepas kalor lebih cepat. Daftar Pustaka [1] Dransfield, S. & Wijaya, EA. 1995. Plant Resources of South Asia 7, Bamboos.Backhuys Publisher, Leiden. [2] EL-Wakil, M.M., dan Jasjfi, E, 1992. Instalai Pembangkit Daya. Power Plant Technology. Jakarta, Erlangga. [3] Pacific Northwest National Laboratory, 2001. Peralatan Energi Listrik:Menara Pendingin Pedoman Efisiensi Energi untuk Industri di Asia http://www.energyefficiencyasia.org/ energyequipment/ee escoolingtowers.html. [17 mei 2014]. [4] Wiranto Arismunandar, Heizo saito.1980. Penyegaran Udara. Jakarta.: Pradnya Paramita. [5] Stoecker, W. F., dan Jones, J. W., Refrigerasi dan Pengkondisian Udara. Terjemahan Oleh Supratman Hara. 1996. Jakarta: Erlangga.