*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR ANAK DAN POLA ASUH IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

Keywords: Anemia, Social Economy

Kata Kunci : Riwayat Pemberian ASI Eksklusif, Stunting, Anak Usia Bulan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Secara umum seluruh keluarga contoh termasuk keluarga miskin dengan pengeluaran dibawah Garis Kemiskinan Kota Bogor yaitu Rp. 256.

Keywords: hormonal contraceptive pills, hypertension, women in reproductive age.

Endah Retnani Wismaningsih Oktovina Rizky Indrasari Rully Andriani Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BATITA DI DESA MOPUSI KECAMATAN LOLAYAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan prevalensi balita gizi pendek menjadi 32% (Kemenkes RI, 2010).

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

GAMBARAN STATUS GIZI BALITA UMUR 3-5 TAHUN DI DESA PUTON KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG


HUBUNGAN KEJADIAN STUNTING DENGAN FREKUENSI PENYAKIT ISPA DAN DIARE PADA BALITA USIA BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

Kata Kunci : Kelambu, Anti Nyamuk, Kebiasaan Keluar Malam, Malaria

Key word: motorik development, nutrition status, children age 1-3 years old. Kata Kunci: Perkembangan Motorik, Status Gizi, Anak usia 1-3 tahun

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN GOUTHY ARTHRITIS

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Relation between Indoor Air Pollution with Acute Respiratory Infections in Children Aged Under 5 in Puskesmas Wirobrajan

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK GIZI KURANG DAN GIZI BURUK PADA BALITA DESA BAN KECAMATAN KUBU KABUPATEN KARANGASEM OKTOBER 2013

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, STATUS PENDIDIKAN, DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

BAB I PENDAHULUAN. yakni gizi lebih dan gizi kurang. Masalah gizi lebih merupakan akibat dari

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Kata Kunci : Pelatihan, Motivasi, Dukungan Keluarga dan Masyarakat, Keaktifan Kader Posyandu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa balita merupakan periode penting dalam proses. tumbuh kembang manusia. Pertumbuhan dan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang dimulai sejak janin berada di kandungan sampai anak berusia 2 tahun.

HUBUNGAN PERILAKU IBU TENTANG PEMBERIAN MAKANAN SEIMBANG DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN BALITA DI POSYANDU LOTUS YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 1, JANUARI 2015: 48-53

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN MOTIVASI IBU DALAM MENINGKATKAN STATUS GIZI PADA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARENG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 3-5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TOMPASO KECAMATAN TOMPASO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti perawatan dan makanan

HUBUNGAN ANTARA UMUR DAN DURASI MENGEMUDI DENGAN KELUHAN NYERI PINGGANG PADA SOPIR TRAYEK KOTAMOBAGU MANADO DI CV PARIS 88 KOTAMOBAGU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

HUBUNGAN ANTARA KADAR HEMOGLOBIN IBU HAMIL DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK ANGGOTA KELUARGA DAN PENGGUNAAN ANTI NYAMUK BAKAR DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS KOLONGAN

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PENANGANAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DPT DAN CAMPAK TERHADAP KEJADIAN PNEUMONIA PADA ANAK USIA 10 BULAN - 5 TAHUN DI PUSKESMAS SANGURARA KOTA PALU TAHUN 2015

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 4 NOVEMBER 2015 ISSN

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

BAB I PENDAHULUAN. fisik. Pertumbuhan anak pada usia balita sangat pesat sehingga memerlukan

Eka Muriani Limbanadi*, Joy A.M.Rattu*, Mariska Pitoi *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

Jurnal Care Vol. 4, No.3, Tahun 2016

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI SISWI SMA NEGERI 4 MANADO

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ISPA DENGAN PENANGANAN BALITA ISPA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BALITA

ABSTRACT ABSTRAK RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

Hubungan Status Gizi dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut pada Balita di Puskesmas Plered Bulan Maret Tahun 2015

Kata Kunci: Pendidikan, Pekerjaan, Dukungan Suami dan Keluarga, ASI Eksklusif.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang cukup

GAMBARAN KEJADIAN GIZI BURUK PADA BALITA DI PUSKESMAS CARINGIN BANDUNG PERIODE SEPTEMBER 2012 SEPTEMBER 2013

GAMBARAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI PPA (PUSAT PENGEMBANGAN ANAK) ID-127 DI KELURAHAN RANOMUUT MANADO

Kata kunci: Hipertensi, Aktivitas Fisik, Indeks Massa Tubuh, Konsumsi Minuman Beralkohol

* Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Tingkat Pendidikan, Kontak Serumah, Kejadian Tuberkulosis Paru

TINGKAT PENGETAHUAN TERHADAP POLA MAKAN DAN STATUS GIZI ANAK BALITA DI TAMAN KANAK KANAK DENPASAR SELATAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Oleh: Roy Marchel Rooroh Dosen Pembimbing : Prof. dr. Jootje M. L Umboh, MS dr. Budi Ratag, MPH

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit diharapkan untuk berhasil membangun bangsa itu sendiri. (Hadi, 2012).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA TODDLER (1-3 TAHUN) DENGAN RIWAYAT BAYI BERAT LAHIR RENDAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas anak sebagai penerus bangsa (1). Periode seribu hari,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN :

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN ENERGI DENGAN STATUS GIZI BATITA UMUR 1-3 TAHUN DI DESA MOPUSI KECAMATAN BOLAANG MONGONDOW INDUK SULAWESI UTARA 2014

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENGOLAHAN MAKANAN DENGAN STATUS GIZI BALITA

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA RIWAYAT PENYAKIT INFEKSI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK USIA 1336 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUMINTING KOTA MANADO Glaudia P. Gerungan*, Nancy S.H. Malonda*, Dina V. Rombot* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Anak balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Masalah gizi, khususnya anak pendek (stunting), menghambat perkembangan anak dengan dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya. Stunting dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya penyakit infeksi, seperti diare dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA). Menurut data Riskesdas 2013, masalah stunting/pendek pada balita masih cukup serius, dengan angka nasional sebesar 37,2%. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan crosssectional. Populasi pada penelitian ini adalah anak usia 1336 bulan yang berjumlah 3005 anak di Wilayah kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado. Untuk sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel minimum yaitu 97 anak. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel menggunakan Fisher s Exact dengan α = 0,05 ; CI = 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 99,0% anak usia 1336 bulan memiliki riwayat penyakit infeksi. Sementara 39,2% anak usia 1336 bulan mengalami stunting, serta hasil uji menunjukkan tidak terdapat hubungan antara riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting dimana p = 0,392 (p > 0,05). Tidak ada hubungan yang bermakna antara riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting pada anak usia 1336 bulan di wilayah kerja puskesmas Tuminting Kota Manado. Disarankan kepada orang tua anak agar lebih meningkatkan pengawasan terhadap anak agar dapat terbebas dari penyakitpenyakit infeksi. Kata Kunci : Penyakit infeksi, stunting, anak usia 1336 bulan. ABSTRACT Children under five were age category who had nutrient and illness troubled. Nutrient problem, stunting especially, would hamper children development with negative impact in the next life. Stunting influenced by some factor among infectious disease, such as diarrhea and acute duct respiration infection. According to basic health research 2013, stunting on child was still serious problem enough, with national rate as big as 37,2%. This research showed analitic survey with crosssectional approach. Population in this study were child aged 13 36 months who aggregate 3005 children in Tuminting Health Center Manado City. Sample was used purposive sampling with minimum sample, i.e 97 children. Statistical test was used to analyze relationship between variable were using Fisher s Exact with α = 0,05 ; CI = 95%. The result showed that 99,0% child aged 1336 months have infectious disease history. Meanwhile 39,2% child aged 1336 months were stunting. The test result shows that there is no relationship between infectious disease history with stunting incident wherein p = 0,392 (p > 0,05). There is no significant relationship between infectious disease history with stunting incident on child aged 1336 months in Tuminting Health Center, Manado city. Suggested to parents so that more increase the control towards children in order to be free from infectious disease. Keywords : Infectious Disease, Stunting, Child Aged 1336 Months

PENDAHULUAN Masalah gizi anak secara garis besar merupakan dampak dari ketidakseimbangan antara asupan dan keluaran zat gizi (nutritional imbalance), yaitu asupan yang melebihi keluaran atau sebaliknya dan kesalahan dalam memilih bahan makanan untuk disantap, penyebab dari ketergantungan ini utamanya berupa penyakit kronis, berat badan lebih dan kurang, pica, karies dentis, serta alergi (Arisman, 2010). Periode seribu hari, yaitu 270 hari selama kehamilan dan 730 hari pada kehidupan pertama bayi yang dilahirkan, merupakan periode sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa ini akan bersifat permanen. Kekurangan gizi yang terjadi dalam kandungan dan awal kehidupan menyebabkan janin melakukan reaksi penyesuaian. Penyesuaian tersebut meliputi perlambatan pertumbuhan dengan pengurangan jumlah dan pengembangan selsel tubuh termasuk sel otak dan organ tubuh lainnya. Hasil reaksi penyesuaian akibat kekurangan gizi terlihat pada usia dewasa dalam bentuk tubuh yang pendek, rendahnya kemampuan kognitif atau kecerdasan sebagai akibat tidak optimalnya pertumbuhan dan perkembangan otak (Kerangka Kebijakan 1000 HPK, 2012). Masalah gizi, khususnya anak pendek, menghambat perkembangan anak dengan dampak negatif yang akan berlangsung dalam kehidupan selanjutnya. Anakanak pendek menghadapi kemungkinan yang lebih besar untuk tumbuh menjadi orang dewasa yang kurang berpendidikan, miskin, kurang sehat dan lebih rentan terhadap penyakit tidak menular. Oleh karena itu, anak pendek merupakan prediktor buruknya kualitas sumber daya manusia yang diterima secara luas, yang selanjutnya menurunkan kemampuan produktif suatu bangsa di masa yang akan datang (UNICEF, 2012). Stunting (tubuh yang pendek) menggambarkan keadaan gizi kurang yang sudah berjalan lama dan memerlukan waktu bagi anak untuk berkembang serta pulih kembali (Gibney dkk, 2009). Stunting sudah dimulai sejak sebelum kelahiran disebabkan karena gizi ibu selama kehamilan buruk, pola makan yang buruk, kualitas makanan juga yang buruk, dan intensitas frekuensi menderita penyakit yang sering (Wiyogowati, 2012). Prevalensi kependekan secara nasional tahun 2010 sebesar 35,6% yang berarti terjadi penurunan dari keadaan tahun 2007 dimana prevalensi kependekan sebesar 36,8%. Prevalensi kependekan sebesar 35,6% terdiri dari 18,5% sangat pendek dan 17,1 % pendek (Kemenkes, 2010). Berdasarkan Riset Kesehatan dasar tahun 2013 prevalensi pendek (stunting) secara nasional tahun 2013 adalah 37,2% yang terdiri dari 18,0% sangat pendek dan 19,2% pendek.

METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado pada bulan Mei sampai Desember 2014. Populasi adalah seluruh anak usia 1336 bulan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tuminting yang berjumlah 3005 anak. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan jumlah sampel minimum yaitu 97 anak dan yang menjadi responden untuk diwawancarai adalah orang tua dari anak tersebut yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data karakteristik subjek dan responden diperoleh dengan cara wawancara menggunakan kuesioner dan untuk tinggi badan anak dilakukan pengukuran. Pengolahan data meliputi Editing, Coding, Entry data, dan Cleaning. Analisis data menggunakan tabel distribusi frekuensi untuk memperoleh informasi secara umum mengenai karakteristik subjek dan responden. Sedangkan analisis bivariat menggunakan uji Fisher s Exact dengan α = 0,05 ; CI = 95%. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Subjek Dari hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado di peroleh sampel sebanyak 97 anak. Hasil penelitian menunjukkan 47,4% berjenis kelamin lakilaki dan 52,6% perempuan, selanjutnya kategori umur yang paling banyak terdapat pada kelompok umur 1324 bulan yaitu 51 anak atau 52,6%. Berdasarkan kejadian stunting di peroleh 38 anak mengalami stunting (39,2%) sedangkan yang normal 59 anak (60,8%), selanjutnya untuk anak yang mengalami stunting paling banyak terdapat pada anak lakilaki yaitu 22 anak (22,68%) dan untuk kelompok umur yang paling banyak mengalami stunting umur 1324 bulan yaitu 21 anak (21,64%) dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Distribusi Berdasarkan Karakteristik Karakteristik Subjek Jenis Kelamin Lakilaki Perempuan Umur 1324 bulan 2536 bulan Subjek dengan Kejadian Stunting B. Karakteristik Orang Tua Status Gizi TB/U Stunting Normal n % n % 22 16 21 17 22,68 16,49 21,64 17,52 24 35 30 29 Berdasarkan hasil penelitian di peroleh pendidikan terakhir ayah yaitu SMA/MA (59,8%), SMP (18,6%), SD (13,4%), Sarjana (7,2%), Diploma (1%), sedangkan untuk pendidikan terakhir ibu yaitu SMA/MA (64,9%), SMP (16,5%), SD (13,4%), Diploma (4,1%) dan Sarjana (1%). Hasil penelitian di peroleh untuk pekerjaan ayah yaitu pegawai swasta (33%), dagang/wiraswasta (24,7%), ojek/supir/pekerja bangunan (20,6%), nelayan (10,3%), PNS/TNI/POLRI (6,2%), tidak bekerja (3,1%), dan yang bekerja sebagai honorer & pelaut masingmasing (1%), sedangkan untuk pekerjaan ibu, yang tidak bekerja (79,4%), dagang/wiraswasta (10,3%), pegawai swasta (8,2%), PNS dan honorer masingmasing 24,74 36,08 30,92 29,89

(1%). Pendapatan orang tua per bulan di peroleh 52,6% Rp 1.900.000 dan 47,4% < Rp 1.900.000. C. Riwayat Penyakit Infeksi Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 96 atau sebanyak (99%) anak memiliki riwayat penyakit infeksi dan hanya 1 atau (1%) anak tidak memiliki riwayat penyakit infeksi, selanjutnya untuk anak yang memiliki riwayat penyakit infeksi paling banyak terdapat pada anak perempuan yaitu 51 anak (52,60%) dan untuk riwayat penyakit infeksi umur 1324 bulan yaitu 50 anak (52%) dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi Subjek Berdasarkan Ada Tidaknya Penyakit Infeksi Menurut Karakteristik Subjek Karakteristik Subjek Jenis Kelamin Lakilaki Perempuan Umur 1324 bulan 2536 bulan Riwayat penyakit infeksi Ada Tidak n % n % 45 51 50 46 46,40 52,60 52,0 47,0 1 1 1,0 1,0 D. Hubungan Antara Riwayat Penyakit Infeksi dengan Kejadian Stunting Tabel 3. Hubungan Riwayat Penyakit Infeksi dengan Kejadian Stunting Status Gizi TB/U Total Riwayat Penyakit Infeksi n Stunting % n Normal % n % Ada 37 38,54 59 61,46 96 100 Tidak Ada 1 100 1 100 p Value 0,392 Berdasarkan tabel 3 di atas, hasil perhitungan menggunakan uji Fisher s Exact diperoleh nilai p = 0,392 (p > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting pada anak usia 1336 bulan di wilayah kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan di Kecamatan Semarang Timur yang menunjukkan bahwa riwayat penyakit infeksi dalam hal ini infeksi saluran pernapasan atas akut merupakan faktor resiko kejadian stunting yang tidak bermakna (p=0,297: OR =1,73) (Nasikhah, 2012). Nurcahyo (2010) dalam hasil penelitiannya juga di dapatkan hasil bahwa kejadian ISPA pada anak balita tidak ada hubungan dengan status gizi TB/U (p > 0,05). Berbeda dengan penelitian Anshori (2013) dalam

penelitiannya menyatakan bahwa anak dengan riwayat penyakit infeksi seperti ISPA berisiko 4 kali lebih besar untuk mengalami stunting (p=0,023) dibandingkan dengan anak yang tidak memiliki riwayat penyakit infeksi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Welasasih (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa sebagian besar kelompok balita stunting sering menderita sakit sebanyak 14 orang (53,8%), sedangkan pada kelompok balita normal sebagian besar jarang yang mengalami sakit yaitu sebanyak 21 orang (80,8%). Berdasarkan uji ChiSquare didapatkan p = 0,021 (p < α), artinya ada hubungan yang bermakna antara frekuensi sakit dengan status gizi balita stunting. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Anak usia 1336 bulan yang memiliki riwayat penyakit infeksi yaitu sebanyak 99%. 2. Anak usia 1336 bulan yang mengalami stunting sebanyak 39,2%. 3. Tidak terdapat hubungan antara riwayat penyakit infeksi dengan kejadian stunting pada anak usia 1336 bulan di wilayah kerja Puskesmas Tuminting Kota Manado. SARAN Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat dikemukakan saran, antara lain : 1. Bagi Instansi tempat penelitian yaitu Puskesmas Tuminting dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi Puskesmas dalam meningkatkan gizi dan kesehatan anak. 2. Orang tua anak agar lebih meningkatkan pengawasan terhadap anak agar dapat terbebas dari penyakitpenyakit infeksi. 3. Bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian sejenis, sebaiknya dapat membahas faktor risiko yang lain yang berhubungan dengan kejadian Stunting pada anak usia 1336 bulan dan menggunakan jumlah sampel yang lebih besar. DAFTAR PUSTAKA Anshori, H. 2013. Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Anak Usia 1224 Bulan di Kecamatan Semarang Timur. Skripsi. Semarang : Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. (http://eprints.undip.ac.id). Diakses April 2014. Arisman. 2009. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Laporan Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Gibney M, Margetts B, Kearney J, Arab L. 2009. Kementerian Kesehatan RI. 2012. Kerangka Kebijakan Gerakan Sadar Gizi Dalam Rangka Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK).Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Nasikhah R, Margawati A. Faktor risiko kejadian Stunting Pada Balita Usia 2436 Bulan Di Kecamatan Semarang Timur. Journal of Nutrition College, Vol. 1, No. 1. (Online) (http://eprints.undip.ac.id). Di akses Oktober 2014. Nurcahyo K, Briawan D. 2010. Konsumsi Pangan, Penyakit Infeksi, dan Status Gizi Anak Balitia Pasca Perawatan Gizi Buruk. Jurnal Gizi dan pangan, 2010, 5 (3): 164 170 (online) (http://journal.ipb.ac.id). Di akses Agustus 2014. UNICEF. 2012. Ringkasan Kajian Gizi Ibu Dan Anak. Jakarta : UNICEF Indonesia. Welasasih B, Wirjatmadi R. 2012. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Balita Stunting. The Indonesian Journal of Public Health, volume 8, Nomor 3, tahun 2012, 99104 (online) (http://journal.unair.ac.id). Diakses Oktober 2014 Wiyogowati C. 2012. Kejadian Stunting Pada Anak Berumur Dibawah Lima Tahun (0 59 bulan) di provinsi Papua Barat Tahun 2010 (Analisis Data Riskesdas 2010). Skripsi. Depok : Program Studi Ilmu Kesehatan Kesehatan Masyarakat. (http://lib.ui.ac.id). Diakses Oktober 2014.