BAB VII PENUTUP. Kesimpulan komponen masukan yaitu: tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan.

dokumen-dokumen yang mirip
VI. PENUTUP A. Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN PERSALINAN DAERAH

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI PANGANDARAN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA PONTIANAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1.1 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR TAHUN 2015

2 Bagian Hukum Setda Kab. Banjar

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Dae

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 menyatakan bahwa. upaya seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta

BAB VII PENUTUP. primer di Kabupaten Padang Pariaman tahun 2016 mengacu kepada Permenkes

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E

WALIKOTA LANGSA PERATURAN WALIKOTA LANGSA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

Peta Potensi Korupsi Dana Kapitasi Program JKN

BAB VII PENUTUP. 1. Lebih dari separoh responden mengalami karies gigi di wilayah puskesmas Padang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 25 Tahun : 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 27 Tahun : 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

PENGELOLAAN DAN PEMANFAATAN DANA KAPITASI PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 29 TAHUN

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENGELOLAAN DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

WALIKOTA DUMAI PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI BULUNGAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 22

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

2016, No perkembangan kebutuhan implementasi penyelenggaraan jaminan kesehatan nasional sehingga perlu diganti; c. bahwa berdasarkan pertimbang

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 19 TAHUN 2014 TENTANG

PENCEGAHAN FRAUD DALAM PELAKSANAAN JKN KOMISI VIII

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Komponen input pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif dalam era JKN

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI

2015, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Neg

GUBERNUR SULAWESI TENGGARA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 62 TAHUN 2018 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu program

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH

ANALISIS IMPLEMENTASI PROGRAM RUJUK BALIK PESERTA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR KOTA MAGELANG

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN DANA KAPITASI DAN NON KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH dalam menjamin KETERSEDIAAN OBAT DI INDONESIA

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari pembangunan

ANALISIS PELAKSANAAN RUJUKAN RAWAT JALAN TINGKAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Inggris pada tahun 1911 (ILO, 2007) yang didasarkan pada mekanisme asuransi

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 18 TAHUN 2016

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN

Nama : Umur : Tahun Pendidikan : 1. Tamat SMU/Sederajat 2. Tamat D3 3. Tamat S1 4. Tamat S2 Unit Kerja : Masa Kerja : Tahun Bagian : Jenis Kelamin :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 50 TAHUN 2014

KEBIJAKAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI DIY DINAS KESEHATAN DIY

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Karateristik responden berdasarkan jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan

BUPATI GAYO LUES PROVINSI ACEH

KONSEP PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PELAYANAN KESEHATAN

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang sejahtera. Seluruh kepentingan masyarakat dalam rangka

2.1.2 URAIAN TUGAS BERDASARKAN JABATAN

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

TENTANG PADA PUSKESMAS DI KABUPATEN CIREBON

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. sejak 1 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 28 TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak fundamental setiap warga Negara (UUD 1945 pasal 28

DINAS KESEHATAN KABUPATEN KUPANG. Bagian Pertama. Dinas. Pasal 57

Seksi Informasi Hukum Ditama Binbangkum

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Yustina, 2015). Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

Transkripsi:

BAB VII PENUTUP 7.1 Simpulan 7.1.1. Komponen Masukan Kesimpulan komponen masukan yaitu: a. SDM Puskesmas dalam pelaksanaan program JKN belum sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 di Puskesmas Kota Payakumbuh tahun 2015. Secara kuantitas Puskesmas belum memenuhi syarat minimal jumlah SDM Puskesmas (50%). Secara kualitas tingkat ketidakhadiran tinggi (38,6%) dan SDM Puskesmas (19%) mempunyai tugas tambahan tidak sesuai dengan latar belakang pendidikan. b. Pengelolaan dana kapitasi program JKN dengan ketentuan BLUD belum semuanya terlaksana sesuai dengan Permenkes nomor 28 tahun 2014 di Puskesmas Kota Payakumbuh tahun 2015. Penerimaan dana kapitasi yang berasal dari peserta PBI belum diterima dan dana kapitasi tidak digunakan untuk pengadaan obat yang belum mencukupi. c. Sarana prasarana dalam pelaksanaan program JKN belum sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 di Puskesmas Kota Payakumbuh tahun 2015. Secara kuantitas Puskesmas di Kota Payakumbuh masih ada yang tidak memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana dan persyaratan peralatan Puskesmas. Secara kualitas sarana prasarana Puskesmas belum dilakukan pemeliharaan, perawatan dan pemeriksaan secara berkala. Peralatan kesehatan belum diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi dan pengkalibrasi yang berwenang.

d. Ketersediaan obat dalam pelaksanaan program JKN belum sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 tahun 2014 di Puskesmas Kota Payakumbuh tahun 2015. Tingkat kecukupan obat Puskesmas baru mencapai 83,47% dengan target 90% dan kekosongan obat sebesar 19,19% dengan target <10%. Untuk menjaga kualitas obat masih terkendala oleh gudang obat Puskesmas yang belum memiliki pengukur suhu ruangan dan tidak ada kipas angin/ac. 7.1.2. Komponen Proses Proses kebijakan dipengaruhi oleh aktor dan aktor berusaha mempengaruhi pelaksanaan kebijakan Program JKN. Konten kebijakan mencerminkan beberapa atau semua dimensi segitiga kebijakan, yang menggambarkan tujuan pelaksanaan kebijakan dan strategi dalam mencapai tujuan program JKN. a. Peserta program JKN belum seluruhnya sesuai Permenkes nomor 28 tahun 2014 di Puskesmas Kota Payakumbuh tahun 2015. Peserta PBI JKN yang menerima kartu identitas (80%), perubahan data hanya berlaku untuk penghapusan atau pergantian peserta dan tugas BPJS Kesehatan dalam mengelola data belum terlaksana sesuai ketentuan. b. Pelayanan kesehatan dalam pelaksanan program JKN belum semuanya sesuai Permenkes Nomor 28 Tahun 2014 di Puskesmas Kota Payakumbuh tahun 2015. Kendala dalam menyelesaikan kasus medis adalah kebiasaan masyarakat yang meminta rujukan ke Rumah Sakit, manfaat jaminan kesehatan belum seluruhnya bisa dilaksanakan dan permasalahan pada manfaat yang tidak dijamin JKN seperti pada kasus kecelakaan, pelayanan kesehatan akibat bencana dan kejadian luar biasa.

c. Mekhanisme penangananan keluhan dari masyarakat pada pelaksanaan program JKN telah terlaksana sesuai Permenkes Nomor 28 tahun 2014 di Puskesmas Kota Payakumbuh tahun 2015. Sosialisasi JKN sudah dilakukan melalui media cetak, elektronik dan langsung kepada Tokoh Masyarakat. 7.1.3. Komponen Keluaran Penapisan rujukan Puskesmas Kota Payakumbuh ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut yaitu 11,27%, tidak melebihi target yang ditetapkan (15%) dan sudah sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014. 7.2 Saran 7.2.1 Komponen Masukan a. Puskesmas dengan ketentuan BLUD bisa mengangkat pegawai honorer untuk memenuhi kebutuhan tenaga yang kurang seperti; SKM, sanitarian, bidan, perawat, kefarmasian, nutrisionis, analis kesehatan dan tenaga administrasi serta pekarya. Puskesmas perlu membuat standar uraian tugas jabatan berdasarkan tingkat pendidikan, masa kerja, pelatihan yang pernah diikuti, tingkat kehadiran dan kesesuaian latar belakang pendidikan dengan jabatan. b. Dinas Kesehatan perlu membuat perencanaan kebutuhan SDM Puskesmas berdasarkan Permenkes Nomor 75 tahun 2014, mengadakan pelatihan sesuai kebutuhan SDM Puskesmas dan meningkatkan pembinaaan dan pengawasan terhadap mutu SDM Puskesmas. Membuat kebijakan kepegawaian tentang jumlah maksimal ketidakhadiran SDM Puskesmas yang diperbolehkan dalam 1 tahun.

c. Puskesmas menertibkan pencatatan dan pelaporan data peserta JKN, agar tidak mempengaruhi pembayaran dana kapitasi Puskesmas. Dana kapitasi dimanfaatkan untuk pengadaan obat yang tidak termasuk dalam pengadaan obat dari Dana Alokasi Khusus. d. Dinas kesehatan dalam melakukan belanja modal perlu memperhatikan perencanaan kebutuhan pengadaan barang oleh Puskemas. e. BPJS Kesehatan mempunyai kewajiban dalam memberikan informasi melalui media massa, cetak dan elektronik mengenai kinerja, kondisi keuangan, serta kekayaan dan hasil pengembangannya. f. Puskesmas membuat perencanaan sarana prasarana harus sesuai Permenkes Nomor 75 tahun 2015, untuk mendukung pelaksanaan program JKN. Puskesmas perlu membuat jadwal berkala pemeliharaan sarana prasarana dan melakukan uji kalibrasi secara berkala pada peralatan Puskesmas. g. Dinas kesehatan sebagai pengambil kebijakan dapat membuat SOP tentang ketersediaan sarana prasarana dan pemeliharaannya bagi Puskesmas Kota Payakumbuh. Pada kegiatan rehabilitasi bangunan Puskesmas agar mengacu kepada Permenkes Nomor 75 tahun 2014, supaya memenuhi persyaratan lokasi, bangunan, prasarana dan peralatan. h. Puskesmas membuat perencanaan kebutuhan obat sesuai Formularium Nasional dengan menggunakan metode konsumsi dengan akurat, agar tidak ada kekosongan obat atau kelebihan pengadaan obat. Membuat anggaran pengadaan AC/kipas angin dan pengukur suhu ruangan untuk gudang obat serta generator otomatis sesuai ketentuan agar listrik tidak terputus jika listrik PLN mati, agar vaksin tetap terjaga suhunya.

i. Dinas Kesehatan Kota Payakumbuh perlu lebih memperhatikan terhadap perencanaan kebutuhan obat yang dibuat oleh Puskesmas, agar tercapai prinsip efektif dan efisien dalam pengadaan obat. 7.2.2. Komponen Proses a. BPJS Kesehatan Cabang Payakumbuh segera menerbitkan kartu peserta, jika data peserta sudah dilengkapi oleh Dinas Kesehatan. Penambahan jumlah peserta PBI dapat dilakukan sesuai dengan isi kebijakan ini, dengan menyesuaikan pembayaran iuran oleh Pemerintah Daerah. Meningkatkan kerjasama Lintas Sektor dengan pihak terkait. Membentuk Tim Tenaga Kesejaheteraan Sosial Kecamatan yang akan memverifikasi data terpadu program JKN. Memberikan informasi kepada peserta tentang hak dan kewajiban peserta program JKN. BPJS Kesehatan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya agar lebih ditingkatkan demi keberhasilan program JKN. Bapim lebih meningkatkan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan program JKN. b. Puskesmas melengkapi SOP setiap tindakan pelayanan kesehatan di setiap ruang pelayanan Puskesms, SOP tersebut dipajang di setiap ruangan sesuai dengan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Perlu adanya kegiatan-kegiatan inovasi pada manfaat pelayanan promotif dan preventif, serta meningkatkan pencapaian kegiatan yang sudah terlaksana sebelumnya untuk mengatasi resiko kesehatan masyarakat. Puskesmas perlu membuat papan informasi atau baliho tentang manfaat yang dijamin program JKN (manfaat promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) dan manfaat yang tidak dijamin oleh program JKN. Meningkatkan penyuluhan perorangan tentang prosedur pelayanan kesehatan dan meningkatkan

kemampuan dalam memberikan manfaat jaminan kesehatan kepada masyarakat. c. BPJS Kesehatan memberikan manfaat kepada seluruh peserta sesuai ketentuan dan memberikan informasi kepada peserta untuk mendapatkan hak dan kewajiban serta meningkatakan fungsi Tim Kendali Mutu dan biaya. d. Dinas Kesehatan meningkatkan fungsi monitoring dan evaluasi terhadap Puskesmas. Tim Monitoring dan Evaluasi Tingkat Kota Payakumbuh agar meningkatkan kualitas tugas dan fungsinya dalam pelaksanaan program JKN di Kota Payakumbuh. e. Puskesmas perlu membuat SOP mekhanisme penangananan keluhan dari masyarakat dan cara penanganan keluhan berupa permasalahan administrasi maupun medis antara pasien peserta JKN dengan Puskesmas, peserta dengan BPJS Kesehatan, BPJS Kesehatan dengan Puskesmas sesuai prinsip penangananan keluhan. Sosialisasi melalui CD atau leaflet yang diserahkan kepada pasien yang berkunjung ke Puskesmas. f. BPJS Kesehatan perlu melaksanakan sosialisasi program JKN langsung kepada masyarakat atau dasawisma mengenai pembiayaan kesehatan, pelayanan kesehatan, BPJS Kesehatan dan kepesertaan. 7.2.3. Komponen Keluaran a. Puskesmas perlu membuat SOP kasus medis yang boleh dirujuk ke FKRTL. b. Dinas Kesehatan memberikan insentif atau penghargaan kepada Puskesmas yang bisa menekan angka rujukan ke FKRTL di bawah 10%.