Nomor : 01/SOP/DEB.02/2012 Tanggal : 14 Agustus 2012 Unit Eselon II : Direktorat Bioenergi Revisi : 00

dokumen-dokumen yang mirip
PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL) SEBAGAI BAHAN BAKAR LAIN

BERITA NEGARA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Izin Usaha Niaga Umum Hasil Olahan PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA UMUM HASIL OLAHAN

2015, No Biodiesel Dalam Kerangka Pembiayaan Oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 200

Izin Usaha Niaga Umum Bahan Bakar Gas (BBG/CNG) PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA UMUM BBG-CNG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Izin Usaha Niaga Gas Bumi Yang Memiliki Fasilitas Jaringan Distribusi PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA GAS BUMI MELALUI PIPA

Izin Usaha Niaga LPG PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA UMUM LPG

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA GAS BUMI MELALUI PIPA (TRADER)

Izin Usaha Niaga Terbatas Bahan Bakar Minyak PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA TERBATAS BBM

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 053 TAHUN 2006 TENTANG WAJIB DAFTAR PELUMAS YANG DIPASARKAN DI DALAM NEGERI

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN REKOMENDASI EKSPOR IMPOR

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

STANDARD PELAYANAN PUBLIK (SPP) PELAYANAN PERIJINAN DAN REKOMENDASI BIDANG MIGAS

Izin Usaha Niaga Terbatas LNG PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA TERBATAS LNG

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGANGKUTAN GAS BUMI MELALUI PIPA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 028 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 71 TAHUN 2005

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN REKOMENDASI EKSPOR IMPOR

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGOLAHAN HASIL OLAHAN

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN TENTANG

BPH MIGAS. Bahan Bakar Minyak. Tertentu. Jenis. Penyalur. Pendaftaran.

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0007 tahun 2005.

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGOLAHAN GAS BUMI

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 1693 K/34/MEM/2001 TANGGAL 22 JUNI 2001 TENTANG PELAKSANAAN PABRIKASI PELUMAS DAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 191 TAHUN 2014 TENTANG PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN DAN HARGA JUAL ECERAN BAHAN BAKAR MINYAK

PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 01 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK BUM1 PADA SUMUR TUA

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGANGKUTAN GAS BUMI MELALUI PIPA

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGANGKUTAN MINYAK BUMI MELALUI PIPA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAHAN BAKAR. Minyak. Harga Jual Eceran.

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perubahan Kedua

1 of 6 18/12/ :12

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Gas Bumi. Pipa. Transmisi. Badan Usaha. Wilayah Jaringan. Kegiatan.

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usa

A.4.1. Izin Pemanfaatan Langsung Panas Bumi Lintas Daerah Kabupaten/Kota Dalam Satu Daerah Provinsi NO KOMPONEN URAIAN

2 Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain; Mengi

MENTERl ENERGi DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBUK INDONESIA. PERATURAN MENTERl ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR48 TAHUN 2017

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA NIAGA UMUM BBM/MINYAK BUMI/ HASIL OLAHAN

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGANGKUTAN BBG (CNG), LPG, LNG

PROSEDUR PENGAJUAN PERSETUJUAN PEMBANGUNAN & PENGOPERASIAN PIPA GAS BUMI UNTUK KEPENTINGAN SENDIRI

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 11, Tamb

2 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara R

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENYIMPANAN LPG (DENGAN FASILITAS BOTTLING PLANT)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T

2 Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4436) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pe

MENTERI ENEREI BAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLlK INDONESIA

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 4843); 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENYIMPANAN MINYAK BUMI, BBM DAN HASIL OLAHAN

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGANGKUTAN MINYAK BUMI, BBM DAN HASIL OLAHAN

2011, No Menetapkan : 2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 24/BC/2007 TENTANG MITRA UTAMA DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2013

PER - 35/PJ/2015 TATA CARA PEMUNGUTAN DAN PENYETORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS SELISIH KURANG HAR

GUBERNUR JAWA TENGAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENYIMPANAN BBG (CNG), LPG, LNG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PMK.02/2006 TENTANG

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGANGKUTAN LPG (DENGAN FASILITAS BOTTLING PLANT)

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan;

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lemba

PENGECEKAN REKOMENDASI IMPOR (Pemegang Izin Usaha Niaga Migas)

NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32/M-DAG/PER/8/ TENTANG UNIT PELAYANAN PERDAGANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan;

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 28/M-DAG/PER/6/2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5183); 4. Peraturan Pemerintah Nomor

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No dalam huruf b, perlu dibuat dalam bentuk Standar Pelayanan; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huru

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0044 TAHUN 2005.

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/M-DAG/PER/1/2008 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 142/PMK.02/2013 TENTANG

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLlK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG SERTIFIKASI PRODUK HASIL KELAUTAN DAN PERIKANAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 49/PMK.02/2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

bumi dalam rangka peldcsanaan pclayanan terpadu satu MENT ERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 3 - MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN TENTANG PELAYANAN TERPADU PERDAGANGAN. BAB I KETENTUAN UMUM

PROSEDUR PENGAJUAN DAN PENERBITAN IZIN USAHA PENGANGKUTAN CNG/LPG/LNG

Mengingat ; 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Impor Besi. Baja. Ketentuan Impor.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERDAGANGAN LUAR NEGERI : 10/DAGLU/PER/7/2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

bahwa dalam rangka meringankan beban masyarakat,

Transkripsi:

STANDARD OPERATING PROCEDURES (SOP) PEMBERIAN IZIN USAHA NIAGA BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL) Nomor : 01/SOP/DEB.02/2012 Tanggal : 14 Agustus 2012 Unit Eselon II : Direktorat Bioenergi Revisi : 00 I. Tujuan Memberikan panduan yang berfungsi sebagai acuan terkait dengan pelayanan pemberian Izin Usaha Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) oleh Direktorat Jenderal EBTKE kepada publik dalam rangka konsistensi dan standardisasi kinerja penyelesaian pekerjaan sesuai peraturan yang berlaku. II. Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi. 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik. 3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. 4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2005 Tentang Penyediaan dan Pendistribusian Jenis Bahan Bakar Minyak Tertentu. 5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara. 6. Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. 7. Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 Tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. 8. Peraturan Menterl Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 18 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja 1

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 9. Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 13483K/24/DJM/2006 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Jenis Biodiesel sebagai Bahan Bakar Lain yang Dipasarkan di Dalam Negeri. 10. Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Nomor 23204.K/10/DJM.S/2008 tentang Standar dan Mutu (Spesifikasi) Bahan Bakar Nabati (Biofuel) Jenis Bioetanol sebagai Bahan Bakar Lain yang Dipasarkan di Dalam Negeri. 11. Standar Nasional Indonesia (SNI) Biodiesel 04-7182-2006. 12. Standar Nasional Indonesia (SNI) Bioetanol Terdenaturasi untuk Gasohol 7390:2008. 13. Berita Acara Serah Terima Pengelolaan Urusan Energi Baru dan Bioenergi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Tanggal 24 Agustus 2010. III. Ruang Lingkup Penyusunan prosedur kerja dalam bentuk standard operating procedures (SOP) ini meliputi langkah-langkah yang harus dilakukan oleh pejabat yang berwenang agar proses pelayanan dalam rangka penerbitan Izin Usaha Niaga Bahan Bakar Nabati dapat dilakukan dengan transparan dan menjaga kualitas pelayanan publik dalam hal penerbitan izin usaha yang dimaksud. SOP ini diberlakukan secara internal di lingkungan Direktorat Jenderal EBTKE dalam rangka kejelasan teknis pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pejabat yang berwenang di Direktorat Jenderal EBTKE, sedangkan pengaturan yang terikat langsung dengan masyarakat tetap diberlakukan dasar hukum sebagaimana tercantum pada bagian ke-ii di atas. Pemberian Izin Usaha Niaga Bahan Bakar Nabati ini dilakukan berdasarkan amanat Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 32 tahun 2008 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain yang mewajibkan Badan Usaha yang melakukan kegiatan usaha hilir Bahan Bakar Nabati harus memiliki izin usaha niaga. Berkaitan dengan hal tersebut maka Direktorat Jenderal EBTKE sebagai institusi yang memiliki wewenang, tugas dan tanggung jawab terhadap penerbitan izin usaha ini memberikan pelayanan publik yang efektif dan efisien demi tercapainya lingkungan usaha hilir Bahan Bakar Nabati yang wajar, adil, dan transparan. 2

IV. Definisi 1. Direktorat Jenderal EBTKE adalah Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi, yaitu Direktorat Jenderal di Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral yang tugas dan tanggung jawabnya meliputi kegiatan usaha di bidang bioenergi/bahan Bakar Nabati. 2. Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain adalah bahan bakar yang berasal dari bahan-bahan nabati dan/atau dihasilkan dari bahan-bahan organik lain, yang ditataniagakan sebagai bahan bakar lain. 3. Kegiatan Usaha Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) adalah kegiatan usaha untuk menyediakan dan/atau mendistribusikan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) meliputi kegiatan pembelian, penjualan, pengolahan, ekspor, dan/atau impor serta pengangkutan dan penyimpanannya sampai dengan pemasaran Bahan Bakar Nabati (Biofuel) ke konsumen akhir. 4. Badan Usaha adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang menjalankan jenis usaha yang bersifat tetap, terus menerus, dan didirikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku serta bekerja dan berkedudukan dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 5. Izin Usaha Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) adalah izin yang diberikan kepada Badan Usaha untuk melakukan kegiatan usaha niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel). V. Penanggung Jawab Direktur Bioenergi c.q. Kepala Subdirektorat Pelayanan dan Pengawasan Usaha Bioenergi. VI. Prosedur Prosedur pengajuan Izin Usaha Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) adalah sebagaimana bagan alir terlampir. 3

VII. Penjelasan Kegiatan 1. Badan Usaha mengajukan permohonan Izin Usaha Niaga Bahan Bakar Nabati kepada Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral c.q. Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi dengan melampirkan persyaratan administrasi dan teknis yang ditentukan. Permohonan akan diproses lebih lanjut apabila persyaratan yang disampaikan dinyatakan lengkap dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan. Seluruh dokumen permohonan akan dikembalikan jika persyaratan tidak lengkap. Badan Usaha dapat mengajukan permohonan kembali dengan melengkapi seluruh permohonan yang ditentukan. 2. Persyaratan administratif dan teknis yang sudah lengkap dari Badan Usaha akan dilakukan penilaian dan evaluasi oleh Direktorat Jenderal EBTKE. Persyaratan administrasi dan teknis untuk mengajukan Izin Usaha Niaga Bahan Bakar Nabati sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut: a. Persyaratan Administrasi: 1) Akte Pendirian Badan Usaha dengan lingkup usaha bidang energi dan perubahannya yang telah mendapatkan pengesahan dari instansi yang berwenang; 2) Biodata Badan Usaha (Company Profile); 3) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP); 4) Surat Tanda Daftar Perusahaan (TDP); 5) Surat Keterangan Domisili Perusahaan (yang masih berlaku); 6) Surat Penyataan tertulis di atas materai mengenai kesanggupan memenuhi ketentuan peraturan perundangundangan; 7) Surat Pernyataan tertulis di atas materai mengenai kesediaan dilakukan inspeksi di lapangan oleh Direktorat Jenderal EBTKE. 4

b. Persyaratan Teknis: 1) Sumber perolehan bahan baku/bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain yang diusahakan; 2) Data standar dan mutu (spesifikasi) Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain yang akan diniagakan; 3) Nama dan merek dagang Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain untuk retail; 4) Informasi Kelayakan Usaha; 5) Surat pernyataan tertulis di atas materai mengenai kemampuan penyediaan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain; 6) Surat Pernyataan secara tertulis dinatas materai kesanggupan untuk memenuhi aspek keselataman dan kesehatan kerja serta pengelolaan lingkungan hidup. 3. a. Apabila dokumen yang disampaikan tidak lengkap, Petugas langsung mengembalikan surat permohonan beserta seluruh lampirannya kepada Badan Usaha untuk dilengkapi. b. Apabila dokumen yang disampaikan sudah lengkap, Petugas menyampaikan kepada Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi yang kemudian oleh Direktur Jenderal didisposisikan kepada Direktur Bioenergi. 4. Apabila dokumen yang disampaikan sudah lengkap maka Direktur Bioenergi memberikan disposisi kepada Kepala Subdit Pelayanan dan Pengawasan Usaha Bioenergi. 5. Subdit Pelayanan dan Pengawasan Usaha Bioenergi melakukan evaluasi kebenaran masing-masing dokumen dalam surat permohonan dan terhadap kesesuaian antara kegiatan yang akan dilakukan dengan izin yang dimohonkan. 6. a. Apabila terdapat data yang tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan maka dibuatkan konsep surat dari Direktur Bioenergi kepada Badan Usaha untuk memperbaiki data yang tidak memenuhi. b. Apabila data telah memenuhi persyaratan yang tetah ditentukan dan sesuai dengan peruntukkan permohonan izin usahanya maka dibuatkan konsep surat dari Direktur Bioenergi kepada Badan Usaha untuk melakukan presentasi dan klarifikasi terhadap data administrasi dan teknis terhadap kegiatan usaha yang akan dilakukan. 5

7. Apabila terdapat data yang tidak memenuhi persyaratan maka Direktur Bioenergi mengirimkan surat kepada Badan Usaha untuk memperbaiki data dan menenuhi kelengkapan persyaratan dalam surat permohonan izin tersebut. 8. Badan usaha melakukan perbaikan terhadap data dalam surat permohonan Izin Usaha Niaga Bahan Bakar Nabati tersebut. 9. Badan usaha melakukan perbaikan terhadap data yang masih belum lengkap. 10. Apabila data telah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan maka Direktur Bioenergi mengirimkan surat kepada Badan Usaha untuk melakukan presentasi dan klarifikasi terhadap data administrasi dan teknis terhadap kegiatan usaha niaga Bahan Bakar Nabati. 11. Badan Usaha menyusun bahan presentasi yang akan disampaikan. 12. Badan Usaha melakukan presentasi dan klarifikasi terhadap data administrasi dan teknis kepada Direktorat Jenderal EBTKE yang juga melibatkan beberapa instansi terkait lainnya. 13. a. Apabila hasil berita cara presentasi dan klarifikasi terdapat perbaikan dokumen yang masih perlu diperbaikan maka diberikan kesempatan kepada Badan Usaha untuk memperbaiki kembali dokumen dimaksud. b. Apabila hasil berita cara presentasi dan klarifikasi seluruh dokumen telah sesuai dengan persyaratan dalam kegiatan usahanya maka disusun konsep surat untuk peninjauan lokasi dalam rangka pemeriksaan kesesuaian data administrasi dan teknis serta informasi mengenai rencana Badan Usaha. 14. Apabila hasil berita cara presentasi dan klarifikasi terdapat perbaikan dokumen yang masih perlu diperbaikan maka Badan Usaha mengirimkan kembali data yang telah diperbaiki sesuai berita acara presentasi dan klarifikasi. 15. Apabila hasil berita cara presentasi dan klarifikasi seluruh dokumen telah sesuai dengan persyaratan maka Direktur Bioenergi mengirimkan surat dan menugaskan staf untuk melakukan peninjauan lokasi dalam rangka pemeriksaan kesesuaian data administrasi dan teknis serta informasi mengenai rencana Badan Usaha serta klarifikasi visual langsung di lokasi Badan Usaha sesuai yang disampaikan dalam permohonan izin usahanya. 16. Peninjauan lokasi dan fasilitas dibuktikan dengan Berita Acara. 17. Subdit Pelayanan dan Pengawasan Usaha Bioenergi menyusun konsep Izin Usaha Niaga Bahan Bakar Nabati. 6

18. Direktur Bioenergi mengesahkan konsep Izin Usaha Niaga Bahan Bakar Nabati dan disampaikan kepada Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi untuk disetujui. 19. Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi menyetujui dan menerbitkan Izin Usaha Niaga Bahan Bakar Nabati. VIII. Lampiran Disahkan Oleh: Direktur Bioenergi Ir. Maritje Hutapea NIP. 195712061983032001 7

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) PEMBERIAN IZIN USAHA NIAGA BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL) Nomor : 01/SOP/DEB.02/2012 Tanggal : 14 Agustus 2012 Unit : Direktorat Bioenergi Revisi : 00 Pelaku Kegiatan Badan Usaha mulai Dirjen EBTKE 1 1. Permohonan Izin Niaga BBN 3a tidak Subdit Pelayanan dan Pengawasan Usaha Bioenergi Direktur Bioenergi Waktu Pemeriksaan Data oleh Petugas 2 1 hari kerja memenuhi 3b ya 2. Evaluasi Kelengkapan dan Kebenaran Dokumen 3. Presentasi dan Klarifikasi dokumen Surat Disposisi 9 4 8 Perbaikan Dokumen Bahan Presentasi Evaluasi Dokumen 10 hari kerja 5 7 Surat Undangan Presentasi 10 tidak 6a memenuhi 6b ya Presentasi & Klarifikasi Data 11 1 hari kerja 12 4. Perbaikan dokumen 13a tidak Perbakan Dokumen 5. Peninjauan Lokasi 15 10 hari kerja ya 14 Peninjauan Lokasi Kesesuaian Dokumen & Kegiatan Usaha 13b Surat Peninjauan Lokasi 1 s.d 3 hari kerja

STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) PEMBERIAN IZIN USAHA NIAGA BAHAN BAKAR NABATI Nomor : 01/SOP/DEB/02/2012 Tanggal : 14 Agustus 2012 Unit : Direktorat Bioenergi Revisi : 00 Pelaku Kegiatan Badan Usaha Dirjen EBTKE Direktur Bioenergi Subdit Pelayanan dan Pengawasan Usaha Bioenergi 16 Penyusunan Konsep Izin Usaha Izin Usaha 6. Penerbitan Izin Usaha Niaga BBN 18 19 Waktu Konsep Izin Usaha 17 Maksimal 5 hari kerja