PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

dokumen-dokumen yang mirip
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN AKREDITASI Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan. Nomor 4301); DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.15, 2008 LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Diklat. Pedoman. Pencabutan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA. Akreditasi. Pelatihan. Swasta. Penyelenggaraan. Pedoman. Pencabutan.

2015, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 2. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2010

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 15 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 7 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan

Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah (LPPKS)

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 8 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG URUSAN PEMERINTAH DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP YANG DAPAT DIDEKONSENTRASIKAN

2016, No Nomor 544); 4. Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 15 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Pembinaan Penyelenggaraan Pendid

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No d. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 54 Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2010 tentang Penelitian dan Pengembangan, serta Pendidika

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.09/MEN/2008 TENTANG

FORMULIR PENILAIAN SETIAP KOMPONEN AKREDITASI DIKLAT SANDI

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 193/XIII/10/6/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR: 13 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBINAAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TEKNIS

- 1 - BAB I PENDAHULUAN

2 Mengingat Golongan I, Golongan II, dan Golongan III Yang Diangkat Dari Tenaga Honorer Kategori 1 dan/atau Kategori 2; c. bahwa pedoman sebagaimana d

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2007 TENTANG

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2013, No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEPUTUSAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR : 6 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL

PETUNJUK PELAKSANAAN SERTIFIKASI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN CAL ON PEJABAT FUNGSIONAL PERANCANG PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NOMOR: 38 TAHUN 2016

KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA,

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP TENTANG LABORATORIUM LINGKUNGAN.

a. bahwa penyelenggaraan kearsipan nasional khususnya pembentukan Tim Penilai Arsiparis perlu di lakukan oleh tenagatenaga

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG

2016, No Peraturan Presiden Nomor 57 Tahun 2013 tentang Lembaga Administrasi Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 12

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN FUNGSIONAL ASSESSOR SUMBER DAYA MANUSIA APARATUR

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 032 TAHUN 2014 TENTANG

2015, No Mengingat : Pemerintah Penyelenggara Pendidikan Dan Pelatihan Teknis masih terdapat kekurangan dan belum dapat menampung perkembangan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA,

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT NOMOR 52 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENJENJANGAN JABATAN FUNGSIONAL SANDIMAN

> MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PERIZINAN PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.20/Menhut-II/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN,

2011, No Mengingat : 1. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Dal

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN HUBUNGAN KEMITRAAN MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG SENTRALISASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEGAWAI APARATUR SIPIL NEGARA DI KABUPATEN SERANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 101 TAHUN 2000 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA,

BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR: PER 1274/K/JF/2010 TENTANG

ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,

2016, No Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor 14 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Administrasi Negara (Berita

LEMBAGA SANDI NEGARA PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

MEMUTUSKAN: BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1994 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 02 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM ADIWIYATA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan Pertolongan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 267, Tamba

2012, No.1251 BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG AUDIT LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2013, No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PEMULIHAN LAHAN TERKONTAMINASI LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: 14 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL WIDYAISWARA DAN ANGKA KREDITNYA

PEDOMAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS RADIASI BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN KEPALA LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

-2- Pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah terdiri atas pembinaan dan pengawasan umum serta pembinaan dan pengawasan te

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 149 TAHUN 2015 TENTANG TUNJANGAN KINERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN LUAR NEGERI

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SANDIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 26 TAHUN 09 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan kompetensi Pegawai Negeri Sipil, Pemerintah dan pemerintah daerah menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang lingkungan hidup; b. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 9 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 07 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, penyelenggaraan di bidang lingkungan hidup dilaksanakan sesuai dengan norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan di bidang Lingkungan Hidup; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3699); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 04 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 04 Nomor 5, Tambahan Lembaran 1

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor Tahun 08 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 04 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 08 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Repulik Indonesia Nomor 3547); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 00 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 00 Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4019); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 07 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 07 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 7. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 05 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 06; MEMUTUSKAN : Menetapkan : PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan: 1. Pendidikan dan pelatihan di bidang lingkungan hidup yang selanjutnya disebut lingkungan hidup adalah proses penyelenggaraan belajar mengajar dalam rangka meningkatkan kemampuan Pegawai Negeri Sipil dalam pengelolaan lingkungan hidup. 2. Pengelolaan lingkungan hidup adalah proses kegiatan berupa perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian, monitoring 2

dan evaluasi guna meningkatkan kompetensi/kemampuan PNS di bidang lingkungan hidup dalam suatu tugas secara efektif dan efisien. 3. Pembinaan lingkungan hidup adalah kegiatan yang dilakukan agar penyelenggaraan dan capaian kinerja sesuai dengan standar kualitas dan sasaran yang ditetapkan. 4. Instansi pembina lingkungan hidup yang selanjutnya disebut Instansi pembina adalah unit kerja di Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang secara fungsional bertanggung jawab dalam koordinasi, pengaturan, penyelenggaraan, pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup. 5. Instansi pembina jabatan fungsional bidang lingkungan hidup adalah unit kerja di Kementerian Negara Lingkungan Hidup yang bertanggung jawab atas pembinaan jabatan fungsional menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 6. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah pegawai sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999. 7. Widyaiswara adalah PNS yang diangkat sebagai pejabat fungsional oleh pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab untuk mendidik, mengajar, dan/atau melatih pada lembaga pemerintah. 8. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai tujuan. 9. teknis bidang lingkungan hidup adalah untuk melengkapi pencapaian persyaratan kompetensi teknis yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas PNS. 10. fungsional bidang lingkungan hidup adalah untuk melengkapi persyaratan kompetensi jabatan fungsional yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas PNS. 11. Akreditasi adalah penilaian kelayakan lembaga pemerintah dalam menyelenggarakan program tertentu yang ditetapkan dalam surat keputusan dan sertifikat akreditasi oleh instansi pembina.. Lembaga terakreditasi adalah unit penyelenggara yang mendapatkan surat keputusan dan sertifikat akreditasi dari instansi pembina untuk penyelenggaraan teknis dan fungsional. 13. Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang PNS dan non PNS di bidang lingkungan hidup berupa wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas dan jabatannya. 14. Jabatan fungsional adalah jabatan-jabatan fungsional tertentu sesuai dengan ketentuan keputusan menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara. 15. Pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3

Pasal 2 (1) Peraturan Menteri ini bertujuan untuk memberikan pedoman bagi Pemerintah dan pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang lingkungan hidup. (2) bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap untuk dapat melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi kepribadian dan etika PNS dan/atau profesi sesuai dengan kebutuhan. Pasal 3 Ruang lingkup yang diatur dalam Peraturan Menteri ini meliputi kegiatan: a. identifikasi kebutuhan ; b. jenis dan jenjang ; c. peserta ; d. kurikulum dan metode ; e. tenaga pengajar; f. sarana dan prasarana ; g. penyelenggara ; h. surat keterangan ; i. pemantauan, evaluasi, dan pelaporan penyelenggaraan; j. sistem informasi ; k. pengelola lembaga ; dan l. akreditasi. BAB II IDENTIFIKASI KEBUTUHAN DIKLAT Pasal 4 (1) Lembaga lingkungan hidup instansi Pemerintah dan/atau pemerintah daerah melakukan identifikasi kebutuhan lingkungan hidup. (2) Identifikasi kebutuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mempertimbangkan: a. identifikasi peran dan fungsi lembaga; b. evaluasi kondisi sumber daya manusia; c. analisis kesenjangan; dan d. perencanaan sumber daya manusia. (3) Identifikasi kebutuhan kebutuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai dasar bagi lembaga lingkungan hidup instansi Pemerintah dan/atau pemerintah daerah dalam menyusun rencana tahunan kebutuhan lingkungan hidup. (4) Rencana tahunan kebutuhan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Instansi Pembina sebagai bahan penyusunan rencana identifikasi kebutuhan lingkungan hidup nasional. (5) Instansi Pembina dapat memberikan bantuan konsultasi kepada setiap lembaga lingkungan hidup dalam menyusun rencana tahunan kebutuhan lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (3). 4

BAB III JENIS DAN JENJANG DIKLAT LINGKUNGAN HIDUP Pasal 5 (1) lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan jenis dan/atau jenjang. (2) Jenis dan/atau jenjang lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan kompetensi yang akan dicapai. Pasal 6 (1) Jenis lingkungan hidup antara lain meliputi: a. teknis terdiri atas: 1. teknis substansi; 2. teknis manajemen; dan 3. teknis berdasarkan kebutuhan. b. fungsional bidang lingkungan hidup. (2) Jenis dan/atau jenjang lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan dengan memperhatikan tugas dan tanggung jawab peserta diklat. Pasal 7 teknis substansi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a angka 1 antara lain meliputi : a. dasar-dasar pengelolaan lingkungan hidup; b. pengendalian pencemaran udara; c. pengelolaan bahan berbahaya dan beracun dan limbah bahan berbahaya dan beracun; d. pengelolaan dan pengendalian pencemaran air; e. peningkatan konservasi sumber daya alam dan pengendalian kerusakan lingkungan hidup; f. pengelolaan tata lingkungan hidup; dan g. penilaian analisis mengenai dampak lingkungan hidup dan penyusunan analisa mengenai dampak lingkungan. Pasal 8 teknis manajemen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a angka 2 antara lain meliputi : a. sistem informasi geografi; b. valuasi ekonomi lingkungan dan sumber daya alam; c. kajian lingkungan hidup strategis; dan d. alternatif penyelesaian sengketa lingkungan hidup. 5

Pasal 9 (1) teknis berdasarkan kebutuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a angka 3 diselenggarakan sesuai dengan tujuan dan sasaran lingkungan hidup. (2) teknis berdasarkan kebutuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi : a. penegakan hukum lingkungan hidup; b. kebijakan pengelolaan lingkungan hidup; c. penyusunan dan perancangan peraturan perundang-undangan lingkungan hidup; dan d. penilai analisis mengenai dampak lingkungan bagi pengambil keputusan. Pasal 10 (1) fungsional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b merupakan strategis yang diselenggarakan untuk memenuhi dan meningkatkan kompetensi PNS yang akan dan/atau telah menduduki jabatan fungsional. (2) fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain meliputi : a. pengendali dampak lingkungan hidup; b. pengawas lingkungan hidup; c. pemantauan kualitas lingkungan hidup; dan d. penyidik pegawai negeri sipil lingkungan hidup. (3) Jenjang fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 11 Kepala instansi pembina dapat menetapkan rincian jenis lingkungan hidup di luar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 sampai dengan Pasal 10. BAB IV PESERTA DIKLAT LINGKUNGAN HIDUP Pasal (1) lingkungan hidup diikuti oleh peserta diklat dalam rangka memenuhi persyaratan kompetensi untuk pemantapan pelaksanaan tugas dan fungsi di bidang lingkungan hidup. (2) Peserta lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan sesuai persyaratan peserta dengan memperhatikan pengembangan karir sumber daya manusia yang bersangkutan. (3) Persyaratan peserta untuk masing-masing lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan pedoman diklat teknis yang ditetapkan oleh kepala instansi pembina. 6

BAB V KURIKULUM DAN METODE DIKLAT Pasal 13 (1) Pendidikan dan pelatihan di bidang lingkungan hidup dilaksanakan berdasarkan kurikulum di bidang pengelolaan lingkungan hidup. (2) Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat: a. standar kompetensi; b. kompetensi dasar; c. metode ; d. jam pelajaran; e. media pembelajaran; dan f. alat bantu. (3) Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dan ditetapkan oleh kepala instansi pembina. (4) Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun dengan melibatkan instansi terkait. Pasal 14 (1) Pemerintah daerah dapat menyusun dan menetapkan muatan/kearifan lokal sebagai tambahan materi ajar dalam kurikulum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13. (2) Penyusunan muatan/kearifan lokal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh lembaga lingkungan hidup daerah yang terakreditasi dengan berkoordinasi dengan instansi terkait di bidang lingkungan hidup daerah. Pasal 15 (1) Kurikulum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) disusun sesuai dengan standar kompetensi yang akan dicapai. (2) Standar kompetensi teknis substansi dan manajerial ditetapkan oleh instansi pembina. (3) Standar kompetensi fungsional ditetapkan oleh Menteri. Pasal 16 (1) Metode penyelenggaraan lingkungan hidup dapat diselenggarakan secara : a. klasikal; atau b. non klasikal. (2) Metode klasikal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan tatap muka. (3) Metode non klasikal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan di alam terbuka, tempat kerja, dan/atau melalui internet. Pasal 17 (1) Pendekatan dan metode pengajaran lingkungan hidup disusun sasaran jenis bagi orang dewasa (andragogi). 7

(2) Pendekatan dan metode pengajaran lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara antara lain: a. ceramah; b. diskusi; c. studi banding; d. studi kasus; e. simulasi; dan/atau f. belajar dengan menggunakan media. (3) Selain metode pengajaran lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat ditambahkan metode spesifik antara lain dalam bentuk: a. praktik, latihan, dan/atau laboratorium; b. pengamatan lapangan; c. penggunaan sistem informasi geografis; dan/atau d. bermain peran. BAB VI TENAGA PENGAJAR Pasal 18 (1) Lembaga harus mendayagunakan widyaiswara dan/atau tenaga pengajar di lingkungan lembaga yang bersangkutan. (2) Dalam hal widyaiswara dan/atau tenaga pengajar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tersedia sesuai dengan bidangnya, lembaga dapat menggunakan widyaiswara dan/atau tenaga pengajar lain di luar lembaga penyelenggara lingkungan hidup yang mempunyai kompetensi sesuai dengan keahliannya. (3) Widyaiswara dan/atau tenaga pengajar lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mempunyai sertifikat lingkungan hidup bagi pengajar (Training of Trainers) dari lembaga lingkungan hidup yang terakreditasi. BAB VII SARANA DAN PRASARANA DIKLAT Pasal 19 (1) Sarana dan prasarana lingkungan hidup dipersiapkan sesuai dengan tujuan, sasaran program, dan materi yang bersangkutan. (2) Sarana dan prasarana lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : a. Sarana 1. papan tulis; 2. flip chart; 3. overhead projector; 4. tv dan video; 5. kaset, perekam; 6. buku pegangan; 7. sound system; 8. komputer; dan 8

9. teknologi multimedia. b. Prasarana 1. ruang kelas; 2. ruang diskusi; 3. ruang seminar; 4. ruang kantor; 5. ruang internet; 6. perpustakaan; 7. laboratorium; dan 8. asrama. (3) Lembaga penyelenggara lingkungan hidup dapat mendayagunakan sarana dan prasarana lembaga lingkungan hidup lainnya. BAB VIII PENYELENGGARAAN DIKLAT LINGKUNGAN HIDUP Pasal (1) Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan/atau pemerintah daerah kabupaten/kota dapat menyelenggarakan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a. (2) Penyelenggaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan sendiri, dikontrakkan, dan/atau kerja sama. (3) Penyelenggaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilaksanakan oleh lembaga yang telah terakreditasi. Pasal 21 (1) Kementerian Negara Lingkungan Hidup sebagai Instansi pembina jabatan fungsional, menyelenggarakan fungsional lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf b dan Pasal 9. (2) Penyelenggaraan fungsional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilaksanakan melalui kerjasama dengan lembaga Pemerintah, pemerintah provinsi, dan/atau pemerintah kabupaten/kota. BAB IX SURAT KETERANGAN DIKLAT Pasal 22 (1) Peserta yang telah menyelesaikan program dan memenuhi persyaratan diberikan surat tanda tamat pendidikan dan pelatihan (STTPP) bagi berjenjang atau sertifikat bagi peserta tidak berjenjang. (2) Peserta yang telah menyelesaikan program dan memenuhi persyaratan serta menunjukkan prestasi luar biasa dapat diberikan penghargaan dalam bentuk piagam. 9

(3) STTPP atau sertifikat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditandatangani oleh kepala lembaga penyelenggara diklat. (4) Apabila penyelenggaraan dilakukan melalui kerjasama, STTPP atau sertifikat ditandatangani oleh para pihak. BAB X PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN Pasal 23 (1) Instansi pembina melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan lingkungan hidup yang telah dilaksanakan oleh lembaga atau unit pengelola lingkungan hidup. (2) Lembaga atau unit pengelola lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus: a. melakukan evaluasi terhadap program, pelaksanaan, widyaiswara, peserta, dan alumni; dan b. menyampaikan laporan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam huruf a kepada Instansi pembina. BAB XI SISTEM INFORMASI DIKLAT Pasal 24 (1) Instansi pembina dan lembaga lingkungan hidup mengembangkan sistem informasi lingkungan hidup. (2) Sistem informasi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan media informasi pada penyelenggara yang memuat : a. jenis, jenjang dan program ; b. kepesertaan dalam suatu program ; c. kalender penyelenggara program ; d. widyaiswara; e. sumber daya manusia penyelenggara ; f. sarana dan prasarana ; g. bahan dan/atau modul-modul ; h. lembaga yang terakreditasi; dan i. alumni. (3) Lembaga lingkungan hidup yang terakreditasi menyampaikan informasi lingkungan hidup di lembaganya kepada Instansi pembina sebagai bahan pengembangan sistem informasi lingkungan hidup. (4) Informasi lingkungan hidup yang dikelola oleh lembaga lingkungan hidup dan Instansi pembina dapat diakses oleh setiap lembaga lingkungan hidup. 10

BAB XII PENGELOLA LEMBAGA DIKLAT LINGKUNGAN HIDUP Pasal 25 (1) Lembaga lingkungan hidup dikelola oleh pengelola lembaga yang mempunyai sertifikat pengelola (Management Of Training) dan sertifikat penyelenggara (Training Officers Course). (2) Pengelola lembaga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempunyai tugas dan fungsi mengelola serta mengembangkan kapasitas kelembagaan, program, sumber daya manusia penyelenggara, dan tenaga pengajar. (3) Pengembangan kapasitas kelembagaan, program, sumber daya manusia penyelenggara, dan tenaga pengajar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilaksanakan melalui kerjasama dengan lembaga lainnya. BAB XIII AKREDITASI Pasal 26 (1) Menteri berwenang memberikan akreditasi penyelenggaraan lingkungan hidup kepada lembaga lingkungan hidup. (2) Akreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dalam bentuk sertifikat akreditasi. (3) Akreditasi penyelenggaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi penilaian unsur: a. tenaga kediklatan yang terdiri atas: 1. pengelola lembaga lingkungan hidup; dan 2. widyaiswara/tenaga pengajar. b. program lingkungan hidup yang terdiri atas: 1. kurikulum; 2. bahan ; 3. metode ; 4. jangka waktu pelaksanaan program ; 5. peserta ; dan 6. panduan. c. fasilitas yang terdiri atas: 1. sarana ; 2. prasarana. (4) Akreditasi penyelenggaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan prosedur akreditasi sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. 11

BAB XIV PEMBIAYAAN DIKLAT Pasal 27 (1) Pembiayaan pelaksanaan bersumber dari: a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk teknis dan fungsional yang diselenggarakan Kementerian Negara Lingkungan Hidup. b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk teknis yang diselenggarakan pemerintah daerah provinsi atau kabupaten/kota; dan. c. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) untuk berdasarkan kebutuhan. (2) Selain sumber pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pembiayaan dapat berasal dari sumber lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (3) Penyusunan dan penggunaan pembiayaan program dilakukan oleh Lembaga sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan dengan memperhatikan prinsip efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan. BAB V KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 28 Ketentuan dalam Peraturan Menteri ini berlaku juga bagi penyelenggaraan lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh lembaga lingkungan hidup non pemerintah. BAB V KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal: 3 Juli 09 MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, ttd Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, RACHMAT WITOELAR ttd Ilyas Asaad.

A. Pengelola Lembaga FORMULIR PENILAIAN AKREDITASI Lampiran Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 26 Tahun 09 Tanggal : 3 Juli 09 No Indikator Penilaian Kriteria Penilaian Nilai 1. Kompetensi pimpinan a. 80% ke atas memiliki 30 penyelenggaraan Jumlah Pimpinan penyelenggara sertifikat MoT b. 60 % s.d 80 % sertifikat 24 yang memiliki sertifikat Management of Training (MOT) MoT c. 40 % s.d 60% memiliki sertifikat 18 2. Kompetensi penyelenggaraan Jumlah penyelenggara yang memiliki sertifikat Training Officer Course (TOC) 3. Pengalaman menyelenggarakan Pengalaman dalam menyelenggarakan sejenis d. % s.d 40% memiliki sertifikat e. 0% s.d % memiliki sertifikat a. 80% ke atas memiliki sertifikat TOC b. 60 % s.d 80 % sertifikat TOC c. 40 % s.d 60% memiliki sertifikat TOC d. % s.d 40% memiliki sertifikat TOC e. 0% s.d % memiliki sertifikat TOC a. 9 kali atau lebih menyelenggarakan sejenis b. 7 s.d 9 kali menyelenggarakan sejenis 6 30 24 18 6 16 1

4. Pembagian tugas dan tanggung jawab Kejelasan pembagian tugas dan tanggung jawab di antara pengelola dan penyelenggara c. 5 s.d 7 kali menyelenggarakan sejenis d. 3 s.d 5 kali menyelenggarakan sejenis e. 0 s.d 3 kali menyelenggarakan sejenis a. 80 % ke atas memiliki kejelasan pembagian tugas dan tanggung jawab b. 60% s.d 80% memiliki kejelasan pembagian tugas dan tanggung jawab c. 40% s.d 60% memiliki kejelasan pembagian tugas dan tanggung jawab d. % s.d 40% memiliki kejelasan pembagian tugas dan tanggung jawab e. 0% s.d % memiliki kejelasan pembagian tugas dan tanggung jawab 8 4 16 8 4 B. Widyaiswara No Indikator Penilaian Kriteria Penilaian Nilai 1. Pendidikan Formal a. 80% ke atas sesuai dengan Kesesuaian pendidikan formal dengan mata yang diampu mata yang diampu b. 60% s.d 80% sesuai dengan mata yang diampu 16 c. 40% s.d 60% sesuai dengan mata yang diampu d. % s.d 40% sesuai dengan mata yang diampu 8 2

2. Kompetensi Widyaiswara Jumlah Widyaiswara yang memiliki sertifikat training of trainers (ToT) 3. Pengalaman mengajar Relevansi pengalaman mengajar Widyaiswara dengan program yang diselenggarakan 4. Bidang Spesialisasi Relevansi bidang spesialisasi Widyaiswara dengan mata untuk program yang diselenggarakan e. 0% s.d % sesuai dengan mata yang diampu a. 80% ke atas memiliki sertifikat ToT b. 60% s.d 80% memiliki sertifikat ToT c. 40% s.d 60% memiliki sertifikat ToT d. % s.d 40% memiliki sertifikat ToT e. 0% s.d % memiliki sertifikat ToT a. 80% keatas memiliki pengalaman mengajar yang relevan dengan Program yangdiselenggarakan b. 60% s.d 80% memiliki pengalaman mengajar yang relevan dengan Program yang diselenggarakan c. 40% s.d 60% memiliki pengalaman mengajar yang relevan dengan Program yang diselenggarakan d. % s.d 40% memiliki pengalaman mengajar yang relevan dengan Program yang diselenggarakan e. 0% s.d % memiliki pengalaman mengajar yang relevan dengan Program yang diselenggarakan a. 80% ke atas memiliki bidang spesialisasi yang relevan dengan mata untuk Program yang diselenggarakan 4 40 32 24 16 8 16 8 4 3

b. 60% s.d 80% memiliki bidang spesialisasi yang relevan dengan mata untuk program yang diselenggarakan c. 40% s.d 60% memiliki bidang spesialisasi yang relevan dengan mata untuk program yang diselenggarakan d. % s.d 40% memiliki bidang spesialisasi yang relevan dengan mata untuk program yang diselenggarakan e. 0% s.d % memiliki bidang spesialisasi yang relevan dengan mata untuk program yang diselenggarakan 16 8 4 C. Unsur Program 1. Kurikulum No Indikator Penilaian Kriteria Penilaian Nilai 1. Mata Kesesuaian mata a. 80% ke atas mata b. 60% s.d 80% mata c. 40% s.d 60%mata d. % s.d 40% mata 50 40 30 4

2. Hasil Belajar dan Indikator Hasil Belajar Kesesuaian hasil belajar dan indikator hasil belajar pada setiap mata dengan tujuan dan sasaran program 3 Materi Pokok Kesesuaian materi pokok pada setiap mata e. 0% s.d % mata a. 80 % ke atas hasil belajar b. 60% s.d 80% hasil belajar c. 40% s.d 60% hasil belajar d. % s.d 40% hasil belajar e. 0% s.d % hasil belajar a. 80% ke atas materi pokok b. 60% s.d 80% materi pokok c. 40% s.d 60% materi pokok d. % s.d 40% materi pokok e. 0% s.d % materi pokok 10 30 24 18 6 16 8 4 5

2. Bahan No Indikator Penilaian Kriteria Penilaian Nilai 1. Modul a. 80% ke atas modul sesuai 70 Kesesuaian Modul dengan tujuan dan sasaran program b. 60% s.d 80% modul sesuai 56 2 Handout Kesesuaian handout (naskah, materi presentasi, dan sejenisnya) dengan tujuan dan sasaran program c. 40% s.d 60% modul sesuai d. % s.d 40% modul sesuai e. 0%s.d % modul sesuai a. 80% ke atas modul sesuai b. 40% s.d 80% modul sesuai c. 40% s.d 60% modul sesuai d. % s.d 40% modul sesuai e. 0% s.d % modul sesuai 42 28 14 30 24 18 6 6

3. Metode No Indikator Penilaian Kriteria Penilaian Nilai 1. Kesesuaian metode a. Metode sangat 50 Kesesuaian metode b. Metode sesuai 40 2. Efektivitas metode Efektivitas metode dalam membangun interaksi antara peserta dengan Widyaiswara, dan antar sesama peserta c. Metode cukup d. Metode kurang e. Metode tidak sesuai a. 80% ke atas peserta menilai metode efektif dalam membangun interaksi antara peserta dengan widyaiswara dan antar peserta b. 60% s.d 80% peserta menilai metode efektif dalam membangun interaksi antara peserta dengan widyaiswara dan antar peserta c. 40% s.d 60% peserta menilai metode efektif dalam membangun interaksi antara peserta dengan widyaiswara dan antar peserta d. % s.d 40% peserta menilai metode efektif dalam 30 10 50 40 30 7

membangun interaksi antara peserta dengan widyaiswara dan antar peserta e. 0% s.d % peserta menilai metode efektif dalam membangun interaksi antara peserta dengan widyaiswara dan antar peserta 10 4. Jangka Waktu Pelaksanaan Program No Indikator Penilaian Kriteria Penilaian Nilai 1. Kesesuaian alokasi jumlah a. alokasi jumlah waktu 25 waktu dengan metode pembelajaran Kesesuaian alokasi jumlah waktu dengan metode pembelajaran yang digunakan pada setiap mata sangat sesuai dengan metode pembelajaran pada setiap mata b. alokasi jumlah waktu sesuai dengan metode pembelajaran pada setiap mata 2. Kesesuaian alokasi jumlah waktu dengan ruang lingkup mata Kesesuaian jumlah waktu dengan ruang lingkup setiap mata c. alokasi jumlah waktu cukup sesuai dengan metode pembelajaran pada setiap mata. d. alokasi jumlah waktu kurang sesuai dengan metode pembelajaran pada setiap mata e. alokasi jumlah waktu tidak sesuai dengan metode pembelajaran pada setiap mata a. Alokasi jumlah waktu sangat sesuai dengan metode pembelajaran pada setiap mata b. Alokasi jumlah waktu sesuai dengan metode pembelajaran pada setiap 15 10 5 25 8

mata 3. Kesesuaian alokasi jumlah waktu Kesesuaian alokasi jumlah waktu program c. Alokasi jumlah waktu cukup sesuai dengan metode pembelajaran pada setiap mata d. Alokasi jumlah waktu kurang sesuai dengan metode pembelajaran pada setiap mata e. Alokasi jumlah waktu tidak sesuai dengan metode pembelajaran pada setiap mata a. Alokasi jumlah waktu program sangat b. Alokasi jumlah waktu program sesuai c. Alokasi jumlah waktu program cukup d. Alokasi jumlah waktu program kurang e. Alokasi jumlah waktu program tidak 15 10 5 50 40 30 10 9

5. Peserta No Indikator Penilaian Kriteria Penilaian Nilai 1. Persyaratan Administratif a. Peserta sangat memenuhi 60 dan Akademis persyaratan administratif Kesesuaian peserta dan akademis dengan persyaratan administratif dan akademis masing-masing program b. Peserta memenuhi persyaratan administratif dan akademis 48 2. Jumlah Kesesuaian jumlah peserta dengan jumlah yang dipesyaratkan masing-masing program c. Peserta cukup memenuhi persyaratan administratif dan akademis d. Peserta kurang memenuhi persyaratan administratif dan akademis e. Peserta tidak memenuhi persyaratan administratif dan akademis a. Jumlah Peserta sangat memenuhi jumlah yang dipersyaratkan dalam tertentu b. JumlahPeserta memenuhi jumlah yang dipersyaratkan dalam tertentu c. Jumlah Peserta cukup memenuhi jumlah yang dipersyaratkan dalam tertentu d. Jumlah Peserta kurang memenuhi jumlah yang dipersyaratkan dalam tertentu e. Jumlah Peserta tidak memenuhi jumlah yang dipersyaratkan dalam tertentu 36 24 40 32 24 16 8 10

6. Panduan Pelaksanaan Program No Indikator Penilaian Kriteria Penilaian Nilai 1. Kelengkapan a. Muatan panduan sangat 40 Kelengkapan panduan pelaksanaan program dikaitkan dengan tujuan dan sasaran program lengkap dikaitkan dengan tujuan dan sasaran program b. Muatan panduan lengkap dikaitkan dengan tujuan dan sasaran program 32 2. Kejelasan Kejelasan panduan bagi peserta Widyaiswara dan penyelenggara c. Muatan panduan cukup lengkap dikaitkan dengan tujuan dan sasaran program d. Muatan panduan kurang lengkap dikaitkan dengan tujuan dan sasaran program e. Muatan panduan tidak lengkap dikaitkan dengan tujuan dan sasaran program a. Isi panduan sangat jelas bagi peserta Widyaiswara dan penyelenggara b. Isi panduan jelas bagi peserta Widyaiswara dan penyelenggara c. Isi panduan cukup jelas bagi peserta Widyaiswara dan penyelenggara d. Isi panduan kurang jelas bagi peserta Widyaiswara dan penyelenggara e. Isi panduan tidak jelas bagi peserta Widyaiswara dan penyelenggara 24 16 8 40 32 24 16 8 11

3. Kualitas Kualitas tampilan panduan pelaksanaan program a. Isi panduan sangat jelas bagi peserta Widyaiswara dan penyelenggara b. Isi panduan jelas bagi peserta Widyaiswara dan penyelenggara c. Isi panduan cukup jelas bagi peserta Widyaiswara dan penyelenggara d. Isi panduan kurang jelas bagi peserta Widyaiswara dan penyelenggara e. Isi panduan tidak jelas bagi peserta Widyaiswara dan penyelenggara 16 8 4 C. Unsur Fasilitas 1. Sarana No Indikator Penilaian Kriteria Penilaian Nilai 1. Ketersediaan a. sarana sangat 50 Ketersediaan sarana dalam mewujudkan hasil belajar dan indikator hasil belajar lengkap dalam mewujudkan hasil belajar dan indikator hasil belajar b. sarana lengkap dalam mewujudkan hasil belajar dan indikator hasil belajar 40 c. sarana cukup lengkap dalam mewujudkan hasil belajar dan indikator hasil belajar d. sarana kurang lengkap dalam mewujudkan hasil belajar dan indikator hasil belajar e. sarana tidak lengkap dalam mewujudkan hasil belajar 30 10

2. Kesesuaian Kesesuaian sarana dalam mewujudkan hasil belajar dan indikator hasil belajar dan indikator hasil belajar a. sarana sangat sesuai dalam mewujudkan hasil belajar dan indikator hasil belajar b. sarana sesuai dalam mewujudkan hasil belajar dan indikator hasil belajar c. sarana cukup sesuai dalam mewujudkan hasil belajar dan indikator hasil belajar d. sarana kurang sesuai dalam mewujudkan hasil belajar dan indikator hasil belajar e. sarana tidak sesuai dalam mewujudkan hasil belajar dan indikator hasil belajar 50 40 30 10 2. Prasarana No Indikator Penilaian Kriteria Penilaian Nilai 1. Ketersediaan a. Prasarana sangat 50 Ketersediaan prasarana untuk kebutuhan pelaksanaan program lengkap untuk kebutuhan pelaksanaan program b. Prasarana lengkap untuk kebutuhan pelaksanaan program 40 c. Prasarana cukup lengkap untuk kebutuhan pelaksanaan program 30 13

2. Kesesuaian Kesesuaian prasarana untuk kebutuhan pelaksanaan program d. Prasarana kurang lengkap untuk kebutuhan pelaksanaan program e. Prasarana tidak lengkap untuk kebutuhan pelaksanaan program a. Prasarana sangat sesuai untuk kebutuhan pelaksanaan program b. Prasarana sesuai untuk kebutuhan pelaksanaan program c. Prasarana cukup sesuai untuk kebutuhan pelaksanaan program d. Prasarana kurang sesuai untuk kebutuhan pelaksanaan program e. Prasarana tidak sesuai untuk kebutuhan pelaksanaan program 10 50 40 30 10 Salinan sesuai dengan aslinya Deputi MENLH Bidang Penaatan Lingkungan, ttd Ilyas Asaad MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, ttd RACHMAT WITOELAR 14