BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS MEKANISME PEMBAGIAN HASIL USAHA ANTARA PIHAK BMT DENGAN PIHAK NASABAH DAN ANALISIS KESESUIAN

BAB IV. Analisis Hasil Penelitian. A. Perhitungan Bagi Hasil Simpanan Mudharabah di KJKS BMT Nurussa adah

Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah di Baitul maal wat. 1. Prosedur Pembiayaan di BMT Surya Parama Arta

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG METODE BAGI HASIL DALAM PEMBIAYAAN MUDHARABAH. No.12, yang dimaksud pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah:

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Mekanisme Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Modal Kerja di KJKS Mitra

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Karakteristik Produk Simpanan Berjangka (Simka) / Deposito Mudharabah di KSPPS Arthamadina Banyuputih

BAB IV. ANALISIS IMPLEMENTASI FATWA DSN NO. 03/DSN-MUI/IV/2000 TENTANG DEPOSITO PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH di BMT MASJID AGUNG DEMAK

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. Flow-chart. Dimas Hidim, mahasiswa EPI C, Penjelasan alur/flow chat akad musyarakah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Koperasi Jasa Keuangan Syariah Baitul maal wat tamwil

BAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan

BAB IV. Analisa Hukum Islam Terhadap Penentuan Margin Pembiayaan Mud{a>rabah Mikro (Study Kasus Di BMT As-Syifa Taman Sidoarjo).

Hardiwinoto. Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Semarang.

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN PENGHITUNGAN BAGI HASIL. A. Analisis Bagi Hasil Pada Pembiayaan Mudharabah di PT BPR Syariah

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. operasional bisnisnya dengan sistem bagi hasil.

BAB V PEMBAHASAN. A. Kebijakan Harga Jual Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit

BAB 1 PENDAHULUAN. kenaikan yang baik. Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) seperti. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) dan Koperasi JASA Keuangan Syariah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah penulis laksanakan pada PT Bank

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. ANALISIS PENERAPAN SISTEM BAGI HASIL PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI KJKS CEMERLANG WELERI

BAB III PEMBAHASAN. antara kedua belah pihak yang salah satu dari keduannya memberikan modal

Created by Simpo PDF Creator Pro (unregistered version)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Penerapan Pembiayaan Mudharabah pada KJKS BMT Usaha

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

BAB IV ANALISIS MEKANISME AKAD MUDHARABAH PADA PRODUK SIMPANAN BERJANGKA DAN MUDHARABAH BERJANGKA DI UJKS BMT MITRA UMAT DAN UJKS BMT MINNA LANA

BAB I PENDAHULUAN. tabungan dan pembiayaan, Bank Syariah, Baitul Mal wat Tamwil (BMT),

ANALISIS PERBANDINGAN REVENUE AND PROFIT SHARING

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatkan kualitas perekonomian masyarakat, dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN. A. Implementasi Prinsip Mudharabah Muthlaqah pada BNI ib Deposito

BAB I PENDAHULUAN. Di samping itu, bank juga dikenal sebagai tempat untuk menukarkan uang,

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang

2) Membina masyarakat dengan mengadakan sosialisasisosialisasi BAB IV. mengenai perbankan syari ah bahwasanya bunga

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV. ANALISIS MEKANISME TRANSAKSI PRODUK DEPOSITO ib HASANAH DOLLAR PADA BNI SYARIAH PEKALONGAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Penerapan Akad Mudarabah di Koperasi Simpan Pinjam Pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. bagi hasil. Balas jasa atas modal diperhitungkan berdasarkan keuntungan atau

LAMPIRAN. Lampiran : Fatwa Dewan Syariah Nasional NO: 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi Untuk Reksa Dana Syariah.

BAB V PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Model Pembiayaan Akad Mudharabah Di BMT HARUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam linguistik, analisa atau analisis adalah kajian yang

MUD}A>RABAH di BMT NURUL JANNAH PETROKIMIA GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. Islam, seperti perbankan, reksadana, dan takaful. 1. Banking System, atau sistem perbankan ganda, di Indonesia.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENERAPAN SYARAT HASIL INVESTASI MINIMUM PADA PEMBIAYAAN MUDHARABAH UNTUK SEKTOR PERTANIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan adalah mekanisme pembagian keuntungannya. Pada bank syariah,

TINJAUAN KRITIS PEMBIAYAAN MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH MANDIRI SUMENEP

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang kelebihan dana (surplus unit) dan pihak yang membutuhkan. berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang

Pertemuan Minggu IX : Pembiayaan Syariah

BAB I PENDAHULUAN. beragama Islam, bank juga telah mengeluarkan sejumlah produk yang

ANALISIS PEMBIAYAAN MURABAHAH, MUDHARABAH, DAN MUSYARAKAH PADA BANK KALTIM SYARIAH DI SAMARINDA

diinginkan nasabah kepada pihak lainnya seperti kepada supplier yang Baitul māl wa tamwīl (BMT) Amanah Ummah cabang Sukoharjo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULAN. denganberkembangnya lembaga keuangan syariah. Sejak adanya undang. undang No 7 tahun 1992 yang kemudian direkomendasi oleh UU No.

BAB IV ANALISIS MODEL PERHITUNGAN NISBAH BAGI HASIL PADA SIMPANAN BERJANGKA (DEPOSITO) DI BMT LESTARI MUAMALAT SURADADI TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. hal Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil, Bandung: Pustaka Setia, 2013,

I. PENDAHULUAN. keberadaan bank sebagai lembaga keuangan telah bertansformasi menjadi dua

BAB V PENGAWASAN KEGIATAN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH 1

BAB I PENDAHULUAN. Raja Grafindo Persada, 2010, h Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta:PT

BAB III KONSEP EKONOMI ISLAM TENTANG BAGI HASIL. profit sharing. Profit dalam kaus ekonomi diartikan pembagian laba. Secara

PRODUK PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL

BAB IV ANALISIS PREFERENSI NASABAH TERHADAP SIMPANAN NUSA DAN SIMPANAN BERJANGKA MUDHARABAH

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini hampir semua kegiatan perekonomian. dilakukan oleh lembaga keuangan, misalnya bank, lembaga keuangan non bank,

BAB V PEMBAHASAN. A. Pengaruh Simpanan Sukarela terhadap Perhitungan Bagi Hasil BMT. Istiqomah Karangrejo Tulungagung

BAB I PENDAHULUAN. syariah prinsipnya berdasarkan kaidah al-mudharabah. Berdasarkan prinsip

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN MUD}A<RABAH BMT BINA UMMAT SEJAHTERA CABANG TUBAN

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan lembaga perbankan syariah didorong oleh adanya desakan kuat oleh

BAB II LANDASAN TEORI. kepastian dana pendidikan anak sesuai rencana untuk setiap cita-cita yang

BAB IV PEMBAHASAN. ( Data Jumlah Pembiayaan kantor cabang Gunungpati II tahun )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kehadiran bank syariah ditengah-tengah perbankan konvensional

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana, sedangkan bank

BAB IV. Pengelolaan Pembiayaan Mudharabah dalam Modal Kerja di BMT Bina Ummat menurut Fatwa DSN-MUI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

TINJAUAN BAGI HASIL SIMPANAN BERJANGKA PADA KJKS BMT BINA UMAT MANDIRI (BUM) CABANG ADIWERNA

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

shahibul maal yang menyediakan seluruh modalnya, sedangkan pihak kedua

Mochamad, Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Dalam Penetapan Nisbah Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah... 1

BAB I PENDAHULUAN. mempercepat kemajuan ekonomi masyarakat. yang diharamkan, proyek yang menimbulkan kemudharatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. dikenal lembaga keuangan mikro syariah yang bernama BMT. 1 BMT. menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan amanatnya.

BAB I PENDAHULUAN. beroperasi sesuai dengan nilai-nilai dan Prinsip Ekonomi Islam (Islamic

BAB III PEMBAHASAN. pemilik dana itu telah memutuskan untuk menyerahkan sebagian dananya untuk

BAB I PENDAHULUAN. modal, reksa dana, dana pensiun dan lain-lain). Pengertian bank menurut UU No.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dari studi banding penulis membandingkan dan menganalisa dari

PERHITUNGAN BAGI HASIL DAN PENANGANAN PENCAIRAN DEPOSITO MUDHARABAH PADA BPR SYARIAH AMANAH UMMAH

BAB I PENDAHULUAN. melalui jasa kredit yang sangat dibutuhkan masyarakat dalam menjalankan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tingkat modal yang mencukupi, sehingga untuk menambah modal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. syariah yang kegiatan utamanya menghimpun dana dan menyalurkannya. Lembaga ini biasa di sebut dengan Koperasi Syariah.

BAB II Landasan Teori

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi Syariah (AS), Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), dan Unit Simpan

BAB IV ANALISIS AKAD PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN PERLINDUNGAN NASABAH. A. Analisis praktek akad pembiayaan mudharabah di BMT Amanah Bangsri

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. antara pihak investor atau penabung, istilahnya shahibul maal dengan pihak pengelola

BAB IV PEMBAHASAN. 1. Pembukaan Simpanan Berjangka (SIJANGKA)

BAB I PENDAHULUAN. imbalan dan penetapan beban yang dikenal dengan bunga. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hal muamalah, selain hubungan sesama manusia yang bersifat keduniaan juga

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

MUDHARABAH dan MUSYARAKAH. Disusun untuk Memenuhi Tugas Manajemen Pembiayaan Bank Syariah C. Dosen Pengampu : H. Gita Danupranata, SE., MSI.

Transkripsi:

BAB IV METODE PERHITUNGAN BAGI HASIL PEMBIAYAAN MUDHARABAH DI BSM CABANG PEKALONGAN DITINJAU DARI FATWA DSN-MUI NO.15/DSN-MUI/IX/2000 A. Analisis Kesesuaian Metode Perhitungan Bagi Hasil Pembiayaan Mudharabah di BSM Cabang Pekalongan ditinjau Dari Fatwa DSN-MUI NO.15/IX/2000 Metode perhitungan bagi hasil yang digunakan di BSM Cabang Pekalongan adalah revenue sharing sesuai dengan fatwa DSN-MUI NO.15/DSN-MUI/IX/2000. Revenue sharing adalah bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana sebelum dikurangi biaya-biaya. Dalam sistem syari ah pola ini dapat digunakan untuk keperluan distribusi hasil usaha lembaga keuangan syari ah. 1 Dengan menggunakan metode revenue sharing dapat meningkatkan asset BSM Cabang Pekalongan, hal ini dapat dilihat di bab III yaitu grafik pertumbuhan jumlah asset BSM Cabang Pekalongan dari tahun ketahun karena tingkat bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana (shahibul mal) akan lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga pasar yang berlaku. Kondisi ini akan mempengaruhi para pemilik dana untuk mengarahkan 1 www.syari ah.com.2011 80

81 investasinya kepada bank syariah yang nyatanya justru mampu memberikan hasil yang optimal. 2 Pada contoh simulasi pembiayaan mudharabah di bab III tabel 3.1, dapat dilihat bahwa pembiayaan mudharabah yang terdapat pada BSM mempunyai porsi lebih besar bagi BSM sebagai pemilik dana (shahibul maal) daripada nisbah bagi hasil untuk nasabah sebagai pengelola dana (mudharib). Dalam hal ini diambil nisbah bagi hasil untuk BSM lebih besar daripada nasabah karena melihat bahwa pembiayaan mudharabah adalah produk pembiayaan yang mempunyai resiko relatif tinggi. BSM sebagai Shahibul Maal menyerahkan 100% modal kepada nasabah dan apabila suatu saat terjadi kerugian yang tidak disengaja maka kerugian akan ditanggung BSM (Shahibul Maal). Khususnya jika melihat hukum yang tidak memperbolehkan jaminan kecuali sifatnya hanya untuk menjaga agar nasabah tidak lalai atau sengaja melakukan kesalahan. Berdasarkan hasil perhitungan di bab III tabel 3.1, maka penulis mengetahui metode yang digunakan adalah metode revenue sharing. Dari contoh simulasi tabel jadwal angsuran tersebut penulis menganalisis mengenai angsuran pokok dan angsuran bagi hasil bank. Jumlah pembiayaan Rp. 30.000.000 : 12 bulan = Rp. 2.500.000. Maka angsuran bagi hasil untuk bank adalah 75% x laba usaha. Angsuran bagi hasil di BSM dinyatakan dalam bentuk persentase bukan dalam bentuk nominal. 2 Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Bank Syariah, Konsep Produk dan Implementasi Operasional, Jakarta: Djambatan, 2003, hlm. 264

82 Nisbah keuntungan harus didasarkan dalam bentuk presentase antara kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam nilai nominal rupiah tertentu. Nisbah keuntungan itu misalnya 50:50, 70:30, 60:40, atau 99:1. Jadi nisbah keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan, bukan berdasarkan porsi setoran modal. Nisbah keuntungan tidak boleh dinyatakan dalam bentuk nominal rupiah tertentu, misalnya shahib almaal mendapat Rp 50.000,00 dan mudharib mendapat Rp 50.000,00. 3 Perhitungan diatas menunjukkan bahwa jumlah angsuran pokok yang disetorkan oleh nasabah kepada BSM jumlahnya sama atau tetap sedangkan nisbah yang disetorkan ke BSM Cabang Pekalongan berbeda-beda dari tiap bulannya, hal ini dikarenakan laba usaha nasabah tiap bulannya tidak tetap sehingga nominal bagi hasil yang dibagikan berbeda-beda tiap bulannya. Dalam kontrak ini, return dan timing cash flow kita tergantung kepada kinerja sektor riilnya. Bila laba bisnisnya besar, kedua belah pihak mendapat bagian yang besar pula. Bila laba bisnisnya kecil, mereka mendapat bagian yang kecil juga. Filosofi ini hanya dapat berjalan jika nisbah laba ditentukan dalam bentuk persentase, bukan dalam bentuk nominal rupiah tertentu. 4 Keuntungan dari hasil pembiayaan mudharabah di BSM Cabang Pekalongan dibagikan sesuai dengan keuntungan yang diperoleh. Besarnya pembagian keuntungan dibagikan sesuai dengan persentase yang telah disepakati di awal akad. 3 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqh & Keuangan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 198. 4 Ibid., hlm. 198.

83 Keuntungan yang dibagihasilkan harus dibagi secara proporsional antara shahibul maal dengan mudharib. Dengan demikian, semua pengeluaran rutin yang berkaitan dengan bisnis mudharabah, dapat dimasukkan ke dalam biaya operasional. Keuntungan bersih harus dibagi antara shahibul maal dan mudharib sesuai dengan proporsi yang disepakati sebelumnya dan secara eksplisit disebutkan dalam perjanjian awal. Tidak ada pembagian laba sampai semua kerugian telah ditutup dan ekuiti shahibul maal telah dibayar kembali. Jika ada pembagian keuntungan sebelum habis masa perjanjian akan dianggap sebagai pembagian keuntungan dimuka. 5 Di BSM Cabang Pekalongan, pembagian kerugian dalam pembiayaan mudharabah dilakukan dengan membagi porsi kerugian sesuai dengan besarnya modal masing-masing. Bila dalam akad mudharabah ini mendapatkan kerugian, pembagian kerugian itu bukan didasarkan atas nisbah, tetapi berdasarkan porsi modal masing-masing pihak. Itulah alasan mengapa nisbahnya disebut sebagai nisbah keuntungan, bukan nisbah saja, karena nisbah 50:50, atau 99:1 itu hanya diterapkan bila bisnisnya untung. Bila bisnisnya rugi, kerugiannya itu harus dibagi berdasarkan porsi masing-masing pihak, bukan berdasarkan nisbah. Hal ini karena ada perbedaan kemampuan untuk mengabsorpsi/menanggung kerugian di antara kedua belah pihak. Bila untung, tidak ada masalah untuk menikmati untung. Karena sebesar apa pun keuntungan yang terjadi, kedua belah pihak akan selalu dapat menikmati 5 Ibid., hlm. 19

84 keuntungan itu. Lain halnya kalau bisnisnya merugi. Kemampuan shahib almaal untuk menanggung kerugian finansial tidak sama dengan kemampuan mudharib. Dengan demikian, karena kerugian dibagi berdasarkan proporsi modal (finansial) shahib al-maal dalam kontrak ini adalah 100%, maka kerugian (finansial) ditanggung 100% pula oleh shahib al-mal. Di lain pihak, karena proporsi modal (finansial) mudharib dalam kontrak ini adalah 0%, andaikata terjadi kerugian, mudharib akan menanggung kerugian (finansial) sebesar 0% pula. 6 Penyelesaian atau pembagian bagi hasil dari nasabah kepada BSM dilakukan dengan cara mengangsur pokok. Dengan demikian, nasabah akan memberikan angsuran pokok setiap bulan selama masa pinjaman. Jumlah angsuran pokok adalah sebesar modal yang di pinjam dibagi dengan kemampuan nasabah dalam mengangsurnya. Kemampuan mengangsur sangat ditentukan oleh pendapatan usaha yang dilakukan oleh nasabah. Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis menganalisis metode perhitungan bagi hasilnya yaitu menggunakan metode revenue sharing yang sesuai dengan fatwa DSN- MUI NO.15/DSN-MUI/IX/2000. BSM Cabang Pekalongan menggunakan metode revenue sharing, dengan alasan sebagai berikut: 7 a. Metode revenue sharing lebih mudah digunakan BSM Cabang Pekalongan. 6 Ibid., hlm. 198 7 Wawancara secara langsung dengan Ibu Laila Nahdi selaku Manager Operasional di BSM Cabang Pekalongan 10 Oktober 2011. 15.00 WIB

85 b. BSM mudah membuat standar harapan bagi hasil dari nasabah pembiayaan. c. BSM tidak menanggung resiko biaya-biaya pengelolaan usaha nasabah yang dibiayai oleh BSM dikarenakan BSM tidak ikut mengelola. d. Metode revenue sharing lebih maslahah dan adil bagi kedua belah pihak (BSM dan nasabah). Penulis akan melakukan analisis yang berkaitan dengan kesesuaian metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah berdasarkan Fatwa DSN-MUI NO.15/IX/2000 di BSM Cabang Pekalongan. Tabel 4.1 Analisis kesesuaian metode perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah berdasarkan Fatwa DSN di BSM Cabang Pekalongan No Item Dalam Distribusi Hasil Usaha Implementasi Distribusi Hasil Usaha 1 Akad Saat menentukan besarnya nisbah bagi hasil ada kesepakatan dan tawar menawar antara nasabah dan BSM, sehingga saling percaya. Besarnya nisbah bagi hasil yang Fatwa Dewan Syari ah (DSN) Fatwa DSN No.15/ DSN- MUI/IX/2000 tentang prinsip hasil usaha dalam lembaga keuangan syari ah pada ketentuan umum Kesesuaian Sesuai

86 disepakati BSM Cabang prinsip distribusi Pekalongan adalah 75% hasil usaha butir dan 25% ke-3 2 Metode Metode yang Fatwa DSN Sesuai Bagi Hasil digunakan adalah No.15/DSN- metode revenue sharing MUI/IX/2000 tentang prinsip hasil usaha dalam lembaga keuangan syari ah pada ketentuan umum prinsip distribusi hasil usaha butir ke 1 & 2 Berdasarkan hasil wawancara dengan Manager Operasional di Bank Syari ah Mandiri (BSM) Cabang Pekalongan Ibu Laila Nahdi dan Marketing Pembiayaan Ibu Laila Fadhilah yaitu apabila nasabah ingin mengajukan pembiayaan mudharabah harus mengisi formulir akad pembiayaan mudharabah. Akad yang dipakai di BSM Cabang Pekalongan sudah sesuai dengan syari ah. Hal ini terbukti saat menentukan besarnya nisbah bagi hasil ada kesepakatan, analisis proyeksi keuntungan dan tawar menawar sehingga

87 saling rela ( an-taradhim minkum) juga saling percaya antara nasabah pembiayaan mudharabah dengan pihak BSM Cabang Pekalongan, proses pembiayaan sudah sesuai dengan rukun dan syarat pembiayaan, jenis akad harus transparan, perhitungan bagi hasilnya sesuai dengan analisis usaha nasabah. Kerja sama para pihak dengan sistem bagi hasil harus dilaksanakan dengan transparan dan adil. Hal ini disebabkan untuk mengetahui tingkat bagi hasil pada periode tertentu itu tidak dapat dijalankan kecuali harus ada laporan keuangan atau pengakuan yang terpercaya. Pada tahap perjanjian kerja sama ini disetujui oleh para pihak, maka semua aspek yang berkaitan dengan usaha harus disepakati dalam kontrak, agar antar pihak dapat saling mengingatkan. 8 Metode perhitungan bagi hasilnya sesuai dengan analisis usaha nasabah. Perhitungan yang dipakai oleh BSM Cabang Pekalongan yaitu menggunakan metode revenue sharing dengan nisbah bagi hasil yang diangsur setiap bulannya. Metode revenue sharing yang diterapkan di BSM Cabang Pekalongan sudah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI NO.15/DSN-MUI/IX/2000. Pembiayaan mudharabah di BSM Cabang Pekalongan menarik jaminan berupa sertifikat tanah, sertifikat toko, BPKB. Pelaksanaan jaminan mudharabah di BSM Cabang Pekalongan yaitu apabila pihak mudharib lalai atau menyalahi kontrak ini maka pihak shahibul maal (BSM) dibolehkan meminta jaminan mudharib, tetapi apabila kerugiannya disebabkan oleh faktor resiko bisnis maka jaminan mudharib tidak dapat disita oleh shahibul maal Press, 2004, hlm. 120 8 Muhammad Ridwan, Manajemen Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), Yogyakarta : UII

88 (BSM). Untuk pengembalian modal dilakukan dengan cara diangsur, hal ini di khawatirkan apabila dibayar di akhir periode usaha, maka akan terjadi resiko iddle fund (pengendapan dana) ditangan mudharib yang nantinya akan mengakibatkan tidak seimbang dengan keuntungan yang diperoleh. Pihak mudharib yang lalai atau menyalahi kontrak ini, maka shahib almaal dibolehkan meminta jaminan tertentu kepada mudharib. Jaminan ini akan disita oleh shahib al-maal jika ternyata timbul kerugian karena mudharib melakukan kesalahan, yakni lalai dan ingkar janji. Kerugian yang timbul disebabkan karena faktor resiko bisnis, jaminan mudharib tidak dapat disita oleh shahib al-mal. Cara penyelesaiannya adalah jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi perselisihan di antara kedua pihak, maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. Pihak BSM dan nasabah harus ada kejelasan dalam perhitungan angsurannya, kalau dalam mengangsur pembiayaan mudharabah nasabah belum bisa melunasinya, maka solusinya yaitu pihak BSM Cabang Pekalongan akan menghubungi nasabahnya untuk mengadakan studi kelayakan usahanya, kemudian pihak BSM akan memberikan tiga kali peringatan, namun apabila nasabh belum bisa melunasinya, maka pihak BSM akan membolehkan nasabahnya untuk menunda nagsuran dengan cara mengadakan kesepakatan ulang antara nasabah dengan pihak BSM Cabang Pekalongan yaitu dengan cara memperbaiki akad untuk memperpanjang jumlah waktu pembayaran angsuran pembiayaan mudharabah. Kalau nasabah menyalah gunakan dananya, maka

89 solusinya adalah pihak BSM akan menarik jaminan dari mudharib yang menyalah gunakan dana pembiayaan mudharabah dan jaminan tersebut nantinya akan di lelang oleh pihak BSM Cabang Pekalongan (shahibul maal). Ternyata setelah penulis menganalisis lebih lanjut ditemukanlah kesesuaian antara pihak BSM Cabang Pekalongan dan nasabah, sehingga BSM Cabang Pekalongan dalam menggunakan metode perhitungan bagi hasil pembiayaan mudharabah sudah sesuai dengan Fatwa DSN-MUI NO.15/DSN- MUI/IX/2000 yaitu metode revenue sharing.