Nizran Paputngan [1] Sarson W. Dj. Pomalato [2] Tedy Machmud [3]

dokumen-dokumen yang mirip
ARTIKEL PUBLIKASI ILMIAH Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. lainnya (Permana dan Utari Sumarmo, 2007: 117). Koneksi matematika harus

P. S. PENGARUH PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KECEMASAN MATEMATIS SISWA KELAS VII

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar siswa kita. Padahal matematika sumber dari segala disiplin ilmu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. Penelitian Tindakan Kelas ini akan dilaksanakan di SMP Negeri 1 Biluhu

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Koneksi Matematis. Sejak sekolah dasar, siswa telah diperkenalkan dengan banyak konsep

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat tidak bisa. dipungkiri berdampak pada pendidikan,khususnya terhadap kualitas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian adalah siswa SMP Negeri 1 Tapa kelas VIII 7 dengan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PTK

Mosharafa Jurnal Pendidikan Matematika Volume 5, Nomor 1, April 2015

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. memperlihatkan hubungan internal dan eksternal matematika, yang meliputi

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS Dengan Pendekatan CTL Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Lisan dan Koneksi Matematis

BAB I BAB I PENDAHULUAN. peserta didik ataupun dengan gurunya maka proses pembelajaran akan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pelaksanaan tindakan kelas ini dilakukan di kelas VIIIc SMP Negeri 7

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan ide-ide melalui lisan, tulisan,

BAB II KAJIAN TEORI. A. Efektivitas Pembelajaran. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 284) efektivitas

PENERAPAN MODEL PROBING PROMPTING LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA SMP. Agni Danaryanti, Dara Tanaffasa

Kemampuan Koneksi Matematis Pada Bangun Ruang Sisi Lengkung

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan. Matematika juga berfungsi dalam ilmu pengetahuan, artinya selain

Kata Kunci: Kemampuan Pemecahan Masalah, Problem Based Learning

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MEMFASILITASI KEMAMPUAN KONEKSI SISWA SMP/MTs

III. METODE TINDAKAN KELAS. dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN TANGGUNG JAWAB DAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA PESERTA DIDIK KELAS XI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eka Rachma Kurniasi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang paling digemari dan menjadi suatu kesenangan. Namun, bagi sebagian

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORI. Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang

PENGARUH PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP

yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. solving), penalaran (reasoning), komunikasi (communication), koneksi

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MELALUI PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) KELAS VIII SMP NEGERI 1 BILUHU

UPAYA MENINGKATKAN KOMUNIKASI MATEMATIK SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL INQUIRY BERBANTUAN SOFTWARE AUTOGRAPH

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sangat berdampak besar terhadap dunia pendidikan, khususnya terhadap kualitas

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT)

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan membahas tentang: (A) konteks penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. yang baik, di antaranya kemampuan pemecahan masalah; kemampuan. penalaran dan bukti; kemampuan komunikasi; kemampuan koneksi; dan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA KELAS VIII A SMP N 15 YOGYAKARTA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

Reni Dian Saputri *), Drs. Askury, M.Pd **) Universitas Negeri Malang

Pembelajaran Melalui Strategi REACT Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN KONEKSI MATEMATIK SISWA SMP MELALUI STRATEGI THINK TALK WRITE

BAB I PENDAHULUAN. 1 The National Council of Teachers of Mathematics (NCTM), Principles and Standards

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kecamatan Gunungsari Kabupaten Serang-Banten

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lampung Selatan ini menggunakan konsep model Kemmis dan McTaggart

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA MATERI SEGIEMPAT PADA SISWA SMP NEGERI 5 GERUNG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SDN 77 PEKANBARU

Penerapan model pembelajaran langsung dalam mata pelajaran matematika SMP/MTs (oleh Dra. Theresia Widyantini, M.Si)

Prosiding ISSN :

Kata Kunci: Kemampuan Penalaran Matematis, Model Penemuan Terbimbing

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUKMENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIK DAN SELF EFFICACY

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V PEMBAHASAN. analisis deskriptif. Berikut pembahasan hasil tes tulis tentang Kemampuan. VII B MTs Sultan Agung Berdasarkan Kemampuan Matematika:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini 35 orang siswa kelas VIII yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 19

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Langkapura ini menggunakan model cooperative learning Tipe TSTS dengan

PEMAHAMAN SISWA DALAM PERMUTASI DAN KOMBINASI MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

KOMPARASI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN MODEL LEARNING CYCLE DAN TIME TOKEN

PENINGKATAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DENGAN CMP KELAS VIIG SMP NEGERI 3 GOMBONG

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan dalam jangka waktu 4 bulan, dihitung dari

PENGEMBANGAN INSTRUMEN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MATHEMATICAL PROBLEM POSING SISWA SMA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MENGGUNAKAN STRATEGI WRITING TO LEARN PADA SISWA SMP 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA. matematika dengan kehidupan sehari-hari. Keterkaitan inilah yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Mega Astuti Sutaryono 1), Rita P. Khotimah 2) 1),2) Universitas Muhammadiyah Surakarta. Kata Kunci: pemecahan masalah; PISA; Problem Based Learning

583 JURNAL ENTROPI, VOLUME VII, NOMOR 1, FEBRUARI 2013 Inovasi Penelitian, Pendidikan dan Pembelajaran Sains

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, kemampuan pemecahan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATERI AJAR VOLUME BANGUN RUANG SISI LENGKUNG. Abu Khaer

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Komala Dewi Ainun, 2014

ABSTRAK. Kata Kunci: Pembelajaran Penemuan Terbimbing, Kemampuan Pemahaman Dan Penalaran Matematik

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN SAVI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu yang memiliki banyak manfaat. Ilmu matematika

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP N 1 Pardasuka Kabupaten Pringsewu semester

BAB I PENDAHULUAN. dari diajarkannya matematika di setiap jenjang pendidikan. Selain itu, untuk

PENERAPAN METODE MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS MAHASISWA PADA MATA KULIAH KALKULUS I

BAB I PENDAHULUAN. dianggap sukar bagi sebagian besar siswa yang mempelajari matematika. dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS. Kunandar menjelaskan PTK adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dikenal dengan Classroom Action Research. Menurut Arikunto (2007: 58)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat untuk perkembangan teknologi modern. Tidak hanya sebagai penghubung

III. METODE PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu. Adapun subjek penelitian adalah siswa kelas VIII.3

DESKRIPSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI KUBUS DAN BALOK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 TIBAWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

BAB I PENDAHULUAN. 1 Sri Wahyuni, Tesis : Kemampuan Koneksi Matematika siswa SMP dalam Memecahkan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VIIe SMP Negeri 1 Sukoharjo tahun

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research,

BAB III METODE PENELITIAN. kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal dengan Classroom

Transkripsi:

1 MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS SISWA PADA MATERI LIMAS MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG (Suatu Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas VIII A di MTs. Negeri Kotamobagu Selatan) Nizran Paputngan [1] Sarson W. Dj. Pomalato [2] Tedy Machmud [3] Abstrak Model pengajaran langsung merupakan model yang dirancang untuk meningkatkan penguasaan berbagai keterampilan dan pengetahuan faktual yang dapat diajarkan secara langkah demi langkah. Salah satu keterampilan yang dikembangkan adalah koneksi. Pemahaman siswa akan lebih mendalam jika siswa dapat mengkoneksikan antara konsep yang telah diketahui siswa dengan konsep baru yang akan dipelajari siswa. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan koneksi matematis siswa pada materi limas melalui model pengajaran langsung. Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa koneksi matematis siswa dapat ditingkatkan melalui model pengajaran langsung. Kata Kunci: Koneksi Matematis, Model Pengajaran Langsung, Limas Matematika sebagai ilmu yang terstruktur dan sistimatik mengandung arti bahwa konsep dan prinsip dalam matematika adalah saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Dalam belajar matematika untuk mencapai pemahaman yang bermakna siswa harus memiliki kemampuan koneksi matematis yang memadai. Kenyataan yang terjadi, kemampuan koneksi matematis siswa masih belum baik. Hasil pekerjaan siswa masih tidak sesuai dengan prosedur penyelesaian yang diajarkan. Siswa belum mampu mengaitkan konsep-konsep yang telah mereka pelajari sebelumnya dalam pemencahan masalah yang berkaitan dengan topik pelajaran, Hal tersebut ditemukan pada kelas VIII A di MTs. Negeri Kotamobagu Selatan. Oleh karena itu peneliti memutuskan mengadakan studi pendahuluan lapangan untuk menentukan permasalahan. Ternyata kemampuan pemahaman [1] Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Gorontalo [2] Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Gorontalo [3] Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Gorontalo

2 konsep siswa pada kelas VIII A tersebut masih rendah, serta kemampuan mereka untuk mengaitkan atau menerapkan suatu konsep pada operasi penyelesaian tidak tepat arah. Menurut NTCM (2000), berpikir matematis melibatkan mencari koneksi, dan membuat koneksi membangun pemahaman matematika. Tanpa koneksi, siswa harus belajar dan mengingat terlalu banyak konsep dan keterampilan. Melalui koneksi matematis, siswa dapat membangun pemahaman baru pada pengetahuan sebelumnya. Disamping itu melalui koneksi matematis, siswa dimungkinkan untuk: (a) mengenali dan menggunakan koneksi antar konsep matematika, (b) memahami interkoneksi antar konsep-konsep matematika dan mengaitkan antara satu konsep dengan konsep yang lain, dan (c) menerapkan matematika dalam konteks di luar matematika. Dalam pembelajaran matematika pemahaman siswa tentang koneksi antar konsep atau ide-ide matematika akan menfasilitasi kemampuan mereka untuk memformulasi dan memverifikasi konjektur secara induktif dan deduktif. Selanjutnya, konsep, ide dan prosedur matematis yang baru dikembangkan dapat diterapkan untuk menyelesaikan masalah lain dalam matematika atau disiplin ilmu lainya (Permana dan Sumarmo: 2007). Pada penelitian ini koneksi matematis pada materi limas dapat dijabarkan dalam beberapa indikator berikut: 1. Keterkaitan antara materi-materi yang telah dipelajari sebelumnya dengan materi limas. 2. Keterkaitan antara konsep dengan konsep yang terdapat pada limas 3. Keterkaitan antara jawaban yang didasarkan pada konsep 4. Keterkaitan antara limas dengan kehidupan sehari-hari Model pengajaran langsung bertujuan untuk memperoleh informasi dan keterampilan dasar. Model pengajaran langsung ini dirancang untuk meningkatkan penguasaan berbagai keterampilan dan pengetahuan faktual yang dapat diajarkan secara langkah demi langkah (Arends, 2008:295). Dan salah satu

3 ketererampilan dasar yang dikembangkan dalam pembelajaran matematika di Amerika tahun 1989 (Asep Jihad:2008) dalam Listyotami (2011:18) adalah connection (Koneksi matematis). Terdapat lima fase model pengajaran langsung (Arends, 2008:304). Kelima fase tersebut adalah sebagai berikut: Fase Fase 1: Mengklarifikasikan tujuan dan mempersiapkan siswa Fase 2: Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan Fase 3: Memberikan praktik dengan bimbingan Fase 4: Memeriksa pemahaman siswa dan memberikan umpan balik Fase 5: Memberikan praktik dan transfer yang diperluas Peran Guru Guru menyiapkan siswa untuk belajar dengan menjelaskan tujuantujuan pelajaran, memberikan informasi latar belakang, dan menjelaskan mengapa pelajaran itu penting. Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau mempresentasikan informasi langkah demi langkah. Guru menginstruksikan praktik awal Guru memeriksa untuk melihat siswa apakah siswa dapat melakukan keterampilan yang diajarkan dengan benar dan memberikan umpan balik kepada siswa Guru menetapkan syarat-syarat untuk praktik yang diperluas dengan memerhatikan transfer keterampilan ke situasi-situasi yang lebih kompleks Berdasarkan penetapan standar kompetensi dan kompetensi dasar nasional matematika SMP/MTs., untuk materi bangun ruang khususnya pada limas, materi yang akan dipelajari meliputi: (a) Mengidentifikasi sifat-sifat limas; (b) Membuat jaring-jaring limas; dan (c) Menghitung luas permukaan dan volume limas. (Siswono & Latningsih:2006).

4 Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah: untuk mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa pada materi limas memalui model pengajaran langsung. Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan sebanyak 2 siklus pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan di MTs. Negeri Kotamobagu Selatan pada Kelas VIII A dengan jumlah siswa 30 orang yang terdiri dari 8 laki-laki dan 22 perempuan. Secara garis besar terdapat empat tahapan dalam PTK yaitu (1) Perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi (Teurah dkk, 2011:28). Dalam penelitian ini ada beberapa instrumen yang digunakan untuk menjaring data penelitian, yaitu: 1. Silabus, 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), 3. Lembar Kerja Siswa (LKS), 4. Lembar observasi, 5. Tes kemampuan koneksi matematis 1 dan 2. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan setelah proses belajar mengajar setiap akhir siklus dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes kemampuan koneksi matematis pada setiap akhir pembelajaran. Analisis ini dihitung menggunakan statistik sederhana yaitu: 1. Untuk Lembar Observasi Pengamat 1 100%

5 Pengamat 2 100% Persentase pengamatan 2 dengan: : Pengamat 1 : Pengamat 2 2. Untuk Tingkat Koneksi Matematis : Jumlah item muncul baik atau sangat baik : Jumlah item yang diamati : Persentase hasil pengamatan a. Capaian masing-masing indikator kemampuan koneksi matematis dikatakan berhasil jika: dengan: 70% = skor capaian perindikator = skor ideal perindikator b. Kemampuan koneksi matematis siswa secara keseluruhan dikatakan berhasil jika: 70% dengan: = Jumlah skor capaian keseluruhan indikator c. Persentase keberhasilan dengan: = Jumlah skor ideal keseluruhan indikator 100% P = Persentase Keberhasilan

6 Hasil dan Pembahasan Hasil dari penelitian diperoleh sebagai berikut. a) Siklus I Kegiatan pembelajaran ditinjau dari aktivitas siswa yang hanya mencapai 76,92% untuk aktivitas guru dan 65% untuk aktivitas siswa Kemampuan koneksi pada indikator 3 mencapai 17,24% dan pada indikator 4 mencapai 75,86%. Yang artinya kedua indikator tersebut belum memenuhi kriteria keberhasilan. Akitivitas guru yang masih kurang optimal pada aspek kegiatan bimbingan dan pemberian contoh-contoh. Aktivitas siswa yang masih kurang pada aspek persiapan, perhatian, pengerjaan latihan, serta menjawab pertanyaan. b) Siklus 2 Aktivitas guru dan aktivitas siswa berturut-turut meningkat menjadi 92,31% dan 90%. Untuk koneksi matematis pada indikator 1, indikator 2, indikator 3, indikator 4, masing-masing mencapai tingkat keberhasilan 100%. Koneksi matematis siswa secara keseluruhan mencapai persentase keberhasilan 100% atau sebanyak 27 dari 27 siswa yang dikenai tindakan memperoleh skor kriteria minimal 70% dari skor ideal. Pembelajaran siklus 1 sudah bisa dikategorikan baik, meskipun masih terdapat beberapa kekurangan yang ditemukan. Khususnya pada indikator 3 yang hanya mencapai 17,24% dan indikator 4 yang hanya mencapai 75,86%. Hasil tersebut disebabkan oleh masih kurang optimalnya pembelajaran pada fase 3 model pengajaran langsung, yakni fase memberikan praktik dengan bimbingan. Guru masih kurang baik dalam membimbing siswa mengerjakan contoh latihan serta membimbing siswa dalam mengerjakan LKS. Hal itu juga ditunjukkan oleh hasil observasi yang hanya mencapai 75,92% untuk aktivitas guru dan 65% untuk

7 aktivitas siswa. Hasil tersebut belum memenuhi kriteria keberhasilan yang ditetapkan. Pada siklus II, terjadi peningkatan ditinjau dari observasi kegiatan pembelajaran dan penilaian indikator koneksi yang diukur. Hasil observasi menunjukkan bahwa aktivitas guru mencapai 92,31% dan aktivitas siswa mencapai 90%. Begitu juga dengan indikator kemampuan koneksi yang keseluruhanya mencapai 100%. Dengan demikian kriteria keberhasilan tindakan telah terpenuhi ditinjau dari hasil pemberian tindakan yang diperoleh pada siklus II. Kesimpulan dan Saranm Kesimpulan Kesimpulan dari penelitian ini adalah: 1. Kegiatan pembelajaran silklus I ditinjau dari aktivitas guru dan siswa berturut-turut mecapai 76,92% dan 65%. Kegiatan pembelajaran siklus II ditinjau dari aktivitas guru dan siswa berturut-turut mencapai 92,31% dan 90%. Indikator koneksi berturut-turut untuk indikator 1, indikator 2, indikator 3, dan indikator 4 pada siklus 1 mencapai 100%; 89,66%; 17,24%; dan 75,86% dan pada siklus II masing-masing indikator mencapai 100%. 2. Koneksi matematis siswa secara keseluruhan pada siklus I mencapai 82,76% atau 24 dari 29 siswa memperoleh skor kriteria minimal 70% dari skor ideal. Dan pada siklus II mencapai 100% atau 27 dari 27 siswa memperoleh skor kriteria minimal 70% dari skor ideal. Saran Penilaian pada penelitian dihitung berdasarkan banyaknya siswa yang mampu mencapai skor kriteria minimal pada masing-masing indikator dan koneksi matematis secara keseluruhan. Artinya pada penelitian ini tidak

8 menghitung seberapa besar skor capaian siswa. Jika telah memenuhi kriteria, penelitian ini sudah dikatakan berhasil. Oleh sebab itu, guru maupun pihak terkait lainya diharapkan mampu mengembangan penilaian lebih lanjut. Daftar Rujukan Arends, Richard. (2008). Learning to Teach. Terjemahan oleh Helly Prajitno Soetjipto dan Sri Mulyatini Soetjipto. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Listyotami, Mega Kusuma. (2011). Upaya Meningkatkan Koneksi Matematika Siswa Kelas VIII A SMP N 15 Yogyakarta Melalui Model Pembelajaran Learning Cycle 5E (Implementasi pada Materi Bangun Ruang Kubus dan Balok).SKRIPSI. UNY. Yogyakarta. Tersedia pada http://eprints.uny.ac.id/2043/ [13 juni 2013]. NCTM. (2000). Principles and Standards for School Mathematics. Tersedia pada www.nctm.org. [13 Mey 2013] Permana, Yanto dan Utari Sumarmo. (2007). Mengembangkan Kemampuan Penalaran dan Koneksi Matematik Siswa SMA Melalui Pembeljaran Berbasis Masalah. Jurnal Educationist Vol. I No. 2. Juli 2007. ISSN: 1907-8838. Tersedia pada: http://jurnal.upi.edu/educationist/view/34/ [13 Mey 2013] Siswono & Latningsih. (2006). Matematika SMP dan MTs Kelas VIII Semester 2. Yogyagkarta: ESIS. Teurah dkk, (2011). Model-Model Pembelajaran. Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon 27 Universitas Negeri Manado Tahun 2011. Manado. Teurah dkk. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Materi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon 27 Universitas Negeri Manado Tahun 2011. Manado.