Oleh: Ayu Permata*, I Wayan Weta**, Muh. Ali Imron*** Pogram Studi Magister Fisiologi Olahraga** STIKES AISYIYAH***

dokumen-dokumen yang mirip
Ayu Permata. : Physical Fitness, High Intensity Interval Training, High Impact Aerobic Gymnastics

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT

Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana 2,5,6. Bagian Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Udayana 3,4

SKRIPSI PELATIHAN TARI GALANG BULAN MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK PADA PELAJAR SMP DI YAYASAN PERGURUAN KRISTEN HARAPAN DENPASAR

I G P Ngurah Adi Santika*, I P G. Adiatmika**, Susy Purnawati***

SKRIPSI SENAM JANTUNG SEHAT DAPAT MENURUNKAN PERSENTASE LEMAK TUBUH PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI FISIOTERAPI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

PERBANDINGAN PENGARUH ANTARA SENAM AEROBIK LOW IMPACT DENGAN JOGGING TERHADAP PERSENTASE LEMAK TUBUH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan. aktifitas lainnya dan kegiatan rekreasi (Hoeger, 2014).

PERBEDAAN PENGARUH FREKUENSI LATIHAN SENAM AEROBIK TERHADAP PENURUNAN PERSENTASE LEMAK TUBUH DAN BERAT BADAN PADA MEMBERS

PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT

ABSTRAK PENGARUH HIGH INTENSITY CIRCUIT TRAINING (HICT) TERHADAP KEKUATAN OTOT LENGAN DAN TUNGKAI PADA PRIA DEWASA MUDA

Kata kunci: Berjalan santai selama 30 menit, kewaspadaan, laki-laki dewasa muda

SKRIPSI GOVINDA VITTALA

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK KLOROFIL TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN DAN PENURUNAN FREKUENSI DENYUT JANTUNG PASCA OLAHRAGA

Oleh : N. Gimbar Adi Putra*, J. Alex Pangkahila**, I P G. Adiatmika*** Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana

SKRIPSI ANAK AGUNG GEDE ANGGA PUSPA NEGARA

PENGARUH SENAM LANSIA TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN FISIK PADA KELOMPOK LANSIA PEREMPUAN DI DESA DAUH PURI KAUH DENPASAR BARAT

SKRIPSI PERBEDAAN LATIHAN PLIOMETRIK DEPTH JUMP DAN JUMP TO BOX TERHADAP PENINGKATAN KECEPATAN LARI PADA PEMAIN SEPAK BOLA DI SMA N 1 MANGGIS

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada berbagai kalangan, terjadi pada wanita dan pria yang berumur. membuat metabolisme dalam tubuh menurun, sehingga proses

PERBEDAAN NILAI ARUS PUNCAK EKSPIRASI SEBELUM DAN SESUDAH PELATIHAN SENAM LANSIA MENPORA PADA KELOMPOK LANSIA KEMUNING, BANYUMANIK, SEMARANG

ABSTRAK ABSTRACT. Kata kunci : Senam aerobik, persentase lemak subkutan.

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

Pengaruh senam bugar lansia terhadap kebugaran jantung paru di Panti Werdha Bethania Lembean

Journal of Sport Sciences and Fitness

SKRIPSI PERBEDAAN EFEKTIVITAS LATIHAN INTERVAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Volume 2, No. 1 : , Maret 2014

ABSTRAK HUBUNGAN TES BANGKU QUEEN'S COLLEGE DAN TES BANGKU MODIFIKASI HARVARD. Khomainy Alamsyah,2002. Pembimbing : DR. Iwan Budiman dr.

ABSTRAK. Maizar Amatowa Iskandar, 2012 Pembimbing I : Pinandojo Djojosoewarno, dr., Drs., AIF. Pembimbing II : Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes.

ABSTRAK PENGARUH HIGH INTENSITY CIRCUIT TRAINING (HICT) TERHADAP INDEKS KEBUGARAN JASMANI DAN KESEIMBANGAN TUBUH PADA LAKI-LAKI DEWASA MUDA

KOMBINASI HALF SQUAT EXERCISE

FREKUENSI LATIHAN 3 KALI SEMINGGU PADA TARI BARIS MODERN DAPAT MENURUNKAN PRESENTASE LEMAK TUBUH

BAB I PENDAHULUAN. ternyata berhubungan dengan penurunan resiko terkena penyakit

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

ABSTRAK EFEK AKUT HIGH INTENSITY INTERVAL TRAINING (HIIT) TERHADAP PENINGKATAN KONSENTRASI

Pengaruh Pemberian Teh Hitam terhadap VO 2 max dan Pemulihan Denyut Nadi Pasca Melakukan Latihan Treadmill

ABSTRAK HUBUNGAN TES BANGKU ASTRAND-RYHMING TES BANGKU MODIFIKASI HARVARD. Indraji Dwi Mulyawan, 2002; Pembimbing: DR. Iwan Budiman, dr.

ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK KONSUMSI AKUADES DAN MINUMAN ISOTONIK TERHADAP FREKUENSI DENYUT NADI PADA PRIA DEWASA SETELAH TES LARI 12 MENIT

I. PENDAHULUAN. sekaligus sebagai upaya memelihara kesehatan dan kebugaran. Latihan

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KEBUGARAN YANG DIUKUR DENGAN TES TREADMILL METODE BRUCE DENGAN TES ERGOMETER SEPEDA METODE ASTRAND MODIFIKASI IWAN BUDIMAN

BAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan.

Putu Asti Wulandari 1, Susy Purnawati 2

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kualitas hidup seseorang, akan tetapi nilai kebugaran jasmani

Pengaruh Latihan Tari Legong Terhadap Kebugaran Fisik Mahasiswi Semester VI dan VIII Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

PENGARUH HIGH INTENSITY INTERVAL TRAINING

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK PENGARUH AKTIVITAS FISIK SEDANG TERHADAP PENINGKATAN MEMORI JANGKA PENDEK

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

PENGARUH SENAM OTAK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA ANAK USIA 7-8 TAHUN DI SD NEGERI PABELAN 03 MENDUNGAN KARTASURA SUKOHARJO

Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Fisiologi Olahraga, Program Pascasarjana Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan

ABSTRAK HUBUNGAN KEBUGARAN YANG DIUKUR DENGAN TES TREADMILL METODE BRUCE DENGAN TES BANGKU MODIFIKASI HARVARD

Tomi Sutanto, 2007 Pembimbing : Dr. Iwan Budiman, dr., MS, MM, MKes, AIF

PENGARUH LATIHAN AEROBIC DAN BODY MASS INDEX (BMI) TERHADAP PENINGKATAN VO 2 MAKSIMAL PADA SISWA SMP NEGERI 2 GATAK

ABSTRAK HUBUNGAN KEBUGARAN YANG DIUKUR DENGAN TES TREADMILL METODE BRUCE DENGAN TES BANGKU METODE YMCA

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA

PENGARUH AKTIVITAS FISIK SENAM AEROBIK LOW IMPACT TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA HIPERTENSI DI LINGKUNGAN KELURAHAN TONJA

JL. Prof. H. Soedarto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp

ABSTRAK HUBUNGAN KEBUGARAN YANG DIUKUR DENGAN TREADMILL METODE BRUCE DAN TES BANGKU METODE TINGGI TETAP 25 CM

PELATIHAN PROGRAM KEBUGARAN BAGI INSTRUKTUR FITNESS SE-KABUPATEN MAGELANG

SKRIPSI. Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA FISIOTERAPI. Oleh : AYU RIESKY NIM.

NI MADE AYU SRI HARTATIK

*SMAN1 Kupang. **Program Studi Magister Fisiologi Olahraga Universitas Udayana *** FKIP PGRI Kupang, NTT. ABSTRAK

ABSTRAK HUBUNGAN KEBUGARAN YANG DIUKUR DENGAN TES TREADMILL METODE BRUCE DENGAN TES ERGOMETER SEPEDA METODE MODIFIKASI YMCA

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi juga dari kegiatan olahraga atau aktivitas fisik yang kita lakukan.

SKRIPSI. Komang Dhyanayuda P.

PENAMBAHAN BALLISTIC STRETCHING

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempertahankan atau meningkatkan derajat kesegaran jasmani (physical

direncanakan antara pembebanan dan recovery. Lari interval ini merupakan lari

ABSTRAK. Kata kunci : Endurance Kardiorespirasi, Vo 2 max, heart rate, Inspirasi Maksimal, Jalan intesitas sedang, static bicycle intesitas sedang,

BAB I PENDAHULUAN. aktif pada tingkat yang tepat untuk mempertahankan atau meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

PELATIHAN LARI SIRKUIT 2 X 10 MENIT DAN PELATIHAN LARI KONTINYU 2 X 10 MENIT DAPAT MENINGKATKAN VO 2 MAX TAEKWONDOIN PUTRA KABUPATEN MANGGARAI - NTT

Govinda Vittala, 2 I Putu Sutha Nurmawan, 3 Dedi Silakarma, 4 I Wayan Gede Sutadarma

ABSTRAK HUBUNGAN KEBUGARAN YANG DIUKUR DENGAN TES TREADMILL METODE BRUCE DENGAN TES ERGOMETER SEPEDA METODE PROGRESIF

PERBEDAAN LATIHAN FISIK DUA DAN EMPAT KALI PER MINGGU TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNJANI ANGKATAN 2009

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat. Terbukti pada perhelatan sea games 2015 timnas

ABSTRAK. PENGARUH AROMATERAPI SANDALWOOD (Santalum album) TERHADAP KECEPATAN PEMULIHAN FREKUENSI DENYUT NADI SETELAH AKTIVITAS FISIK BERAT

Usep suhendra, Pembimbing: Dr. Iwan budiman, dr., MS.

ABSTRAK EFEK SEDUHAN TEH OOLONG (Camellia sinensis) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA LAKI-LAKI DEWASA NORMAL

PENGARUH SENAM AEROBIK INTENSITAS RINGAN DAN SEDANG TERHADAP PENURUNAN PERSENTASE LEMAK BADAN DI AEROBIC AND FITNESS CENTRE FORTUNA SKRIPSI

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI PENGARUH LATIHAN BEBAN TERHADAP PENINGKATAN MASSA OTOT PECTORALIS MAYOR DAN BICEPS PADA USIA REMAJA DAN DEWASA GDE RABI RAHINA SOETHAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa dihindari. Lanjut usia (lansia) menurut Undang-Undang Republik

Universitas Lampung. Abstrak

PENGARUH LATIHAN STEP UP TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA SISWA SEKOLAH SEPAK BOLA TUGU MUDA SEMARANG USIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. mengukur ketahanan kardiorespirasi adalah dengan mengukur volume konsumsi

ADAPTASI CARDIORESPIRATORY SAAT LATIHAN AEROBIK DAN ANAEROBIK Nugroho Agung S.

ABSTRAK PENGARUH AKTIVITAS FISIK (MODIFIKASI HARVARD STEP UP TEST) TERHADAP DAYA KONSENTRASI WANITA DEWASA

HUBUNGAN MINUMAN ISOTONIK DENGAN KONSUMSI OKSIGEN MAKSIMAL PADA MAHASISWA JPOK UNLAM BANJARBARU

Pengaruh Minuman Isotonik, Minuman Beroksigen, dan Minuman Yang. Mengandung Vitamin C Terhadap Kebugaran Fisik Setelah Latihan Fisik

SKRIPSI. Oleh : Luh Putu Ayu Wulandari Nim

BAB IV METODE PENELITIAN. rancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Pre and Post

ABSTRAK PENGARUH HIGH INTENSITY CIRCUIT TRAINING (HICT) TERHADAP INDEKS MASA TUBUH (IMT) DAN TEBAL LIPAT KULIT (TLK) PADA LAKI-LAKI DEWASA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. manusia pada saat melakukan kegiatan yang intensif. Volume O2max ini

ABSTRAK HUBUNGAN KEBUGARAN YANG DIUKUR DENGAN TES TREADMILL METODE BRUCE DENGAN TES ERGOMETER SEPEDA FOX

Transkripsi:

ABSTRAK PELATIHAN INTERVAL INTENSITAS TINGGI LEBIH MENINGKATKAN KEBUGARAN FISIK DARIPADA SENAM AEROBIK HIGH IMPACT PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI D-III FISIOTERAPI UNIVERSITAS ABDURRAB Oleh: Ayu Permata*, I Wayan Weta**, Muh. Ali Imron*** Pogram Studi Magister Fisiologi Olahraga** STIKES AISYIYAH*** Kebugaran fisik merupakan salah satu tolak ukur dalam menentukan derajat kesehatan. Kehidupan yang sehat merupakan faktor penting agar setiap individu dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Mahasiswa adalah salah satu komunitas yang ada di masyarakat yang merupakan agen dari suatu perubahan pembangunan bangsa. Bagi mahasiswa dibutuhkan keadaan yang mendukung kesehatan fisik mahasiswa untuk dapat meningkatkan prestasi yang merupakan salah satu peran serta mahasiswa bagi pembangunan bangsa. Bagi mahasiswa peningkatan kebugaran fisik dapat mencegah penyakit dan meningkatkan konsentrasi belajar. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ditemukannya angka rekapitulasi absensi kehadiran mahasiswa pada tahun 2013 di Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab dengan rata-rata ketidakhadiran Mahasiswa karena sakit meningkat sebesar 75%. Ketidak hadiran mahasiswa dikarenakan sakit ini dicurigai disebabkan oleh karena kebugaran fisik yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact pada Mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab. Sampel dalam penelitian ini adalah 78 orang mahasiswa program studi D-III Fisioterapi dengan usia yang berusia 18-21 tahun. Rancangan penelitian eksperimental dengan menggunakan Randomized Pre and Post Test Group Design. Sampel dipilih secara simple randomized. Pada Kelompok 1 diberikan pelatihan interval intensitas tinggi dan kelompok 2 diberikan senam aerobik high impact. Frekuensi pelatihan dilakukan 3 kali dalam 1 minggu selama 4 minggu. Hasil analisis kebugaran fisik pada masing-masing kelompok mengalami peningkatan kebugaran fisik. Pada kelompok 1 menunjukkan ada perbedaan kebugaran fisik setelah diberikan pelatihan dari 41,36 menjadi 60,92 (p=0,000). Pada kelompok 2 menunjukkan ada perbedaan kebugaran fisik dari 43,00 menjadi 57,74 (p=0,000). Kebugaran fisik sebelum diberikan pelatihan pada kedua kelompok menunjukkan tidak ada perbedaan nilai kebugaran fisik sebelum diberikan pelatihan pada antara kedua kelompok (p=0,282). Dan hasil uji nilai kebugaran fisik setelah diberikan pelatihan pada kedua kelompok yaitu ada perbedaan kebugaran fisik setelah diberikan pelatihan antara kedua kelompok (p=0,014). Hasil rerata sesudah pelatihan pada kelompok 1 yaitu 60,92 dan kelompok 2 yaitu 57,74. Simpulan, pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact. Kata kunci : Kebugaran Fisik, Pelatihan Interval Intensitas Tinggi, Senam Aerobik High Impact

ABSTRACT HIGH INTENSITY INTERVAL TRAINING FURTHER IMPROVE THE PHYSICAL FITNESS MORE THAN HIGH IMPACT AEROBIC GYMNASTIC AT THE STUDENT STUDIES D-III PHYSIOTHERAPY ABDURRAB UNIVERSITY By: Ayu Permata *, I Wayan Weta **, Muh. Ali Imron *** Magister Program of Sport Physiology Udayana University** STIKES AISYIYAH *** Physical fitness is one of the benchmark in determining health status. A healthy life is an important factor that every individual can perform daily activities. Students are one of the communities that exist in the community who is an agent of a change in the nation's development. For students who needed state support for the student's physical health can improve the performance, which is one role for the development of the nation as well as students. For students increase physical fitness can prevent diseases and increase the concentration of learning. This research is motivated by the discovery of the presence of student attendance recapitulation numbers in 2013 in the D-III Study Program of Physiotherapy Abdurrab University with average student absenteeism due to illness increased by 75%. Student absenteeism due to illness is suspected caused by the low physical fitness. This study aims to prove the high intensity interval training further improve the physical fitness than high impact aerobic gymnastics at the Student Studies D-III Physiotherapy Abdurrab University. Sample in this study were 78 students of the D-III Physiotherapy with age of 18-21 years old. The design of experimental research using Randomized Pre and Post Test Group Design. The sample was selected by simple randomized. Group 1 was given a high intensity interval training and group 2 was given high impact aerobics gymnastic. Frequency of training 3 times a week for 4 weeks. Results of the analysis of physical fitness in each group increased physical fitness. Group 1 showed there were difference in physical fitness after being given the training of 41,36 into 60,92 (p = 0,000). Group 2 showed there were difference in physical fitness of 43,00 into 57,74 (p = 0,000). The physical fitness before being given training in both groups showed no difference in the value of physical fitness before being given training between the two groups (p = 0,282). And test results of physical fitness value after being given training in both groups, there are differences in physical fitness after being given training between the two groups (p = 0,014). Average results after training in group 1 were 60,92 and group 2 were 57,74. In conclusion, high intensity interval training further improve the physical fitness than high impact aerobics gymnastic. Keywords : Physical Fitness, High Intensity Interval Training, High Impact Aerobic Gymnastics

PENDAHULUAN Kehidupan yang sehat merupakan faktor penting agar setiap individu dapat melakukan aktivitas sehari-hari. Kehidupan yang sehat dan produktif dapat memerlukan kondisi fisik yang optimal. Kebugaran fisik merupakan salah satu tolak ukur dalam menentukan derajat kesehatan dikarenakan dengan kebugaran maka seseorang mampu melakukan aktivitas fisik dalam pekerjaan sehari-hari tanpa menimbulkan kelelahan fisik yang berlebihan dan masih dapat melakukan kegiatan lainnya Kebugaran fisik adalah kemamuan untuk memenuhi tuntutan mempertahanakan keselamatan hidup sehari-hari dan efektif tanpa mengalami kelelahan dan masih memiliki energi untuk melakukan aktifitas lainnya dan kegiatan rekreasi (1). Kebugaran fisik dapat diukur salah satunya dengan mengukur daya tahan kardiorespirasi. Daya tahan kardiorespirasi merupakan kemampuan untuk melakukan latihan dinamis menggunakan otot tubuh dengan intensitas sedang hingga tinggi pada jangka waktu yang cukup lama yang berhubungan dengan respon jantung, pembuluh darah, serta paru untuk mengangkut oksigen ke otot (2). Daya tahan kardioresprasi dapat ditingkatkan melalui adaptasi sistem kardiorespirasi terhadap pelatihan fisik yang dilakukan tubuh. Pelatihan fisik yang teratur dengan dosis yang tepat dapat meningkatkan kondisi fisik yang bugar. Pelatihan yang bersifat aerobik yang di lakukan secara teratur akan meningkatkan daya tahan kardiovaskuler dan dapat mengurangi lemak tubuh. Dengan melakukan latihan olahraga atau kegiatan fisik yang baik dan benar berarti seluruh organ dipicu untuk menjalankan fungsinya sehingga mampu beradaptasi terhadap setiap beban yang diberikan. Latihan interval intensitas tinggi adalah bentuk latihan kardio yang menggunakan kombinasi antara latihan intensitas tinggi dengan intensitas sedang atau rendah dalam selang waktu tertentu dan merupakan salah satu latihan aerobik untuk membakar kalori dan meningkatkan kekuatan, daya tahan system kardio, kapasitas paru, dan kebugaran fisik (3). Senam aerobik high impact adalah salah satu pembagian senam aerobik berdasarkan cara melakukan dan musik yang mengiringinya. Pada gerakan senam aerobic high impact memiliki ciri khas dengan irama tubuh yang cepat dengan diiringi oleh musik yang berirama cepat dan gerakan dinamis dengan lutut diangkat tinggi sehingga memberikan beban latihan pada seluruh organ tubuh yang lebih berat. Latihan senam aerobik high impact dilakukan secara teratur dengan durasi yang cukup akan memperbaiki kerja jantung dan paru dalam meningkatkan daya tahan kardiorespirasi (4). Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Smith dkk, (2013) tentang pelatihan intensitas tinggi berbasis crossfit untuk meningkatkan kebugaran aerobik maksimal dan komposisi tubuh pada 43 orang selama 10 minggu didapatkan hasil signifikan terhadap perbaikan VO 2 maks dan penurunan persentase lemak tubuh (5). Penelitian yang dilakukan oleh Alex dkk (2011) tentang pengaruh senam aerobik low impact dan high impact terhadap kebugaran fisik terhadap 20 orang didapatkan hasil bahwa latihan senam aerobik high impact memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan low impact terhadap hasil kebugaran fisik (6). Salah satu tes yang digunakan sebagai tes daya tahan kardiorespirasi yaitu Harvard Step Test. Harvard Step Test adalah salah satu jenis tes stress jantung untuk mendeteksi atau mendiagnosa penyakit kardiovaskuler. Tes ini juga baik digunakan dalam penilaian kebugaran, dan kemampuan untuk pulih dari kerja berat. Semakin cepat jantung berdaptasi (kembali normal), semakin baik kebugaran tubuh (7). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh ditemukannya angka rekapitulasi absensi

kehadiran mahasiswa pada tahun 2013 di Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab dengan rata-rata ketidakhadiran mahasiswa karena sakit meningkat sebesar 75%. Ketidak hadiran mahasiswa dikarenakan sakit ini dicurigai disebabkan oleh karena kebugaran fisik yang rendah. Rumuskan masalah sebagai berikut: Apakah pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact pada Mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk membuktikan pelatihan interval intensitas tinggi lebih meningkatkan kebugaran fisik daripada senam aerobik high impact pada Mahasiswa Program Studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental Randomized Pre and Post Test Group Design. Kelompok 1 diberikan pelatihan interval intensitas tinggi pada mahasiswa dan kelompok 2 diberikan senam aerobik high impact. B. Tempat dan Waktu Pelatihan dilakukan di 2 tempat. Kelompok 1 dilaksanakan di Program Studi D-III Fisioterapi Unversitas Abdurrab yang berlokasi di Pekanbaru dan kelompok 2 dilaksanakan di Sanggar Senam Ajna Pekanbaru. Penelitian dilaksanakan dari tanggal 20 April hingga 11 Mei 2015 dengan intensitas latihan 3 kali dalam seminggu selama 4 minggu. C. Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi Populasi penelitian ini adalah 146 orang mahasiswa program studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab. 2. Kriteria Sampl Pemilihan sampel dari seluruh populasi berdasarkan kriteria inklusi yaitu; 1) Mahasiswa program studi D-III Fisioterapi Universitas Abdurrab, 2) Absensi sakit pada semester sebelumnya lebih dari 15%, 3) Mahasiswa yang mengalami penurunan IPK sebesar 0,50, 4) Bersedia menjadi subjek penelitian dari awal hingga akhir penelitian dengan menandatangani informed consent. Kriteria Eksklusi yaitu; 1) Memiliki riwayat penyakit kardiorespirasi, 2) Sampel tidak bersedia menjadi subjek penelitian. Kriteria Drop Out; 1) Tidak megikuti program penelitian selama 4 kali, 2) Sampel tiba-tiba mengalami sakit kardiorespirasi. 3. Jumlah Sampel Pada penelitian ini perhitungan jumlah sampel dihitung dengan rumus Pocock (8) yaitu 78 orang. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok dengan teknik simple randomized, masing-masing kelompok terdiri dari 39 orang. D. Pengolahan dan Analisis Data Dikarenakan sampel lebih dari 30 maka distribusi data diasumsikan normal. Hal ini sesuai dengan Central Limit Theorem (Dalil Limit Pusat) bahwa untuk pendekatan distribusi normal, distribusi rata-rata sampel tidak membutuhkan data yang besar. Dengan sampel sebesar 30 telah terjadi pendekatan ke distribusi normal (9). Uji homogenitas dilakukan dengan levene test. Pengujian dilakukan terhadap peningkatan nilai indeks kebugaran fisik sebelum dan setelah pelatihan pada kedua kelompok sampel, serta varian umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan dan body masss index (BMI) pada subjek sampel masing-masing kelompok. Uji hipotesis dilakukan terhadap nilai kebugaran fisik sebelum dan sesudah pelatihan pada kedua kelompok menggunakan paired sampel t-test dan independent t-test.

HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Penelitian Deskripsi data karakteristik antropometrik subjek sampel penelitian yang termasuk data usia, tingggi badan, berat badan dan body mass index (BMI). Tabel 1 Distribusi Karakteristik Antropometrik Sampel Pada Kelompok 1 dan 2 Kebugaran Fisik Karakteristik Kelompok 1 Kelompok 2 Rerata ± SB Rerata ± SB p* Usia (tahun) 19,69 ± 0,863 19,51 ± 0,756 0,498 Tinggi Badan (kg) 157,10 ± 5,108 155,62 ± 6,319 0,153 Berat Badan (cm) 50,85 ± 8,116 50,67 ± 7,842 0,978 BMI (kg/m 2 ) 20,72 ± 3,605 21,07 ± 2,625 0,55 Keterangan: p* : Levene test Tabel.1 menunjukkan ditribusi karakteristik usia sampel pada kedua kelompok tidak ada perbedaaan usia (p=0,498). Pada karakteristik tinggi badan kedua kelompok sampel tidak ada perbedaaan tinggi badan (p=0,153). Karakteristik berat badan berat badan pada kedua kelompok tidak ada perbedaan (p=0,978). Pada karakteristik BMI kedua kelompok tidak ada perbedaan (p=0,55). Varian karakteristik sampel tersebut menunjukkan bahwa masing-masing subjek penelitian yang terdapat dalam kelompok 1 dan 2 memiliki karakteristik yang homogen. Hasil analisis distribusi data kebugaran fisik pada kedua kelompok sampel penelitian sebelum pelatihan menunjukkan distribusi tidak homogen (p=0,10). Distribusi data kebugaran fisik pada kedua kelompok sesudah pelatihan menunjukkan distribusi homogen sesudah pelatihan (p=0,363). Tabel 2 Pengaruh Pelatihan Interval Intensitas Tinggi dan Senam Aerobik High Impact terhadap Kebugaran Fisik Kebugaran Fisik Sampel Sebelum Sesudah p* Rerata ± SB Rerata ± SB Kelompok I 41,36 ± 7,642 60,92 ± 6,433 0,000 Kelompok 2 43,00 ± 5,563 57,74 ± 4,638 0,000 p** 0,282 0, 014 Keterangan: p* : Paired sampel T test p** : Independent sampel T-test Tabel.2 menunjukkan analisis data kebugaran fisik pada masingmasing kelompok mengalami peningkatan kebugaran fisik. Pada kelompok 1 menunjukkan ada perbedaan kebugaran fisik setelah diberikan pelatihan dari 41,36 menjadi 60,92 (p=0,000). Pada kelompok 2 menunjukkan ada perbedaan kebugaran fisik adri 43,00 menjadi 57,74 (p=0,000). Kebugaran fisik sebelum diberikan pelatihan pada kedua kelompok menunjukkan tidak ada perbedaan nilai kebugaran fisik sebelum diberikan pelatihan pada antara kedua kelompok (p=0,282). Dan hasil uji nilai kebugaran fisik setelah diberikan pelatihan pada kedua kelompok yaitu ada perbedaan kebugaran fisik setelah diberikan pelatihan antara kedua kelompok (p=0,014). Hasil rerata sesudah pelatihan pada kelompok 1 yaitu 60,92 dan kelompok 2 yaitu 57,74. PEMBAHASAN Kebugaran fisik erat hubungannya dengan daya tahan kardiovaskuler. Besarnya kebugaran fisik individu dapat diukur dari besaran kemampuan gerak yang dilakukan. Kemampuan gerak yang dilakukan merupakan hasil dari kemampuan tubuh untuk menghasilkan energi yang berasal dari olah daya atau disebut dengan metabolisme dan suplai oksigen yang didapatkan oleh otot untuk berkontraksi. Kemampuan tubuh

menghasilkan energi terjadi melalui mekanisme anaerobik (tanpa menggunakan O2) dan mekanisme aerobik (dengan menggunakan O2). Semakin berat intensitas gerakan yang dilakukan maka semakin besar kebutuhan oksigen di dalam tubuh. Kebutuhan oksigen didalam tubuh akibat intensitas gerakan menyebabkan tubuh mengimbangi dengan peningkatan sistem kardiovaskuler yaitu peningkatan denyut jantung, dilatasi pembuluh darah kororner, peningkatan stroke volume dan peningkatan kekuatan kontraksi jantung. Hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan stroke volume. Hasil analisis deskriptif sebelum dan sesudah pelatihan masing-masing kelompok menunjukkan adanya perbedaan yang nilai kebugaran fisik antara sebelum dan sesudah pelatihan pada masing-masing kelompok. Pada sampel yang mengalami peningkatan kebugaran fisik mengalami adaptasi pada kontraksi jantung selama latihan. Peningkatan efektifitas pompa jantung sesudah diberikan beban latihan yang terus menerus dan berkesinambungan secara fisiologis maka otot jantung beradaptasi terhadap pelatihan yang dilakukan dengan peningkatan denyut jantung. Peningkatan denyut jantung saat latihan ini akan meningkatkan stroke volume. Peningkatan stroke volume dan peningkatan frekuensi jantung dapat menyebabkan peningkatan cardiac output yaitu volume darah yang dikeluarkan oleh kedua ventrikel per menit. Peningkatan ini disertai dengan vasodilatasi pembuluh darah untuk membawa oksigen ke otot yang aktif. Kinerja jantung menjadi lebih baik maka dapat mencukupi suplai oksigen ke seluruh tubuh. Hal ini dapat diukur melalui pengukuran denyut nadi sesudah latihan. Denyut nadi sesudah sampel menjalani pelatihan menjadi lebih lambat karena telah terjadi adaptasi pada sistem kardiovaskuler terhadap latihan yang telah dilakukan dengan teratur. Pelatihan intensitas tinggi menyebabkan peningkatan stroke volume sehingga terjadi penurunan denyut nadi sementara cardiac output tetap. Hal ini menyebabkan efisiensi otot jantung dalam menyuplai darah ke seluruh tubuh. Efisiensi denyut jantung ditunjukkan dengan penurunan denyut nadi. Latihan intensitas rendah yang diselingi diantara latihan intensitas tinggi pada latihan interval membantu pembuangan metabolisme dari otot selama periode istirahat pada saat latihan interval intensitas tinggi sedang dilakukan oleh tubuh. Perubahan periode latihan yang dilakukan bergantian ini membantu tubuh meningkatkan volume dalam mengkonsumsi oksigen selama latihan. Oksigen yang menuju ke otot yang aktif ini kan menguraikan asam laktat menjadi energi kembali. Penelitian ini sesuai dengan penelitian tentang pelatihan interval intensitas tinggi yang dilakukan oleh Oliveira dkk, (2013) tentang efek Pelatihan Interval Intensitas Tinggi selama 2 minggu pada pria dewasa dengan nilai Body Mass Index (BMI) tinggi menunjukkan peningkatan VO 2 maks (10). Senam dengan intensitas tinggi menggunakan tenaga yang maksimum dan diulang-diulang sehingga melatih otot untuk melebihi beban normalnya. Peningkatan ketahanan fisik setelah senam aerobik high impact dikarenakan gerakan dinamis pada saat melakukan aerobik high impact meningkatkan denyut jantung. Gerakan dinamis pada saat senam ini meningkatkan kapasitas kerja jantung, peredaran darah dan paru-paru untuk memberikan oksigen pada kerja otot selama latihan. Peningkatan denyut jantung akan mengakibatkan stroke volume meningkat. Laju aliran darah meningkat sehingga kebutuhan oksigen ke otot yang aktif dapat dipenuhi untuk memberikan energi pada saat kontraksi otot. Hasil analisis deskriptif sesudah pelatihan pada kedua kelompok menunjukkan ada perbedaan nilai kebugaran fisik kedua kelompok. Namun terdapat perbedaan nilai reratakebugaran

fisik sesudah pelatihan. Pada kelompok 1 yaitu 60,92 dan kelompok 2 yaitu 57,74 sesudah pelatihan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kelompok sampel yang diberikan latihan interval intensitas tinggi mengalami peningkatan kebugaran fisik lebih baik dari pada kelompok sampel yang diberikan senam aerobik high impact. Perbedaan ini terjadi akibat adanya pelatihan intensitas rendah yang diselingi pada latihan interval intesitas tinggi sementara pada senam aerobic high impact tidak ada pelatihan interval intensitas rendah selama pelaksanaan senam. Pada senam aerobic high impact intensitas rendah hanya dilakukan pada saat fase pendinginan (cooling down) setelah 50 menit melakukan gerakan inti. Latihan intensitas rendah yang diselingi diantara latihan intensitas tinggi pada latihan interval membantu pembuangan metabolisme dari otot selama periode istirahat pada saat latihan interval intensitas tinggi sedang dilakukan oleh tubuh. Perubahan periode latihan yang dilakukan bergantian ini membantu tubuh meningkatkan volume dalam mengkonsumsi oksigen selama latihan. Hal ini dikarenakan sel paling sedikit mengkonsumsi oksigen adalah pada saat otot dalam keadaan istrahat. Latihan ini juga meningkatkan adaptasi sistem kardiovaskuler terhadap latihan interval yang dilakukan. Pada peneltian ini ditemukan hasil pengukuran kebugaran fisik sampel sebelum pelatihan pada 29 orang sampel perempuan berada pada kategori kurang bugar sebesar 100%. Sesudah pelatihan interval intensitas tinggi sampel perempuan mengalami peningkatan kebugaran fisik sesudah pelatihan yaitu 7 orang pada kategori kurang bugar sebesar 24,14%, kemudian 20 orang pada kategori kebugaran sedang sebesar 68,97% dan 2 orang pada kategori cukup bugar sebesar dan 6,90%. Hasil pengukuran kebugaran sampel sebelum pelatihan pada 10 orang sampel laki-laki berada pada kategori kurang bugar sebesar 100%. Sesudah pelatihan interval intensitas tinggi sampel laki-laki mengalami peningkatan kebugaran fisik yaitu 1 orang pada kategori kurang bugar sebesar 10%, kemudian 4 orang pada kategori kebugaran sedang sebesar 40% dan 5 orang pada kategori cukup bugar sebesar 50%. Hal ini dikarenakan faktor jenis kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi daya tahan kardiovaskuler untuk menigkatkan kebugaran fisik. Berdasarkan hasil analisis pengaruh faktor BMI terhadap peningatan kebugaran fisik sesudah pelatihan interval intensitas tinggi mengalami peningkatan paling besar pada sampel laki-laki kategori BMI normal dan sampel laki-laki kategori BMI normal. Jumlah sampel laki-laki dengan kategori BMI normal yaitu sejumlah 7 orang dengan kategori kurang bugar sebesar 100%. Sesudah diberikan pelatihan sampel tersebut mengalami peningkatan kebugaran fisik yaitu 2 orang berada dalam kategori kurang bugar sebesar 28,57%, kemudian 5 orang pada kategori kebugaran sedang sebesar 71,43% dan 1 orang pada kategori cukup bugar sebesar 14,29%. Jumlah sampel perempuan dengan kategori BMI normal yaitu sejumlah 13 orang dengan kategori kurang bugar sebesar 100%. Sesudah diberikan pelatihan sampel tersebut mengalami peningkatan kebugaran fisik yaitu 3 orang berada dalam kategori kurang bugar sebesar 23,08%, kemudian 8 orang pada kategori kebugaran sedang sebesar 61,54% dan 2 orang pada kategori cukup bugar sebesar 15,38%. Hal ini menunjukkan bahwa faktor BMI yang berhubungan dengan komposisi tubuh mempengaruhi peningkatan kebugaran fisik sesduah diberikan pelatihan. Jaringan lemak pada perempuan lebih banyak dari pada laki-laki sehingga pada saat tubuh mengalami peningkatan kardiovaskuler melalui peningkatan metabolisme dikarenakan tubuh membakar lemak dan kalori dengan cepat. Menurut Sharkey (2003), faktorfaktor yang mempengaruhi kebugaran fisik

yaitu jenis kelamin seseorang yang bertanggungjawab atas 25% hingga 40% dari perbedaan nilai VO 2 max. Lebih dari setengah perbedaan genotype dengan faktor lingkungan aerobik dikarenakan oleh perbedaan genotype dengan faktor lingkungan sebagai penyebab lainnya. Selain jenis kelamin, menurut Sharkey, latihan juga menjadi faktor yang mempengaruhi kebugaran. Penurunan sampai 10% perdekade untuk individu yang tidak aktif, tanpa memperhitungkan tingkat kebugaran awal mereka. Bagi yang aktif, dapat menghentikan setengah penurunan tersebut 4% hingga 5% perdekade dan yang terlibat dalam latihan fitness dapat menghentikan setengahnya hingga 2,5 perdekade (11). Menurut Housman dkk (2015) salah satu faktor yang mempengaruhi kebugaran fisik adalah komposisi tubuh, Jaringan lemak menambah berat badan, tapi tidak mendukung kemampuan untuk secara langsung menggunakan oksigen selama olahraga. Ketersedaiaan zat gizi dalam tubuh akan berpengaruh pada kemampuan otot berkontraksi dan daya tahan kardiovaskuler (12). Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dimuat dalam jurnal American College of Sports Medicine yang menyatakan bahwa lebih banyak oksigen yang digunakan pada saat melakukan latihan interval intensitas tinggi dari pada latihan noninterval. Kecepatan Metabolic rate meningkat untuk 90 menit sampai dengan 24 jam setelah sesi latihan interval intensitas tinggi. Peningkatan metabolisme dikarenakan tubuh membakar lemak dan kalori dengan cepat. Latihan intensitas tinggi (misalnya sprint) memacu kerja jantung dengan lebih keras sehingga konsumsi oksigen pun meningkat yang berarti metabolisme tubuh juga meningkat sehingga makin banyak lemak yang dipakai untuk pembakaran. Selain metabolisme pada saat kita melakukan latihan yang meningkat, metabolisme pada saat kita beristirahat pun meningkat, hal ini dikenal dengan istilah Resting Metabolic Rate (RMR) atau tingkatan metabolisme pada saat kita beristirahat selama 24 jam setelah melakukan latihan interval intensitas tinggi (13). Hal ini sesuai dengan Hoeger (2014) menyatakan bahwa pelatihan interval intensitas tinggi meningkatkan fungsi sel otot, membakar lemak dan meningkatkan kapasistas paru. Latihan interval intensitas tinggi selama 30 menit sama dengan 90 menit latihan intensitas rendah. Sehingga latihan interval intensitas tinggi membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai manfaat kebugaran. Simpulan, pelatihan interval intensitas tingggi lebih meningkatkan kebugaran fisik dari pada senam aerobik high impact. DAFTAR PUSTAKA 1. Hoeger, W.W.K and Hoeger, S.A. 2014. Lifetime Physical Fitness and Wellness: A Personalized Programe 13 th Edition. Paper Back Cengage Learning. 2. Purnawati, S and Wulandari, P.A. 2013. Perbandingan Daya Tahan Kardiorespirasi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Angkatan 2013 dengan Mahasiswa D1 Bea Cukai Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Denpasar Angkatan 2013.Available on: http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/art icle/view/8838. 3. Barlett, A. 2013. Interval Training. Available on: http://www.annabartlettfitness.com/por tfolio-inner-5.html 4. Yudha, M. 2011. Fitness. Jakarta: Niaga Swadaya. 5. Smith, M.M., Sommer, A.J., Starkoff, B.E and Devor, S.T. 2013. Crossfitbased High Intensity Power Training Improves Maximal Aerobic Fitness and Body Composition. Colombus-

Ohio: The Ohio State University, Departement of Human Sciences. 6. Alex, S., Subiono, H.S., and Sutardji. 2012. Pengaruh Senam Aerobik Low Impact dan High Impact terhadap Kesegaran Jasmani. Journal of Sport Sciences and Fitness. Volume: 1. 7. Rusip, G. 2006. A Comparative Study on The Physical Fitness Level Using The Harvard, Sharkey, and Kash Step Test. Majalah Kedokteran Nusantara Volume 39, No. 3. September 2006. 8. Pocock, S.J. 2008. Clinical Trials, A Practical Approach. Cichestes. John Wiley & Sons. 9. Budiarto, E. 2004. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC. 10. Oiliveira, M., Leggate, M and Lesson, M. 2013. Effect of Two Weeks of High Intensity Interval Training (HIIT) on Monocyte TLR2 and TLR4 Expression in High Sedentary Men. International Journal of Exercise Science. Available on: http://www.intjexersci.com 11. Sharkey, B.J. 2003. Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo. 12. Housman, J and Odum, M. 2015. Alters and Schiff Essential Concepts for Healthy Living 7 th Edition. Burlington: Jones & Bartlett Learning 13. Kafiz, L. 2014. American College of Sport Medicine. Available on: www.acsm.org.