BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penduduk Indonesia pada tahun 2012 mencapai 237,64 juta jiwa. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju maupun negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Data

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sistolic dan diastolic dengan konsisten di atas 140/90 mmhg (Baradero, Dayrit &

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi dimana pembuluh darah secara terus-menerus mengalami

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi memiliki istilah lain yaitu silent killer dikarenakan penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya tekanan darah arteri lebih dari normal. Tekanan darah sistolik

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk. Menurut Kemenkes RI (2012), pada tahun 2008 di Indonesia terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Pasal 1 UU RI No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan. Lanjut Usia dikatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus menerus

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB 1. mempengaruhi jutaan orang di dunia karena sebagai silent killer. Menurut. WHO (World Health Organization) tahun 2013 penyakit kardiovaskular

BAB I PENDAHULUAN.

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. mmhg. Penyakit ini dikategorikan sebagai the silent disease karena penderita. penyebab utama gagal ginjal kronik (Purnomo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. normal yang ditunjukkan oleh angka bagian atas (systolic) dan angka

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh PTM terjadi sebelum usia 60 tahun, dan 90% dari kematian sebelum

BAB 1 PENDAHULUAN. rendah, terlalu banyak lemak, tinggi kolesterol, terlalu banyak gula, terlalu

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN. kemasan merupakan hal yang penting dan diperlukan oleh konsumen, terutama bagi konsumen dengan kondisi medis tertentu yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. jantung beristirahat. Dua faktor yang sama-sama menentukan kekuatan denyut nadi

BAB I PENDAHULUAN. psikologis dan sosial. Hal tersebut menimbulkan keterbatasan-keterbatasan yang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan penyakit yang menyerang

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia karena prevalensi yang masih tinggi dan terus meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. 5 tahun di dunia mengalami kegemukan World Health Organization (WHO, menjadi dua kali lipat pada anak usia 2-5 tahun.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Status kesehatan masyarakat ditunjukkan oleh angka kesakitan, angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA TERHADAP DIET HIPERTENSI PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025 diproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkannya. Bila kondisi tersebut berlangsung lama dan menetap, maka dapat menimbulkan penyakit hipertensi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

DAFTAR ISI. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat...7

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB 1 : PENDAHULUAN. penduduk yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ada sekitar 1 milyar penduduk di seluruh dunia menderita hipertensi,

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN PENDAPATAN DENGAN TINGKAT KEKAMBUHAN HIPERTENSI DI WILAYAH PUSKESMAS GILINGAN SURAKARTA. Skripsi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya berbagai fasilitas dan pelayanan kesehatan serta kesejahteraan penduduk saat ini diketahui menyebabkan peningkatan usia harapan hidup (UHH) yang berdampak pada semakin meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia. Jumlah penduduk lansia di Indonesia mencapai 24 juta jiwa yang merupakan jumlah terbesar ke-4 di dunia setelah China, India dan Amerika Serikat. Jumlah tersebut terus meningkat setiap tahunnya dan menjadikan populasi lansia sebagai salah satu dari triple burdens yang dihadapi Indonesia, yaitu jumlah kelahiran bayi yang masih tinggi, masih dominannya penduduk muda, dan jumlah lansia yang terus meningkat, keadaan ini membutuhkan upaya kesehatan lansia yang komprehensif (Kementrian Kesehatan, 2013). Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2010 penduduk lansia yang berumur 60 tahun keatas mencapai peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat dilihat dari data pada tahun 1960-an penduduk lansia hanya 2%, saat ini sudah mencapai 10% dari total jumlah penduduk di Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2010). Persatuan Gerontologi Medik (2013) juga menyebutkan bahwa pada tahun 2015 jumlah lansia diperkirakan mencapai 36 juta orang atau 11,34% dari total penduduk Indonesia. 1

2 Meningkatnya populasi lansia ini tidak dapat dipisahkan dari masalah kesehatan yang terjadi pada lansia, menurunnya fungsi organ memicu terjadinya berbagai penyakit degeneratif (Azizah, 2010). Penyakit degeneratif pada lansia ini jika tidak ditangani dengan baik maka akan menambah beban finansial negara yang tidak sedikit dan akan menurunkan kualitas hidup lansia karena meningkatkan angka morbiditas bahkan dapat menyebabkan kematian (Depkes, 2010). Beberapa penyakit degeneratif yang paling banyak diderita oleh lansia antara lain, gangguan sendi, hipertensi, katarak, stroke, gangguan mental emosional, penyakit jantung dan diabetes melitus (Riskesdas, 2007). Diantara berbagai jenis penyakit degeneratif tersebut penyakit kardiovaskular terutama hipertensi adalah yang paling sering ditemukan pada lansia (Fu, 2011). Prevalensi hipertensi pada kelompok umur lansia sendiri mencapai 60-75% dari total populasi lansia (Fu, 2011). Survei yang dilakukan The National Health and Nutrition Examination (NHANES) menyatakan bahwa prevalensi hipertensi pada usia diatas 65 tahun sebesar 50 hingga 75 % (Nwankwo, 2013). Umumnya hipertensi pada usia lanjut ditemukan paling banyak pada kelompok wanita. Pada wanita lansia adanya penurunan fungsi organ reproduksi berupa menopause diyakini berperan dalam meningkatkan risiko wanita lansia terkena penyakit kardiovaskuler. Di Amerika sekitar 75% wanita pasca menopause menderita hipertensi (Barton et al., 2009). Meskipun angka kejadian hipertensi pada lansia cukup tinggi namun masalah tersebut tidak dapat dipertimbangkan kedalam dampak menua yang normal, karena menurut data dari World Health Organization (WHO, 2013)

3 hipertensi menjadi penyebab 45% kematian akibat serangan jantung dan 51% akibat stroke diseluruh dunia. Oleh sebab itu setiap kejadian hipertensi wajib diwaspadai. Sebagian besar dari kasus hipertensi yang terjadi pada lansia adalah jenis hipertensi esensial dimana penyebab dari hipertensi tersebut belum diketahui secara pasti. Meskipun begitu insidensi hipertensi esensial dikaitkan dengan faktor gaya hidup atau lifestyle (Fu, 2011). Pada pria dalam usia yang lebih muda dibanding wanita pada usia yang sama lebih banyak mengalami hipertensi. Hal tersebut diduga disebabkan karena perilaku yang tidak sehat (merokok dan konsumsi alkohol), depresi atau stres rendahnya status pekerjaan, perasaan kurang nyaman terhadap pekerjaan, dan pengangguran (Setiawan, 2006). Insidensi hipertensi juga sering dikaitkan dengan berbagai faktor seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, kebiasaan merokok, konsumsi minuman berkafein, konsumsi alkohol, aktivitas fisik, dan obesitas (Rahajeng dan Tuminah, 2009). Berdasarkan data Riskesdas (2007) prevalensi hipertensi nasional yang terdiagnosis atau mendapat pengobatan di berbagai layanan kesehatan adalah 24,2%, angka tersebut jauh lebih sedikit dibanding prevalensi nasional yang mencapai 32,2%. Hal ini menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat untuk mengontrol tekanan darah mereka masih rendah, padahal jika tidak segera ditangani hipertensi dapat menyebabkan berbagai komplikasi bahkan kematian (Depkes, 2006). Salah satu provinsi dengan angka hipertensi tertinggi di Indonesia adalah Jawa Tengah. Prevalensi hipertensi di provinsi ini lebih tinggi dari rata-rata

4 prevalensi nasional yaitu mencapai 37% (Riskesdas, 2007). Selain termasuk dalam provinsi dengan prevalensi hipertensi tertinggi data dari Badan Pusat Statistik (2014) menyatakan bahwa Jawa Tengah juga temasuk provinsi yang memiliki UHH yang cukup tinggi di Indonesia yaitu 72,6 tahun. Sebagai upaya dalam mengatasi peningkatan jumlah lansia dikarenakan UHH yang tinggi dan berbagai penyakit degeneratif termasuk hipertensi yang prevalensinya cukup tinggi maka pemerintah membentuk posyandu lansia sebagai pelayanan kesehatan yang berfokus pada langkah promotif dan preventif (Depkes, 2013). Penerapan pelayanan kesehatan lansia di Jawa Tengah sejak tahun 2009 hingga tahun 2013 mengalami peningkatan di masing-masing kabupaten di Provinsi ini (Dinkes Jawa Tengah, 2013). UHH tertinggi di Jawa Tengah dimiliki oleh Kabupaten Temanggung yaitu 74,2 tahun. Hal tersebut menyebabkan jumlah penduduk lansia semakin mengalami peningkatan (Depkes Temanggung, 2013). Temanggung adalah salah satu kabupaten di Jawa Tengah dengan komoditas yang paling terkenal berupa tembakau. Dua perusahaan rokok terbesar di Indonesia memasok sebagian besar tembakaunya dari Temanggung. Oleh sebab itu sebagian besar penduduk bermata pencaharian sebagai petani tembakau. Bahkan tembakau srintil yang hanya dihasilkan dari daerah ini dilabeli sebagai tembakau terbaik di dunia (Soeparna, 2009). Melimpahnya hasil pertanian tembakau menyebabkan rokok sebagai produk olahan utama tembakau tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Temanggung. Berdasarkan hasil data Riskesdas (2007) prevalensi merokok pada penduduk diatas usia 10 tahun mencapai 36,2% atau termasuk dalam 5 besar

5 kabupaten dengan konsumsi rokok terbesar di Indonesia. Hal tersebut diduga menjadi faktor risiko terjadinya hipertensi di Temanggung yang memiliki prevalensi cukup tinggi (Oktaviani, 2012). Dalam rangka menekan prevalensi penyakit degeneratif seperti hipertensi, puskesmas di Kabupaten Temanggung sudah menjalankan program posyandu lansia. Posyandu lansia merupakan salah satu program puskesmas santun lansia dan 97,1% puskesmas di provinsi di Jawa Tengah telah memiliki kegiatan posyandu Lansia tersebut (Riset Fasilitas Kesehatan, 2011). Meskipun posyandu lansia dilakukan rutin tiap bulan, data laporan Posyandu Lansia dari Puskesmas Dharma Rini Temanggung (2014) menyatakan bahwa hipertensi masih menjadi masalah terbesar yang sering ditemui dalam kegiatan posyandu lansia. Berdasarkan data dari 346 lansia dengan gangguan kesehatan, 283 lansia atau 81% lansia mengalami hipertensi. Oleh sebab itu sangat penting untuk mengetahui berbagai faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia agar dapat mengurangi angka hipertensi dan meningkatkan kualitas hidup pada lansia. Dari uraian latar belakang diatas peneliti tertarik meneliti melakukan penelitian tentang gambaran karakteristik demografi, gaya hidup, dan stres psikososial pada lansia dengan hipertensi di Temanggung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas peneliti merumuskan Bagaimana gambaran karakteristik demografi, gaya hidup, dan stres psikososial pada lansia dengan hipertensi di Temanggung?

6 C. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik demografi, gaya hidup, dan stres psikososial pada lansia dengan hipertensi di Temanggung. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran karakteristik demografi (usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, status gizi, riwayat keluarga hipertensi, riwayat diabetes melitus) pada lansia dengan hipertensi di Temanggung Jawa Tengah. b. Mengetahui gambaran gaya hidup (merokok, asupan garam, konsumsi alkohol, konsumsi kopi, konsumsi teh, dan aktivitas fisik) pada lansia dengan hipertensi di Temanggung Jawa Tengah. c. Mengetahui gambaran stres psikososial pada lansia dengan hipertensi di Temanggung Jawa Tengah. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian dapat memberikan masukan untuk Dinas Kesehatan terkait untuk menyusun perencanaan dan pengembangan kebijakan dalam peningkatan pelayanan kesehatan lansia khususnya dalam meningkatkan pelayanan program posyandu lansia.

7 2. Manfaat Praktis Meningkatkan keilmuan dan dapat menjadi dasar dalam penelitian selanjutnya. E. Keaslian Penelitian 1. Sari (2010) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian hipertensi pada karyawan Rumah Sakit Umum Daerah Pemangkat Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. Penelitian menggunakan rancangan case control dan dilakukan dengan melakukan matching terhadap variabel umur dan jenis kelamin.teknik pengambilan sampel dengan teknik random sampling sebanyak 40 responden dari masingmasing kelompok kasus dan kontrol. Analisis hasil menggunakan analisis univariat, bivariat dengan uji chi square, dan multivariat dengan teknik regresi logistik. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa asupan natrium (p=0,001; OR=6,378; 95%CI=2,280-17,842) asupan kalium (p=0,002; OR=0,150; 95%CI=0,045-0,503), kebiasaan merokok (p=0,003; OR=4,500; 95%CI=1,731-11,696-17,842), dan kebiasaan olahraga (p=0,028; OR=6,333; 95%CI=1,289-31,115) mempengaruhi kejadian hipertensi pada karyawan di RSUD Pemangkat dengan nilai p<0,05. Faktor lain yang diteliti yaitu asupan kalsium (p=0,735) dan status nutrisi (p=1,000) tidak memiliki pengaruh terhadap kejadian hipertensi.

8 Perbedaannya terletak pada tempat, sasaran, teknik pengambilan sampel, jumlah variabel independen, dan rancangan penelitian. Variabel independen pada penelitian tersebut terdiri dari asupan natrium, kalium dan kalsium, kebiasaan merokok, kebiasaan olahraga, dan status gizi sedangkan penelitian yang akan dilakukan terdiri dari jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, tingkat pendapatan, merokok, asupan garam, konsumsi alkohol, konsumsi kafein, aktivitas fisik, status gizi/ IMT, riwayat keluarga hipertensi, stres psikososial, dan riwayat DM. Rancangan penelitiannya menggunakan case control sementara rancangan penelitian yang akan dilakukan menggunakan cross sectional. Sasaran pada penelitian tersebut adalah karyawan RSUD Pemangkat sementara sasaran dari penelitian yang akan dilakukan adalah lansia dengan hipertensi di Temanggung. 2. Rachman (2011) tentang berbagai faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia. Penelitian menggunakan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah consecutive sampling sebanyak 34 responden yang melakukan kunjungan pada bagian Geriatri RSUP dr. Kariadi Semarang pada bulan April-Juni 2011. Analisis hasil menggunakan analisis bivariat dengan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor riwayat keluarga yang terkena hipertensi (p=0,01;rp=0,10; 95%CI=0,01-0,65) merupakan faktor risiko penyebab terjadinya hipertensi. Faktor-faktor lain yang diteliti dalam penelitan ini

9 yaitu:jenis kelamin (p=0,51), kebiasaan merokok (p=0,35), kebiasaan mengonsumsi asin (p=1,00), kebiasaan mengonsumsi lemak jenuh (p=0,67), kebiasaan mengonsumsi jelantah (p=1,00), kebiasaan mengonsumsi alkohol (p=0,42), kebiasaan olahraga (p=0,17), status gizi (p=0,68) tidak terbukti berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia. Perbedaannya terletak pada tempat, teknik pengambilan sampel, uji analisis, dan jumlah variabel independen yang diteliti. Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah consecutive sampling sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan total sampling. Uji analisis yang digunakan peneliti pada penelitian ini adalah analisis bivariat dengan uji chi square sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan analisis univariat saja. 3. Assis (2013) tentang kebiasaan konsumsi kopi, perilaku merokok, dan kualitas tidur sebagai faktor risiko tingginya tekanan darah pada remaja di kota Yogyakarta. Penelitian menggunakan rancangan case control dan dilakukan dengan melakukan matching terhadap variabel umur dan jenis kelamin. Teknik pengambilan sampel dengan teknik cluster random sampling sebanyak 40 responden dari masing-masing kelompok kasus dan kontrol. Analisis hasil menggunakan analisis bivariat dengan uji chi square. Hasil dari penelitian ini adalah konsumsi kopi dengan frekuensi 6 kali perminggu merupakan faktor

10 risiko peningkatan tekanan darah pada remaja di kota Yogyakarta (p=0,043; OR=4,75; 95%CI=0,94-23,99). Faktor lain seperti perilaku merokok (p=1,000) dan kualitas tidur (p=0,799) bukan merupakan faktor risiko peningkatan tekanan darah pada remaja. Perbedaan terletak pada tempat, sasaran, rancangan penelitian, teknik pengambilan sampel, uji analisis, dan jumlah variabel yang digunakan. 4. Cohen et al. (2012) tentang Influence of age on the association between lifestyle factors and risk of hypertension. Penelitian ini menggunakan rancangan prospective cohort dengan tujuan menganalisis hubungan lima faktor risiko yang dapat dikontrol dan hipertensi. Responden berjumlah 78.590 wanita non-hipertensi dari berbagai rentang usia antara 30-55 tahun yang berasal dari 11 negara bagian di Amerika Serikat. Penelitian ini diawali dengan pembagian kuesioner 4 tahun sebelum penelitian yang berisi tentang riwayat kesehatan dan gaya hidup, dari 121.700 perawat yang dikirimi kuesioner >90% responden dapat dilakukan follow up untuk penelitian ini yang berlangsung selama 26 tahun. Responden kemudian dibagi menjadi 3 kelompok usia yaitu 50 tahun, 51-60 tahun, dan 61 tahun. Kelima faktor risiko yang diteliti adalah Indeks Massa Tubuh (IMT), diet Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH), penggunaan analgesik, menopause dan konsumsi alkohol. Metode cox proportional hazards regression digunakan untuk mengetahui hubungan faktor

11 risiko dengan kejadian hipertensi. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh gaya hidup terhadap hipertensi cenderung menurun dibandingkan dengan pengaruh terhadap kelompok usia yang lebih muda. Wanita dengan kelompok usia 50 tahun atau lebih muda dengan faktor risiko rendah memiliki Hazard Ratio atau HR=0,13 (95%CI=0,03-0,52) sedangkan pada kelompok wanita diatas 61 tahun HR=0,62 (95%CI=051-0,75). Perbedaannya terletak pada tempat, teknik pengambilan sampel, rancangan penelitian, sasaran, uji analisis, dan variabel yang diteliti. 5. Fatma (2010) tentang Pola Konsumsi, Gaya Hidup, dan Indeks Massa Tubuh sebagai faktor risiko terjadinya hipertensi pada nelayan di Kabupaten Bintan Kepulauan Riau. Penelitian ini menggunakan responden nelayan di Kabupaten Bintan dan diambil dengan teknik consecutive sampling, rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah unmatched case control study. Subyek penelitian terdiri dari 137 kelompok kasus dan 137 kelompok kontrol. Analisis data menggunakan analisis bivariat chi square dan analisis multivariat menggunakan regresi logistik. Delapan faktor risiko diteliti dalam penelitian ini, terdapat hubungan bermakna antara konsumsi natrium (OR=2,622; 95%CI=1,494-4,600; p=0,001), konsumsi kalium (OR=2,512; 95%CI=1,545-4,086; p=0,000), konsumsi kopi (OR=3,657; 95%CI=2,206-6,060; p=0,000), dan kebiasaan merokok OR=3,132; 95%CI=1,601-6,126; p=0,001) dengan kejadian hipertensi.

12 Sementara faktor lain seperti konsumsi serat, konsumsi alkohol, stres psikososial, dan IMT memiliki nilai p>0,05 yang artinya tidak terdapat hubungan bermakna antar faktor-faktor tersebut dengan kejadian hipertensi pada nelayan di Kabupaten Bintan. Perbedaannya terletak pada tempat, teknik pengambilan sampel, rancangan penelitian, sasaran, dan jumlah variabel yang diteliti 6. Manik (2011) tentang Faktor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi pada lansia di posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Parsoburan Kecamatan Pematangsiantar tahun 2011. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross sectional dengan jumlah responden 105 lansia menggunakan teknik total sampling. Data kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 3 variabel yang diteliti memiliki hubungan yang signifikan terhadap keadian hipertensi pada lansia yaitu pendidikan (p=0,016), riwayat keluarga (p=0,000;rp=3,106), dan aktivitas fisik (p=0,002;rp=2,500). Variabel lain seperti jenis kelamin, obesitas, pendidikan, status pekerjaan dan kebiasaan merokok tidak ditemukan hubungan yang signifikan. Perbedaan penelitian terletak pada analisa data pada penelitian ini tidak menggunakan analisis multivariat, tempat pada penelitian ini berada di posyandu lansia di Sorburan Pematangsiantar, Sumatera Utara sementara penelitian yang akan dilakukan dilakukan di Temanggung dan variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah

13 umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, riwayat keluarga, status gizi, aktivitas fisik dan riwayat merokok sementara variabel pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan 12 variabel. 7. Oktaviani (2012) tentang Faktor-faktor risiko Hipertensi Primer pada Petani di kecamatan Parakan Kabupaten Temanggung. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian case control dengan jumlah responden untuk masing-masing kelompok kasus dan kontrol sebanyak 139 yang berasal dari petani yang berasal dari kecamatan Temanggung. Data kemudian dianalisis menggunakan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa 3 variabel yang diteliti memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian hipertensi pada petani yaitu stres (p=0,000;or=12,8), merokok (p=0,000;or=10,81), asupan natrium (p=0,000;or=5,96), dan minum kopi (p=0,026;or=3,94). Perbedaan penelitian terletak pada, tempat pada penelitian ini berada di kecamatan Parakan, sementara penelitian yang akan dilakukan dilakukan di Temanggung dan variabel independen yang diteliti pada penelitian ini adalah stres, merokok, asupan natrium, dan minum kopi sementara variabel pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan 12 variabel, sasaran pada penelitian ini adalah petani sementara penelitian yang akan dilakukan adalah lansia