Deputi Bidang Teknologi Informasi, Energi, Material, dan Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi



dokumen-dokumen yang mirip
PUSAT TEKNOLOGI LINGKUNGAN

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Contoh Makalah Penelitian Geografi MAKALAH PENELITIAN GEOGRAFI TENTANG LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kaya yang dikenal sebagai negara kepulauan. Negara ini

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi

PENDAHULUAN. lahan pertambakan secara besar-besaran, dan areal yang paling banyak dikonversi

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

Pemberdayaan Lingkungan untuk kita semua. By. M. Abror, SP, MM

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

Modul 1: Pengantar Pengelolaan Sumber Daya Air

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

INDIKATOR KINERJA INDIVIDU

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN (Dalam miliar Rupiah) Prioritas/ Rencana Prakiraan Rencana.

PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM II. K e l a s. C. Pertanian Organik

STRATEGI PENGEMBANGAN PERUSAHAAN DAERAH KEBERSIHAN KOTA BANDUNG UNTUK MEWUJUDKAN BANDUNG BERSIH dan HIJAU SECARA BERKELANJUTAN

KEGIATAN DITJEN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN LINGKUNGAN TAHUN Jakarta, 7 Desember 2016

Komponen Ekosistem Komponen ekosistem ada dua macam, yaitu abiotik dan biotik. hujan, temperatur, sinar matahari, dan penyediaan nutrisi.

PROFIL BADAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP (BPLH)

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PEMBUATAN LUBANG RESAPAN BIOPORI DI KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN,

PENDAHULUAN. pengelolaan kawasan pesisir dan lautan. Namun semakin hari semakin kritis

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANGKA TENGAH

BARANG TAMBANG INDONESIA II. Tujuan Pembelajaran

Geografi PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUN BERKELANJUTAN I. K e l a s. xxxxxxxxxx Kurikulum 2006/2013. A. Kerusakan Lingkungan Hidup

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERUSAKAN LINGKUNGAN

Geografi KEARIFAN DALAM PEMANFAATAN SUMBER DAYA ALAM I. K e l a s. Kurikulum 2013

BAB I PENDAHULUAN. sampai sub tropis. Menurut Spalding et al. (1997) luas ekosistem mangrove di dunia

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PROGRAM PEMERINTAH PENINGKATAN KEBUTUHAN DAMPAK LINGKUNGAN

BUPATI PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI KABUPATEN PEMALANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

MATRIKS ARAH KEBIJAKAN WILAYAH PAPUA

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2010

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERATURAN NOMOR 009 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

dan (3) pemanfaatan berkelanjutan. Keharmonisan spasial mensyaratkan bahwa dalam suatu wilayah pembangunan, hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

3. Pelestarian makhluk hidup dapat memberikan keuntungan ekonomi kepada masyarakat berupa

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

KEPUTUSAN NOMOR 54 TAHUN 2015 TENTANG KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL,

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUPOKSI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2018 TENTANG PERCEPATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN KERUSAKAN DAERAH ALIRAN SUNGAI CITARUM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Mata Pencaharian Penduduk Indonesia

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

BAB I. PENDAHULUAN. pulau-nya dan memiliki garis pantai sepanjang km, yang merupakan

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. pengelola real estat terpadu dalam bidang ritel, komersial dan pemukiman real

Transkripsi:

Deputi Big Informasi, Energi, Material, Ba Pengkajian Penerapan Pusat Pengkajian Penerapan (P3TL) mempunyai tugas melaksanakan pengkajian, penerapan, koordinasi penyiapan penyusunan kebijakan nasional dalam tiga big teknologi, yaitu pencemaran lingkungan Konservasi pemulihan kualitas lingkungan habitat, simulasi standarisasi lingkungan. Selain melaksanakan koordinasi kegiatan fungsional di ketiga big teknologi tersebut di atas, P3TL juga melakukan pemantauan, pembinaan pelayanan di big teknologi lingkungan dalam rangka inovasi, difusi, diseminasi, pengembangan kapasitas proses alih teknologi. Visi Menjadi pusat penyedia teknologi lingkungan yang dibutuhkan masyarakat untuk menunjang pembangunan berkelanjutan Misi Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia untuk menunjang penguasaan teknologi rekayasa di big lingkungan. Mengembangkan teknologi perlindungan lingkungan. Meningkatkan mengembangkan kerjasama penelitian pengembangan di big teknologi perlindungan lingkungan dengan pihak-pihak terkait. 4. Menggalang mengembangkan kemitraan dengan masyarakat, khususnya UKM/IKM dalam pemanfaatan penerapan teknologi lingkungan. Kompetensi Inti Produksi Daur Ulang Guna Ulang Manajemen 4. Pemodelan 5.

Struktur Organisasi DIREKTUR Pusat Pengkajian Penerapan Big Big Pemimpin Pemimpin Proyek Proyek Unit Unit Pelayanan Pelayanan Jasa Jasa Asisten Asisten Direktur Direktur Perencanaan Perencanaan Implementasi Implementasi Program Program Hubungan Hubungan Antar Antar Lembaga Lembaga Administrasi Administrasi Keuangan Keuangan Big Big Big Big Konservasi Konservasi Big Big Habitat, Habitat, Air Air Cair Cair Sampah Sampah Padat Padat Produksi Produksi Udara Udara Lahan Lahan Perairan Perairan Konstruksi Konstruksi /Habitat /Habitat Buatan Buatan Model Model Big ini bertugas melaksanakan pengkajian penerapan teknologi untuk pengelolaan pengolah-an air limbah cair, pengelolaan sampah limbah padat, daur ulang guna ulang, produksi ber-sih, pencegahan pencemar-an pemulihan kualitas udara serta pencegahan kebisingan. Big ini selain bertugas melaksanakan pengkajian penerapan teknologi untuk konservasi perairan darat, flora fauna, juga melakukan pemantauan pengendalian pencemaran air tanah, perairan serta kerusakan lahan guna pemu-lihan kualitasnya. Big ini bertugas melaksanakan pengkajian penerapan teknologi pengkondisian lingkungan efisiensi pendayagunaan lingkungan melalui disain habitat serta simulasi, pemodelan, sistem informasi stardarisasi lingkung-an.

Beberapa Pengalaman Dalam Melaksanakan Kegiatan-kegiatan Pengkajian Penerapan Air Pengolahan Cair Kegiatan ini bertujuan untuk melaksanakan pengkajian, pengembangan, penerapan, pemasyarakatan teknologi pengelolaan air bersih pengolahan limbah cair. Pengkajian dilakukan terhadap lima aspek, yaitu teknis, ekonomis, sosial, budaya, manajemen khususnya dari segi lingkungan. Hasil kegiatan berupa perangkat keras juga perangkat lunak. Perangkat keras yang telah diujicobakan diterapkan di beberapa daerah di Indonesia, yaitu teknologi pengolahan air seperti Saringan Pasir Lambat Up Flow, Sistem Pengolahan Air Siap Minum, Saringan Penghilang Besi Mangan, Pengolahan Air Payau/Asin dengan sistem osmosis balik, Pengolahan Air Sungai Bergambut, Pengolahan Air Rumah Sakit dengan Biofilter Aerob- Anaerob, Pengolahan Cair Rumah Tangga Secara Komunal Kombinasi Sistem Biofilter Aerob-Anaerob, Pengolahan Cair Industri Teksti, Perlindungan Air Tanah dengan Sumur Resapan, Pengolahan Pabrik Tahu-Tempe. Beberapa perangkat lunak yang telah dikembangkan antara lain aplikasi GIS (Geographical Information System) untuk pengelolaan air tanah, pengembangan Sistem Informasi Sumber Daya Air, pelayanan elektronik Sistem Informasi Pengolahan Air. Semua sistem informasi di atas diharapkan dapat merupakan langkah sosialisasi yang efektif efisien khususnya tentang informasi teknologi pengelolaan air bersih pengolahan limbah cair. Hijauan Hasil Pertanian Pakan ternak merupakan faktor yang paling banyak membutuhkan biaya, yaitu sebesar 60-70% dari seluruh biaya produksi. Berlimpahnya limbah hijauan antara lain dedaunan jagung pucuk tebu merupakan potensi pakan ternak di musim kemarau. limbah hijauan dapat dilakukan antara lain dengan cara silase. silase ini dapat mengolah limbah hijauan menjadi pakan ternak agar tersedia terus sepanjang tahun tanpa merusak nilai gizi, merupakan teknologi yang ramah lingkungan karena menggunakan bahan organik seperti tetes saat ini sudah dipercepat prosesnya dengan mikroba efektif. Sasaran yang akan dicapai dengan program ini adalah terkelolanya limbah hijauan hasil pertanian yang berlimpah pada musim hujan menjadi bahan pakan ternak yang bermutu sepanjang tahun untuk ternak ruminasia melalui proses yang ramah lingkungan murah.

Pengembangan Bambu Laminasi Penelitian pengembangan teknologi bambu laminasi, pada dasarnya meru-pakan upaya untuk memberikan nilai tambah bambu melalui peningkatan status teknis. Hal tersebut antara lain dapat dicapai melalui proses laminasi pengembangan teknologi industrinya, sehingga bambu dapat dijadikan bahan alternatif pendamping kayu. Dalam skala industri, pemanfaatan bambu sesuai dengan sasaran pembangunan perumahan, memungkinkan untuk dijadikan bahan komoditi ekspor. Adapun tujuan kegiatan ini adalah mengu-payakan pemberian nilai tambah bambu sebagai bahan bangunan pendamping kayu, pelestarian hutan tropis, pengembangan teknologi proses industri bahan bangunan yang tidak merusak lingkungan. Produksi Kompos padat dari kawasan peternakan, pertanian, perkebunan, kehutanan, agroindutri, pemukiman perkotaan di Indonesia saat ini keberadaanya sering menimbulkan permasalahan bagi lingkungan. Pada sisi lain, limbah padat tersebut di atas didominasi oleh bahan organik yang sebenarnya merupakan bahan baku yang sangat baik untuk dijadikan kompos, melalui rekayasa teknologi aerobik dengan sistem open windrow. Kegiatan ini bertujuan untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang diakibatkan oleh limbah padat melalui teknologi proses pengkomposan, yaitu mengubah limbah padat yang berstatus sebagai pencemar lingkungan menjadi kompos yang memiliki nilai ekonomi berfungsi sebagai pupuk organik alami sehingga bermanfaat dalam meningkatkan produksi pertanian. Penerapan teknologi ini antara lain pada pengkomposan sampah perkotaan, pengkomposan limbah rumah pemotongan hewan (RPH) sapi kerbau, serta pengkomposan limbah peternakan ayam. Selain kajian teknologi kompos, juga kajian kombinasi teknologi pengolahan sampah terpadu menuju konsep Zero Waste yang memadukan teknologi kompos, daur ulang sampah anorganik, pembakaran, pelelehan pemanfaatan abu sisa pembakaran. Ekosistem Lahan Perairan Kegiatan ini akan menangani berbagai aspek yang berasal dari polusi masalah kerusakan lingkungan lainnya. Program yang dijalankan antara lain (1) Kontrol biologi dari campuran toksik pada budidaya ug yang bertujuan untuk mendapatkan teknologi bioremidiasi dari campuran toksik pada habitat budidaya ug. (2) polusi pemulihan kualitas lingkungan pada waduk multiguna untuk menghentikan proses penurunan kualitas air di waduk di daerah resapan sekitar sungai Citarum yang disebabkan oleh industri rumah tangga juga budidaya ikan dengan jala apung, tanpa mengganggu aktivitas keberadaanya. (3) Reklamasi pasca penambangan yang didasari pada kondisi lingkungan sekitar daya dukung yang ada.

Penerapan Produksi Penanggulangan Udara Kegiatan ini bertujuan untuk melaksanakan pengkajian, penerapan, pengembangan teknologi produksi bersih penanggulangan pencemaran udara, antara lain produksi bersih di rumah pemotongan hewan Cakung Pembuatan karbon aktif dari limbah pertanian Pembuatan tepung ikan 4. Produksi bersih di sektor pengecoran logam di IKM 5. Produksi bersih di sektor perikanan 6. Penerapan produksi bersih IKM pengolahan makanan 7. Desiminasi teknologi produksi bersih ke masyarakat dengan pelatihan-pelatihan Penataan Lereng Gunung Merapi Mewujudkan strategi konsepsi pembangunan di kawasan resapan kawasan rawan bencana gunung merapi dengan memanfaatkan seluruh potensi sumberdaya teknologi yang tersedia serta memperhatikan kemampuan daya dukung lingkungan dalam upaya peningkatan pendapatan masyarakat mempertahankan fungsi kawasan lindung lereng merapi. Peningkatan Pemanfaatan Ruang Desa Pesisir Pantai Wilayah pesisir Kab. Pemalang memiliki sebuah percontohan keterpaduan pemanfaatan ruang desa pesisir. Keterpaduan ini ditandai dengan penerapan konsep tani tumpang sari antara tanaman melati, pertambakan penanaman mangrove oleh masyarakat. Tanaman melati ditanam di tengah-tengah tambak atau di antara dua area tambak. Dengan konsep ini tanaman bakau yang ditanam di sisi saluran air tanggul tambak ug/ikan selain berfungsi sebagai penahan tanah, daunnya dimanfaatkan penduduk desa pesisir pantai sebagai tambahan pakan ternak kambing. Diperlukan suatu sistem pengelolaan penataan ruang wilayah pesisir pantai yang dapat mengintegrasikan dengan harmonis antara kepentingan ekologi ekonomi. Konsep tersebut antara lain adalah konsep Silvofishery, seperti yg diterapkan di desa Cikiong, Rengasdengklok, konsep tani Tumpangsari melati-tambak-mangrove seperti yang diterapkan di desa Blendung, desa Tasikrejo, Kabupaten Pemalang konsep Agropolitan lestari.

Pengolahan Data Model Melakukan analisis data, pemodelan, simulasi komputer pengembangan Sistem Informasi Geografis (SIG) yang berhubungan dengan lingkungan yang dikembangkan untuk membantu para pengambil keputusan dalam menangani masalah-masalah yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan di Daerah Aliran Sungai (DAS). SEAWATCH Indonesia Seawatch Indonesia merupakan sistem monitoring pemodelan prakiraan lingkungan laut, dimana kegiatannya meliputi pengumpulan data oseanografis meteorologis secara real time dengan menggunakan sensor yang dipasang pada Buoy SEAWATCH. Kemudian data dikirimkan ke Database Server via satelit Inmarsat C. Informasi SEAWATCH Indonesia berisi beberapa modul, yaitu modul penerimaan data, modul penyediaan data, analisa, penyajian, modul pemodelan peramalan kondisi laut, modul jaringan distribusi data informasi bagi pengguna yang membutuhkan. Adapun tujuannya adalah (a) Pengembangan implementasi sistem monitoring, pemodelan, prakiraan, informasi lingkungan perairan laut Indonesia. (b) Tersedianya informasi lingkungan laut, baik bagi instansi pemerintah maupun pihak laian di big kelautan. (c) Pengumpulan data dalam meningkatkan kualitas prakiraan cuaca. Data oseanografi meteorologi tersebut telah digunakan oleh instansi lain seperti Ditjen Perhubungan Laut, LIPI, DISHIDROS, Ditjen Perikanan, lain-lain. Aplikasi data Seawatch Indonesia untuk pemantauan data pengelolaan lingkungan kawasan marikultur bertujuan (a) Memanfaatkan data Seawatch untuk menentukan lokasi pemantauan lingkungan yang berkelanjutan. (b) Membangun mengembangkan model pengelolaan lingkungan marikultur untuk memaksimalkan meminimalkan produksi meminimalkan dampak lingkungan. Lokasi uji coba kegiatan ini berada di Pulau Pamegaran Kepulauan Seribu.