menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen dominan sempurna dan jika hp < -1 atau hp > 1 menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai

Pendugaan Parameter Genetik Karakter Umur Panen dan Bobot Per Buah pada Persilangan Cabai Besar dan Cabai Rawit (Capsicum annuum L.

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai sumber utama protein nabati. Kontribusi kedelai sangat

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA TIGA KELOMPOK CABAI (Capsicum annuum L.) ABDULLAH BIN ARIF

Penelitian I: Pendugaan Ragam dan Model Genetik Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai pada Jagung Pendahuluan

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER KUALITATIF DAN KUANTITATIF TOMAT SITI ZAMROH

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

PARAMETER GENETIK (Ragam, Heritabilitas, dan korelasi) Arya Widura R., SP., MSi PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

Pendugaan Parameter Genetik pada Beberapa Karakter Kuantitatif pada Persilangan antara Cabai Besar dengan Cabai Keriting (Capsicum annuum L.

II. TINJAUAN PUSTAKA. ujung (tassel) pada batang utama dan bunga betina tumbuh terpisah sebagai

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian 1. Evaluasi respon ketahanan tanaman terhadap infeksi ChiVMV

TINJAUAN PUSTAKA Botani Cabai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Kuadrat Nilai Tengah Gabungan untuk Variabel Vegetatif dan Generatif

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max L. Merrill) merupakan tanaman pangan yang sangat dibutuhkan

TINJAUAN PUSTAKA. Pemuliaan Jagung Hibrida

I. PENDAHULUAN. Produksi kedelai di Indonesia pada tahun 2009 mencapai ton. Namun,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (2007), benih padi hibrida secara

HASIL DAN PEMBAHASAN

karakter yang akan diperbaiki. Efektivitas suatu karakter untuk dijadikan karakter seleksi tidak langsung ditunjukkan oleh nilai respon terkorelasi

Pewarisan Sifat Beberapa Karakter Kualitatif dan Kuantitatif pada Hipokotil dan Kotiledon Cabai (Capsicum annuum L.)

Pewarisan Sifat Beberapa Karakter Kualitatif pada Tiga Kelompok Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) berasal dari daratan Cina, yang kemudian

DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L]. Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu komoditas pangan

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK VIGOR BENIH CABAI (Capsicum annuum L.) MENGGUNAKAN ANALISIS SILANG HALF DIALEL

TINJAUAN PUSTAKA Karakteristik Lahan Kering Masam

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan sumber protein penting di Indonesia. Kesadaran masyarakat

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Permintaan akan tanaman hias di Indonesia semakin berkembang sejalan

BAB IV ANALISIS GENETIK ADAPTASI KEDELAI TERHADAP INTENSITAS CAHAYA RENDAH BERDASARKAN KARAKTER MORFO-FISIOLOGI DAUN

Topik 3 Analisis Genetik Hk. Mendel

Rerata. Variance = Ragam. Varian/ragam (S 2 ) : Standar Deviasi : s = s 2

Prof..Dr. Ir. Kuswanto, MS Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (606) :

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan

POLA PEWARISAN BEBERAPA KARAKTER KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA CABAI (Capsicum annuum L.) Oleh Muhammad Dzikri Alif A

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak, berasal

VII. PEMBAHASAN UMUM

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang

gabah bernas. Ketinggian tempat berkorelasi negatif dengan karakter jumlah gabah bernas. Karakter panjang daun bendera sangat dipengaruhi oleh

sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan yang memiliki toleransi yang lebih baik dibandingkan tetua toleran (segregan transgresif).

TINJAUAN PUSTAKA Morfologi Tanaman Cabai

I. PENDAHULUAN. Kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman semusim yang menjalar

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai telah dibudidayakan sejak abad ke-17 dan telah ditanam di berbagai daerah di

METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI

I. PENDAHULUAN. Ketahanan pangan merupakan salah satu prioritas utama dalam pembangunan

Pokok Bahasan: Pemuliaan untuk Tanaman Menyerbuk Sendiri. Arya Widura R., SP., MSI PS. Agroekoteknologi Universitas Trilogi

I. PENDAHULUAN. yang tergolong dalam tanaman serat batang (bast fibre crops). Seratnya diperoleh

Penelitian III: Seleksi dan Uji Daya Gabung Galur-Galur Hasil Introgresi Gen Resesif Mutan o2 untuk Karakter Ketahanan terhadap Penyakit Bulai

Hajroon Jameela *), Arifin Noor Sugiharto dan Andy Soegianto

II. TINJAUAN PUSTAKA. jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Botani Tanaman Kacang Panjang. Menurut Tim Karya Tani Mandiri (2011), susunan klasifikasi kacang panjang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. fenotipe yang diamati menunjukkan kriteria keragaman yang luas hampir pada

DAFTAR PUSTAKA. Allard RW Principle of Plant Breeding. New York: John Wiley and Sons, Inc.

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu komoditi pangan utama

TINJAUAN PUSTAKA. Class : Dicotyledoneae, Ordo : Leguminales, Family : Poaceae, Genus : Glycine,

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Cabai Lingkungan Tumbuh

KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN

Berdasarkan hasil analisis korelasi, huhungan antara karakter hortikultura dengan ketahanan terhadap CMV dan ketahanan terhadap ChiVMV bersifat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Trustinah (1993) sistematika (taksonomi) kacang tanah diklasifikasikan

POLA SEGREGASI KARAKTER AGRONOMI TANAMAN KEDELAI (Glycine max [L.] Merrill) GENERASI F 2 HASIL PERSILANGAN WILIS X MALANG 2521

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

I. PENDAHULUAN. Indonesia tinggi, akan tetapi produksinya sangat rendah (Badan Pusat Statistik,

POLA PEWARISAN BEBERAPA KARAKTER KUALITATIF DAN KUANTITATIF PADA CABAI (Capsicum annuum L.) Oleh Muhammad Dzikri Alif A

I. PENDAHULUAN. Tanaman padi (Oryza sativa L.) merupakan salah satu makanan pokok di

Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 2 Persilangan Wilis Dan Mlg 2521

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Steenis (2005) klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut

PEUBAH PERTUMBUHAN KUALITATIF. Bentuk Ujung Daun Pertama, Bentuk Batang, dan Warna Batang

melakukan inokulasi langsung pada buah pepaya selanjutnya mengamati karakter yang berhubungan dengan ketahanan, diantaranya masa inkubasi, diameter

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) merupakan salah satu tanaman sumber protein

NARWIYAN AET PEMULIAAN TANAMAN

TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays L) adalah anggota keluarga Graminae, ordo Maydeae, genus Zea (Fischer

Suhardi, S.Pt.,MP MONOHIBRID

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang

PEWARISAN KARAKTER KOMPONEN HASIL DAN PEMANFAATAN SEGREGAN TRANSGRESIF PERSILANGAN CABAI BESAR DAN KERITING DALAM RANGKA PERBAIKAN HASIL YUNANDRA

AKSI GEN DAN HERITABILITAS KANDUNGAN ANTOSIANIN BERAS MERAH PADA HASIL PERSILANGAN GALUR HARAPAN PADI BERAS MERAH TOLERAN KEKERINGAN X KALA ISI TOLO

PENDAHULUAN Latar Belakang

(1) Kebun Percobaan (KP) Muara, untuk pengadaan benih. (persilangan-persilangan) dan menanam tanaman makanan

Transkripsi:

71 PEMBAHASAN UMUM Nisbah populasi F2 untuk karakter warna batang muda, bentuk daun dan tekstur permukaan buah adalah 3 : 1. Nisbah populasi F2 untuk karakter posisi bunga dan warna buah muda adalah 1 : 2 : 1. Hal ini dapat dijelaskan berdasarkan nilai X 2 hitung yang diperoleh lebih kecil dibandingkan X 2 tabel. Jika nisbah populasi F2 adalah 3 : 1, dapat dinyatakan bahwa karakter tersebut dipengaruhi oleh aksi gen dominan, jika nisbah populasi F2 adalah 1 : 2 : 1, dapat dinyatakan bahwa karakter tersebut tidak ada pengaruh dominansi (Welsh 1991). Dari hal tersebut, dapat menjelaskan bahwa semua karakter-karakter kualitatif yang diamati (bentuk daun, warna batang muda, posisi bunga, warna buah muda dan tekstur permukaan buah) dikendalikan oleh satu gen. Apabila suatu karakter dikendalikan oleh tetua betina maka keturunan persilangan resiprokalnya akan memberikan hasil yang berbeda, dan keturunannya hanya memperlihatkan ciri dari tetua betina (Stansfield 1991). Antara keturunan F1 dengan keturunan F1 resiproknya tidak dapat digabung karena segregasi populasi F2 akan berbeda dan tidak mengikuti hukum Mendel (Gardner dan Snustad 1984). Sebaliknya, apabila tidak terdapat pengaruh tetua betina (dikendalikan oleh gen inti), persilangan resiprokal dapat digabungkan benihnya untuk memperoleh keturunan berikutnya dan segregasi F2 akan mengikuti hukum Mendel. berdasarkan hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh tetua betina pada semua karakter-karakter kuantitatif yang diamati kecuali bobot buah total per tanaman. Hal ini ditunjukkan oleh tidak adanya perbedaan nilai rata-rata populasi F1 & F1R. Jika nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel atau nilai Prob> t lebih dari 0.05, maka dapat dinyatakan tidak terdapat perbedaan nilai rata-rata populasi F1 & F1R. Tidak adanya pengaruh maternal merupakan indikasi bahwa karakter tersebut dikendalikan oleh gen-gen di dalam inti (Roy 2000; Yunianti dan Sujiprihati 2006). Pada karakter bobot buah total per tanaman, diduga terdapat pengaruh tetua betina. hal ini menunjukkan terdapat pengaruh gen-gen di luar inti yang mengendalikan karakter tersebut. Derajat dominansi dari masing-masing karakter kuatitatif yang diamati dapat diduga dengan menghitung nilai potensi rasio (hp). Jika nilai hp = 0 menunjukkan karakter tesebut tidak ada dominansi, jika hp = 1 atau hp = -1

72 menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen dominan sempurna dan jika hp < -1 atau hp > 1 menunjukkan karakter tersebut dikendalikan aksi gen dominan lebih, jika berada pada kisaran 0 dan 1 menunjukkan bahwa karakter tersebut dikendalikan oleh aksi gen dominan positif tidak sempurna (Petr dan Frey 1966). Jika suatu karakter dikendalikan oleh aksi gen dominan positif tidak sempurna, maka nilai rata-rata F1 cenderung mendekati nilai rata-rata tetua yang lebih tinggi. Karakter-karakter kuantitatif yang diamati yang aksi gennya berupa aksi gen dominan positif tidak sempurna meliputi tinggi dikotomous, umur panen, bobot per buah dan diameter buah. Pada penelitian Hari et al. (2004) diperoleh hasil bobot buah tomat persilangan GM1 x GH dikendalikan oleh aksi gen dominan positif tidak sempurna. Jika nilai hp suatu karakter yang berada pada kisaran -1 dan 0 menunjukkan bahwa karakter tersebut dikendalikan oleh aksi gen dominan negatif tidak sempurna (Petr dan Frey 1966). Jika suatu karakter dikendalikan oleh aksi gen dominan positif tidak sempurna, maka nilai rata-rata F1 cenderung mendekati nilai rata-rata tetua yang lebih rendah. Karakter-karakter kuantitatif yang diamati yang mempunyai aksi gen dominan negatif tidak sempurna meliputi panjang buah dan tebal daging buah. Dalam penelitian Hilmayanti et al. (2006) diperoleh panjang buah cabai persilangan 605 x RM G dikendalikan oleh aksi gen dominan negatif tidak sempurna. Demikian juga hasil penelitian Hari et al. (2004) menunjukkan bahwa bobot buah tomat persilangan GM3 x GP dikendalikan oleh aksi gen dominan negatif tidak sempurna. Apabila model menunjukkan kesesuaian dengan model aditif-dominan (m[d][h]) dengan uji-t, maka pengujian tidak dilanjutkan ke model yang lainnya karena dianggap tidak ada interaksi non alelik (Hill et al. 1998). Berdasarkan uji skala indivdu, model genetik yang sesuai untuk karakter tinggi dikotomous dan tebal daging buah adalah model aditif-dominan. Hal ini ditunjukkan oleh nilai t- hitung yang lebih kecil dibandingkan nilai t-tabel (1.96). Nilai t-hitung diperoleh dari nilai C dibagi SE C (standard error C). Nilai C = 4 (rata-rata F2) (rata-rata P1) 2 (rata-rata F1) (rata-rata P2). Jika nilai t-hitung lebih besar dari nilai t- tabel (1.96), maka dilakukan uji skala gabungan untuk melihat pengaruh interaksi antar lokus yang berbeda atau interaksi gen-gen non alelik. Hasil penelitian

73 Limbongan et al. (2008) menunjukkan model genetik yang sesuai untuk karakter tinggi tanaman pada padi adalah model aditif-dominan/m[d][h]. Apabila model aditif-dominan tidak sesuai maka dilakukan pengujian secara bertahap mulai dari model dua, tiga, empat, dan lima komponen genetik. Model paling sesuai jika nilai X 2 hitung menunjukkan nilai terkecil dan lebih kecil dari X 2 tabel (Mather dan Jink 1982). Berdasarkan uji skala gabungan, model m[d][h][i][j] sesuai untuk karakter bobot per buah pada persilangan IPB C9 x IPB C10. Model m[d][h][i][l] sesuai untuk karakter umur panen dan diameter buah pada persilangan IPB C9 x IPB C10. Model m[d][h][j][l] sesuai untuk karakter umur panen pada persilangan IPB C105 x IPB C5. Jika nilai komponen dominan lebih besar dibandingkan nilai komponen aditif maka aksi gen yang mengendalikan karakter tersebut adalah aksi gen dominan. Jika nilai komponen dominan atau aditif berlawanan tanda dengan komponen interaksinya, maka diduga ada pengaruh epistasis duplikat. Jika nilai komponen genetik dominan berlawanan tanda dengan interaksinya (dominan x dominan) pada persilangan jagung Nei9008 x CML161 pada karakter ketahanan terhadap penyakit bulai menunjukkan adanya aksi gen epistasis duplikat (Azrai et al. 2005). Karakterkarakter yang dikendalikan oleh aksi gen epistasis duplikat meliputi umur panen, panjang buah, diameter buah dan bobot per buah. Jika nilai komponen dominan atau aditif bertanda sama dengan komponen interaksinya, maka diduga ada pengaruh epistasis komplementer. Hasil penelitian Utami et al. (2005) menunjukkan jika komponen genetik aditif dan dominan bertanda sama dengan interaksinya pada persilangan padi liar x padi budidaya IR 64 pada karakter ketahanan terhadap penyakit blas menunjukkan adanya aksi gen epistasis komplementer. Karakter-karakter yang dikendalikan oleh aksi gen epistasis komplementer meliputi umur berbunga dan bobot total per tanaman. Sebaran populasi F2 karakter umur berbunga dan bobot buah total per tanaman, menyebar tidak normal dan kontinyu. Karakter yang yang dikendalikan oleh banyak gen ditunjukkan oleh nilai kurtosis < 3 (berbentuk platykurtic), sedangkan karakter yang dikendalikan oleh sedikit gen ditunjukkan oleh nilai kurtosis > 3 (berbentuk leptokurtic) (Roy 2000). Nilai kurtosis karakter umur berbunga dan bobot buah total per tanaman bernilai kurang dari tiga. Hal tersebut

74 menjelaskan bahwa karakter bobot buah total per tanaman dikendalikan oleh banyak gen. Karakter yang dikendalikan oleh aksi gen aditif dengan pengaruh aksi gen epistasis duplikat ditunjukkan oleh sebaran yang tidak normal dan nilai skewness yang bertanda negatif, sedangkan karakter yang dikendalikan oleh aksi gen aditif dengan pengaruh aksi gen epistasis komplementer ditunjukkan oleh sebaran yang tidak normal dan nilai skewness yang bertanda positif (Roy 2000). Nilai skewness karakter umur berbunga dan bobot buah total per tanaman bernilai positif. Dari hal tersebut, dapat dinyatakan bahwa karakter umur berbunga dan bobot buah total per tanaman dipengaruhi oleh aksi gen epistasis komplementer. Nilai heritabilitas dikatakan rendah apabila kurang dari 20%, sedang jika berada antara 20-50%, tinggi jika lebih dari 50%. Akan tetapi nilai-nilai ini sangat tergantung dari metode dan populasi yang digunakan (Sujiprihati et al. 2003; Stansfield 1983). Nilai heritabilitas karakter umur panen berada pada kisaran rendah sampai tinggi, nilai heritabilitas karakter tinggi dikotomous berada pada kisaran sedang, nilai heritabilitas karakter bobot per buah berada pada kisaran rendah sampai sedang, nilai heritabilitas karakter diameter buah dan tebal daging buah berada pada kisaran sedang, nilai heritabilitas karakter panjang buah berada pada kisaran rendah sampai tinggi, dan nilai heritabilitas karakter bobot buah total per tanaman berada pada kisaran sedang sampai tinggi. Seleksi akan memberikan kemajuan genetik yang tinggi jika sifat yang dilibatkan dalam seleksi mempunyai heritabilitas yang tinggi (Falconer 1981). Berdasarkan jumlah gen yang mengendalikan, model genetik yang sesuai, aksi gen yang mengendalikan dan nilai heritabilitas dapat mempermudah pemulia dalam menentukan metode seleksi yang sesuai. Misalnya pada karakter bobot buah total per tanaman hasil persilangan IPB C105 x IPB C5 nilai rata-rata populasi F2 = 412.90 g, nilai = 224.90 g dan nilai h 2 ns = 44.60%. Jika dilakukan seleksi 5% dari jumlah populasi awal dengan nilai intensitas seleksi (i) = 2.063, dengan rumus nilai kemajuan selekasi ( G) = i h 2 ns (Allard 1960), maka akan diperoleh kemajuan seleksi sebesar 206.93 g. Sehingga pada populasi yang akan datang (populasi F3) akan diperoleh nilai rata-rata bobot buah total per tanaman adalah 619.83 g. Apabila seleksi terus dilakukan sampai generasi F7 maka akan terbentuk galur unggul dengan produktivitas yang tinggi.

75 Dengan demikian seleksi dapat lebih efektif dan efisien, jika diketahui informasi genetik yang lengkap (Allard 1960). Jika suatu karakter dikendalikan oleh aksi gen dominan, maka seleksi akan efektif jika dilakukan pada awal generasi. Dalam penelitian ini, seleksi akan lebih efektif dilakukan pada generasi awal untuk semua karakter kuantitatif yang diamati. Hal ini karena semua karakter kuantitatif yang diamati dikendalikan oleh aksi gen dominan. Zen (1995) menjelaskan jika nilai heritabilitas berada pada kisaran tinggi maka seleksi akan efektif jika dilakukan pada generasi awal. Metode pedigree lebih sesuai untuk karakter yang nilai heritabilitasnya berada pada kisaran tinggi. Pada penelitian ini karakter bobot buah total per tanaman akan efektif jika dilakukan pada generasi awal dengan metode pedigree. Sebaliknya, jika nilai heritabilitas berada pada kisaran rendah-sedang maka seleksi akan efektif jika dilakukan pada generasi lanjut (Zen 1995). Metode bulk lebih sesuai untuk karakter yang nilai heritabilitasnya berada pada kisaran rendah-sedang. Pada penelitian ini, seleksi untuk karakter bobot per buah, tinggi dikotomous, panjang buah, diameter buah, tebal daging buah, umur berbunga dan umur panen lebih efektif dilakukan pada generasi lanjut dengan metode bulk.