TINJAUAN TINGKAT KONDISI FISIK ATLET KARATE SMA NEGERI 1 KECAMATAN SULIKI KABUPATEN 50 KOTA SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Karate merupakan olahraga bela diri yang mempunyai ciri khas yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan diri dari serangan luar. Oleh karena itu manusia perlu beladiri

2015 KONTRIBUSI PANJANG TUNGKAI DAN FLEKSIBILITAS SENDI PANGGUL TERHADAP HASIL TENDANGAN USHIRO GERI DALAM KARATE

BAB I PENDAHULUAN. sering dipertandingkan yaitu kata dan kumite. Menurut Abdul Wahid (2006: 75)

KARATE OLIMPIADE BRAWIJAYA 2014

JUJUR GUNAWAN MANULLANG

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cabang olahraga yang berpotensi menyumbangkan medali di setiap

I. PENDAHULUAN. usaha yang dapat mendorong membangkitkan, mengembangkan dan membina

BAB I PENDAHULUAN (Nakayama, 1966). Karate berasal dari dua huruf Kanji; kara berarti kosong,

ANALISIS KONDISI FISIK PEMAIN SEPAK BOLA KLUB PERSEPU UPGRIS TAHUN 2016

HUBUNGAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP KECEPATAN MAWASHI GERY CHUDAN PADA KARATEKA DOJO CAPITAL KARATE CLUB TAHUN Rahman Situmeang.

BAB I PENDAHULUAN. olahraga prestasi yang dipertandingkan baik di tingkat nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1. Kihon (gerakan dasar) yang mencakup antara lain : a) Dachi (kudakuda) b) Uke (Tangkisan) c) Tsuki (pukulan) d) Geri (tendangan)

BAB I PENDAHULUAN. kedalam kesadaran di seluruh dunia serta perkembangan kebudayaan manusia.

BAB IV BELA DIRI. 108 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

BAB I PENDAHULUAN. secara bebas memilih aktivitas cabang olahraga sesuai dengan minatnya.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi status sosial dalam beberapa komunitas. Karate juga merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. beladiri yang beragam. Beladiri asli dan yang paling tua di Indonesia adalah

meningkatkan prestasi dalam pertandingan kumite dan kata. Kata adalah jurus

PEDOMAN PERTANDINGAN CABANG OLAHRAGA KARATE SISWA SEKOLAH DASAR (SD) TINGKAT NASIONAL

I. PENDAHULUAN. Pencak silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia.

I N K A I KRITERIA PENILAIAN. KYU 8 KYU 7 (Ke KUNING) KIHON :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2016 KONTRIBUSI KESEIMBANGAN, KELENTUKAN PANGGUL DAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL TENDANGAN SABIT CABANG OLAHRAGA PENCAK SILAT

TINJAUAN KEMAMPUAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2 MAX) ATLET PENCAK SILAT PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR (PPLP) SUMATERA BARAT TAHUN 2015 JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. satu karakteristik permainan sepak bola yaitu menendang dan mengoper bola

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

2016 PROFIL KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK, KEKUATAN MAKSIMAL, POWER,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

PERATURAN PERTANDINGAN CABANG OLAHRAGA KARATE DALAM RANGKA PEKAN OLAHRAGA PELAJAR SMA (POPSMA)

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Khususnya atlet Taekwondo Putra junior Sibayak Club

2015 DAMPAK LATIHAN KELINCAHAN TERHADAP PENINGKATKAN SERANGAN TENDANGAN TEKNIK MAWASHI GERI PADA CABANG OLAHRAGA KARATE

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan

sama maka diadakan babak tambahan untuk menentukan pemenang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (kosong) dan lainnya te (tangan). Kata kosong berarti teknik beladiri karate tidak

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LAMPIRAN. Gambar 1. Pakaian Karate-Do (Uwagi dan Zubon) Gambar 2. Dojo sebagai tempat latihan. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. waktu, dan tempat dengan selalu menjaga kehormatan masing-masing secara

I. PENDAHULUAN. sehingga dengan mempelajari taekwondo, pikiran, jiwa dan raga kita secara

BAB I PENDAHULUAN. dipertanggungjawabkan adalah melalui pendekatan ilmiah. Menurut Cholik

HUBUNGAN ANTARA DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI, KELENTUKAN PINGGUL DAN KESEIMBANGAN TERHADAP DAYA LEDAK TENDANGAN JODAN MAWASHI GERI.

PEMBELAJARAN KIHON DALAM OLAHRAGA BELADIRI KARATE. Pangondian Hotliber Purba *

BAB I PENDAHULUAN. fisik karena kemampuan kondisi fisik yang prima sangat menentukan tinggi

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESES PENELITIAN. dilemparkan lurus ke belakang sehingga tubuh kelihatan lurus seperti sikap tubuh

BAB I PENDAHULUAN. terarah dan berkesinambungan. Karate adalah satu dari sekian banyak olahraga

PENGARUH LATIHAN KARET DAN LATIHAN BEBAN TERHADAP PENINGKATAN POWER LENGAN DAN KECEPATAN PUKULAN GYAKU TSUKI CHUDAN

I. PENDAHULUAN. kesehatan sangat diperlukan selama manusia masih menghendaki hidup

2015 PENGARUH LATIHAN SQUAT D AN LATIHAN PNF TERHAD AP HASIL SMASH KED ENG PAD A PERMAINAN SEPAKTAKRAW

BAB I A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. watak serta peradaban bangsa yang bermatabat, dan merupakan salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. jasmani setiap individu berhak secara bebas memilih aktivitas cabang olahraga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EVALUASI KONDISI FISIK ATLET IPSI KABUPATEN JOMBANG KATEGORI TANDING PUTRA

BAB I PENDAHULUAN. potensi jasmani, rohani dan sosial (Toho dan Ali, 2007: 2). Dari pengertian

Olahraga Karate Indonesia ) yang beranggotakan pengurus pengurus karate. FORKI

2015 DAMPAK PENERAPAN POLA LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENINGKATAN KONDISI FISIK PEMAIN SEPAKBOLA

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu tentu juga didukung oleh kecepatan, kekuatan gerakan dan kemampuan. sencak silat dilakukan dengan cepat dan kuat.

BAB I PENDAHULUAN. para atlet sepak bola yang berkualitas. Namun masih banyak yang harus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini telah menjadi kebutuhan setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan. Didalam hidup manusia dituntut untuk dapat menjaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PENJASKESREK OLEH :

KIHON (Gerakan Dasar)

KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai prestasi yang maksimal, banyak. Harsono (2000:4) mengemukakan bahwa: Apabila kondisi fisik atlet dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

TINJAUAN KONDISI FISIK PEMAIN SEKOLAH SEPAKBOLA (SSB) GENERASI MUDA GANTING (GMG) KELOMPOK UMUR-15 KOTA PADANG PANJANG JURNAL

II. TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas jasmani dan pembiasaan perilaku hidup sehat sehari-hari. Tujuan yang

KONTRIBUSI DAYA LEDAK OTOT LENGAN DAN KELENTUKAN TERHADAP PUKULAN LOB ATLET BULUTANGKIS PB. MERAH PUTIH KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin

II. TINJAUAN PUSTAKA. tangan. Kedua kanji tersebut bermakna tangan kosong (pinyin : segi fisik tidak ada artinya (Sujoto J.B, 1996 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan cabang olahraga yang didalami.

BAB I PENDAHULUAN. apabila kondisi fisik baik, maka ia akan cepat menguasai teknik-teknik gerakan

Jurnal Ilmu Keolahragaan Vol. 13 (1) Januari Juni 2014: 23-33

PANGONDIAN HOTLIBER PURBA Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan ABSTRAK

SURVEI TINGKAT GENERAL ENDURANCE ATLET SEPAKBOLA PADA KLUB CAKRA BUANA KOTA TULUNGAGUNG TAHUN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. gerak yang dipertandingkan yaitu kata dan kumite. Menurut Nakayama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. variabel satu dengan variabel yang lain. Sedangkan menurut Soekidjo

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan atau bagian hidup yang tidak dapat ditinggalkan. dan kebiasaan sosial maupun sikap dan gerak manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencak Silat adalah salah satu cabang olahraga yang sudah dipertandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cabang olahraga beladiri, khususnya karate yang berasal dari Jepang sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cabang olahraga atletik adalah salah satu nomor cabang yang tumbuh dan berkembang seiring dengan kegiatan

HUBUNGAN KELENTUKAN DAN KELINCAHAN TERHADAP KECEPATAN TENDANGAN MAWASHI GERY CHUDAN PADA KARATEKA PERGURUAN WADOKAI DOJO UNIMED

BAB I PENDAHULUAN. adalah satu kesatuan utuh dari komponen-komponen yang tidak dapat

I. PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak besar pada perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia untuk pembangunan. Olahraga merupakan kebutuhan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif sepanjang hari pada saat melakukan aktifitas, biasanya pada saat

PERSETUJUAN. Siswa Kelas Khusus Olahraga Sepakbola di Sekolah Menengah Pertama

Transkripsi:

TINJAUAN TINGKAT KONDISI FISIK ATLET KARATE SMA NEGERI 1 KECAMATAN SULIKI KABUPATEN 50 KOTA SKRIPSI Diajukan Kepada Tim Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga Sebagai Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan OLEH : GUSTIA LESTARI 00969/2008 JURUSAN PENDIDIKAN KEPELATIHAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2012 i

i

i

Sesungguhnya disamping kesukaran itu ada kemudahan. Apabila engkau telah selesai mengerjakan suatu pekerjaan maka berusahalah untuk mengerjakan pekerjaan yang lain (At-Tin, ayat 6-7) Alhamdulillah.... Dengan mengucap puji syukur kepada Allah SWT yang telah membukakan hati dan pikiranku dan memberikan karunia-nya sehingga pada hari ini aku telah dapat menyelesaikan perjuangan ini.... Hari ini........ Cahaya masa depan terlintas di hadapanku Kuharus berlari sebelum nafasku berhenti Karena hidup adalah sebuah perjalanan panjang Kutajamkan mata untuk melihat masa depan Hari ini ya Allah.... Dengan sujud syukur kepada-mu.... Melalui sebuah karya kecilku ini kucoba lunasi hutangku kepada kedua orang tuaku tercinta Ayahanda Mardenis & Ibunda Bettriza yang telah mendidikku dengan penuh kasih sayang tanpa mengeluh, dan memberikan dukungan penuh. Terima kasih untuk setiap air susumu ibu.... yang menjadi tulang dan energy di raga ini. Dan dengan cinta kasih dari kalianlah aku tumbuh dan menuai setitik keberhasilan yang besar dalam hidupku. Terima kasih Allah telah memberiku orang tua sempurna. Buat abang ku Reo Shaputra, buat adik2 ku Aprinaldy, Friyko Yulieanda, Rahmad Fadhil, Mikey Astari dan semua keluarga besarku Pak o (Drs. Irvan), mami (Zul Yetty) terima kasih atas dukungannya, serta guru-guru SMA ku (Pak Kepala Drs. Afrizal, Pak M. Yusuf Lubis, M.Pd, Buk Nurhayati, M.Pd, Pak Yon Waizar Fetra, Pak H. Safwan, Pak Sido, Buk Nursyamsi dll) terima kasih banyak atas motivasi yang diberikan. Dan tak lupa buat kekasihku tercinta (Hifzul Ridho) yang selalu menemaniku dan memarahiku serta dukungan dan motivasinya yang telah buruak (kanda) berikan selama dinda mengerjakan skripsi ini.....dan cepat ngusul ya buruak...,biar cepat merid....hahaahaaaa.... i

Kepada Bapak Drs. Busli dan Bapak Drs. Umar, M.S, AIFO selaku pembimbing beserta Bapak Drs. Hermanzoni, M.Pd, Bapak Drs. Masrun, M.Kes, AIFO, dan Bapak Roma Irawan S.Pd, M.Pd selaku dosen penguji Terima kasih yang sebesar besarnya saya ucapkan atas kepedulian, dukungan, bimbingan, dan saran-saran dari bapak selama ini yang mana akhirnya skripsi ini selesai juga...semoga ilmu yang bapak berikan dapat saya pergunakan sebaik-baiknya dan semoga Allah SWT memberikan pahala yang setimpal kepada bapak amin.... Buat teman-teman kos di Villa Keheningan Parkit 5 No 14.... Dede Septiana, Devi Rahmawati, Febri Yana Listia, dan Alifah Budi Lestari....terima kasih selama ini telah membantu dan menemani ku dalam penyelesaian skripsi ini....dan terima kasih banyak kepada Jelek (dede) yang menemani ku tidur selama ku sakit dan maaf telah buat tidurmu terganggu selama 2 malam, hehehehe......dan Devi & Ipeb terima kasih banyak yah....telah menemani dan membantuku sewaktu sakit....pengorbanan dirimu semua tak akan ku lupakan.....dan semangat yah Dede, Devi, dan Ipeb dalam mengerjakan skripsinya.. Terima kasih untuk semua yang pernah hadir dalam hidup ku, semoga kita semua mendapatkan Ridho dariallah SWT Amien....!!! Gustia Lestari i

ABSTRAK Gustia Lestari, 2008: Tinjauan Tingkat Kondisi Fisik atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif, dimana bertujuan untuk meninjau kondisi fisik atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota, kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkai, daya ledak otot lengan, daya ledak otot tungkai, dan daya tahan. Populasi dalam penelitian ini adalah atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. Teknik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 23 orang. Pengambilan data dilakukan dengan mengambil masing-masing kondisi fisik atlet. Kekuatan dengan tes hand grip dynamometer test dan leg dynamometer test dengan satuan Kg, daya ledak dengan tes medicine ball test dan vertical jump test dengan satuan m/cm, daya tahan dengan Bleep test dengan satuan ml/kg.bb/min. Analisis data dilakukan dengan menggunakan statistik deskriptif (tabulasi frekuensi) dari analisis data diperoleh hasil : 1. Hasil tes kekuatan otot lengan, Mean (rata-rata) kemampuan kekuatan otot lengan yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota yaitu 29.39, berada dalam kategori kurang sebanyak 13 orang, dengan persentase 56.5%. 2. Hasil tes kemampuan kekuatan otot tungkai, Mean (rata-rata) kemampuan kekuatan otot tungkai yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota yaitu 142.61, berada dalam kategori kurang sebanyak 13 orang, dengan persentase 56.5%. 3. Hasil tes kemampuan daya ledak otot lengan, Mean (rata-rata) kemampuan daya ledak otot lengan yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota yaitu 3.70, berada dalam kategori cukup sebanyak 13 orang, dengan persentase 56.5%. 4. Hasil tes kemampuan daya ledak otot tungkai, Mean (rata-rata) kemampuan daya ledak otot tungkai yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota yaitu 93.47, berada dalam kategori kurang sebanyak 20 orang, dengan persentase 87%. 5. Hasil tes kemampuan daya tahan, Mean (rata-rata) kemampuan daya tahan yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota yaitu 28.35, berada dalam kategori rendah sebanyak 10 orang, dengan persentase 43.5%. Berdasarkan penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa masih rendahnya tingkat kondisi fisik atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. Kata Kunci : Kekuatan Otot Lengan, Kekuatan Otot Tungkai, Daya Ledak Otot Lengan, Daya Ledak Otot Tungkai, dan Daya Tahan. i

KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menyelesaikan tugas akhir/skripsi tentang Tinjauan Tingkat Kondisi Fisik Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. Dalam menyelesaikan tugas akhir/skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dan dorongan serta kemudahan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan tulus dan ikhlas penulis menyampaikan rasa kehormatan dan terima kasih pada pihak yang telah membantu, terutama kepada : 1. Bapak Drs. Arsil, M. Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan. 2. Bapak Drs. Maidarman, M. Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga. 3. Bapak Drs. Hermanzoni, M. Pd selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Kepelatihan Olahraga dan juga selaku Dosen Penguji. 4. Bapak Drs. Busli selaku Penasehat Akademik sekaligus Pembimbing I. 5. Bapak Drs. Umar, M. S, AIFO selaku Pembimbing II yang telah memberikan saran serta memberikan masukan dalam mengerjakan skripsi ini sampai akhir. 6. Bapak Drs. Masrun, M. Kes dan Bapak Roma Irawan, S. Pd, M. Pd selaku Dosen Penguji. ii

7. Bapak dan Ibu Guru SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. 8. Pelatih Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota serta atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. 9. Orang Tua beserta keluarga besar yang telah memberikan bantuan baik moril maupun material. 10. Teman teman seperjuangan yang turut memberikan dukungan moril dalam penulisan proposal ini. Akhir kata hanya kepada Allah SWT tempat menyerahkan diri semoga penulisan tugas akhir/skripsi ini dapat diterima sebagai amalan yang mendapatkan ridho-nya serta berguna bagi yang membaca. Padang, Juli 2012 Penulis iii

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah... 1 B. Identifikasi masalah... 5 C. Pembatasan masalah... 6 D. Perumusan masalah... 6 E. Tujuan penelitian... 7 F. Kegunaan penelitian... 8 BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA KONSEPTUAL A. Kajian Teori 1. Hakekat Olahraga Karate... 9 2. Kondisi Fisik... 20 3. Unsur Unsur Kondisi Fisik... 25 B. Kerangka Konseptual... 42 iv

C. Pertanyaan Penelitian... 44 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 46 B. Waktu dan Tempat Penelitian... 46 C. Populasi dan Sampel... 46 D. Defenisi Operasional... 47 E. Jenis dan Sumber Data... 49 F. Instrumen Penelitian... 50 G. Teknik Pengumpulan Data... 57 H. Prosedur Penelitian... 57 I. Teknik Analisis Data... 58 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskriptif Data... 59 B. Analisis Data... 62 C. Pembahasan... 68 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Kesimpulan... 77 B. Saran... 78 DAFTAR PUSTAKA... 79 v

DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Populasi Penelitian... 47 Tabel 2. Norma Kekuatan Otot Lengan... 50 Tabel 3. Norma Kekuatan Otot Tungkai... 51 Tabel 4. Norma Daya Ledak Otot Lengan... 52 Tabel 5. Norma Daya Ledak Otot Tungkai... 54 Tabel 6. Norma Daya Tahan Aerobik... 56 Tabel 7. Daftar Panitia Pelaksana Tes... 58 Tabel 8. Kekuatan Otot Lengan... 59 Tabel 9. Kekuatan Otot Tungkai... 60 Tabel 10. Daya Ledak Otot Lengan... 61 Tabel 11. Daya Ledak Otot Tungkai... 61 Tabel 12. Daya tahan Aerobik... 62 vi

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kuda-kuda Zenkutsu - dachi... 13 Gambar 2. Kata... 14 Gambar 3. Posisi siap/yoi... 15 Gambar 4. Posisi berdiri sikap penghormatan... 15 Gambar 5. Kumite... 16 Gambar 6. Otot lengan bagian bawah... 34 Gambar 7. Otot Tungkai Atas... 36 Gambar 8. Otot Tungkai Bawah... 36 Gambar 9. Kerangka Konseptual... 44 Gambar 10.Sikap awal Pelaksanaan Tes Vertical Jump... 54 Gambar 11.Lintasan Bleep test... 56 Gambar 12.Histogram Kekuatan Otot Lengan... 63 Gambar 13.Histogram Kekuatan Otot Tungkai... 64 Gambar 14.Histogram Keterampilan Daya Ledak Otot Lengan... 65 Gambar 15.Histogram Keterampilan Daya Ledak Otot Tungkai... 66 Gambar 16.Histogram Keterampilan Daya Tahan Aerobik... 67 vii

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Nama nama Atlet Karate SMA N Kec. Suliki Kab. 50 Kota... 81 2. Rekap Tabel Tes Hand Grip Dynamometer... 82 3. Rekap Tabel Tes Leg Dynamometer... 83 4. Rekap Tabel Tes Medicine Ball Push... 84 5. Data Mentah Tes Daya Ledak Otot Tungkai... 85 6. Hasil Pengukuran Kekuatan Otot Lengan Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota... 86 7. Hasil Pengukuran Kekuatan Otot Tungkai Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota... 87 8. Hasil Pengukuran Daya Ledak Otot Lengan Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota... 88 9. Hasil Pengukuran Daya Ledak Otot Tungkai Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota... 89 10. Hasil Pengukuran Daya Tahan Aerobik Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota... 90 11. Data Seluruh Hasil Penelitian... 91 12. Surat Penelitian Dari Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Padang... 92 13. Surat Izin Penelitian dari Dinas Pendidikan Kab. 50 Kota... 93 14. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian Dari SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota... 94 15. Surat Keterangan Dari UPTD Balai Pengawasan Mutu Barang... 95 16. Foto Tes Hand Grip Dynamometer... 96 17. Foto Tes Leg Dynamometer... 97 18. Foto Tes Medicine Ball Push... 98 19. Foto Tes Vertical Jump... 99 20. Foto Tes Daya Tahan Aerobik... 100 21. Foto Bersama dan Peralatan... 101 viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia secara jasmaniah, rohaniah, dan sosial dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, sejahtera, dan demokratis. Hal ini juga dijelaskan dalam Undang Undang Sistem Keolahragaan Nasiaonal nomor 3 tahun 2005 pasal 1 ayat 4, tentang tujuan keolahragaan nasional yang berbunyi : Keolahragaan nasional bertujuan memelihara dan meningkatkan kesehatan dan kebugaran, prestasi, kualitas manusia, menanamkan nilai moral dan aklhak mulia, sportivitas, disiplin, mempererat dan membina persatuan dan kesatuan bangsa, memperkokoh ketahanan nasional, serta mangangkat harkat, martabat, dan kehormatan bangsa.(2007 : 6) Dalam rangka meningkatkan olahraga sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, maka kegiatan olahraga yang dilakukan tidak hanya sekedar memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat agar masyarakat Indonesia selalu memiliki jiwa dan raga yang sehat dan segar jasmani. Olahraga juga dilaksanakan untuk menghasilkan suatu prestasi yang bertujuan untuk memperoleh penghargaan dan mengharumkan nama bangsa baik secara nasional maupun Internasional. Karate merupakan cabang olahraga beladiri yang paling populer didunia hingga kini, dan nomor 2 di Indonesia setelah beladiri tradisonal Pencak Silat yang masih terhitung sepupu jauhnya, Abdul Wahid (2007:1). Jadi 1

2 karate adalah cabang olahraga beladiri yang tanpa menggunakan senjata tajam, tetapi tangan kosong tersebut bisa dapat menjadi senjata yang sangat berbahaya jika dilatih secara maksimal dan merupakan cabang olahraga yang keras. Oleh karena itu, setiap karateka dituntut agar tidak menyalahgunakan ilmu beladiri tersebut. Maka dalam cabang olahraga karate ada lima (5) sumpah yang dapat menuntun sikap para karateka dapat menjadi karateka yang baik dan tidak menyalahgunakan ilmu yang dimilikinya. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kec.Suliki Kab. 50 Kota merupakan salah satu sekolah yang cukup berprestasi dalam cabang olahraga beladiri. Dimana siswa siswa SMA N 1 Kec.Suliki Kab. 50 Kota sudah ada yang berprestasi ditingkat daerah, provinsi, maupun nasional. Walaupun sudah ada yang masuk pada tingkat Kejurda Forki Solok Selatan tahun 2009/2010 juara 2 Kata dan juara 3 Komite (1) orang, tentu saja itu prestasi yang belum bisa dibanggakan atau dapat dikatakan bahwa prestasinya masih rendah. Untuk mencapai prestasi yang optimal dalam suatu cabang olahraga, kondisi fisik seorang atlet dapat melaksanakaan teknik teknik gerakan dengan baik dan jelas bahwa kondisi fisik merupakan salah satu unsur yang sangat perlu diperhatikan dalam setiap usaha peningkatan prestasi seorang atlet. Maka penjelasan tersebut Syafruddin( 1999 : 34 ) menjelaskan bahwa : Kemampuan kondisi fisik merupakan kemampuan dasar untuk mengembangkan komponen komponen lainnya seperti kemampuan kekuatan, dayatahan, kecepatan, kelentukan dan lain sebagainya. Kemampuan ini juga syarat utama untuk menentukan pencapaian suatu tujuan dalam hal gerakan sehari hari dan kebugaran tubuh maupun dalam meraih prestasi dalam olahraga.

3 Menurut Hendri Irawadi (2010: 25), ada beberapa unsur unsur kondisi fisik seperti daya tahan, kekuatan, kecepatan, kelentukan, daya tahan kekuatan, daya tahan kecepatan, daya ledak, kelincahan, keseimbangan, ketepatan, dan koordinasi. Sedangkan menurut Rusli Lutan, dkk (1991:232) kondisi fisik yang sangat dominan dibutuhkan atlet karate adalah kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai, power otot lengan dan daya ledak otot tungkai, dan daya tahan aerobik. Kekuatan otot merupakan komponen yang paling penting bagi atlet karena kekuatan daya penggerak setiap aktivitas fisik. Sehingga kekuatan otot lengan merupakan komponen kondisi fisik yang cukup penting perananya dalam memukul lawan, target (sasaran) sehingga menghasilkan kemampuan pukulan yang baik dan dapat dilihat pada kemampuan individu itu sendiri, sedangkan kekuatan otot tungkai merupakan kemampuan otot / sekelompok otot untuk menahan atau menerima beban sewaktu bekerja sehingga menghasilkan kemampuan tendangan yang baik dan dapat dilihat pada kemampuan individu itu sendiri. Daya ledak otot lengan merupakan kemampuan yang sangat diperlukan dalam pencapaian keterampilan seseorang untuk melakukan pukulan yang lebih cepat, sedangkan daya ledak otot tungkai merupakan suatu kemampuan tungkai kaki untuk mengatasi beban/tahanan dengan kuat dan cepat dengan kontraksi tinggi. Daya tahan aerobik adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi berulang ulang tanpa timbul kelelahan. Dalam karate pada saat bertanding atlet harus mempunyai kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai yang maksimal untuk menahan suatu

4 beban saat melakukan pukulan, tangkisan dan tendangan. Disamping itu, juga memiliki daya ledak otot lengan dan daya ledak otot tungkai yang tinggi pada saat menyerang baik itu pukulan, tangkisan dan tendangan, serta harus mempunyai daya tahan aerobik yang baik untuk menyelesaikan pertandingan membutuhkan waktu singkat, cepat dan tenaga yang maksimal. Rendahnya prestasi atlet karate SMA N 1 Kec.Suliki Kab. 50 Kota tentunya disebabkan oleh banyak faktor, seperti : sarana prasarana,tingkat kesegaran jasmani, status gizi, kemampuan teknik, mental, motivasi, kondisi fisik atlet, pelatih, program latihan dan lainnya. Atlet karate SMA N 1 Kec.Suliki Kab. 50 Kota diduga masih rendahnya tingkat latihan kondisi fisik yang diberikan yaitu pada aspek kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai, daya ledak otot lengan dan daya ledak otot tungkai, dan daya tahan aerobik. Hal ini terlihat pada saat mereka melakukan latihan uji coba ditempatlatihannya, peneliti melihat kondisi kondisi fisik atlet karate SMA N 1 Kec.Suliki Kab. 50 Kota masih kurang baik, karena pada saat mereka melakukan uji coba sesama teman latihan masih banyak yang kelelahan dan juga tidak dapat mengatasi beban/tahanan dengan kuat dan cepat dengan kontraksi yang tinggi. Sehingga pada waktu yang terakhir atlet SMA N 1 Kec.Suliki Kab. 50 Kota sudah kehabisan tenaga untuk bertahan menyelesaikan pertandingan saja atlet sudah kelelahan dan akhirnya kemenangan dalam pertandingan berada dipihak lawan.

5 Dengan demikian dari hasil pemantauan kondisi fisik atlet karate masih rendah. Apabila hal ini dibiarkan maka akan sulit untuk mencapai hasil yang diharapkan. Untuk menciptakan prestasi olahraga maka karateka harus memiliki komponen komponen yang mendasari untuk mencapai prestasi diantaranya : fisik, teknik, taktik dan mental. Berdasarkan uraian di atas berhubungan karena kemampuan kondisi atlet sangat menentukan prestasi seorang dalam olahraga karate, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana tingkat kondisi fisik atlet karate SMA N 1 Kec.Suliki Kab. 50 Kota pada saat sekarang ini. Mudah mudahan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan guna mengambil keputusan dalam rangka peningkatan dan perkembangan atlet karate SMA N 1 Kec.Suliki Kab. 50 Kota dimasa yang akan datang. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian uraian pada latar belakang masalah, maka terlihat adanya beberapa faktor yang dapat menyebabkan rendahnya prestasi Atlet Karate SMA N 1 Kec.Suliki Kab. 50 Kota antara lain : 1. Apakah masalah sarana dan prasana yang menyebabkan rendahnya prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota? 2. Apakah tingkat kesegaran jasmani yang menyebabkan rendahnya prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota? 3. Apakah status gizi yang menyebabkan rendahnya prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota?

6 4. Apakah kemampuan teknik yang menyebabkan rendahnya prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota? 5. Apakah masalah mental yang menyebabkan rendahnya prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota? 6. Apakah masalah motivasi yang menyebabkan rendahnya prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota? 7. Apakah tingkat kondisi fisik atlet yang menyebabkan rendahnya prestasi atletkarate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota? 8. Apakah masalah pelatih yang menyebabkan rendahnya prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota? 9. Apakah masalah program latihan yang menyebabkan rendahnya prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota? C. Pembatasan Masalah Mengingat masalah yang diteliti cukup luas, dan oleh karena berbagai keterbatasan baik waktu, sarana, biaya dan kemampuan yang dimiliki oleh peneliti, maka penelitian ini hanya akan melihat : Tingkat Kondisi Fisik Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. D. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah adalah bagaimana tingkat Kondisi Fisik Atlet Karate SMA N 1 Kec.Suliki Kab. 50 Kota yaitu :

7 1. Bagaimana tingkat kekuatan otot lengan yang dimiliki Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota, 2. Bagaimana tingkat kekuatan otot tungkai yang dimiliki Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota, 3. Bagaiana tingkat daya ledak otot lengan yang dimiliki Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota, 4. Bagaiana tingkat daya ledak otot tungkai yang dimiliki Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota, 5. Bagaimana tingkat daya tahan aerobik yang dimiliki Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kondisi fisik atlet karate SMA N 1 Kec.Suliki Kab. 50 Kota, dapat dilihat dari segi : 1. Untuk melihat kekuatan otot lengan yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota, 2. Untuk melihat kekuatan otot tungkai yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota, 3. Untuk melihat daya ledak otot lengan yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota, 4. Untuk melihat daya ledak otot tungkai yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota,

8 5. Untuk melihat daya tahan aerobik yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 5o Kota. F. Kegunaan Penelitian 1. Sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan. 2. Sebagai bahan bacaan baik diperpustakaan FIK maupun perpustakaan UNP. 3. Sebagai bahan masukan bagi pengurus olahraga di SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. 4. Sebagai bahan pertimbangan bagi pelatih dan guru olahraga untuk menyusun program latihan yang tepat. 5. Sebagai pedoman bagi atlet untuk meningkatkan kondisi fisik. 6. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakekat Karate a. Pengertian Karate Kata karate merupakan kombinasi dari dua karakter (kata) Jepang, terdiri atas dua kanji yaitu kara artinya kosong dan te artinya tangan, Dody Rudianto (2010 : 2).Bila dua kanji Jepang tersebut digabung artinya Tangan Kosong. Ditambahkan sufiks (akhiran) do (baca : doe), berarti cara. Jadi karate-do merupakan aplikasi dari Karate sebagai cara hidup yang lebih dari sekedar mempertahankan diri. Adapun menurut Abdul Wahid (2007:4) menyatakan bahwa Karate-do adalah sebuah metode khusus untuk mempertahankan diri melalui penggunaan anggota tubuh yang terlatih secara baik dan alami yang didasari dan bertujuan sesuai nilai filsafat Timur. Seni bela diri karate dibawa masuk ke Jepang melalui Okinawa dalam Wahid (2007 : 4) menyatakan bahwa : Karate diandalkan sebagai sistem sebuah beladiri bagi pemakainya yang terdiri atas teknik tangkisan atau menggagalkan sebuah serangan dan menyerang balik lawan dengan memukul, menangkis, melempar dan menendang yang dikembangkan melalui organisasi, rasionalisasi sebagai tekinik-teknik yang terdiri dari : (1) Seni Gerakan Jasmani (Calisthecnics), (2) Sebagai Olahraga (Sports), (3) Sebagai Seni Beladiri(Self-Defence), dan karate sebagai beladiri dari timur. A Dictionary of Martial Art 2005. Menurut Apris Hamid (2007:3) karate adalah olahraga yang keras dan jika menguasai teknik teknik karate dengan baik, teknik tersebut bisa merupakan senjata yang berbahaya bila digunakan sembarangan 9

10 tanpa adanya rambu rambu pembatas.karena itu disamping dilatih fisik berupa teknik teknik serangan, tangkisan ataupun tendangan seorang karateka dituntut untuk mematuhi etika yang berlaku pada dunia karate. Menurut Gichin Funakhosi dalam Abdul Wahid (2007:27) karate mempunyai banyak arti yang lebih condong kepada hal yang bersifat filsafat. Disamping itu, Gichin Funakhosi menjelaskan makna kata kara pada karate mengarah kepada sifat kejujuran, rendah hati dari seseorang. Istilah kara dalam karate bisa juga disamakan seperti cermin bersih yang tanpa cela yang mampu menampilkan bayangan benda yang dipantulkannya sebagai aslinya. Ini berarti orang yang belajar karate harus membersihkan dirinya dari keinginan dan fikiran jahat. Walaupun demikian sifat ksatria tetap ternama dalam kerendahan hatinya, demi keadilan berani maju sekalipun berjuta lawan tengah menunggu. Karate sesungguhnya merupakan seni beladiri tangan kosong dimana tangan dan kaki dilatih secara sistematis. Oleh karena itu karate merupakan sistem latihan yang dilatih dan dididik untuk menguasai semua gerakan tubuh seperti menangkis, menghindar, memukul, menendang dan mengatur keseimbangan. Berdasarkan peraturan yang dikeluarkan oleh World Karate Federation (WKF) merupakan badan yang ditunjuk oleh Iinternational Olympic Competition (IOC) untuk pengolahan peraturan-peraturan, baik peraturan pertandingan maupun mengenai teknik dan perwasitan.

11 Adapun nomor-nomor yang dipertandingkan adalah nomor kata (jurus), dan nomor kumite (pertarungan/laga). Dalam pertandingan, sarana dan prasarana yang digunakan karateka adalah pakaian yang disebut dengan Karate-gi atau berwarna putih terdiri atas jaket berlapis dua disebut uwagi dan celana panjang longgar yang disebut Zabon, serta ikat pinggang yang tebal dijahit rangkap dua disebut ogi. Ogi terdiri dari dua warna merah disebut aka dan biru disebut ao sebagai pembeda di atas arena antara karateka dan lawannya. Arena pertandingan harus rata dan terhindar dari kemungkinan menimbulkn bahaya. Luas lapangan terdiri dari lantai seluas 8 x 8 meter, beralas papan atau panggung dengan ketinggian 1 meter, ditambah daerah pengaman berukuran 2 meter pada tiap sisi, Dody Rudianto (2010:142). Diatas matras biasanya disebut tatami, matras tersebut dibagi ke dalam tiga warna yaitu putih, merah dan biru. Matras yang paling luar adalah batas jogai dimana karateka yang sedang bertanding tidak boleh menyentuh batas tersebut atau akan dikenakan pelanggaran. Batas yang kedua lebih dalam dari batas jogai adalah batas peringatan, sehingga karateka yang sedang bertanding dapat memprediksi ruang arena dia bertanding dan sisa ruang lingkup matras yang paling dalam dan paling banyak dengan warna putih adalah arena bertanding efektif. Pertandingan dipimpin oleh empat orang wasit yang terdiri atas tiga orang juri

12 (shushin) yang berada pada posisi sebelah selatan, fakushin dan shushin berada di atas tatami. Karate sebagai alat beladiri juga berfungsi sebagai olahraga prestasi, seni dan pendidikan. Karate sebagai olahraga prestasi adalah dengan dipertandingkannya karate di berbagai pertandingan olahraga, baik di tingkat regional, nasional, maupun internasional. Karate sebagai seni tercermin pada nomor kata (jurus) yang menuntut karateka untuk memperagakan suatu rangkaian jurus dengan teknik yang benar dan mengandung nilai. Karate sebagai olahraga pendidikan tercermin pada proses pelatihannya yang menggunakan aktivitas jasmani sebagai sarana pembentukan watak dan kepribadian pelakunya. b. Nomor - Nomor Dalam Karate Teknik karate terbagi menjadi tiga bagian utama : kihon (teknik dasar), kata (jurus) dan kumite (pertarungan). 1. Kihon Secara harfiah kihon berarti teknik dasar atau fondasi. Dalam karate-do kihon lebih berarti sebagai bentuk bentuk baku yang menjadi acuan dasar dari semua teknik/gerakan yang mungkin dilakukan dalam kata maupun kumite, Abdul Wahid (2007:47). Pelatih kihon dimulai dari mempelajari pukulan dan tendangan (sabuk putih) dan bantingan (sabuk coklat). Pada tahap dan atau sabuk hitam, siswa dianggap sudah menguasai seluruh kihon dengan baik.

13 Kihon yang benar selalu berpedoman pada prinsip Ai yang selalu berputar dengan sebuah titik sebagai pusat pengendalian gerakan. Jadi, secara otomatis kihon juga akan selalu berhubungan dengan Hara sebagai pusat sumber tenaganya. Prinsip Ai yang selalu berputar tampaknya cukup sinkron dengan anatomi daerah pinggul yang menjadi wadah pembungkus Hara secara keseluruhan. Pinggul diketahui merupakan titik tengah dari tinggi badan seorang manusia sehingga secara anatomi menjadi engsel penyeimbang tubuh, Abdul Wahid (2007:47). Gambar 1 Kuda - kuda Zenkutsu dachi Kuda kuda Zenkutsu - dachi dari posisi miring menjadi posisi kearah depan Sumber, Shotokan (Abdul Wahid 2007:47) 2. Kata (Jurus) Secara harfiah kata berarti bentuk atau pola. Kata dalam karate tidak hanya merupakan latihan fisik, tapi juga mengandung pelajaran tentang prinsip bertarung. Setiap kata memiliki ritme gerakan dan pernapasan yang berbeda. Dalam kata ada yang dinamakan bunkai yaitu aplikasi yang dapat digunakan dari gerakan-gerakan dasar kata. Setiap aliran memiliki perbedaan gerakan dan nama yang berbeda

14 untuk tiap kata. Abdul Wahid (2007:75) dalam karate-do mendefinisikan kata sebagai rangkaian beberapa kihon yang disusun melalui proses panjang pada masa lalu ke dalam sebuah bentuk khusus yang memiliki nilai keindahan, arti filosofis yang tinggi, serta diatur oleh sebuah standardisasi yang baku dalam penerapannya. Gambar 2. Kata Sumber, gambar kata. Com Menurut Nakayama dalam Abdul Wahid (2007;75), ada tiga hal yang menjadi esensi pokok dalam memainkan sebuah Kata yaitu : a. Tenaga, dicapai dengan pemahaman yang mendalam tentang Kihon secara utuh yang dipoles secara sempurna dengan bantuan pernapasan yang benar agar dapat menghasilkan sebuah keluaran/output tenaga yang maksimum mungkin. b. Irama, dicapai dengan menguasai secara total pengaturan kecepatan dan kelambatan (tempo) pergerakan dalam sebuah Kata yang bersumber pada Embusen (garis arah baku dari pergerakan sebuah Kata). c. Keindahan, dicapai lewat peneguhan diri akan dua spirit yang wajib diketahui. Pertama adalah spirit dalam yaitu pemahaman mendalam tentang arti historis-filosofis dari Kata yang dimainkan dan ditampilkan dalam bentuk ekspresi yang mempertegas akan hal itu dan mampu memancarkan aura tersendiri bagi mereka yang menyaksikannya. Kedua adalah spirit luar yaitu bahasa tubuh yang harus mampu

15 menarik perhatian karena mendukung esensi yang hendak dicapai oleh seseorang yang memainkan Kata. Dalam aturan tradisional yang bersumber dari tradisi Zen diwajibkan melakukan dua hal ini pada saat sebelum dan sesudah memainkan sebuah Kata aliran Shotokan : 1) Yoi / posisi siap Gambar 3. Sumber, shotokan (Abdul Wahid (2007:78)) 2) Rei / sikap penghormatan dalam posisi berdiri Gambar 4. Sumber, shotokan (Abdul Wahid (2007:78)) 3. Kumite Secara harfiah berarti pertemuan tangan. Kumite dilakukan oleh murid-murid tingkat lanjut (sabuk biru atau lebih). Tetapi sekarang, ada dojo yang mengajarkan kumite pada murid tingkat pemula (sabuk kuning). Untuk kumite aliran olahraga, lebih dikenal

16 dengan kumiteshiai atau kumite pertandingan. Untuk aliran shotokan di Jepang kumite hanya dilakukan oleh siswa yang sudah mencapai tingkat (sabuk hitam). Pratis diharuskan untuk dapat menjaga pukulan supaya tidak menciderai kawan bertanding. Gambar 5. Sumber, kumite.com Pada konsep filosofis tradisional Zen, Abdul Wahid (2007:83) kumite bersandar pada konsep tersebut yaitu sebagai berikut : a. Ma ai adalah konsep jarak yang dianggap penting sekali bagi orang Jepang bahkan dalam aspek kehidupan sehari hari. Dalam penerapannya sebuah pertarungan dikenal ada tiga macam Ma ai sebagai berikut : To-ma yaitu jarak yang terlalu jauh dengan lawan Juban no ma yaitu jarak yang sempurna dengan lawan Chika-ma yaitu jarak terlalu dekat dengan lawan b. Tsukuri adalah konsep kesiapan fisik tubuh secara total dengan penerapan utama dalam hal melakukan serangan, serangan balik, maupun memindahkan tubuh. c. Kake adalah konsep yang menekankan pentingnya faktor variasi dalam melakukan teknik pada sebuah serangan. d. Kuzushi adalah konsep yang menggambarkan keadaan pikiran yang bebas dari seluruh perasaan yang tertekan sehingga memudahkan seseorang memanfaatkan kekuatan maupun posisi tubuh lawannya dalam melakukan serangan yang efisien. e. Senryaku adalah konsep tentang strategi pertarungan yang berdasarkan inisiatif/insting.

17 Bagian tubuh manusia dapat menjadi senjata di dalam karate, tiap bagian tubuh dapat dimanfaatkan untuk melakukan serangan, mengelak, dan membanting. c. Teknik Teknik Dasar Karate Dalam cabang olahraga karate memiliki beberapa teknik dasar di antaranya yaitu pukulan, tangkisan, tendangan. Tanpa didukung oleh kondisi fisik yang baik, mustahil seorang karateka mampu bertanding dan mengeluarkan teknik-teknik karate dalam pertandingan. Teknik dasar karate umumnya meliputi: tsuki (pukulan), geri (tendangan), uke (tangkisan), uchi (hentakan/sentakan), dan lainnya. Menurut Dody Rudianto (2010 : 103) menjelaskan teknik teknik dasar karate, yaitu : 1. Teknik Pukulan (Tzuki) a. Pukulan dengan kepalan 1) Seiken Jodan Tzuki/Age Tzuki 2) Seiken Gedan Tzuki, 3) Seiken Chudan Tzuki, 4) Sambon Tzuki, 5) Gyaku Tzuki, 6) Mawashhichuki, 7) MoroteTzuki, 8) Yama Tzuki, 9) Uraken Sayu Uchi, 10) Uraken HishoUchi. b. Pukulan dengan genggaman tangan 1) Tetshuwi, 2) Sutai, 3) Riken, 4) Haito. c. Pukulan dengan jari jari tangan (Nugite) 1) Ippon Nugite, 2) Nihon Nugite,

3) Gohon Nugite. d. Pukulan dengan pedang tangan 1) Shuto Gamen Uchi, 2) Shuto Sakutshu Uchi, 3) Shuto Hisa Uchi,, 4) Shuto Ychi Komi, 5) Shuto Uchi, 6) Shuto Aito Uchi, 7) Shuto Morote Gamen Uchi, 8) Shuto Morote Sakotshu Uchi, 9) Shuto Morote Hisa Uchi, 10) Shuto Morote Uchi Komi, 11) Shuto Morote Uchi, 12) Shuto Morote Aito Uchi. e. Pukulan dengan siku 1) Hiji Jodan Ate, 2) Hiji Chudan Ate, 3) Hiji Orishi Uchi, 4) Empi, 5) Empiuchi. 2. Teknik Tangkisan (uke) a. Saiken Jodan Uke/Age Uke, b. Saiken Gedan Uke/Gedan Barai, c. Saiken Chudan Uke/Choku Uke, d. Sambon Uke, e. Aito Uke, f. Shuto Uke, g. Shuto Morote Uke, h. Yuyi Uke, i. Yuyi Gedan Uke, j. Gyaku Uke, k. Ude Uke, l. Sheri Uto, m. Morote Uke. 3. Teknik tendangan (geri) a. Mae Geri, b. Mae Geri Kekomi c. Mae Geri Kiage, d. Mae Tubi Geri, e. Yoko Geri, 18

19 f. Yoko Geri Kekomi, g. Yoko Geri Kiage, h. Yoko Tubi Geri, i. Mawashi Geri, j. Mawashi Gedani Geri, k. Mawashi Geri Kekomi, l. Mawashi Geri Kiage, m. Mawashi Tubi Geri, n. Kakato Geri, o. Kakato Tubi Geri. Menurut Aditya Wiratama NS, dkk (1996:38), menjelaskan teknik teknik dasar karate yaitu pukulan, tangkisan dan tendangan secara umum sebagai berikut : a) Teknik Pukulan terdiri dari : Cudantsuki yaitu pukulan lurus ketengah, Gedan dan jodantsuki yaitu pukulan lurus kebawah dan keatas, Kisamitsuki yaitu pukulan menusuk, Morotetsuki yaitu pukulan dua tangan, Uratsuki yaitu pukulan kepalan belakang, Mawasitsuki yaitu pukulan memutar, Heikotsuki yaitu pukulan sejajar, Hasamitsuki yaitu pukulan menggunting. b) Teknik Tangkisan terdiri dari : GedanBarai dan jodan age uke yaitu tangkisan bawah dan atas, Shotouke yaitu tangkisan pisau tangan, Udeuke yaitu tangkisan kedalam, Uchiuke yaitu tangkisan keluar, Haishuuke yaitu tangkisan punggung tangan, Keitouke yaitu tangkisan kepala ayam, Teishouke yaitu tangkisan pangkal telapak tangan. c) Teknik Tendangan terdiri dari : Mae geri yaitu tendangan lurus kedepan, Yoko geri atau kekomigeri yaitu tendangan ke samping, Mawasigeri yaitu tendanganmelingkar, Ushirokekomi yaitu tendanganmenyodokkebelakang, Tobi geri yaitu tendanganmeloncat,

20 Sokuto yaitu tendangan pedang, Kakato yaitu tendangan tumit. 2. Kondisi Fisik Kondisi berasal dari kata Conditio (bahasa latin) yang berarti keadaan. Sedangkan secara defenitif kondisi menurut Jonath/Krepel (1981 : 20) dalam Syafruddin (1999:31) meliputi keadaan fisik dan psikis serta kesiapan seorang atlet terhadap tuntutan tuntutan khusus suatu cabang olahraga. Batasan ini masih bersifat umum dan terlalu luas karena menyangkut aspek fisik dan psikis. Dengan semua kemampuan jasmani tentu saja terdiri dari elemen elemen fisik yang tentu saja peranannya berbeda - beda dari satu cabang ke cabang olahraga yang lain. Paulus Pasurney (2001:2) dalam sekripsi Haripah Lawanis (2010:15) menjelaskan: kualitas keadaan kemampuan fisik seorang atlet menurut kaca mata pengetahuan latihan olahraga, terutama pada : a. Perkembangan usia (anak, remaja, dewasa, orang yang lebih tua) b. Bawaan organ secara genetik (jantung, peredaran darah dan system pertukaran zat) dan otot. c. Mekanisme pengendalian koordinasi system persyarafan pusat, jadi kerja sama antara otak, system syaraf dan otot. d. Kemampuan Psychis (sifat sifat pribadi) perlu untuk merealisasikan kemampuaan fisik. e. Usia latihan, sudah berapa lama seseorang berlatih. Maidarman (2010 : 22) berpendapat, peningkatan kondisi fisik atlet bertujuan agar kemampuan fisik menjadi prima dan berguna untuk menunjang aktifitas olahraga dalam mencapai prestasi prima. Seorang atlet

21 memiliki kondisi fisik puncak dapat diartikan bahwa atlettersbut mempunyai kemampuan untuk melakukan latihan atau pertandingan dengan intensitas tinggi sampai selesai, tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Selanjutnya Maidarman (2010 : 22) menjelaskan, faktor faktor penentu agar kondisi fisik atlet prima antara lain sebagai berikut : 1. Keteraturan melatih kemampuan gerak manusia yaitu : kekuatan, dayatahan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, power, reaksi, koordinasi, keseimbangan, stamina ketepatan. 2. Tertib hidup sehari hari, dimaksudkan pengaturan, makanan yang bergizi, waktu istirahat, berlatih dan kegiatan lainnya yang baik. 3. Penjagaan kesehatan fisik dan mental, segar dan senang agar tidak terserang penyakit. 4. Ciptakan lingkungan hidup yang segar. Kondisi fisik (physical condiotioning) memegang peranan yang sangat penting untuk mempertahankan atau meningkatkan tingkat kesegaran jasmani (physical fitness). Tingkat kesegaran jasmani sangat menentukan fisiknya dalam melaksanakan kegiatan sehari hari. Selain berguna untuk meningkatkan kesegaran jasmani, kondisi fisik merupakan program pokok untuk pembinaan atlet untuk berprestasi dalam suaatu olahraga. Latihan fisik dapat memberikan perubahan pada semua fungsi system tubuh.perubahan yang terjadi pada saat latihan berlangsung disebut respon, sedangkan perubahan yang terjadi akibat latihan yang teratur dan terprogram sesuai dengan prinsip prinsip latihan disebut adaptasi.terjadinya perubahan perubahan fisiologi akibat latihan fisik, berkaitan dengan penggunaan energy oleh otot, bentuk dan metode serta prinsip prinsip latihan yang dilaksanakan.

22 Latihan fisik atau olahraga berpengaruh baik terhadap fungsi jantung.akibat dari latihan, bahwa pada waktu istirahat jumlah denyut nadi dalam 1 menit pada orang yang terlatih lebih rendah dari pada yang tidak terlatih. Frekuensi nadi 40 60 pada olahragawan adalah suatu hal yang tidak jarang terjadi (Johnson dan Nelson : 1986). Arsil (1999:6) berpendapat tujuan pembinaan kondisi fisik tergantung dari kondisi maupun keterampilan dari seseorang, seperti untuk pembinaan kesegaran atau kebugaran jasmani seseorang. Meningkatkan kemampuan biomotorik yang dominan dibutuhkan terhadap peningkatkan prestasi dari cabang olahraga yang digelut. Dalam menentukan tujuan pembinaan kondisi fisik perlu diperhatikan dasar dasar latihan antara lain adalah : 1. Untuk meningkatkan perkembangan fisik pada umumnya (multy lateral physical development), 2. Meningkatkan perkembangan fisik yang khas (specific physical development) yang dituntut oleh kebutuhan olahraga tersebut, 3. Untuk menyempurnakan teknik dari olahraga yang dipilih atau dibina, 4. Untuk meningkatkan dan menyempurnakan strategi atau cara belajar teknik, 5. Untuk membentuk kepribadian dan prilaku sebagai sikap olahragawan yaitu sportif dan tahan terhadap penderitaan, 6. Untuk menjamin kesiapan tim, 7. Untuk membangun kesehatan, 8. Untuk menghindari terjadinya cidera, 9. Untuk meningkatnya pengetahuan seseorang atau atlet mengenai dasar latihan ditinjau dari segi physiologis maupun psychologis. Kemudian Harsono (1996 : 1) berpendapat bahwa kondisi fisik yang baik maka akan :

23 1. Peningkatan dalam kemampuan system sirkulasi dan kerja jantung, 2. Peningkatan dalam kekuatan, kelentukan, stamina, kecepatan dan lain lain komponen kondisi fisik, 3. Ekonomi gerak yang lebih baik paa waktu latihan, 4. Pemulihan yang cepat dalam organ organ tubuh setelah latihan, 5. Respon yang cepat dari organism tubuh kita apabila sewaktu waktu respon demikian diperlukan. Dalam olahraga karate kondisi fisik merupakan faktor utama dalam mencapai prestasi, karena dalam karateka membutuhkan waktu singkat dan padat untuk menyelesaikan suatu pertandingan dalam satu babak yakni 2 3 menit bersih. Untuk itu tanpa kondisi fisik yang baik, para karateka tidak mengikuti jalannya suatu pertandingan sulit untuk mencapai prestasi yang membanggakan. Secara termiologi kondisi fisik berarti keadaan fisik, keadaan tersebut bisa meliputi sebelum (kemampuan awal), pada saat dan setelah mengalami suatu proses latihan. Kondisi fisik dalam olahraga adalah semua kemampuan yang menentukan prestasi dan realisasinya dilakukan melalui kesanggupan pribadi (kemampuan dan motivasi). Secara umum kondisi fisik yang diperlukan dalam masing masing olahraga adalah sama, artinya setiap cabang olahraga memerlukan kondisi fisik dalam usaha mencapai prestasi yang optimal begitu halnya dalam olahraga beladiri karate. Seseorang dapat dikatakan dalam keadaan kondisi fisik yang baik kalau ia mampu melakukan pekerjaan yang dibebankan atau yang ingin dilakukannya tanpa kelelahan yang berarti.

24 a. Kondisi Fisik Umum Syafruddin (1999: 35) Kondisi fisik umum adalah merupakan kemampuan dasar untuk mengembangkan kemampuan prestasi tubuh yang menurut Martin terdiri dari komponen kekuatan, kecepatan, dayatahan, daya ledak dan kelincahan. Frohner Cs dalam Syafruddin (1999:35) mengatakan bahwa : Latihan kondisi fisik umum berarti latihan latihan yang beranekaragam untuk mengembangkan kemampuan prestasi tubuh dan merupakan dasar untuk meningkatkan kemampuan kondisi fisik khusus. Kemampuan tersebut meliputi kecepatan umum, daya tahan umum, daya ledak otot dan kelincahan umum. Paulus Pasurney (2001:3) dalam sekripsi Haripah Lawanis (2010) menjelaskan: Latihan fisik umum terdiri dari latihan dasar yang beragam, dengan kata lain pelatihan yang mencakup seluruh aspek fisik yang bertujuan pelatihan yang harmonis dan meningkatkan system kardiopulmalis (jantung, peredaran darah), kekuatan otot dan ruang gerak sendi yang merupakan dasar, hampir semua cabang olahraga. Bentuk latihan ini merupakan suatu fundamen fisik dalam setiap cabang olahraga.ini berarti bahwa latihan kondisi fisik umum diperlukan untuk semua cabang olahraga. b. Kondisi Fisik Khusus Kondisi fisik khusus adalah merupakan kemampuan yang langsung dikaitkan dengan kebutuhan suatu cabang olahraga tertentu. Jonath/Krempel dalam Syafruddin (1999: 36) mengatakan bahwa : Bila kondisi dihubungkan dengan kemampuan prestasi dalam suatu cabang

25 olahraga tertentu, maka kondisi disini disebut sebagai kondisi fisik khusus. Rothing dan Grossing dalam Syafruddin (1999: 36) mengartikan kondisi khusus sebagai suatu latihan yang optimal dari kemampuan kondisi yang menentukan prestasi setiap cabang olahraga. Dari pendapat di atas bahwa kemampuan kondisi fisik khusus menunjukkan kekhususan suatu cabang olahraga, karena kebutuhan terhadap kemampuan ini akan berbeda antara satu cabang olahraga dengan cabang olahraga yang lain. Dengan kata lain, setiap cabang olahraga atau disiplin tertentu membutuhkan kemampuan kondisi fisik khusus tersendiri dan spesifik. Berdasarkan uraian di atas dapat dikemukakan bahwa untuk mencapai prestasi olahraga sebenarnya banyak faktor yang saling mempengaruhi didalamnya. Faktor kemampuan kondisi fisik merupakan salah satu yang sangat penting, untuk itu perlu diolah serta diukur untuk melihat ada kemajuan atau tidak. Karena setiap cabang olahraga tidak sama kondisi fisik yang dibutuhkan. 3. Unsur unsur Kondisi Fisik Menurut Syafruddin (1999 : 36) menjelaskan beberapa unsur unsur kondisi fisik dalam olahraga kekuatan, kecepatan, daya tahan, kelentukan, dan koordinasi. Adapun menurut Hendri Irawadi (2011 : 25) menjelaskan unsur kondisi menjadi dua, unsur fisik dasar terdiri dari : daya tahan, kekuatan, kecepatan, dan kelenturan sedangkan unsur gabungan terdiri dari :

26 daya tahan kekuatan, daya tahan kecepatan, daya ledak, kelincahan, keseimbangan, ketepatan, kecepatan reaksi, kecepatan aksi, dan koordinasi. Berdasarkan dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa kondisi fisik yang dominan dalam olahraga karate meliputi : a. Kekuatan Otot Lengan Kekuatan merupakan salah satu komponen yang sangat penting untuk menunjang aktivitas fisik, khususnya dalam berolahraga. Komponen ini mutlak diperlukan untuk meraih prestasi puncak. Dalam hal ini Bompa dan Fok dalam syafruddin (1996:42) menyatakan bahwa setiap penampilan dalam olahraga memerlukan kekuatan otot disamping unsur unsur lainya yang juga diperlukan, kecepatan kontraksi otot terkait (serabut otot lambat dan serabut otot cepat), besarnya beban yang digerakan juga, kontraksi otot intra dan ekstra, panjang otot pada waktu kontraksi dan sudut sendi. Sementara Sajoto (1988:58) menyatakan kekuatan atau strength adalah komponen kondisi fisik yang menyangkut kemampuan seorang atlet pada saat mempergunakan otot ototnya, menerima beban dalam waktu kerja tertentu. Selain itu Pate, dkk (1993:181) menyatakan kekuatan adalah tenaga yang dipakai untuk mengubah kekuatan gerak atau bentuk dari suatu benda. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan kekuatan adalah kekuatan otot atau sekelompok otot untuk melawan dan menahan suatu beban pada saat melakukan suatu pekerjaan. Di samping itu kekuatan

27 dapat di lihat dari kemampuan individu untuk menarik, mendorong, menekan sebuah objek saat tubuh dalam posisi bertumpu (Push-up). Kekuatan merupakan kemampuan dasar kondisi fisik. Tanpa kekuatan orang tidak bisa melakukan semua aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Khususnya dalam olahraga adakalanya diperlukan bentukbentuk kekuatan yang berbeda antara satu dengan yang lainnya sesuai dengan tuntutan dari tiap-tiap cabang olahraga. Berapa besar dan berapa banyak kekuatan yang dibutuhkan serta jenis kekuatan mana yang diperlukan sangat tergantung pada cabang olahraganya. Dalam hal ini Bomba dalam arsil, (1999:45) membagi kekuatan menjadi beberapa jenis yaitu sebagai berikut: 1. Kekuatan umum (general strength). Kekuatan umum berhubungan dengan kekuatan seluruh sistim otot, kekuatan umum ini merupakan dasar program latihan kekuatan secara keseluruhan. 2. Kekuatan khusus (specific strength). Kekuatan khusus berkenaan dengan otot yang dipergunakan dalam penampilan gerak sesuai dengan cabang olahraganya. 3. Kekuatan maksimal (maximum strength). Merupakan kekuatan tertinggi yang dapat ditampilkan oleh system otot selama kontraksi maksimal. 4. Kekuatan daya tahan (muscular endurance). Kemampuan otot untuk mempertahankan kekuatan kerja dalam priode waktu yang lama. 5. Daya (power). Merupakan hasil dari dua komponen kecepatan kali kekuatan dan di anggap kekuatan maksimum yang relatif singkat. 6. Kekuatan absolut (absolute strength). Merupakan kekuatan dalam mempergunakan kekuatan maksimum tanpa dipengaruhi berat badannya.

28 7. Kekuatan relatif (relative strangth). Merupakan perbandingan antara kekuatan absolut dan berat badan. Dalam cabang olahraga karate sangat dibutuhkan sekali kekuatan otot lengan, terutama dalam melakukan pukulan dan tangkisan. Tanpa adanya kekuatan otot lengan yang baik tidak akan menghasilkan pukulan yang baik, tapi sebaliknya apabila seorang atlet karate mempunyai kekuatan otot lengan yang baik akan menghasilkan kemampuan pukulan yang baik pula. Dengan ini kekuatan otot lengan dari karateka dituntut untuk selalu kuat dan bagus terutama pada otot bagian lengan, sehingga pukulan dan tangkisan dapat dilakukan dengan baik. Dalam karateka kekuatan otot lengan merupakan komponen kondisi fisik yang cukup penting perananya dalam memukul lawan, target (sasaran) sehingga menghasilkan kemampuan pukulan yang baik. b. Kekuatan Otot Tungkai Kekuatan otot merupakan komponen yang paling penting bagi atlet karena kekuatan daya penggerak setiap aktivitas fisik. Dengan kekuatan otot yang baik seorang atlet akan dapat bergerak lebih cepat dan stabilitas sendi sendi semakin kuat. Amos (1987) berpendapat dalam Arsil (1999 : 43) bahwa latihan kekuatan yang baik akan : 1. Memungkinkan melompat lebih jauh 2. Memungkinkan untuk berlari cepat 3. Memungkinkan untuk berlari jarak jauh 4. Memungkinkan meningkatkan jarak penggerahan 5. Mempertinggi kecepatan. Dalam Suharno (1993: 27) kekuatan adalah kemampuan otot untuk mengatasi tahanan/beban, menahan atau memindahkan beban

29 dalam menjalankan aktifitas olahraga. Dan Rusli Lutan, dkk (1991:118) mengemukakan Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Sedangkan Syafruddin (1999: 36 ) menjelaskan bahwa kekuatan merupakan kemampuan dasar kondisi fisik, tanpa kekuatan orang tidak bisa melompat, melempar, mendorong, menarik, menahan, mengangkat dan lain lain. Maidarman (2010 : 23) mengatakan Kekuatan adalah kemampuan otot untuk dapat mengatasi tahanan/beban, menahan atau memindahkan beban dalam menjalankan aktivitas olahraga. Jonath dan Krempel dalam Syafruddin (1999 : 40 ), mengatakan bahwa kemampuan kekuatan manusia tergantung dari berbagai faktor: 1) Penampang serabut otot, 2) jumlah serabut otot, 3) struktur dan bentuk otot, 4) panjang otot, 5) kecepatan kontraksi otot, 6) tingkat peregangan otot, 7) Tonus otot, 8) koordinasi otot intra (koordinasi didalam otot), 9) koordinasi otot inter ( koordinasi otot otot tubuh yang bekerja sama pada suatu gerakan yang diberikan), 10)motivasi, 11) usia dan jenis kelamin. Dengan kekuatan otot yang baik seorang karateka dapat bergerak cepat dan stabilitas sendi sendi semakin kuat. Dalam Arsil (1999:43), kekuatan adalah merupakan komponen yang sangat penting dari kondisi fisik secara keseluruhan. Sedangkan menurut Fox dalam Arsil (1999:44) kekuatan otot adalah daya atau tekanan sebuah otot atau lebih tepatnya adalah suatu kelompok otot yang dapat digunakan melawan suatu perlawanan didalam suatu usaha / upaya maksimal. Masih dalam Arsil (1999 : 44) Friedrich mengemukakan kekuatan adalah kemampuan dari suatu otot untuk bekerja menahan

30 beban secara maksimal. Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kekuatan otot tungkai merupakan kemampuan otot / sekelompok otot untuk menahan atau menerima beban sewaktu bekerja sehingga menghasilkan tendangan yang baik dan dapat dilihat pada kemampuan individu itu sendiri. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa setiap melakukan aktfitas olahraga, memerlukan kekuatan secara umum yang merupakan dasar dari latihan secara keseluruhan. Maka dalam memberikan latihan perlu di arahkan pada otot-otot yang dominan (spesifik) sesuai dengan cabang olahraga yang di binannya. Karena setiap cabang olahraga mempunyai kekuatan otot yang berbeda dan arah gerakan yang berbeda pula. Dalam olahraga kompetisi, kekuatan merupakan salah satu unsur kemampuan gerak sebagai fundamen, dominan untuk mencapai mutu prestasi. Demikian juga dengan atlet karate yang ingin mencapai prestasi sesungguhnya diperlukan kekutan yang optimal / prima, hal ini disebabkan bahwa dituntut untuk bergerak dalam waktu yang lama yaitu 2 3 menit dalam 3 babak. Dengan demikian atlet karate yang tidak memiliki kekuatan dalam pukulan, tangkisan, dan tendangan tidak dapat menguasai suatu pertandingan dengan baik serta sulit untuk berprestasi. Dalam cabang olahraga karate khususnya dalam kemampuan pukulan kekuatan otot lengan sangat diperlukan sebagai tenaga untuk gerakan pukulan. Disamping itu juga dibutuhkan kekuatan otot tungkai

31 untuk menahan beban tubuh saat melakukan serangan menendang. Apabila kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai seorang karateka bagus dan kuat maka ada kemumgkinan menghasilkan kemampuan pukulan dan tendangan yang bagus. Tapi sebaliknya bila kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai seorang karateka tidak kuat belum tentu akan menghasilkan kemampuan pukulan yang bagus. Dalam olahraga beladiri karate kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai merupakan komponen kondisi fisik yang cukup penting perananya dalam memukul dan menendang lawan, target (sasaran) sehingga menghasilkan kemampuan pukulan dan tendanganyang baik. c. Daya Ledak Otot Lengan Menurut Corbin dalam Basirun (2006:16) Daya ledak merupakan kemampuan untuk menampilkan atau mengeluarkan tenaga secara eksplosif, sedangkan Otot lengan merupakan anggota tubuh yang berfungsi sebagi alat gerak bagian atas. Jadi daya ledak otot lengan adalah kemampuan otot untuk mengatasi beban atau tahanan dengan kecepatan kontraksi yang sangat tinggi. Elemen kondisi ini merupakan produk dari kemampuan kekuatan dan kecepatan. Otot-otot lengan yang memiliki daya ledak yang kuat akan membuktikan bahwa untuk melakukan pukulan dalam karate sangat membutuhkan elemen ini untuk menentukan baiknya keterampilan teknik tersebut. Daya ledak sering juga disebut dengan power, karena proses kerjanya anaerobik yang memerlukan waktu tercepat dan tenaga yang

32 kuat. Kemampuan ini merupakan kombinasi antara kekuatan dan kecepatan. Menurut Bafirman (1999:59) tentang daya ledak mengemukakan bahwa : Daya ledak sangat penting bagi penampilan sebab dapat menentukan seberapa keras dan kuat seorang dapat memukul/menendang, berapa jauh serangan dapat terlempar, berapa tingginya seorang dapat melompat dan memperjauhlompatannya, berapa cepat seorang dalam berlari dan berenang.semuanya dalam keadaan sewaktu waktu dapat meledak secara maksimal dalam upaya memperoleh kekuatan secara baik dan benar. Daya ledak adalah kemampuan otot untuk mengarahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang amat singkat. Berdasarkan kutipan di atas, jelaslah bahwa daya ledak merupakan kemampuan untuk menampilkan kekuatan maksimum dan kecepatan maksimum secara eksplosif dalam waktu cepat dan singkat untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, sehingga otot yang menampilkan gerakan eksplosif sangat kuat dan cepat dalam berkontraksi.sedangkan daya ledak otot merupakan gabungan beberapa unsure fisik yaitu kekuatan dan kecepatan, artinya kemampuan daya ledak otot dapat dilihat dari hasil suatu aktivitas gerak yang dilakukan dengan cepat dan menggunakan tenaga yang kuat. Misalnya wujud daya ledak otot tungkai berupa hasil lompatan, sementara wujud daya ledak otot lengan dapat dilihat dari hasil lemparan. Kalau ada dua orang masing masing dapat mengangkat beban beratnya sama yaitu 50 kg, akan tetapi salah satu diantaranya dapat mengangkat dengan cepat maka dapat dikatakan orang tersebut memiliki power yang lebih baik daripada orang yang mengangkat lebih lambat.

33 Jika bicara mengenai daya ledak maka kita mengacu kepada kondisi otot, selain kuat juga cepat atau otot juga mampu mengarahkan kekuatan secara maksimum dalam waktu yang sangat singkat. Daya ledak menurut macamnya terbagi menjadi dua yaitu daya ledak absolut dan daya ledak relatif daya ledak absolut adalah kekuatan untuk mengatasi suatu beban eksternal yang maksimum, sedangkan daya ledak relative adalah kekuatan yang digunakan untuk mengatasi berat badan sendiri. Adapun faktor - faktor yang mempengaruhi daya ledak adalah Menurut Nossek (1982) dalam Arsil (1999:77) faktor yang mempengaruhi daya ledak adalah kekuatan dan kecepatan kontraksi kekuatan otot menggambar kontraksi maksimal yang dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot, dilihat dari segi latihan, Faktor Fisiologis yang mempengaruhi kekuatan kontraksi adalah usia,jenis kelamin, dan suhu otot. Di samping itu faktor yang mempengaruhi kekuatan otot sebagai unsur daya ledak adalah jenis serabut otot, luas otot rangka. Daya ledak dipengaruhi perpaduan antara unsur kekuatan dan kecepatan, baik kecepatan rangsangan syaraf maupun kecepatan kontraksi otot. Peningkatan daya ledak tidak terlepas dari pengembangan kedua unsur tersebut melalui meningkatkan kekuatan kecepatan secara bersama sama.menurut Soebroto (1976:17) dalam Arsil (1999:77) mengemukakan, latihan kekuatan dan kecepatan secara bersamaan diberikan dengan pembebanan sedang, latihan ini dapat memberikan

34 pengaruh yang lebih baik terhadap nilai dinamis jika dibandingkan dengan latihan kekuatan saja. Daya ledak di pengaruhi oleh beberapa faktor seperti kekuatan pada otot dan kecepatan dalam melakukan gerakan, kedua faktor tersebut memiliki keterkaitan satu sama lain terhadap terciptanya suatu gerakan yang exsplosive (daya ledak). Daya ledak juga terdapat pada otot lengan, dimana daya ledak otot lengan merupakan kemampuan yang sangat diperlukan dalam pencapaian keterampilan seseorang untuk melakukan pukulan yang lebih cepat yang mana otot lengan terbagi yaitu otot lengan bagian atas dan otot lengan bagian bawah, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di halaman selanjutnya: Gambar 6. Otot lengan bagian bawah Sumber. Ototlengan.com Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa daya ledak otot lengan merupakan kemampuan sekelompok serabut otot otot lengan dalam melakukan aktivitas yang kuat dan waktu yang relatif cepat. Apabila daya ledak otot lengan kurang, maka kemampuan pukulan dan tangkisan tidak akan bagus dan mudah untuk melakukan penyerangan. Sangat penting artinya bagi seorang atlet atau orang orang yang terkait

35 didalamnya mengetahui hal ini agar lebih memperhatikan kemampuan, dan lebih melatih daya ledak otot lengan mereka. d. Daya Ledak Otot Tungkai Daya ledak (Exsplosive Power) merupakan suatu komponen biomotorik dalam kegiatan olahraga, karena daya ledak akan menentukan seberapa keras orang dapat memukul, menendang, seberapa jauh orang dapat melakukan tolakan serta seberapa cepat orang berlari dan sebagainya. Dalam olahraga karate, salah satu teknik yang membutuhkan daya ledak (Exsplosive Power) yaitu saat melakukan tendangan dengan kaki. Karena seberapa kuat, cepat dan akuratnya suatu tendangan yang dihasilkan menggambarkan kemampuan daya ledak seorang atlet di saat melakukan tendangan dengan kaki. Oleh karena itu. daya ledak otot tungkai merupakan suatu kemampuan tungkai kaki untuk mengatasi beban/tahanan dengan kuat dan cepat dengan kontraksi tinggi. Biasanya seorang atlet yang memiliki daya ledak yang baik, lebih mudah baginya untuk menghasilkan suatu tendangan yang kuat, cepat dan akurat. Otot tungkai terdiri dari otot tungkai bawah dan otot tungakai atas, seperti dijelaskan berikut ini: 1) Otot Tungkai Atas Otot tungkai atas terdiri dari tiga golongan yaitu: Flexores, Exteriosores, dan Adductores. Yang terdiri dari Triceps Femoris dan Biceps Femoris. Otot tersebut terletak pada batas pangkal paha sampai

36 sendi lutut (pada bagian depan dan belakang). Seperti terlihat pada gambar di bawah ini : Gambar 7. Otot Tungkai Atas Diambil dari: Salomon, Dalam (Nawawi, 2007 : 52) 2) Otot Tungkai Bawah Otot tungkai bawah terdiri dari tiga golongan yaitu: Flexores, Exteriosores, dan perenci otot. Ketiga otot ini terletak pada batas bagian lutut bawah. Seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini. Gambar 8. Otot Tungkai Bawah Diambil dari: Salomon Dalam (Nawawi, 2007 : 54) Berdasarkan pengertian di atas dapat simpulkan bahwa daya ledak otot lengan merupakan kemampuan yang sangat diperlukan dalam pencapaian keterampilan seorang untuk malakukan pukulan yang lebih

37 cepat dalam olahraga karate, sedangkan daya ledak otot tungkai merupakan suatu kemampuan tungkai kaki untuk mengatasi beban/tahanan dengan kuat dan cepat dengan kontraksi tinggi. Dalam olahraga karate daya ledak otot tungkai sangat dominan sekali dibutuhkan dapat dilihat saat melakukan serangan pukulan, tangkisan dan serta tendangan. Dengan demikian para karateka yang memiliki daya ledak yang maksimal, Pada saat pertandingan karateka mampu melakukan pukulan, tangkisan dan tendangan dengan cepat sebelum lawan melakukan pukulan, tangkisan dan tendangan tersebut sehingga memperoleh angka (point). e. Daya tahan Aerobik Daya tahan merupakan salah satu komponen biomotorik sangat dibutuhkan dalam aktivitas fisik dan salah satu komponen yang terpenting dari kesegaran jasmani. Daya tahan diartikan sebagai waktu bertahan yaitu lamanya seseorang melakukan intentitas kerja atau jauh dari kelelahan (arsil, 1999:19). Daya tahan diartikan sebagai waktu bertahan yaitu lamanya seseorang dapat melakukan suatu intensitas kerja atau jauh dari keletihan. Menurut Suharno (1993:30) Daya Tahan adalah kemampuan organ atlet untuk melawan kelelahan yang timbul saat menjalankan aktifitas olahraga dalam waktu lama. Menurut Annarino dalam Arsil (1999:19), daya tahan adalah hasil kemampuan individu untuk memelihara

38 gerakannya dalam kurun waktu tertentu. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa daya tahan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi berulang ulang tanpa timbul kelelahan. Tujuan utama dari latihan daya tahan adalah meningkatkan kemampuan kerja jantung disamping meningkatkan kerja paru paru dan system peredaran darah. Secara umum kemampuan daya tahan dibutuhkan dalam semua cabang olahraga yang membutuhkan gerak fisik. Daya tahan adalah kemampuan organisme pemain untuk mengatasi kelelahan yang timbul setelah melakukan aktivitas tubuh berolahraga dalam waktu yang lama. Menurut Syafruddin (1999 : 53) menjelaskan jenis jenis daya tahan yaitu sebagai berikut : 1. Daya tahan umum 2. Daya tahan lokal 3. Daya tahan aerob umum dinamis 4. Daya tahan aerob umum statis 5. Daya tahan anaerob umum dinamis 6. Daya tahan anaerob umum statis 7. Daya tahan aerob lokal dinamis 8. Daya tahan aerob lokal statis 9. Daya tahan anaerob lokal dinamis 10. Daya tahan anaerob lokal statis VO 2 max adalah pengambilan ( konsumsi) oksigen maksimal per menit yang menggambarkan kapasitas aerobik seseorang. Mochammad. Sajoto (1988:67) menjelaskan bahwa pengertian VO 2 max adalah jumlah oxygen yang dipergunakan tubuh selama satu menit untuk setiap berat badan. Maximal oxygen uptake umumnya sering disingkat sebagai

39 VO 2 max, dimana V pada oksigen dan Max menyatakan kondisi kondisi maksimal. VO 2 max adalah volume oksigen maksimal yang digunakan oleh tubuh per menit. Faktor faktor yang menentukan konsumsi oksigen maksimal (VO 2 max) dalam Suratmin (2007:9) antara lain : 1. Jantung, Paru dan Pembuluh darah harus berfungsi baik, 2. Proses penyampaian oksigen kejaringan oleh sel darah merah harus normal, 3. Jaringan otot harus mempunyai kapasitas yang normal untuk mempergunakan oksigen atau memiliki metabolisme yang normal, fungsi mitokondrianormal. Dari pendapat di atas dapat dijelaskan kemampuan sejumlah darah yang dikirimkan ke otot yang sedang aktif bergerak dan mengambil oksigen dari darah sebagai bahan bakar pada waktu tubuh melakukan suatu aktivitas. Sedangkan menurut HendriIrawadi (2010 : 27) menjelaskan bahwa VO 2 max bertujuan untuk mengukur kapasitas aerobik dan ketahanan kardiovaskular. Dengan kata lain seseorang yang VO 2 max yang memiliki jantung yang efisien, paru paru yang efektif, peredaran darah yang baik pula yang dapat mensuplai otot otot, sehingga yang bersangkutan mampu bekerja secara kontiniu tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Menurut Fox dalam bafirman (2006:22) mengatakan bahwa dengan adanya ketahanan jantung dalam bekerja, maka pompaan darah akan lebih lancar, sehingga sel sel memerlukan aliran darah dapat

40 dipenuhi sesuai dengan keperluannya. Menurut Nawawi (2006:38) bahwa : Tinggi rendahnya daya tahan seseorang akan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya VO 2 max adalah volume oksigen maksimal yang disebut juga sebagai kapasitas aerobik, yaitu kemampuan tubuh mengkonsumsi oksigen secara maksimal permenit. VO 2 max ditunjang oleh kemampuan paru paru sebagai organ yang menyediakan oksigen, kualitas darah (hemoglobin) yang akan mengikat dan membawa oksigen keseluruh tubuh, jantung sebagai organ yang memompa darah keseluruh tubuh, jantung sebagaiorgan yang memompa darah keseluruh tubuh, pembuluh darah (sirkulasi) yang akan menyalurkan darah keseluruh tubuh dan otot rangka sebagai salah satu organ tubuh yang akan memakai oksigen untuk proses oksidasi bahan makanan sehingga menghasilkan energi. Begitu banyak pengertian yang membahas masalah VO 2 max maka dapat diambil kesimpulan bahwa VO 2 max atau kapasitas aerobik adalah suatu kemampuan badan untuk mendapatkan oksigen, kemudian dikirimkan ke otot otot atau sel sel sebagai bahan bakar pada waktu melakukan aktivitas serta dapat dikerjakan oleh sistem energi aerobik. Apabila salah satu komponen tersebut kapasitasnya rendah, maka akan mempengaruhi tingkat VO 2 max karena masing masing organ tersebut saling mempengaruhi. VO 2 max secara umum menunjukan kemampuan menahan kelelahan dari organ organ tubuh manusia. Tujuan utama dari latihan VO 2 max adalah meningkatkan kemampuan kerja jantung disamping meningkatkan kerja paru paru dan system peredaran darah. Secara umum kemampuan VO 2 max yang tinggi dibutuhkan dalam semua cabang olahraga yang membutuhkan gerak fisik.

41 Dalam suatu pertandingan seorang atlet dituntut mampu bergerak lebih lama selama pertandingan berlangsung, tanpa mengalami kelelahan yang berarti dalam melaksanakan teknik dan taktik yang ada dalam olahraga karate. Pada pertandingan berlangsung, dimana penyerangan dan pembelaan harus dapat dilakukan oleh atlet dan harus selalu bergerak dinamis secara agresif untuk mencari keuntungan dalam setiap momen yang ada. Jika seorang atlet karate tidak memiliki VO 2 max yang baik, maka ia akan kesulitan untuk mengikuti latihan ataupun pertandingan, walaupun atlet tersebut memiliki kemampuan teknik yang baik. Dari uraian di atas dapat terlihat bahwa sangat penting oksigen maksimal (VO 2 max) bagi manusia, terutama untuk kesegaran jasmani dan untuk ketahanan jantung, otot otot dan persendian. Dalam pertandingan seorang karateka harus memiliki VO 2 max yang baik, karena pertandingan karate membutuhkan waktu yang singkat, cepat dan tenaga yang maksimal. Dengan memiliki VO 2 max yang baik, maka tubuh masih mampu untuk melakukan berbagai macam serangan dan pembelaan dengan kontraksi yang tinggi sehingga atlet dapat meraih prestasi yang maksimal. Dengan demikian komponen kondisi fisik yang telah diuraikan di atas perlu ditingkatkan dan dilakukannya latihan fisik yang terarah, terorganisir dan terprogram. Disamping itu juga harus didukung dengan gizi yang baik, terutama makanan yang mengandung zat besi untuk pembentukan Hemoglobin.

42 B. Kerangka Konseptual 1. Tingkat kekuatan otot lengan dalam olahhraga karate Pada kajian teori telah dijelaskan dengan detil bahwa dalam cabang olahraga karate sangat dibutuhkan sekali kekuatan otot lengan, terutama dalam melakukan pukulan dan tangkisan. Tanpa adanya kekuatan otot lengan yang baik tidak akan menghasilkan pukulan yang baik, tapi sebaliknya apabila seorang atlet karate mempunyai kekuatan otot lengan yang baik akan menghasilkan kemampuan pukulan yang baik pula. Dengan ini kekuatan otot lengan dari karateka dituntut untuk selalu kuat dan bagus terutama pada otot bagian lengan, sehingga pukulan dan tangkisan dapat dilakukan dengan baik. 2. Tingkat kekuatan otot tungkai dalam olahraga karate Selain kekuatan otot lengan, pukulan dan tangkisan dalam penyerangan kekuatan otot tungkai juga sangat berperan sekaali. Dimana kekuatan otot tungkai merupakan kemampuan otot/sekelompok otot untuk menahan atau menerima beban sewaktu bekerja sehingga menghasilkan tendangan yang baik dan dapat dilihat pada kemampuan individu itu sendiri. Apabila kekuatan otot lengan dan kekuatan otot tungkai seorang karateka bagus dan kuat maka ada kemumgkinanakan menghasilkan kemampuan pukulan dan tendangan yang bagus. 3. Tingkat daya ledak otot lengan dalam olahraga karate Daya ledak otot lengan merupakan kemampuan sekelompok serabut otot otot lengan dalam melakukan aktivitas yang kuat dan waktu

43 yang relatif cepat. Apabila daya ledak otot lengan kurang, maka kemampuan pukulan dan tangkisan tidak akan bagus dan mudah untuk melakukan penyerangan. Sangat penting artinya bagi seorang atlet atau orang orang yang terkait didalamnya mengetahui hal ini agar lebih memperhatikan kemampuan, dan lebih melatih daya ledak otot lengan mereka. 4. Tingkat daya ledak otot tungkai dalam olahraga karate Daya ledak otot tungkai merupakan suatu kemampuan tungkai kaki untuk mengatasi beban/tahanan dengan kuat dan cepat dengan kontraksi tinggi. Dalam olahraga karate daya ledak otot lengan dan daya ledak otot tungkai sangat dominan sekali dibutuhkan dapat dilihat saat melakukan serangan pukulan, tangkisan dan serta tendangan. 5. Tingkat daya tahan aerobik dalam olahraga karate Daya tahan aerobik adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi berulng ulang tanpa timbul kelelahan. Seseorang yang VO 2 max yang memiliki jantung yang efisien, paru paru yang efektif, peredaran darah yang baik pula yang dapat mensuplai otot otot, sehingga yang bersangkutan mampu bekerja secara kontiniu tanpa mengalami kelelahan yang berlebihan. Berdasarkan uraian di atas maka kerangka konseptual penelitian ini adalah sebagai berikut :

44 Kekuatan otot lengan? Kekuatan otot tungkai? Tingkat Kondisi Fisik Atlet Karate Dojo SMA N 1 Kec.Suliki Kab. 50 Kota. Daya ledak otot lengan? Daya ledak otot tungkai? Daya tahan aerobic? Gambar 9. Kerangka Konseptual C. Pertanyaan Penelitian Dalam penelitian ini, dapat diajukan pertanyaan penelitian bagaimana tingkat kondisi fisik atlet karate dojo SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota, yang antara lain : a. Bagaimana tingkat kekuatan otot lengan yang dimiliki Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota? b. Bagaimana tingkat kekuatan otot tungkai yang dimiliki Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota? c. Bagaimana tingkat daya ledak otot lengan yang dimiliki Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota? d. Bagaimana tingkat daya ledak otot tungkai yang dimiliki Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota?

45 e. Bagaimana tingkat daya tahan aerobik yang dimiliki Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota?

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas maka jenis penelitian ini bersifat deskriptif, yang bertujuan untuk mengunkapkan suatu apa adanya. Sebagai mana yang dikemukakan Arikunto (1990;234) menjelaskan bahwa : penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini mengungkap bagaimana tingkat kondisi fisik yang dimiliki atlet karate dojo SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota yang berkenaan dengan kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkai, daya ledak otot lengan, daya ledak otot tungkai dan daya tahan aerobik. B. Waktu dan Tempat penelitian Adapun tempat penelitian ini dilakukan di SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. Waktu penelitian ini dilakukan pada hari minggu tanggal 17 dan 24 Juni 2012. C. Populasi dan sampel 1. Populasi Populasi adalah objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat syarat tertentu berkaitan dengan masalah 46

47 penelitian. Yang menjadi populasi penelitian ini adalah seluruh atlet Karate SMA N 1Kec. Suliki Kab. 50 Kota yang berjumlah 34 orang. Jumlah sampel ini diperoleh dari pelatih Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Populasi Penelitian No Jenis Kelamin Jumlah 1. Putra 27 orang 2. Putri 7 orang Jumlah 34 orang Sumber: Pelatih Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota 2. Sampel Sampel adalah sebagian yang dimbil dari populasi, Sudjana (1992 : 6). Berdasarkan jumlah populasi di atas, maka yang terbaik pengambilan sampel dengan cara purposive sampling yaitu atlet putra dengan jumlah 23 orang karena dengan pertimbangan atlet putri banyak yang kurang aktif mengikuti latihan dan pertimbangan tingkat kondisi fisik atlet putra dan atlet putri yang berbeda, disamping itu juga ada 4 orang atlet putra yang kurang aktif mengikuti latihan. Dengan demikian jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini yaitu sebanyak 23 orang atlet putra. D. Defenisi Operasional Sehubungan dengan penelitian ini agar tidak terjadi salah pengertian dalam memahami istilah, maka perlu dijelaskan sebagai berikut :

48 Kondisi fisik dalam olahraga adalah semua kemampuan jasmani yang menentukan prestasi yang realisasinya dilakukan melalui kemampuan pribadi. Komponen komponen kondisi fisik dalam penelitian ini terdiri dari : a. Kekuatan otot lengan merupakan komponen kondisi fisik yang cukup penting perananya dalam memukul lawan, target (sasaran) sehingga menghasilkan kemampuan pukulan yang baik dan dapat dilihat pada kemampuan individu itu sendiri. Kekuatan otot lengan diukur dengan menggunakan hand grip dynamometer test dengan satuan berat kilogram (Kg). b. Kekuatan otot tungkai merupakan kemampuan otot / sekelompok otot untuk menahan atau menerima beban sewaktu bekerja sehingga menghasilkan kemampuan tendangan yang baik dan dapat dilihat pada kemampuan individu itu sendiri. Kekuatan otot tungkai diukur dengan menggunakan leg dynamometer test dengan satuan berat kilogram (Kg). c. Daya ledak otot lengan merupakan kemampuan yang sangat diperlukan dalam pencapaian keterampilan seseorang untuk melakukan pukulan yang lebih cepat. Daya ledak otot lengan diukur dengan menggunakan medicine ball test dengan satuan cm. d. Daya ledak otot tungkai merupakan suatu kemampuan tungkai kaki untuk mengatasi beban/tahanan dengan kuat dan cepat dengan kontraksi tinggi. Daya ledak otot lengan diukur dengan menggunakan vertical jump test dengan satuan cm.

49 e. Daya tahan aerobik adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi berulng ulang tanpa timbul kelelahan. Untuk mengetahui daya tahan aerobik dilakukan pengukuran VO 2 max. VO 2 max diukur dengan melakukan Bleep test dengan satuan ml/kg.bb/min. E. Jenis dan Sumber data 1. Jenis data a. Data yang diambil dalam penelitian ini data primer. Data primer merupakan data yang diambil langsung oleh peneliti dengan melakukan tes kondisi fisik terhadap atlet karate dojo SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. Data tersebut meliputi kecepatan, kelincahan, daya ledak, dan daya tahan aerobik. b. Data sekunder yaitu data yang berupa jumlah atlet, berupa nama nama dan umur yang didapat dari arsip arsip atau dokumun dokumen yang diberikan oleh pelatih karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. 2. Sumber Data Data yang diperoleh bersumber dari hasil tes yang dilakukan pada sampel yaitu tes kekuatan, daya ledak dan daya tahan aerobik. Data jumlah atlet didapatkan melalui pelatih karate dojo SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota.

50 F. Instrumen penelitian Instrumen penelitian untuk masing masing variabel seperti berikut : 1. Hand grip dynamometer. a. Tujuan : untuk mengukur kekuatan maksimal otot lengan, b. Alat : Hand grip dynamometer c. Pelaksanaan : 1) Testee coba berdiri tegak dengan posisi kaki dibuka ± 20 cm atau selebar bahu pandangan lurus kedepan, 2) Tangan memegang grip strenght hand dynamometer sesuai genggamannya dan tangan harus lurus, 3) Skala hand grip dynamometer menghadap keluar atau kedepan sedangkan jarum hand dynamometer berada pada angka nol, 4) Setelah itu grip strenght hand dynamometer diperas dengan sekuat tenaga hanya sekali perasaan dan penekanan tidak boleh dengan sentakan. 5) Tangan yang diperiksa maupun alat grit strenght hand dynamometer tidak boleh tersentuh badan atau benda lain. Tabel 2. Norma Kekuatan Otot Lengan Hand Dynamometer No Kategori Nilai 1. Sempurna > 51 2. Baik Sekali 44 50 3. Baik 37 43 4. Cukup 30 36 5. Kurang 23 29 Sumber, Manusia dan Olahraga (Rusli Lutan (1991 : 226)

51 d. Penilaian 1) Melihat hasil yang dicapai pada alat hand dynamometer kemudian dicatat hasilnya dengan satuan berat kilogram (Kg), 2) Setiap testee melakukan 2x tes dan nilai yang tertinggi yang dijadikan nilai akhir. 2. Leg dynamometer a. Tujuan : untuk mengukur kekuatan maksimum otot tungkai, b. Alat : Leg dynamometer c. Pelaksanaan : 1) Testee siap dengan berdiri tegak di atas leg dynamometer dengan kedua lutut ditekuk sejajar dengan sudut 60 derajat, 2) Dengan badan tegak dan pandangan lurus kedepan dan ke-2 tangan memegang pegangan, 3) Kemudian berusaha meluruskan tungkai dengan gerakan pengejut dan tangan tetap rileks dan tidak menarik pegangan. Tabel 3. Norma Kekuatan Otot Tungkai Leg Dynamometer No Kategori Nilai 1. Sempurna - 2. Baik Sekali > 283 3. Baik 215 282 4. Cukup 146 214 5. Kurang 77 145 Sumber, Manusia dan Olahraga (Rusli Lutan (1991 : 226) d. Penilaian 1) Melihat pada alat leg dynamometer kemudian dicatat hasilnya dengan satuan berat kilogram (Kg), 2) Setiap testee melakukan 2x tes dengan istirahat yang cukup dan nilai yang tertinggi yang dijadikan nilai akhir.

52 3. Medicine ball push a. Tujuan : untuk mengukur daya ledak otot lengan, b. Alat 1) Bola medicine (3 Kg) 2) Meteran 3) Kursi 4) Serbuk Kapur c. Pelaksanaan 1) Testee duduk tegak di kursi dengan kaki menjaga keseimbangan, 2) Kedua tangan testee memegang bola medicine, sehingga bola tersebut menyentuh dada. 3) Kemudian kedua tangan mendorong bola tersebut ke depan sejauh mungkin dengan tali dilingkarkan pada dada testee dan ditarik ke belakang sehingga badan bersandar pada kursi. Hal ini dilakukan untuk mencegah agar testee pada waktu mendorong tidak dibantu oleh gerakan badan ke depan. 4) Testee diberi kesempatan sebanyak 3 (kali) kali pengulangan. Tabel 4. Norma daya ledak Otot Lengan medicine ball push No Kategori Nilai 1. Sempurna > 6.23 2. Baik Sekali 5.38 6.22 3. Baik 4.53 5.37 4. Cukup 3.68 4.52 5. Kurang 2.63 3.67 Sumber, Manusia dan Olahraga (Rusli Lutan (1991 : 226)

53 d. Penilaian Jarak tolakan yang terjauh dari 3 (tiga) kali pengulangan, yang diukur mulai dari tepi luar kaki kursi sampai batas/tanda dimana bola medicine tersebut jatuh dan jarak yang tertinggi. 4. Vertical jump test a. Tujuan : untuk mengukur daya ledak otot tungkai, b. Fasilitas dan alat Alat dan Fasilitas 1) Papan berskala yang dipasang didinding, 2) Kapur tulis, 3) Formulir pencatatan 4) Dinding yang rata 5) Timbangan berat badan c. Pelaksanaannya 1) Sebuah tempat vertical jump skala meter dibuat pada dinding, 2) Testee berdiri dibawah skala meter dan meluruskan tangannya ke atas lalu diberikan tanda ketinggian raihan, 3) Kemudian testee melompat dari posisi berdiri untuk meraih skala meter setinggi mungkin, 4) Ukur selisih tinggi raihan yang diperoleh testee, 5) Testee memperoleh kesempatan 3 kali pelaksanaan, 6) Skor testee adalah nilai tertinggi dari 3 kali pelaksanaan, 7) Daya ledak otot tungkai dihitung berdasarkan unit formula (kgm/sec) dengan rumus Nomogram lewis :

54 Keterangan: P = ( 4,9 (weigth). D*) P = Daya Ledak (Power) W = Berat Badan D* = Selisih tinggi raihan dengan tinggi loncatan Sumber: Fox, (1993:658) Gambar 10. Sikap awal Pelaksanaan Tes Vertical Jump Tabel 5. Norma Daya Ledak Otot Tungkai Vertical Jump No Klasifikasi Nilai 1. Baik Sekali 301 > 2. Baik 240 300 3. Sedang 115 239 4. Kurang 54 114 5. Kurang Sekali 0 53 Sumber : (Pratical measurement for evaluation in physical education, jhonson, 1986)

55 d. Penilaian Skor diperoleh dari selisih antara tinggi loncatan dan tinggi raihan. Nilai yang diperoleh atlet adalah selisih yang terbanyak antara tinggi loncatan dan tinggi raihan dari loncatan ke 2 yang dilakukan. 5. Untuk mengukur daya tahan diukur dengan Bleep Tes yaitu dengan melakukan tes VO 2 max. Tujuannya adalah untuk mengukur Volume Oksigen Maksimal (VO 2 max). a. Peralatan 1) Lapangan / tanah yang datar. 2) Tipe recorder, kaset panduan tes, alat ukur panjang, patok, 3) Kertas pengukur bleep tes dengan table penilaian VO 2 max. b. Pelaksanaan 1) Ukur jarak lintasan dengan panjang 20 meter lebar 1,5 meter diberikan Cones (patok) setiap tanda diujungnya, 2) Testee disarankan melakukan pelaksanaan serta peregangan sebelum tes. 3) Kemudian testee berdiri diantara kedua patok lalu mengikuti petunjuk dari tipe recorder, setelah pada hitungan mundur selama 5 detik dimulai test dan berbunyi tut tut tut maka testee mulai berlari, selanjutnya setiap bunyi tut testeee diharapkan telah ssampai ke patok (sampai ujung lintasan lari) setelah mencapai interval satu menit akan berkurang, maka untuk level berkurang, maka untuk level berikutnya harus lebih cepat.

56 4) Setiap kali testee menyelesaikan jarak 20 meter, selanjutnya berbalik dan menunggu sinyal berikutnya untuk melanjutkan lari kearah yang berlawanan. Apabila peserta tes gagal mencapai dan atau kurang dari garis 20 meter setelah sinyal tut berikutnya, testee memberikan toleransi 2 x 20 meter, untuk memberikan kesempatan untuk menyelesaikan kecepatannya. Apabila gagal settelah dua kali peringatan, maka testee diberhentikan (tidak boleh lari lagi). 20 meter Gambar 11 : Lintasan bleep test / lari multi tahap Tabel 6. Norma Daya Tahan VO 2 max dengan Bleep tes Kategori Nilai Baik Sekali > 53 Baik 43 52 Sedang 34 42 Kurang 25 33 Kurang Sekali s.d 24 Sumber. Hendri Irawadi (2010 : 30)

57 G. Teknik Pengumpulan data Untuk mengumpulkan data didalam penelitian ini, maka teknik pengumpulan data : 1. Kekuatan otot lengan dengan menggunakan Hand dynamometer, 2. Kekuatan otot tungkai dengan menggunakan leg dynamometer, 3. Daya ledak otot lengan dengan menggunakan medicine ball push, 4. Daya ledak otot tungkai dengan melakukan vertical jump test, 5. Daya tahan aerobik dengan melakukan pengukuran VO 2 max, VO 2 max diukur dengan Bleep test H. Prosedur Penelitian Untuk memudahkan dalam pengambilan data, maka disusun langkahlangkahnya yaitu: 1. Mengurus surat izin penelitian. 2. Mengatur dan menetapkan jadwal penelitian. 3. Mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan dalam penelitian. 4. Mempersiapkan tenaga pembantu, agar penelitian berjalan dengan lancar. 5. Mempersiapkan format tes. 6. Melakukan tes kekuatan otot lengan 7. Melakukan tes kekuatan otot tungkai 8. Melakukan tes daya ledak otot lengan 9. Melakukan tes daya ledak otot tungkai 10. Melakukan tes daya tahan aerobik.

58 Tabel 7. Daftar Panitia Pelaksana Tes No Nama Jabatan 1. Rori Novri Pelatih 2. Hifzul Ridho Pengawas 3. Aprinaldi Pencatat skor 4. Dede Septiana Dokumentasi 5. Gustia Lestari Koordinator I. Teknik Analisis data Sesuai dengan tujuan serta pertanyaan penelitian yang diajukan, maka pengujian data yang sudah diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan statistik Deskriptif ( tabulasi frekwensi ). Dengan cara mendeskripsikan hasil penelitian yang diperoleh dari berbagai pengukuran ( tes ) terhadap tingkat kondisi fisik. Dan dianalisis menggunakan rumus seperti dikemukakan Sudjana (1991 : 31 ) dalam skripsi Haripah Nawanis (2010 : 40) sebagai berikut : P = N F x 100% Keterangan : P = Persentase F = Frekwensi ( skor yang diperoleh ) N = Jumlah Sampel tes

BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian, yang terdiri dari analisis deskriptif data dan pembahasan. Data yang dianalisis sesuai dengan hasil temuan faktual di lapangan seperti apa adanya. Hasil analisis ini merupakan gambaran tingkat kondisi yang dimiliki oleh atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. A. Deskriptif Data Analisis data penelitian dilakukan secara berurutan sesuai dengan urutan pada pertanyaan dan tujuan penelitian. Semua data dianalisis secara statistik deskriptif dengan tabulasi frekuensi. 1. Kekuatan Otot Lengan Berdasarkan hasil tes kekuatan otot lengan yang dilakukan, diperoleh skor maksimum = 41 tergolong pada kategori baik dan skor minimum = 23 tergolong pada kategori kurang. Disamping itu diperoleh nilai mean (rata-rata) = 29.39, dan standar deviasi = 4.71 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi seperti berikut : Tabel 8. Distribusi Frekuensi Kekuatan Otot Lengan No Frekuensi Kelas Interval Relatif Absolut (Fa) (%) Kategori 1 < 51 0 0 Sempurna 2 44-50 0 0 Baik Sekali 3 37-43 2 8.7 Baik 4 30-36 8 34.8 Cukup 59

60 5 23-29 13 56.5 Kurang Jumlah 23 100% Rata-rata 29.39 Kurang Skor Maximum 41 Baik Skor Minimum 23 Kurang 2. Kekuatan Otot Tungkai Berdasarkan hasil tes kekuatan otot tungkai yang dilakukan, diperoleh skor maksimum = 166 tergolong pada kategori cukup dan skor minimum = 110 tergolong pada kategori kurang. Disamping itu diperoleh nilai mean (rata-rata) = 142.61, dan standar deviasi = 15.27. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi sebagai berikut : Tabel 9. Distribusi frekuensi Kekuatan Otot tungkai No Frekuensi Kelas Interval Absolut Relatif (%) (Fa) Kategori 1-0 0 Sempurna 2 283 0 0 Baik Sekali 3 215-282 0 0 Baik 4 146-214 10 43.5 Cukup 5 77-145 13 56.5 Kurang Jumlah 23 100 % Rata-rata 142,61 Cukup Nilai Maximum 166 Cukup Nilai Minimum 110 Kurang 3. Daya Ledak Otot Lengan Berdasarkan hasil tes daya ledak otot lengan yang dilakukan, diperoleh skor maksimum = 4.55 tergolong pada kategori baik dan skor

61 minimum = 2.90 tergolong pada kategori cukup. Disamping itu diperoleh nilai mean (rata-rata) = 3.70, dan standar deviasi = 0.50 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi sebagai berikut : Tabel 15. Distribusi Frekuensi Daya Ledak Otot Lengan No Kelas Interval Frekuensi Kategori Absolut (Fi) Relatif (%) 1 6.23 0 0 Sempurna 2 5.38-6.22 0 0 Baik Sekali 3 4.53-5.37 1 4.4 Baik 4 3.68-4.52 13 56.5 Cukup 5 2.63-3.67 9 39.1 Kurang Jumlah 23 100% Rata-rata 3,70 Cukup Nilai Maximum 4,55 Baik Nilai Minimum 2,90 Kurang 4. Daya Ledak Otot Tungkai Berdasarkan hasil tes daya ledak otot tungkai yang dilakukan, diperoleh skor maksimum = 117.72 tergolong pada kategori sedang dan skor minimum = 60.87 tergolong pada kategori kurang. Disamping itu diperoleh nilai mean (rata-rata) = 93.47, dan standar deviasi = 13.77. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table distribusi frekuensi sebagai berikut : Tabel 16. Distribusi Frekuensi Daya Ledak Otot Tungkai Frekuensi Kategori Kelas Interval No Absolut Relatif (Fi) (%) 1 301 > 0 0 Baik Sekali 2 240-300 0 0 Baik 3 115-239 3 13 Sedang

62 4 54-114 20 87 Kurang 5 0-53 0 0 Kurang Sekali Jumlah 23 100% Rata-rata 93,47 Kurang Nilai Maximum 117,72 Sedang Nilai minimum 60,87 Kurang 5. Daya Tahan Aerobik Berdasarkan hasil tes daya tahan aerobik yang dilakukan, diperoleh skor maksimum = 44 tergolong pada kategori bagus dan skor minimum = 19 tergolong pada kategori rendah. Disamping itu diperoleh nilai mean (rata-rata) = 28.35, dan standar deviasi = 7.35. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi sebagai berikut : Tabel 17. Distribusi Frekuensi Daya Tahan Aerobik No Kelas Interval Frekuensi Kategori Absolut (Fi) Relatif (%) 1 53 0 0 Tinggi 2 43-52 1 4.4 Bagus 3 34-42 5 21.7 Cukup 4 25-33 7 30.4 Sedang 5 s.d 24 10 43.5 Rendah Jumlah 23 100% Rata-rata 28,35 Sedang Nilai Maximum 44 Bagus Nilai minimum 19 Rendah B. Analisis Data 1. Kekuatan Otot Lengan Berdasarkan pengolahan hasil analisis data kekuatan otot lengan atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota, dapat diperoleh data

63 distribusi frekuensi yang telah dijelaskan di atas. Rata-rata tingkat kekuatan otot lengan atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota = 29,39 tergolong pada kategori kurang. Agar lebih jelasnya data hasil kekuatan otot lengan tersebut dapat dilihat pada gambar histogram berikut Frekuensi Absolut : 14 12 10 8 6 4 2 0 56,6% 34,8% 8,7% S BS B C K Gambar 12. : Histogram kekuatan otot lengan Dari histogram di atas dari 23 orang atlet, 2 orang (8,7%) tergolong kategori baik, 8 orang (34,8%) tergolong kategori cukup, dan 13 orang (56,6%) tergolong kategori kurang. Sedangkan untuk kategori sempurna dan baik sekali tidak ada (0%) dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. Berdasarkan hasil kajian di atas dapat dikemukakan bahwa kemampuan kekuatan otot lengan atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota dalam kategori kurang. Dengan demikian pertanyaan penelitian terhadap kemampuan kekuatan otot lengan dapat terjawab.

64 2. Kekuatan Otot Tungkai Berdasarkan pengolahan hasil analisis data kekuatan otot tungkai atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota, dapat diperoleh data distribusi frekuensi seperti yang dijelaskan di atas. Rata-rata tingkat kekuatan otot tungkai atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota = 142,61 tergolong pada kategori kurang. Agar lebih jelasnya data hasil kekuatan otot tungkai tersebut dapat dilihat pada gambar histogram berikut Frekuensi Absolut : 14 12 10 8 6 4 2 0 56.5% 43.5% 0 0 0 S BS B C K Gambar 13. : Histogram Kekuatan Otot Tungkai Dari histogram di atas dari 23 orang atlet, 10 orang (43,5%) tergolong kategori cukup, dan 13 orang (56,5%) tergolong kategori kurang. Sedangkan untuk kategori sempurna, baik sekali dan baik tidak ada (0%) dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. Berdasarkan hasil kajian di atas dapat dikemukakan bahwa kemampuan kekuatan otot tungkai atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab.

65 50 Kota dalam kategori kurang. Dengan demikian pertanyaan penelitian terhadap kemampuan kekuatan otot lengan dapat terjawab. 3. Daya Ledak Otot Lengan Berdasarkan pengolahan hasil analisis data daya ledak otot lengan atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota, dapat diperoleh data distribusi frekuensi yang telah dijelaskan di atas. Rata-rata tingkat daya ledak otot lengan atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota = 4,55 tergolong pada kategori baik. Agar lebih jelasnya data hasil daya ledak otot lengan tersebut dapat dilihat pada gambar histogram berikut : Frekuensi Absolut 14 12 10 8 6 4 2 0 56.5% 39.1% 0 0 4.4% S BS B C K Gambar 14. : Histogram Keterampilan Daya Ledak Otot Lengan Dari histogram di atas dari 23 orang atlet, 1 orang (4,4%) tergolong kategori baik, 13 orang (56,5%) tergolong kategori cukup dan 9 orang (39,1%) tergolong kategori kurang. Sedangkan untuk kategori sempurna, dan baik sekali tidak ada (0%) dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota.

66 Berdasarkan hasil kajian di atas dapat dikemukakan bahwa kemampuan kekuatan otot tungkai atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota dalam kategori cukup. Dengan demikian pertanyaan penelitian terhadap kemampuan kekuatan otot lengan dapat terjawab. 4. Daya Ledak Otot Tungkai Berdasarkan pengolahan hasil analisis data daya ledak otot tungkai atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota, dapat diperoleh data distribusi frekuensi yang telah dijelaskan di atas. Rata-rata tingkat daya ledak otot tungkai atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota = 93,47 tergolong pada kategori Kurang. Agar lebih jelasnya data hasil daya ledak otot tungkai tersebut dapat dilihat pada gambar histogram berikut : 20 Frekuensi Absolut 15 10 5 13% 87% 0 0 0 BS B S K KS Gambar 15 : Histogram Daya Ledak Otot Tungkai Dari histogram di atas dari 23 orang atlet, 3 orang (13%) tergolong kategori sedang, dan 20 orang (87%) tergolong kategori kurang. Sedangkan untuk kategori baik sekali, baik dan kurang sekali tidak ada (0%) dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota.

67 Berdasarkan hasil kajian di atas dapat dikemukakan bahwa kemampuan daya ledak otot tungkai atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota dalam kategori kurang. Dengan demikian pertanyaan penelitian terhadap kemampuan daya ledak otot tungkai dapat terjawab. 5. Daya Tahan Aerobik Berdasarkan pengolahan hasil analisis data daya tahan aerobik atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota, dapat diperoleh data distribusi frekuensi yang dijelaskan di atas. Rata-rata tingkat daya tahan aerobik atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota = 43,91 tergolong pada kategori sedang. Agar lebih jelasnya data hasil daya tahan aerobik tersebut dapat di lihat pada gambar histogram berikut : 10 8 Frekuensi Absolut 6 4 2 0 43.5% 4.4% 30.4% 21.7% 0 S BS B C K Gambar 16 : Histogram Daya Tahan (Aerobik) Dari histogram di atas dari 23 orang atlet, 1 orang (4,4%) tergolong kategori bagusi, 5 orang (21,7%) tergolong kategori cukup, 7 orang (30,4%) tergolong kategori sedang dan 10 orang (43,5%) tergolong

68 kategori rendah. Sedangkan untuk kategori tinggi tidak ada (0%) dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. Berdasarkan hasil kajian di atas dapat dikemukakan bahwa kemampuan daya tahan aerobik atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota dalam kategori rendah. Dengan demikian pertanyaan penelitian terhadap kemampuan daya tahan aerobik dapat terjawab. C. Pembahasan Berdasarkan analisis dan pengolahan data mengenai Tinjauan Tentang Tingkat Kondisi Fisik atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota, maka pada pembahasan ini akan dijawab pertanyaan penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang telah diajukan sebelumnya dengan uraian sebagai berikut : 1. Mean (rata-rata) kemampuan kekuatan otot lengan yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota yaitu 29.39, berada dalam kategori kurang. Dengan kemampun kekuatan otot lengan tersebut tentu atlet belum dapat mencapai prestasi yang optimal, walaupun kemampuan dan unsur-unsur kondisi fisik yang lainnya bagus, tetapi jika tidak di dukung juga dengan kemampuan kekuatan otot lengan yang bagus, maka dapat mempengaruhi pencapain prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Syafruddin (1999: 36 ) menjelaskan bahwa kekuatan merupakan kemampuan dasar kondisi fisik, tanpa kekuatan orang tidak bisa melompat, melempar, mendorong, menarik, menahan, mengangkat dan lain lain. Selain itu, Maidarman

69 (2010:23) mengatakan Kekuatan adalah kemampuan otot untuk dapat mengatasi tahanan/beban, menahan atau memindahkan beban dalam menjalankan aktivitas olahraga. Berdasarkan pendapat tersebut jelas bahwasannya kekuatan sangat dibutuhkan oleh seorang atlet karate, terutama disaat melakukan pukulan, jika otot lengan tidak kuat tentu hasil pukulan yang dilakukan akan tidak bagus, namun jika otot lengan kuat maka pukulan akan menjadi lebih kuat dan keras juga sehingga lebih mudah menjatuhkan lawan. Selain itu, seorang atlet karate yang tidak memilikikekuatan otot lengan yang baik tentu dia tidak akan mampu melakukan pukulan yang stabil selama kompetisi berlangsung, karena pada saat kompetisi berlangsung sekitar 2-3 detik selama 3 babak, seorang atlet karate dituntut untuk terus melakukan pukulan. Jika kekuatan otot lengan tidak bagus, tentu atlet tidak sanggup lagi melakukan pukulan yang bagus dan konsisten selama waktu tersebut, sehingga disaat itu lawan sangat mudah menyerang atlet tersebut, karena otot lengan tidak sanggup kuat lagi menahan serangan lawan dan otot lengan juga tidak mampu memberikan pukulan yang keras dan kuat. Maka dari itu jelas sekali bahwa kekuatan otot lengan sangat dibutuhkan oleh para atlet karate demi meningkatkan prestasinya. Untuk itu, agar prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota dapat menjadi lebih baik, maka diharapkan bagi para atlet untuk melatih dan meningkatkan kemampuan kekuatan otot lengannya dengan tidak mengabaikan melatih unsure-unsur kondisi fisik lainnya.

70 2. Mean (rata-rata) kemampuan kekuatan otot tungkai yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota yaitu 142.61, berada dalam kategori kurang. Dengan kemampun kekuatan otot tungkai, yaitu dengan kategori kurang tersebut tentu atlet belum dapat mencapai prestasi yang yang diinginkannya, walaupun kemampuan dan unsur-unsur kondisi fisik yang lainnya bagus, tetapi jika tidak di dukung juga dengan kemampuan kekuatan otot tungkai yang bagus juga maka dapat mempengaruhi pencapain prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Rusli Lutan, dkk (1991:118) mengemukakan Kekuatan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi guna membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Selain itu, Arsil (1999:43), kekuatan adalah merupakan komponen yang sangat penting dari kondisi fisik secara keseluruhan. Sedangkan menurut Fox dalam Arsil (1999:44) kekuatan otot adalah daya atau tekanan sebuah otot, atau lebih tepatnya adalah suatu kelompok otot yang dapat digunakan melawan suatu perlawanan didalam suatu usaha / upaya maksimal. Berdasarkan pendapat tersebut jelas bahwasannya kekuatan sangat dibutuhkan oleh seorang atlet karate di saat berkompetisi. Salah satu dari sekian banyak unsure kekuatan yang harus dimiliki seorang atlet karate yaitu kekuatan otot tungkai, jika otot tungkai tidak kuat tentu hasil tendangan yang dilakukan akan tidak bagus, namun jika otot tungkai kuat maka tendangan akan menjadi lebih kuat dan keras juga sehingga lebih

71 mudah menjatuhkan lawan dan keseimbangan tubuh pun akan lebih terjaga, karena kaki mampu memberikan tekanan dan tahanan yang lebih baik untuk menopang tubuh. Selain itu, seorang atlet karate yang tidak memiliki kekuatan otot tungkai yang baik tentu dia tidak akan mampu melakukan tendangan yang stabil selama kompetisi berlangsung, karena pada saat kompetisi berlangsung sekitar 2-3 menit selama 3 babak, seorang atlet karate dituntut untuk terus menyerang dan sekali-kali bertahan. Jika kekuatan otot tungkai tidak bagus, tentu atlet tidak sanggup lagi melakukan tendangan yang bagus dan konsisten selama waktu tersebut, sehingga disaat itu lawan sangat mudah menyerang atlet tersebut, karena keseimbangan tubuh akan berkurang Karena kekutan otot tungkai yang tidak bagus. Maka dari itu jelas sekali bahwa kekuatan otot tungkai sangat dibutuhkan oleh para atlet karate demi meningkatkan prestasinya. Untuk itu, agar prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota dapat menjadi lebih baik, maka diharapkan bagi para atlet untuk melatih dan meningkatkan kemampuan kekuatan otot tungkainya dengan latihn yang terstruktur dan disiplin. 3. Mean (rata-rata) kemampuan daya ledak otot lengan yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota yaitu 3,70 berada dalam kategori cukup. Meskipun daya ledak otot lengan pemain cukup, bukan berarti kemampuan daya ledak lengan para pemain tidak perlu dilatih dan ditingkatkan lagi, karena jika diabaikan latihan untuk kemampuan daya

72 ledak otot lengan dan terfokus untuk melatih kemampuan kondisi fisik lainnya, bisa saja kemampuan daya ledak otot lengannya akan berkurang karena tidak terlatih lagi. Karateka yang memiliki daya ledak otot lengan yang baik dapat menghasilkan sebuah pukulan yang lebih kuat, cepat dan optimal. Dengan kemampuan daya ledak otot lengan yang baik itu, tentu seorang karateka dapat dengan mudah menjatuhkan lawannya dengan pukulannya tersebut. Maka dari itu agar seluruh atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota memiliki kemampuan daya ledak otot lengan yang lebih baik lagi, diharapkan kepada seluruh atlet untuk terus meningkatkan latihan kemampuan daya ledak otot lengannya dengan terarah, sistematis dan berlanjut supaya dapat berkompetisi lebih baik lagi, dengan tujuan meraih kemenangan untuk setiap kompetisi yang dilaksanakan agar prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota dapat ditingkatkan dan lebih baik lagi dari yang sebelumnya. 4. Mean (rata-rata) kemampuan daya ledak otot tungkai yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota yaitu 93.47, berada dalam kategori kurang. Dengan kemampun daya ledak otot tungkai, yaitu dengan kategori kurang tersebut tentu atlet belum dapat mencapai prestasi yang yang optimal, walaupun kemampuan dan unsur-unsur kondisi fisik yang lainnya bagus, tetapi jika tidak di dukung juga dengan kemampuan daya ledak otot tungkai yang bagus juga, maka dapat mempengaruhi

73 pencapain prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. Bafirman (1999:59) tentang daya ledak mengemukakan bahwa : Daya ledak sangat penting bagi penampilan sebab dapat menentukan seberapa keras dan kuat seorang dapat memukul/menendang, berapa jauh serangan dapat terlempar, berapa tingginya seorang dapat melompat dan memperjauh lompatannya, berapa cepat seorang dalam berlari dan berenang. Semuanya dalam keadaan sewaktu waktu dapat meledak secara maksimal dalam upaya memperoleh kekuatan secara baik dan benar. Daya ledak adalah kemampuan otot untuk mengarahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang amat singkat. Berdasarkan kutipan di atas, jelaslah bahwa daya ledak merupakan kemampuan untuk menampilkan kekuatan maksimum dan kecepatan maksimum secara eksplosif dalam waktu cepat dan singkat untuk mencapai tujuan yang dikehendaki, sehingga otot yang menampilkan gerakan eksplosif sangat kuat dan cepat dalam berkontraksi. Sedangkan daya ledak otot merupakan gabungan beberapa unsure fisik yaitu kekuatan dan kecepatan, artinya keamapuan daya ledak otot dapat dilihat dari hasil suatu aktivitas gerak yang dilakukan dengan cepat dan menggunakan tenaga yang kuat. Berdasarkan pendapat tersebut jelas bahwasannya daya ledak sangat dibutuhkan oleh seorang atlet karate di saat berkompetisi, seperti daya ledak otot tungkai. Jika daya ledak otot tungkai tidak bagus tentu hasil tendangan yang dilakukan akan tidak bagus, namun jika dya ledak otot tungkai bagus maka tendangan akan menjadi lebih kuat dan cepat juga sehingga lebih mudah menjatuhkan lawan dengan menggunakan tendangan.

74 Untuk itu, agar prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota dapat menjadi lebih baik, maka diharapkan bagi para atlet untuk melatih dan meningkatkan kemampuan kekuatan daya ledak otot tungkainya dengan latihan yang lebih baik lagi. 5. Mean (rata-rata) kemampuan daya tahan yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota yaitu 28.35, berada dalam kategori rendah. Dengan kemampuan daya tahan pada kategori rendah tersebut tentu atlet belum dapat mencapai prestasi yang yang optimal, walaupun kemampuan dan unsur-unsur kondisi fisik yang lainnya bagus, tetapi jika tidak di dukung juga dengan kemampuan daya tahan yang bagus juga, maka dapat mempengaruhi pencapain prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. Menurut Annarino dalam Arsil (1999:19), daya tahan adalah hasil kemampuan individu untuk memelihara gerakannya dalam kurun waktu tertentu. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa daya tahan adalah kemampuan otot untuk melakukan kontraksi berulang ulang tanpa timbul kelelahan. Tujuan utama dari latihan daya tahan adalah meningkatkan kemampuan kerja jantung disamping meningkatkan kerja paru paru dan system peredaran darah. Secara umum kemampuan daya tahan dibutuhkan dalam semua cabang olahraga yang membutuhkan gerak fisik. Daya tahan adalah kemampuan organisme pemain untuk mengatasi kelelahan yang timbul setelah melakukan aktivitas tubuh berolahraga dalam waktu yang lama. Pada kompetisi karate yang biasanya

75 waktu bertanding berkisar 2-3 menit dalam 3 babak tentu membutuhkan daya tahan agar tetap konsisten menjalankan kompetisi di setiap babaknya. Jika seorang atlet karate tidak memeliki daya tahan yang bagus, tentu dia cepat lelah sehingga tidak dapat melakukan kompetisi dengan baik, sehingga sulit untuk meraih prestasi yang optimal. Untuk itu, agar prestasi atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota dapat menjadi lebih baik, maka diharapkan bagi para atlet untuk melatih dan meningkatkan kemampuan daya tahannya dengan latihan yang lebih sistematis, continiu dan terprogram dengan baik. Berdasarkan urain di atas jelas sekali bahwa unsur-unsur kondisi fisik seperti kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkai, daya ledak otot lengan, daya ledak otot tungkai, dan daya tahan sangat dibutuhkan oleh seorang karateka di dalam menjalankan suatu kompetisi untuk mencapai prestasi yang diharapkan. Maka dari itu, diharapkan kepada seluruh atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota untuk selalu mempertahankan dan meningkatkan kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkai, daya ledak otot lengan, daya ledak otot tungkai, dan daya tahan serta seluruh faktor-faktor kondisi fisik lainnya agar atlet dapat lebih baik lagi di dalam berkompetisi, sehingga prestasi yang diinginkan dapat diraih dengan lebih optimal lagi. Selain itu, jika para atlet terus melatih kemampuan kondisi fisiknya, maka kemampuan geraknya dapat meningkat dan para pemainpun memiliki jasmani yang sehat dan bugar. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Lutan, dkk (2009 : 50-

76 51) yaitu usaha meningkatkan kondisi fisik merupakan bagian dari usaha pencegahan pada faktor manusia sebagai tujuan utama yakni meningkatkan kemampuan gerak dan mewujudkan kebugaran jasmani. Hal ini menjelaskan bahw atlet yang tidak mampu meningkatkan kondisi fisiknya maka akan menghambat kemampuan geraknya. Berdasarkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, secara umum tingkat kemampuan kondisi fisik kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkai, daya ledak otot lengan, daya ledak otot tungkai, dan daya tahan tergolong belum maksimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya : (1) program latihan yang belum tersusun secara sisteatis dan kontiniu. (2) durasi latihan yang belum ada peningkatan. (3) faktor gizi yang lebih ditingkatkan dan dijaga, dan lain sebagainya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan berikut : Berdasarkan hasil penelitian dapat dikemukakan kesimpulan sebagai 1. Hasil tes kekuatan otot lengan, Mean (rata-rata) kemampuan kekuatan otot lengan yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota yaitu 29.39 berada dalam kategori kurang sebanyak 13 orang, dengan persentase 56.5%. 2. Hasil tes kemampuan kekuatan otot tungkai, Mean (rata-rata) kemampuan kekuatan otot tungkai yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota yaitu 142.61, berada dalam kategori kurang sebanyak 13 orang, dengan persentase 56.5%. 3. Hasil tes kemampuan daya ledak otot lengan, Mean (rata-rata) kemampuan daya ledak otot lengan yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota yaitu 3.70, berada dalam kategori cukup sebanyak 13 orang, dengan persentase 56.5%. 4. Hasil tes kemampuan daya ledak otot tungkai, Mean (rata-rata) kemampuan daya ledak otot tungkai yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota yaitu 93.47, berada dalam kategori kurang sebanyak 20 orang, dengan persentase 87%. 77

78 5. Hasil tes kemampuan daya tahan, Mean (rata-rata) kemampuan daya tahan yang dimiliki atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota yaitu 28.35, berada dalam kategori rendah, dengan persentase 43.5%. B. Saran Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka penulis dapat memberikan saran-saran yang dapat membantu mengatasi masalah dalam penelitian terhadap kondisi fisik atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota, yaitu : 1. Bagi pelatih atlet karate pada umumnya, khususnya pelatih karate atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota disarankan untuk melatih kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkai, daya ledak otot lengan, daya ledak otot tungkai, dan daya tahan aerobik serta unsur-unsur kondisi fisik lainnya secara terprogram, sistematis dan kontiniu. 2. Bagi atlet pada umunya dan khususnya atlet karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota disarankan dapat meningkatkan kekuatan otot lengan, kekuatan otot tungkai, daya ledak otot lengan, daya ledak otot tungkai, daya tahan dan unsur-unsur kondisi fisik lainnya dengan cara melakukan latihan secara disiplin, sistematis dan berkesinambungan. Serta selalu berupaya menjaga konsumsi makanan terhadap makanan yang bergizi, serta mengimbanginya dengan istirahat yang cukup. 3. Bagi peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini agar dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan informasi dan meneliti dengan jumlah populasi atau sampel yang lebih besar serta di daerah yang berbeda.

79 DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi, (1990). Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta Arsil, (1999). Pembinaan Kondisi Fisik. Padang : Universitas Negeri Padang - Fakultas Ilmu Keolahragaan Arsil, (1999). Tes Pengukuran dan Evaluasi. Padang Bafirman, (1999). Sport Medicine. Padang : Universitas Negeri Padang - Fakultas Ilmu Keolahragaan Bafirman, (2007). Fisiologi Olahraga. Padang : Universitas Negeri Padang - Fakultas Ilmu Keolahragaan Bafirman, Apri A, (2008). Pembentukan Kondisi Fisik. Padang : Universitas Negeri Padang - Fakultas Ilmu Keolahragaan Basirun. (2006). Kontribusi Eksplosive Power Otot Tungkai Dan Kelenturan Pinggang Terhadap Keterampilan Dribbling Atlit Sepak Bola SSB Taruna Mandiri Padang, Tesis. Padang: FIK UNP. Hamid, Apris, (2007). Teknik Dasar Karate (Kihon), Padang : Sumatera Barat Harsono, (1996). Latihan Kondisi Fisik. PIO KONI Pusat Jakarta Irawadi, Hendri, (2010). Kondisi Fisik dan Pengukurannya, Padang : Universitas Negeri Padang - Fakultas Ilmu Keolahragaan Lawanis, Haripah, (2010). Tinjauan Kondisi Fisik Atlet Liga Pendidikan Indonesia (LPI) Sepakbola Rintisan Sekolah Menengah Atas (R SMA) Berstandar Internasional (BI) N 1 Payakumbuh (skripsi). Padang : FIK Universitas Negeri Padang Lutan,dkk, (1991). Manusia Dan Olahraga. Bandung : ITB dan FPOK IKIP Bandung. Maidarman, (2009). Pengelolaan Fitness Centre. Padang : Universitas Negeri Padang - Fakultas Ilmu Keolahragaan Maidarman, (2010). Ilmu Melatih Lanjutan. Padang : Universitas Negeri Padang - Fakultas Ilmu Keolahragaan

80 Nawawi, Umar. (2008). Fisiologi. Padang : Universitas Negeri Padang - Fakultas Ilmu Keolahragaan. Rudianto, Dody. (2010). Seni Beladiri Karate, Jakarta : Golden Terayon Press Sajoto, Mochamad, (1988). Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga, Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Sudjana, (1992). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito Suharno, (1993). Metodologi Pelatihan. Jakarta : Pusat Pendidikan dan Penataran Komite Olahraga Nasional Indonesia Pusat. Surjadji, (1996). Ketahuilah Tingkat kesegaran Jasmani Anda. Jakarta : Pusat Kesegaran jasmani dan Rekreasi, DEPDIKBUD Syafruddin, (1999). Dasar dasar Kepelatihan Olahraga. Universitas Negeri padang. Fakultas Ilmu Keolahragaan Syafruddin, (2011). Ilmu Kepelatihan Olahraga. Universitas Negeri padang - Fakultas Ilmu Keolahragaan UU RI NO 3 tahun 2005, tentang system Keolahragaan Nasional Wahid, Abdul, (2007). Shotokan, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada Wiratama, Aditya, Ilham HS, (1966). Karate Untuk Pemula, Pekalongan : C.V Gunung Mas www. Geogle. Komponen komponen Kondisi Fisik yang dibutuhkan dalam Olahraga Karate. Com www. geogle. otot lengan. com

81 Lampiran 1 NAMA NAMA ATLET KARATE SMA N 1 KECAMATAN. SULIKI KABUPATEN 50 KOTA NO NAMA UMUR/JENIS KELAMIN 1. Jerri Handika 20 th / L 2. Ricky Satrianto 20 th / L 3. Arledion Rama 19 th / L 4. Irfan 19 th / L 5. Syahrul 20 th / L 6. Riki Fersranda 20 th / L 7. Ahmad Naufal 20 th / L 8. Weldi Satria 19 th / L 9. Destri Andira Putra 19 th / L 10. Farid Ananda Putra 21 th / L 11. Rahmat Illahi 19 th / L 12. M. Alvi Oktvianus 19 th / L 13. Yeniko Prima Putra 19 th / L 14. Cupriadi 21 th / L 15. Rahmad Firdaus 20 th / L 16. Rio Fermana 22 th / L 17. Syafrudin 21 th / L 18. Eko Yunas Saputra 20 th / L 19. Aidil Syahputra 20 th / L 20. Syaiful 19 th / L 21. Yoli Asman 20 th / L 22. Friko Yulianda 20 th / L 23. Ilham Ramadhan 22 th / L

82 Lampiran 2 REKAP TABEL TES HAND GRIP DYNAMOMETER NO NAMA UMUR/JENIS KELAMIN HAND GRIP DYNAMOMETER HASIL TERBAIK 1. Jerri Handika 20 th / L 23 23 23 2. Ricky Satrianto 20 th / L 26 27 27 3. Arledion Rama 19 th / L 33 33 33 4. Irfan 19 th / L 29 30 30 5. Syahrul 20 th / L 26 25 26 6. Riki Fersranda 20 th / L 40 41 41 7. Ahmad Naufal 20 th / L 24 24 24 8. Weldi Satria 19 th / L 28 28 28 9. Destri Andira Putra 19 th / L 36 37 37 10. Farid Ananda Putra 21 th / L 29 22 29 11. Rahmat Illahi 19 th / L 35 35 35 12. M. Alvi Oktvianus 19 th / L 20 23 23 13. Yeniko Prima Putra 19 th / L 32 30 32 14. Cupriadi 21 th / L 27 25 27 15. Rahmad Firdaus 20 th / L 31 30 31 16. Rio Fermana 22 th / L 29 29 29 17. Syafrudin 21 th / L 32 34 34 18. Eko Yunas Saputra 20 th / L 30 28 30 19. Aidil Syahputra 20 th / L 25 25 25 20. Syaiful 19 th / L 34 30 34 21. Yoli Asman 20 th / L 26 26 26 22. Friko Yulianda 20 th / L 23 24 24 23. Ilham Ramadhan 22 th / L 28 28 28

83 Lampiran 3 NO NAMA REKAP TABEL TES LEG DYNAMOMETER UMUR/JENIS KELAMIN LEG DYNAMOMETER HASIL TERBAIK 1. Jerri Handika 20 th / L 138 140 140 2. Ricky Satrianto 20 th / L 150 150 150 3. Arledion Rama 19 th / L 139 140 140 4. Irfan 19 th / L 120 120 120 5. Syahrul 20 th / L 147 146 147 6. Riki Fersranda 20 th / L 142 141 142 7. Ahmad Naufal 20 th / L 160 165 165 8. Weldi Satria 19 th / L 155 155 155 9. Destri Andira Putra 19 th / L 145 143 145 10. Farid Ananda Putra 21 th / L 140 140 140 11. Rahmat Illahi 19 th / L 151 150 151 12. M. Alvi Oktvianus 19 th / L 165 166 166 13. Yeniko Prima Putra 19 th / L 147 145 147 14. Cupriadi 21 th / L 100 110 110 15. Rahmad Firdaus 20 th / L 154 150 154 16. Rio Fermana 22 th / L 139 139 139 17. Syafrudin 21 th / L 145 145 145 18. Eko Yunas Saputra 20 th / L 138 137 138 19. Aidil Syahputra 20 th / L 110 110 110 20. Syaiful 19 th / L 150 151 151 21. Yoli Asman 20 th / L 160 160 160 22. Friko Yulianda 20 th / L 145 144 145 23. Ilham Ramadhan 22 th / L 120 120 120

84 Lampiran 4 REKAP TABEL TES MEDICINE BALL PUSH N NAMA UMUR/JENIS LEMPARAN LEMPARAN LEMPARAN HASIL O KELAMIN 1 2 3 TERBAIK 1. Jerri Handika 20 th / L 3.75 3.75 3.80 3,80 2. Ricky Satrianto 20 th / L 3.70 3.70 3.70 3,70 3. Arledion Rama 19 th / P 2.90 2.94 2.90 2.94 4. Irvan 19 th / P 2.94 2.95 2.95 2.95 5. Syahrul 20 th / L 4.55 4.54 4.54 4.55 6. Riki Fersranda 20 th / L 3.40 3.35 3.40 3.40 7. Ahmad Naufal 20 th / L 3.88 3.88 3.87 3.88 8. Weldi Satria 20 th / L 399 4.08 4.08 4.08 9. Destri Andira Putra 19 th / L 3.45 3.45 3.44 3.45 10. Farid Ananda Putra 21 th / L 4.30 4.30 4.30 4.30 11. Rahmat Illahi 19 th / L 4.05 4.05 4.08 4.08 12. M. Alvi Oktavianus 19 th / L 3.95 3.95 3.95 3.95 13. Yeniko Prima Putra 19 th / L 3.90 3.89 3.90 3.90 14. Cupriadi 21 th / P 3.20 3.20 3.20 3.20 15. Rahmad Firdaaus 20 th / L 3.90 3.88 3.90 3.90 16. Rio Fermana 22 th / P 3.10 3.15 3.15 3.15 17. Syafrudin 21 th / L 4.00 4.08 4.08 4.08 18. Eko Yunas Saputra 20 th / L 3.20 3.20 3.20 3.20 19. Aidil Syahputra 20 th / P 3.15 3.17 3.18 3.18 20. Syaiful 19 th / L 3.95 3.95 3.90 3.95 21. Yoli Asman 20 th / L 4.50 4.50 4.50 4.50 22. Friko Yulianda 20 th / L 3.92 3.94 3.95 3.95 23. Ilham Ramadhan 22 th / P 2.90 2.90 2.90 2.90

85 Lampiran 5 No Nama Data Mentah Tes Daya Ledak Otot Tungkai BB (kg) Tinggi Raihan (m) Tinggi Lompatan (m) Jump Reach Score (D) Daya Ledak Otot Tungkai (Kg-M/S) 1 Jerri Handika 61 2.10 2.54 0.44 89.57 2 Ricky Satrianto 62 2.30 2.73 0.43 90.00 3 Arledion Rama 60 2.30 2.83 0.53 96.69 4 Irfan 59 2.18 2.65 0.47 89.54 5 Syahrul 61 2.30 2.65 0.35 79.88 6 Riki Fersranda 65 2.40 2.80 0.40 91.00 7 Ahmad Naufal 63 2.28 2.83 0.55 103.42 8 Weldi Satria 65 2.20 2.84 0.64 115.11 9 Destri Andira Putra 62 2.25 2.85 0.60 106.31 10 Farid Ananda Putra 58 2.18 2.70 0.52 92.58 11 Rahmad Illahi 53 2.22 2.82 0.60 90.88 12 M. Alvi Oktavianus 66 2.15 2.63 0.48 101.22 13 Yeniko Prima Putra 67 2.18 2.81 0.63 117.72 14 Cupriadi 56 2.35 2.90 0.55 91.93 15 Rahmad Firdaus 55 2.20 2.45 0.25 60.87 16 Rio Permana 57 2.13 2.58 0.45 84.64 17 Safrudin 55 2.22 2.70 0.48 84.35 18 Eko Yunas Saputra 54 2.32 2.87 0.55 88.65 19 Aidil Syahputra 64 2.18 2.85 0.67 115.96 20 Syaiful 58 2.26 2.54 0.28 67.94 21 Yoli Asman 62 2.15 2.64 0.49 96.07 22 Friko Yulianda 59 2.17 2.81 0.64 104.48 23 Ilham Ramadhan 65 2.25 2.65 0.40 91.00

86 Lampiran 6 Hasil Pengukuran Kekuatan Otot Lengan Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. No Nama Kekuatan Otot Lengan Klasifikasi 1 Jerri Handika 23 K 2 Ricky Satrianto 27 K 3 Arledion rama 33 C 4 Irfan 30 C 5 Syahrul 26 K 6 Riki Fersranda 41 B 7 Ahmad Naufal 24 K 8 Weldi Satria 28 K 9 Destri Andira Putra 37 B 10 Farid Ananda Putra 29 K 11 Rahmat Illahi 35 C 12 M. Alvi Oktavianus 23 K 13 Yeniko Prima Putra 32 C 14 Cupriadi 27 K 15 Rahmad Firdaus 31 C 16 Rio Permana 29 K 17 Safrudin 34 C 18 Eko Yunas Saputra 30 C 19 Aidil Syahputra 25 K 20 Syaiful 34 C 21 Yoli Asman 26 K 22 Friko Yulianda 24 K 23 Ilham Ramadhan 28 K Keterangan : S BS B C K = Sempurna = Baik Sekali = Baik = Cukup = Kurang

87 Lampiran 7 Hasil Pengukuran Kekuatan Otot Tungkai Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. Kekuatan No Nama Otot Tungkai Klasifikasi 1 Jerri Handika 140 K 2 Ricky Satrianto 150 C 3 Arledion rama 140 K 4 Irfan 120 K 5 Syahrul 147 C 6 Riki Fersranda 142 K 7 Ahmad Naufal 165 C 8 Weldi Satria 155 C 9 Destri Andira Putra 145 K 10 Farid Ananda Putra 140 K 11 Rahmat Illahi 151 C 12 M. Alvi Oktavianus 166 C 13 Yeniko Prima Putra 147 C 14 Cupriadi 110 K 15 Rahmad Firdaus 154 C 16 Rio Permana 139 K 17 Safrudin 145 K 18 Eko Yunas Saputra 138 K 19 Aidil Syahputra 110 K 20 Syaiful 151 C 21 Yoli Asman 160 C 22 Friko Yulianda 145 K 23 Ilham Ramadhan 120 K Keterangan : S BS B C K = Sempurna = Baik Sekali = Baik = Cukup = Kurang

88 Lampiran 8 Hasil Pengukuran Daya Ledak Otot Lengan Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. No Nama Daya Ledak Otot Lengan Klasifikasi 1 Jerri Handika 3.80 C 2 Ricky Satrianto 3.70 C 3 Arledion rama 2.94 K 4 Irfan 2.95 K 5 Syahrul 4.55 B 6 Riki Fersranda 3.40 K 7 Ahmad Naufal 3.88 C 8 Weldi Satria 4.08 C 9 Destri Andira Putra 3.45 K 10 Farid Ananda Putra 4.30 C 11 Rahmat Illahi 4.08 C 12 M. Alvi Oktavianus 3.95 C 13 Yeniko Prima Putra 3.90 C 14 Cupriadi 3.20 K 15 Rahmad Firdaus 3.90 C 16 Rio Permana 3.15 K 17 Safrudin 4.08 C 18 Eko Yunas Saputra 3.20 K 19 Aidil Syahputra 3.18 K 20 Syaiful 3.95 C 21 Yoli Asman 4.50 C 22 Friko Yulianda 3.95 C 23 Ilham Ramadhan 2.90 K Keterangan : S BS B C K = Sempurna = Baik Sekali = Baik = Cukup = Kurang

89 Lampiran 9 Hasil Pengukuran Daya Ledak Otot Tungkai Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. No Nama Daya Ledak Otot Tungkai (kg- m/sec) Klasifikasi 1 Jerri Handika 89.57 K 2 Ricky Satrianto 90.00 K 3 Arledion rama 96.69 K 4 Irfan 89.54 K 5 Syahrul 79.88 K 6 Riki Fersranda 91.00 K 7 Ahmad Naufal 103.42 K 8 Weldi Satria 115.11 S 9 Destri Andira Putra 106.37 K 10 Farid Ananda Putra 92.58 K 11 Rahmat Illahi 90.88 K 12 M. Alvi Oktavianus 101.22 K 13 Yeniko Prima Putra 117.72 S 14 Cupriadi 91.93 K 15 Rahmad Firdaus 60.87 K 16 Rio Permana 84.64 K 17 Safrudin 84.35 K 18 Eko Yunas Saputra 88.65 K 19 Aidil Syahputra 115.96 S 20 Syaiful 67.94 K 21 Yoli Asman 96.07 K 22 Friko Yulianda 104.48 K 23 Ilham Ramadhan 91.00 K Keterangan : BS B S K KS = Baik Sekali = Baik = Sedang = Kurang = Kurang Sekali

90 Lampiran 10 Hasil Pengukuran Daya Tahan Aerobik Atlet Karate SMA N 1 Kec. Suliki Kab. 50 Kota. No Nama Daya Tahan V O2 Max Klasifikasi 1 Jerri Handika 22 R 2 Ricky Satrianto 41 C 3 Arledion rama 34 C 4 Irfan 22 R 5 Syahrul 26 S 6 Riki Fersranda 44 B 7 Ahmad Naufal 21 R 8 Weldi Satria 30 S 9 Destri Andira Putra 19 R 10 Farid Ananda Putra 40 C 11 Rahmat Illahi 27 S 12 M. Alvi Oktavianus 36 C 13 Yeniko Prima Putra 33 S 14 Cupriadi 24 R 15 Rahmad Firdaus 21 R 16 Rio Permana 20 R 17 Safrudin 35 C 18 Eko Yunas Saputra 23 R 19 Aidil Syahputra 32 S 20 Syaiful 29 S 21 Yoli Asman 21 R 22 Friko Yulianda 28 S 23 Ilham Ramadhan 24 S Keterangan : T B C S R = Tinggi = Bagus = Cukup = Sedang = Rendah

91 Lampiran 11 Data Seluruh Hasil Penelitian No Nama Umur / Jenis Kelamin Kekuatan Daya Ledak Daya Tahan Otot Otot Otot Otot V O2 Lengan Tungkai Lengan Tungkai Max 1 Jerri Handika 20 / L 23 140 3.80 89.57 22 2 Ricky Satrianto 20 / L 27 150 3.70 90.00 41 3 Arledion rama 19 / L 33 140 2.94 96.69 34 4 Irfan 19 / L 30 120 2.95 89.54 22 5 Syahrul 20 / L 26 147 4.55 79.88 26 6 Riki Fersranda 20 / L 41 142 3.40 91.00 44 7 Ahmad Naufal 20 / L 24 165 3.88 103.42 21 8 Weldi Satria 19 / L 28 155 4.08 115.11 30 9 Destri Andira Putra 19 / L 37 145 3.45 106.37 19 10 Farid Ananda Putra 21 / L 29 140 4.30 92.58 40 11 Rahmat Illahi 19 / L 35 151 4.08 90.88 27 12 M. Alvi Oktavianus 19 / L 23 166 3.95 101.22 36 13 Yeniko Prima Putra 19 / L 32 147 3.90 117.72 33 14 Cupriadi 20 / L 27 110 3.20 91.93 24 15 Rahmad Firdaus 20 / L 31 154 3.90 60.87 21 16 Rio Permana 20 / L 29 139 3.15 84.64 20 17 Safrudin 21 / L 34 145 4.08 84.35 35 18 Eko Yunas Saputra 20 / L 30 138 3.20 88.65 23 19 Aidil Syahputra 20 / L 25 110 3.18 115.96 32 20 Syaiful 19 / L 34 151 3.95 67.94 29 21 Yoli Asman 20 / L 26 160 4.50 96.07 21 22 Friko Yulianda 20 / L 24 145 3.95 104.48 28 23 Ilham Ramadhan 22 / L 28 120 2.90 91.00 24

92

93

94

95

Gambar 1, sikap awal tes hand grip dynamometer 96

97 Gambar 2, saat melakukan tes hand grip dynamometer Gambar 1, sikap awal tes leg dynanamometer

98 Gambar 2, saat melakukan tes leg dynamometer Gambar 1, sikap awal tes medicine ball push

99 Gambar 2, saat melakukan tes medicine ball push Gambar 1, sikap awal tes vertical jump

100 Gambar 2, saat melakukan tes vertical jump Gambar 1, sikap awal saat melakukan tes VO 2 max

101 Gambar 2, saat melakukan tes VO 2 max Foto Bersama Foto Peralatan