MEKANISME PENGELOLAAN ZAKAT DI LAZISNU GORONTALO. Mustofa ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB IV EFEKTIVITAS PENDISTRIBUSIAN ZAKAT DI BAZ KOTA SEMARANG

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA SOSIAL PADA YAYASAN AL-JIHAD SURABAYA

isempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu problematika

PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 13 TAHUN 2003 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA WALIKOTA SOLOK

BAB I PENDAHULUAN. Namun, pada kenyataannya, masih ada yang tidak mendapat bagian. Inilah yang

BAB IV ANALISIS MANAJEMEN PENGELOLAAN DANA ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH DI KJKS BMT ISTIQLAL PEKALONGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dituntut untuk memiliki transparansi dan akuntabilitas. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

Analisis Pengelolaan Zakat dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Mustahiq di Badan Amil Zakat Nasional Kota Cimahi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan adalah kurangnya atau terbatasnya barang-barang dan jasa-jasa yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG. Nomor 24 Tahun 2004 Seri E PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 24 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran dan kemiskinan merupakan masalah di banyak negara,

BAB IV ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT NAHDLATUL ULAMA DAN PENGELOLAAN DANA TERHADAP KEBERHASILAN PENGELOLAAN LAZISNU KOTA SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP - MADURA

BAB V PEMBAHASAN. 1. Pemberdayaan Zakat oleh BAZNAS dalam Upaya Pengentasan Kemiskinan di. KabupatenTulungagung

Lampiran D UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

Di dalam al-quran telah disebutkan bahwa zakat diperuntukkan kepada 8 as{na>f, sebagaimana surah al- Taubah ayat 60 berikut;

BAB IV. A. Mekanisme Penyaluran Bantuan Modal Usaha di Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa melaksanakan pembangunan yang bersifat fisik materil dan mental

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT DALAM PROGRAM PENUMBUHAN WIRAUSAHA BARU. kesejahteraan masyarakat terutama untuk mengentaskan masyarakat dari

BAB I PENDAHULUAN. Zakat, infaq, dan shadaqah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

LEMBARAN DAERAH KOTA PADANG PANJANG Tahun 200

BAB I PENDAHULUAN. berusaha mencari harta, hanya sekali saja ketika seseorang berhasil

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ, SHODAQOH DAN WAKAF

BAB I PENDAHULUAN. Zakat secara demografik dan kultural, sebenarnya memiliki potensi. yang layak dikembangkan menjadi salah satu instrumen pemerataan

BAB I PENDAHULUAN. maaliyah (ibadah harta). Shalat, puasa dan haji digolongkan ke dalam. lagi yang bersifat ibadah ruhiyyat seperti syahadat.

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 83 TAHUN : 2008 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 2 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. dunia sehingga memiliki potensi zakat yang cukup besar. melansir

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BAB I PENDAHULUAN. pada Al-Qur an dan Hadist. Dana zakat yang terkumpul akan diberikan kepada

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

Undang Undang. Nomor 23 Tahun Republik Indonesia ZAKAT PENGELOLAAN. Tentang

BAB I PENDAHULUAN. harta dan dilarang untuk memubazirkan dan menyia-nyiakannya, karena

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Badan Perencana Pembangunan (Bappenas) menyatakan bahwa jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per

yang diwajibkan Allah kepada orang-orang yang berhak. mensucikan orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan pahala. Sedangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kemiskinan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan sangat erat, yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan

- 2 - PERATURAN BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM BADAN AMIL ZAKAT NASIONAL

BAB V PEMBAHASAN. A. Pola Manajemen Pengelolaan Dana Zakat di Lembaga Amil Zakat Baitul. Maal Hidayatullah dan Al-Haromain Kabupaten Trenggalek

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaan dan penyaluran dana zakat, infak, sedekah yang telah dilakukan oleh

BAB IV STRATEGI MANAJEMEN BAZ KOTA MOJOKERTO DALAM MENJAGA LOYALIYAS MUZAKKI< A. Urgensi Loyalitas Muzakki> Pada BAZ Kota Mojokerto

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQOH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SEMARANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Zakat merupakan salah zatu dari rukun Islam, seornag mukmin

BAB I PENDAHULUAN. mengendalikan tujuan perusahaan. Good Corporate Governance yang. seringkali digunakan dalam penerapannya di perusahaan-perusahaan,

BAB II TINJAUN UMUM TENTANG ZAKAT, EFEKTIVITAS DAN KESEJAHTERAAN

BAB V PEMBAHASAN. berpengaruh terhadap minat membayar zakat di Badan Amil. Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Gresik.

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

2016, No menetapkan Peraturan Badan Amil Zakat Nasional tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan Badan Amil Zakat Nasiona

KEPUTUSAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 373 TAHUN 2003 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 30 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG NOMOR 8 TAHUN 2005 T E N T A N G PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

Secara bahasa, zakat berarti tumbuh (numuww) dan bertambah (ziyadah). Jika diucapkan, zaka al-zar artinya adalah tanaman itu tumbuh dan bertambah.

A. Ringkasan atau Isi Penting dari Artikel

KEPUTUSAN KOMISI B-1 IJTIMA ULAMA KOMISI FATWA MUI SE INDONESIA III tentang MASAIL FIQHIYYAH MU'ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER)

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG WALIKOTA SERANG,

BUPATI MERANGIN, Menimbang : a.

PELATIHAN PEYUSUNAN LAPORAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAQ & SEDEKAH AKUNTANSI ZAKAT (BERDASARKAN PSAK SYARIAH NO. 109)

BUPATI PELALAWAN PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. di dunia dan di akhirat. Disamping itu, Islam juga mengajarkan kepada

HAK ZAKAT BAGI PENGUNGSI

BAB V PEMBAHASAN. kepada para mustahik. Dalam proses penghimpunan, pengumpulan, dan

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENDISTRIBUSIAN DAN PENDAYAGUNAAN ZAKAT, INFAQ/ SHADAQAH PADA MUSTAHIQ

BAB I PENDAHULUAN. untuk kesejahteraan masyarakat, selain itu juga dapat berupa shodaqoh

BAB III ANALISIS PENDISTRIBUSIAN ZAKAT BAITUL MAAL HIDAYATULLAH KUDUS

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN ZAKAT. BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

Transkripsi:

MEKANISME PENGELOLAAN ZAKAT DI LAZISNU GORONTALO Mustofa e-mail: mustofatok @gmail.com ABSTRAK Pendayagunaan zakat merupakan salah satu kegiatan dari pengelolaan zakat. Pengelolaan zakat, sebagaimana disebutkan dalam UU Nomor 23 Tahun 2011 adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. Zakat yang telah terkumpul dari beberapa donatur, didayagunakan oleh LAZISNU secara produktif dan konsumtif melalui program NU Care, NU Smart, NU Skill, NU Preneur. Pendayagunaan zakat secara produktif dilakukan setelah kebutuhan dasar mustahiq terpenuhi. Pendayagunaan zakat secara produktif, dengan program dana bergulir sedikit banyak telah mampu memberikan perubahan dalam kehidupan mustahiq. Hal ini dapat dilihat dari status penerima zakat yang telah mampu berinfak, meskipun belum mencapai muzakki. Dengan dana bergulir minimal akan mampu mengurangi jumlah pengangguran dalam masyarakat, meningkatkan etos kerja dan menepis kesenjangan ekonomi dalam masyarakat. Key Word: Zakat, mustahiq, muzakki, NU Care, NU Smart, NU Skill, NU Preneur. I. Pendahuluan Zakat adalah ibadah maaliyah, ijtima iyah yang memilki posisi sangat penting, strategis dan menentukan baik dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. Sebagai suatu pokok ibadah, zakat termasuk salah satu rukun dari rukun Islam yang lima, sehingga keberadaannya dianggap sebagai ma lu min al-din bi al-dharurah, yaitu diketahui secara otomatis adanya dan merupakan bagian mutlak dari keislaman seseorang. 1 Salah satu sebab belum berfungsinya zakat sebagai instrumen pemerataan dan belum terkumpulnya zakat secara optimal di lembaga-lembaga pengumpul zakat karena pengetahuan masyarakat terhadap harta yang dikeluarkan dari harta masih terbatas pada sumber-sumber konvensional yang 1 Didin Hafidhudin, Zakat dalam Perekonomian Modern (Jakarta : Gema Insani Press, 2002), 1. 1

Mekanisme Pengelolaan Zakat di Lazisnu Gorontalo secara jelas dinyatakan dalam al-qur an dan al-hadith dengan persyaratan tertentu. 2 Selain mengetahui tentang al-amwl al-zakawiyah, penting juga diketahui tentang pendistribusian zakat setelah terkumpul kepada orang-orang yang berhak menerima zakat (mustahiq) yang disebutkan dalam al-qur an surat al-taubah : 60 sebagai berikut: Terjemah: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (QS. At-Taubah: 60) Masuknya amil sebagai salah satu dari delapan asnaf seperti dalam al- Taubah 60 merupakan legitimasi dari Allah SWT, tentang pentingnya lembaga ini dalam pengelolaan zakat. Amil adalah orang-orang yang terlibat atau aktif dalam organisasi dalam pelaksanaan zakat yang meliputi kegiatan mulai dari mengumpulkannya atau mengambilnya dari para muzakki sampai membagikannya kepada orang yang berhak menerima termasuk penganggung jawab, perencana, konsultan, pengumpul, pembagi, dan semua orang yang terlibat didalamnya. 3 Amil selain mengumpulkan dan membagikan zakat juga bertugas untuk memanfaatkan dan mendayagunakan zakat dengan sebaik-baiknya sehingga diperlukan kebijakan lembaga pengelolaan zakat dengan melibatkan peran pemerintah. Dana zakat itu tidak harus diberikan kepada yang berhak secara apa adanya tetapi dapat diberikan dalam bentuk lain yang dapat digunakan sebagai sarana produktif sehingga dapat melepaskan fakir miskin dari ketergantungan pada belas kasih pada orang lain. 4 Pengelolaan zakat perlu diatur oleh negara, karena adanya beberapa alasan, yaitu: 2 Didin Hafiduddin, hal. 1. 3 Atik Abidah, Zakat Filantropi dalam Islam: Refleksi Nilai Spiritual dan Charity (Ponorogo : STAIN Po Press, 2011), hal. 1. 4 Umrotul Khasanah, Manajemen Zakat Modern: Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hal. 11. 2 http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab

Mustofa 1. Zakat bukanlah bentuk charity biasa atau bentuk kedermawanan sebagaimana infaq, wakaf dan hibah. Zakat hukumnya wajib (imperatif), sementara charity atau donasi hukumnya sunnah. Pemungutan zakat dapat dipaksakan berdasarkan firman Allah dalam QS. Al-Taubah : 103, sebagai berikut: Terjemah: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui 2. Potensi zakat yang dapat dikumpulkan dari masyarakat sangat besar. 3. Zakat mempunyai potensi unruk membantu pencapaian sasaran pembangunan nasional. dana zat yang sangat besar sebenarnya cukup berpotensi untuk menngkatkan taraf hidup masyarakat jika disalurkan secara terprogram dalam rencana pembangunan nasional. 4. Agar dana zakat dapat disalurkan secara tepat, efisien dan efektif sehingga mencapai tujuan zakat itu sendiri seperti meningkatkan taraf hidup masyarakat. 5. Memberikan kontrol kepada pengelola negara. Salah satu penyakit yang masih menggerogoti keuangan Indonesia adalah korupsi atau penyalahgunaan uang negara. Padahal, sebagian besar pengelola negara ini mengaku beragama Islam. 5 Dengan demikian, bukan tanpa alasan jika di Indonesia lahir undangundang yang mengatur tentang zakat, yaitu dalam rangka mengurangi kendalakendala yang menghalangi lembaga zakat dalam mengelola zakat maka dilahirkanlah Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. Dalam pasal-pasal yang terdapat dalam undang-undang tersebut pemerintah tidak berfungsi sebagai operator yang mengelola zakat tetapi pemerintah berfungsi sebagai regulator, motivator, koordinator dan fasilitator. Dengan lahirnya undang-undang tersebut pemerintah melakukan berbagai upaya dalam rangka memberikan dorongan dan fasilitasi agar pengelolaan zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) dapat dilakukan secara profesional, amanah dan transparan sehingga tujuan pengelolaan zakat bagi sebesar-besarnya kemaslahatan dan kemakmuran 5 Ibid., XXIV-XXV. Jurnal Al-Buhuts, Volume. 10 Nomor 1, Juni 2014 3

Mekanisme Pengelolaan Zakat di Lazisnu Gorontalo umat dapat tercapai. 6 Namun pengelolaan zakat berdasarkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat sehingga perlu diganti. Pengelolaan zakat baru diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 yang juga meliputi kegiatan perencanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan. Dalam penyaluran hasil zakat, akan lebih memberikan perubahan apabila disalurkan dalam usaha produktif. Dalam istilah ekonomi, zakat merupakan tindakan pemindahan kekayaan dari golongan kaya kepada golongan tidak punya. Transfer kekayaan berarti transfer sumber-sumber ekonomi. Tindakan ini tentu saja akan mengakibatkan perubahan tertentu yang bersifat ekonomi seumpamanya, saja, seseorang yang menerima zakat bisa mempergunakannya untuk berkonsumsi atau berproduksi. Dengan demikian, zakat walaupun pada dasarnya merupakan ibadah kepada Allah, bisa mempunyai arti ekonomi. 7 Kelemahan utama orang miskin serta usaha kecil yang dikerjakannya sesungguhnya tidak semata-mata pada kurangnya permodalan, tetapi lebih pada sikap mental dan kesiapan manajemen usaha. untuk itu, zakat usaha produktif pada tahap awal harus mampu mendidik mustahiq sehingga benarbenar siap untuk berubah. Karena tidak mungkin kemiskinan itu dapat berubah kecuali dimulai dari perubahan mental si miskin itu sendiri. Inilah yang disebut peran pemberdayaan. Zakat yang dapat dihimpun dalam jangka panjang harus dapat memberdayakan mustahiq sampai pada tataran pengembangan usaha. program-program yang bersifat konsumtif hanya berfungsi sebagai stimulan atau rangsangan dan berjangka pendek. Sedangkan program pemberdayaan harus diutamakan. Makna pemberdayaan dalam arti yang luas ialah memandirikan mitra, sehingga mitra dalam hal ini mustahiq tidak selamanya tergantung kepada amil. 8 6 Khasanah, Manajemen, 12. 7 Aji Damanuri, Pendayagunaan Zakat Studi Implikasi Hukum Zakat Terhadap Pemberdayaan Mustahik di Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Ponorogo dalam http://hmipositive.blogspot.com/2012/03/contoh-proposal-muamalah-by-dosen.html, diakses 25 April 2013. 8 Ibid. 4 http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab

Mustofa II. PEMBAHASAN A. Pengertian zakat Secara bahasa, zakat berarti tumbuh (nuwuw) dan bertambah (ziyadah). Namun dalam pengertiannya berbeda-beda, jika dikatakan zaka alzar artinya tanaman itu tumbuh dan bertambah. Jika dikatakan sebagai zakat al-nafaqah, maka artinya nafkah tumbuh dan bertambah jika diberkati. 9 Menurut Ali Hasan dalam bukunya Zakat dan Infak menjelaskan bahwa zakat berarti suci, tumbuh, bertambah dan berkah. 10 Sedangkan pengertian zakat dalam UU Nomor 23 Tahun 2011, menyebutkan bahwa Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan shari at Islam. 11 B. Pendayagunaan Zakat Pendayagunaan zakat merupakan salah satu kegiatan dari pengelolaan zakat. Pengelolaan zakat, sebagaimana disebutkan dalam UU Nomor 23 Tahun 2011 adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengoordinasian dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat. 12 Sedangkan yang dimaksud pendayagunaan menurut Kamus Bahasa Indonesia adalah pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil atau pengusaha agar mampu menjalankan tugas dengan baik. 13 Pada dasarnya zakat selain wujud ketaatan kepada Allah namun juga sebagai kepedulian sosial. Zakat awalnya hanya didayagunakan untuk kepentingan konsumtif yaitu, untuk memenuhi kebutuhan dasar mustahiq sehingga lembaga amil zakat menyalurkan zakat sesuai dengan kebutuhan mustahiq yang ada didaerahnya. Zakat konsumtif yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan dasar mustahiq seperti kebutuhan konsumsi sehari-hari yaitu, kebutuhan sandang, pangan, dan papan, serta gaji untuk para guru mengaji dan bantuan biaya kesehatan. 14 9 Wahbah Zuhayly, Zakat: Kajian Berbagai Mazhab (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), 82. 10 M. Ali Hasan, Zakat dan Infak: Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di Indonesia (Jakarta: Kencana, 2006), 15. 11 Undang-Undang N0. 23 Tahun 2011, Pasal 1 (2). 12 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011, Pasal 1 (1). 13 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta : Pusat Bahasa, 2008), 344. 14 Trie Anis Rasyidah dan Esti Manzilati, Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Terhadap Legalitas Pengelolaan Zakat Oleh Lembaga Amil Zakat dalam http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/188, diakses 20 April 2013. Jurnal Al-Buhuts, Volume. 10 Nomor 1, Juni 2014 5

Mekanisme Pengelolaan Zakat di Lazisnu Gorontalo Zakat yang memiliki potensi yang sangat besar untuk menunjang kesejahteraan masyarakat, maka pendayagunaan zakat berkembang selain untuk memenuhi kebutuhan konsumtif jangka pendek menjadi zakat produktif yang bermanfaat untuk jangka panjang. Semangat yang dibawa bersama perintah zakat adalah adanya perubahan kondisi seseorang dari mustahiq (penerima) menjadi muzakki (pemberi). Bertambahnya jumlah muzakki akan mengurangi beban kemiskinan yang ada dimasyarakat, meskipun dana yang berhasil terhimpun terbatas. Hal ini menuntut adanya pengaturan yang baik sehingga potensi umat dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Pendayagunaan zakat dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 disebutkan pada Bab III, tentang Pengumpulan, Pendistribusian, Pendayagunaan, dan Pelaporan, pasal 27 yaitu sebagai berikut: Pasal 27 1. Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat. 2. Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahiq telah terpenuhi. 3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. Penjelasan lebih lanjut tentang pendayagunaan zakat disebutkan dalam Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373 Tahun 2003 dalam Bab V, tentang Persyaratan, Prosedur Pendayagunaan Hasil, sebagai berikut: Pasal 28 1. Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk mustahiq dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut: a. hasil pendataan dan penelitian kebenaran mustahiq delapan asnaf yaitu fakir, miskin, amil, mu allaf, riqab, gharim sabilillah, dan ibn al-sabil b. mendahulukan orang-orang yang paling tidak berdaya memenuhi kebutuhan dasar secara ekonomi dan sangat memerlukan bantuan; c. mendahulukan mustahiq dalam wilayahnya masing-masing. 2. Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk usaha yang produktif dilakukan berdasarkan persyaratan sebagai berikut: a. apabila pendayagunaan zakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sudah terpenuhi dan ternyata masih terdapat kelebihan; b. terdapat usaha-usaha nyata yang berpeluang menguntungkan; c. mendapat persetujuan tertulis dari Dewan Pertimbangan. 6 http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab

Mustofa Pasal 29 Prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat untuk usaha produktif ditetapkan sebagai berikut: a. melakukan studi kelayakan; b. menetapkan jenis usaha produktif; c. melakukan bimbingan dan penyuluhan; d. melakukan pemantauan, pengendalian dan pengawasan; e. mengadakan evaluasi; dan f. membuat pelaporan. Pasal 30 Hasil penerimaan infaq, shadaqah, hibah, wasiat, waris dan kafarat di dayagunakan terutama untuk usaha produktif setelah memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam pasal 29. 15 Dalam pasal 28 (2), tersebut mengatur mengenai pendayagunaan zakat dimana apabila kebutuhan mustahiq telah terpenuhi, maka harta zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas umat. Harta zakat juga dapat didayagunakan untuk kepentingan publik seperti untuk membangun sarana ibadah, transportasi, pendidikan dan sarana kesehatan sepanjang tidak melanggar ketentuan shari at Islam. Adapun yang dimaksud usaha produktif adalah setiap usaha yang dapat menghasilkan keuntungan (profitable), mempunyai market yang potensial serta mempunyai managemen yang bagus, selain itu bahwa usaha-usaha tersebut adalah milik para fakir miskin yang menjadi mustahiq dan bergerak di bidang yang halal. Usaha-usaha seperti inilah yang menjadi sasaran zakat produktif. 16 Namun demikian, optimalisasi pendayagunaan zakat masih kurang, kerena ada beberapa hambatan diantaranya: 1. Tidak adanya persamaan persepsi antara ulama, tentang apakah zakat termasuk dalam bidang ta abudi sebagaimana shalat dan puasa ataukah masuk bidang sosial (furud al-ijtima iyah, kewajiban sosial. Jika zakat masuk pada bidang sosial, maka akal pikiran ikut berkiprah, memegang 15 Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373 Tahun 2003 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 28-30. 16 Majelis penulis, Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif, dalam http://majelispenulis.blogspot.com/2011/02/pendayagunaan-zakat-untuk-usaha.html, diakses 18 April 2013. Jurnal Al-Buhuts, Volume. 10 Nomor 1, Juni 2014 7

Mekanisme Pengelolaan Zakat di Lazisnu Gorontalo peran yang penting, bersifat reasonable, sehingga rumusan-rumusan zakat sangggup berkembang untuk menjawab tantangan perkembangan zaman. 2. Banyak orang awam yang menganggap bahwa zakat hanya itu-itu saja, yaitu sumber zakat yang ada di tanah Arab. Bahkan ada yang mengangggap zakat itu hanya zakat fitrah. 3. Anggapan bahwa zakat itu tidak perlu dikelola oleh lembaga atau badan resmi, karena zakat adalah masalah pribadi. 4. Undang-undang terbaru, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat tidak memberi sanksi terhadap orang Islam yang mampu tetapi tidak mengeluarkan zakatnya. Jadi, undang-undang ini tidak bersifat memaksa, tidak ada sanksi mengikat seperti dalam undang-undang tentang pajak. Dalam undang-undang tentang zakat ini yang dikenai sanksi hanya pengelola zakat yang melakukan penyimpangan dari tugasnya. Undangundang ini hanya bersifat mendidik umat Islam untuk mengeluarkan zakat. 5. Anggaran pengelolaan zakat tidak masuk dalam APBN (Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara) dan APBD (Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah), karena badan pengelola zakat bukan badan resmi pemerintah. 6. Aparat pengelola zakat bukan pegawai negeri, tetapi pegawai swasta, yang kurang efektif dan gajinya relatif rendah. Sehingga mereka tidak optimal dalam mengelola zakat. Mengelola zakat bagi mereka adalah pekerjaan sambilan, pekerjaan nomor dua atau nomor tiga. 17 Demikianlah yang menjadikan kurang optimalnya pendayagunaan zakat selama ini. Sehingga perlu dijadikan koreksi bagi undang-undang tentang zakat agar menambahkan sanksi kepada umat Islam yang telah wajib zakat tetapi tidak mau berzakat. C. Pendayagunaan Zakat di LAZISNU Cabang Gorontalo 1. Visi dan Misi LAZISNU Gorontalo a. Visi Mengelola Dana ZIS (Zakat, Infaq, Shadaqah) secara amanah dan professional b. Misi - Menyadarkan arti penting zakat pada masyarakat gorontalo 17 Syaichul Hadi Permono, Formula Zakat: Menuju Kesejahteraan Sosial (Surabaya: Aulia Surabaya, 2005), 354-356. 8 http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab

Mustofa - Mengumpulkan ZIS melalui program antar jemput zakat lewat Call zakat dan SMS Zakat - Menerima konsultasi zakat lewat zakah Consulting - Mengelola dana ZIS dengan professional berbasis komputerisasi - Mendistribusikan dana ZIS secara professional dan akuntabel - Merubah Mustahik menjadi Muzakki 2. Program LAZISNU Provinsi Gorontalo a. NU Care Program ini berupaya untuk memberikan bantuan tanggap darurat untuk Korban bencana, layanan mustahik untuk bantuan kemanusiaan, bantuan kesehatan, bantuan kepada ibnu sabil dan bantuan aksi kemanusiaan lainnya b. NU Skill, Program ini berupaya untuk memberikan bekal ketrampilan untuk anak-anak yatim dan dhuafa yang putus sekolah dan masih usia produktif sehingga mereka memiliki bekal untuk bekerja dengan memberikan pelatihan-pelatihan kewirausahaan dan enterpreneurship. c. NU Smart, Program ini berupaya memberikan bantuan beasiswa studi kepada para siswa, santri, mahasiswa yang tidak mampu, anak-anak berprestasi dan ustadz/ustdzah berprestasi menuju pendidikan/sekolah unggulan d. NU Preneur Program ini berupaya untuk memberikan bantuan modal bergulir agar tercipta kemandirian usaha, Pemberian modal bergulir diberikan kepada mustahiq untuk diinvestasikan pada suatu usaha produktif dalam bentuk pinjaman dengan pengembaliannya secara angsur tanpa adanya bunga. Program ini dijabarkan dalam bentuk pemberian modal usaha kepada pedagang-pedagang kecil, kerja sama dengan program pemberdayaan masyarakat mandiri (PMM) dan perusahaan frenchise/waralaba. Program ini bertujuan untuk menjadikan mustahiq bersedekah, meskipun belum mencapai menjadi muzakki 3. Program Pengumpulan Zakat Adapun program pengumpulan zakat pada lazisnu adalah: a. Bekerja sama dengan LAZIZNU Seluruh Indonesia b. Bekerja sama dengan BAZDA se-provinsigorontal c. Bekerja sama dengan lembaga-lembaga Zakat swasta seperti Dompet Dhuafa, Al-Falah dan Lain sebagainya d. Bekerja sama dengan instansi dan lembaga pemerintah dan swasta di seluruh wilayah gorontalo e. Bekerja sama dengan para pengusaha di seluruh wilayah gorontalo f. Bekerja sama dengan para agniya atau muzakki di seluruh wilayah gorontalo Jurnal Al-Buhuts, Volume. 10 Nomor 1, Juni 2014 9

Mekanisme Pengelolaan Zakat di Lazisnu Gorontalo g. Membuat banner yang ditempel tiap-tiap lokasi strategis diseluruh wilayah gorontalo h. Membuat stiker yang dibagikan pada setiap aghniya dan ditempel di beberapa kantor pemerintah dan swasta i. Membuat dan mengirim SMS keseluruh wilayah gorontalo dan Indonesia tentang pembayaran dan pengumpulan zakat j. Membuat brosur-brosur tentang zakat yang disebar keseluruh pengurus dan warga NU khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. k. Mendirikan lembaga konsultasi zakat (zakah consulting) yang memberikan layanan menghitung, menerima dan mendistribusikan zakat. l. Memberikan layanan antar jemput zakat via SMS atau telepon. m. Membuat rekening khusus zakat dan Shadaqah. n. Inventarisir data muzakki (nama, alamat, dan No. Telp) o. Membuat web site dan e mail Lazisnu Gorontalo p. Membuat kartu anggota muzakki 4. Pendayagunaan Zakat LAZISNU Gorontalo Pendayagunaan zakat di LAZISNU Gorontalo disalurkan kepada para mustahik yang telah terdata. Adapun model pendataannya adalah sebagai berikut : a. LAZISNU bekerja sama dengan instansi dan lembaga-lembaga seperti kelurahan, RW, RT dan sebagainya di setiap wilayah tertentu di Gorontalo dalam bentuk pendataan mustahik. b. Mustahik yang telah direkomendasikan dari setiap wilayah disetorkan ke LAZISNU. c. Selanjutnya Pihak LAZISNU memberikan blanko data calon mustahik. d. Setelah blanko data calon mustahik diterima kembali, kemudian pihak LAZISNU melakukan kroscek atas data yang diperoleh untuk memastikan bahwa mustahik tersebut benar-benar layak untuk menerima zakat. 18 Dana zakat yang telah terkumpul di LAZISNU, sebagian didayagunaan untuk kepentingan mustahiq agar dapat bernilai guna. Dengan demikian, penyaluran zakat berdasarkan skala prioritas dan proporsional. Artinya, bagian untuk setiap mustahiq tidak sama, tetapi sesuai dengan kadar kemampuan mereka masing-masing bahkan ada beberapa mustahiq yang tidak menerimanya. Dalam pendayagunaan ini lebih ditekankan pada usaha produktif. Ketika terdapat dua mustahiq yang mempunyai semangat bekerja dan berkarya yang berbeda, pihak LAZISNU lebih mengutamakan pada 18 Wawancara dengan Dr. Hamdan Ladiku, M.Ag., Ketua LAZISNU Gorontalo, tanggal 12 Maret 2014 10 http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab

Mustofa mustahiq yang mempunyai semangat bekerja dan berkarya yang lebih tinggi. Dengan demikian, zakat bisa lebih bernilai guna. 19 Ada dua macam pendayagunaan zakat di LAZISNU, yaitu: 1. Secara konsumtif, bersifat sekali habis. Hal ini dilakukan untuk hal-hal yang bersifat insidental. Misalnya, penyaluran zakat fitrah, bantuan materi kepada para lansia dan sebagainya. 20 2. Secara produktif, menyalurkan hasil zakat untuk usaha produktif. Dalam hal ini disalurkan dalam program dana bergulir yang diperuntukkan kepada para mustahiq dalam bentuk pemberian pinjaman tanpa bunga. Penyaluran dalam hal ini, dilakukan ketika kebutuhan konsumtif mustahiq telah terpenuhi. Adapun mekanismenya sebagai berikut: a. Pihak LAZISNU bekerja sama dengan lembaga masyarakat untuk merekomendasikan mustahiq di wilayahnya. b. Pengisian blanko kelayakan menjadi mustahiq, oleh calon mustahiq. c. Pihak LAZISNU melakukan kroscek atas kebenaran data yang diperoleh. d. Pengawasan dan pendampingan dalam pelaksanan usaha dari dana bergulir. 21 G. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas dan Efisiensi Pendayagunaan Zakat Di LAZISNU 1. Faktor Pendukung a. LAZISNU menerbitkan buletin setiap tiga bulan sekali sebagai media informasi terkait dengan lembaga tersebut serta sebagai media komunikasi dan pengembangan dakwah sekaligus sebagai media untuk melaporkan hasil pendapatan dan pendistribusian zakat pada muzakki b. Memiliki berbagai relasi khususnya jaringan Nahdlatul Ulama, sehingga mampu menjangkau daerah-daerah di luar perkotaan hingga ke desa-desa. c. Membangun hubungan baik dengan para donatur, dengan melakukan silaturrahmi jika donatur atau keluarganya tertimpa musibah, seperti kematian, sakit keras dan sebagainya. e. Memberikan layanan pembayaran zakat dengan rekening melalui bank-bank yang ditunjuk pihak lembaga. Layanan ini ditujukan bagi para donatur yang berada di luar kota dan menginginkan zakat melalui LAZISNU. f. Layanan pengambilan zakat bagi donatur yang tidak mempunyai waktu menyerahkan zakatnya ke lembaga. 22 2. Faktor Penghambat 19 Wawancara, Dr. Hamdan Ladiku, M.Ag. 20 Wawancara, Dr. Hamdan Ladiku, M.Ag. 21 Wawancara, Dr. Hamdan Ladiku, M.Ag. 22 Wawancara, Dr. Hamdan Ladiku, M.Ag. Jurnal Al-Buhuts, Volume. 10 Nomor 1, Juni 2014 11

Mekanisme Pengelolaan Zakat di Lazisnu Gorontalo a. Resiko adanya kredit macet dalam program dana bergulir, meskipun secara prinsip adalah hak mustahiq. b. Keadaan masyarakat khususnya masyarakat Gorontalo yang mempunyai pandangan berbeda-beda tentang hakikat zakat. 23 3. Upaya preventif penanggulangan masalah pengelolaan zakat di LAZISNU a. Membuat laporan keuangan LAZISNU setiap tiga bulan sekali, sehingga dengan hal ini dapat meningkatkan kepercayaan donatur dan menarik donatur lain yang belum berzakat melalui lembaga tersebut untuk berzakat. 24 b. Melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan mengadakan kegiatankegiatan sosial, seperti safari ramadhan, bakti sosial, dan sebagainya. 25 c. Melakukan pendampingan dan pengawasan terhadap pelaksanaan peredaran dana bergulir. d. Melakukan kerja sama dengan berbagai lembaga untuk mendukung terlaksananya program yang telah dicanangkan. e. Memberikan layanan yang memasyarakat kepada donatur dan penerima zakat. 26 H. Analisis Pendayagunaan Zakat Di Lazisnu Gorontalo Zakat yang telah terkumpul dari beberapa donatur, oleh LAZISNU didayagunakan secara produktif dan konsumtif. Pendayagunaan zakat secara produktif dilakukan setelah kebutuhan dasar mustahiq terpenuhi. Pendayagunaan zakat secara produktif, dengan program dana bergulir sedikit banyak telah mampu memberikan perubahan dalam kehidupan mustahiq. Hal ini dapat dilihat dari status penerima zakat yang telah mampu berinfak, meskipun belum mencapai muzakki. Dengan dana bergulir minimal akan mampu mengurangi jumlah pengangguran dalam masyarakat, meningkatkan etos kerja dan menepis kesenjangan ekonomi dalam masyarakat. Namun demikian, dari keterangan yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa pendayagunaan zakat di LAZISNU lebih banyak didayagunakan secara konsumtif dan masih sedikit yang didayagunakan secara produktif. Adapun prosentase dari kedua jenis pendayagunaan zakat di LAZISNU masing-masing adalah untuk pendayagunaan secara konsumtif 80% dan yang secara produktif 20%. Menurut hemat penulis, hal ini terjadi karena mayoritas mustahiq kebutuhan pokoknya belum terpenuhi, sehingga pihak lembaga masih memprioritaskan pada pemenuhan kebutuhan pokok mustahiq. 23 Wawancara dengan ibu Femi Ripo 24 Ibid 25 At-Tazkiyah, 20. 26 Wawancara dengan ibu Femi Ripo 12 http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab

Mustofa Secara teknis, pendayagunaan zakat di LAZISNU tersebut telah sesuai dengan pendayagunaan yang diatur dalam undang-undang. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 dengan Undang-Undang sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pendayagunaan Zakat. Di dalam undang-undang lama disebutkan dalam pasal 16 bahwa: (1) Hasil pengumpulan zakat didayagunakan untuk mustahiq sesuai dengan ketentuan agama. (2) Pendayagunaan hasil pengumpulan zakat berdasarkan skala prioritas kebutuhan mustahiq dan dapat dimanfaatkan untuk usaha yang produktif. (3) Persyaratan dan prosedur pendayagunaan hasil pengumpulan zakat sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diatur dengan keputusan menteri. 27 Di dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, juga disebutkan tentang pendayagunaan zakat, yaitu: (1) Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam rangka penanganan fakir miskin dan peningkatan kualitas umat. (2) Pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan apabila kebutuhan dasar mustahik telah terpenuhi. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendayagunaan zakat untuk usaha produktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. 28 Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan dari kedua undang-undang tersebut bahwa pendayagunaan zakat: 1. untuk usaha produktif yang diperbolehkan Islam 2. setelah kebutuhan dasar mustahiq terpenuhi 3. berdasarkan skala prioritas. Pada Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011, terdapat perbedaan tentang pelaksanaan pendayagunaan secara produktif, bahwa dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 mensyaratkan pendayagunaan zakat secara produktif dilakukan 16. 27. 27 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat, Pasal 28 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat, Pasal Jurnal Al-Buhuts, Volume. 10 Nomor 1, Juni 2014 13

Mekanisme Pengelolaan Zakat di Lazisnu Gorontalo setelah terpenuhinya kebutuhan mustahiq, sedangkan dalam Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tidak mensyaratkan demikian. Namun demikian, munculnya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, yang menggantikan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, tidak memberikan pengaruh terhadap tata kelola zakat di LAZISNU Gorontalo. Karena LAZISNU sudah menggunakan prinsip-prinsip pendayagunaan seperti yang dijelaskan dalam undang-undang tersebut. Lebih dari itu, undang-undang yang mewajibkan LAZ menyampaikan laporan pelaksanaan pengelolaan zakat, infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya kepada BAZNAS dan pemerintah daerah secara berkala, juga sama sekali belum terealisasi. Hal ini disebabkan belum adanya sosialisasi dari pihak BAZNAS kepada LAZ. Sehingga, keberadaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat tidak memberi pengaruh yang signifikan terhadap pengelolaan zakat di LAZISNU. Dengan demikian, sejauh ini munculnya Undang-Undang Pengelolaan Zakat belum memberikan suatu yang berarti bagi lembaga-lembaga swasta yang melakukan tata kelola zakat. III. PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pendayagunaan zakat di LAZISNU Gorontalo bersifat konsumtif dan produktif. Pendayagunaan dalam hal konsumtif dilakukan dalam hal yang bersifat insidental dan bersifat sekali pakai seperti pembagian zakat fitrah, pemberian layanan pengobatan, santunan anak yatim, pemberian bantuan materi pada lansia dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat konsumtif. Sedangkan pendayagunaan yang bersifat produktif, diberikan dalam bentuk pemberian dana bergulir kepada mustahiq, berupa pinjaman tanpa bunga. 2. Pendayagunaan zakat di LAZISNU sebelum dan sesudah Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat tidak ada pengaruh yang signifikan. Akan tetapi, secara praktis telah sesuai dengan Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2011, bahwa pendayagunaan zakat diarahkan untuk usaha produktif yang diperbolehkan Islam, setelah kebutuhan dasar mustahiq terpenuhi dan berdasarkan skala prioritas dengan pembagian secara proporsional. 3. Faktor yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi pendayagunaan zakat di LAZISNU: a. Faktor pendukung: 1) Menerbitkan buletin setiap tiga bulan 14 http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab

Mustofa 2) Memiliki berbagai relasi, sehingga mampu menjangkau daerah-daerah di luar perkotaan. 3) Membangun hubungan baik dengan para donatur. 5) Memberikan layanan pembayaran zakat dengan rekening melalui bank-bank yang ditunjuk pihak lembaga. 6) Layanan pengambilan zakat bagi donatur yang tidak mempunyai waktu menyerahkan zakatnya ke lembaga. b. Faktor Penghambat 1) Resiko adanya kredit macet dalam program dana bergulir, meskipun secara prinsip adalah hak mustahiq. 2) Keadaan masyarakat khususnya masyarakat Gorontalo yang mempunyai pandangan berbeda-beda tentang hakikat zakat. c. Upaya preventif penanggulangan masalah pengelolaan zakat di LAZISNU 1) Membuat laporan keuangan LAZISNU setiap tiga bulan sekali. 2) Melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan mengadakan kegiatan-kegiatan sosial, seperti bakti sosial, pengajian safari ramadhan dan sebagainya. 3) Melakukan pendampingan dan pengawasan terhadap pelaksanaan peredaran dana bergulir. 4) Melakukan kerja sama dengan berbagai lembaga untuk mendukung terlaksananya program yang telah dicanangkan. 5) Memberikan layanan yang memasyarakat kepada donatur dan penerima zakat. DAFTAR PUSTAKA Abidah, Atik. Zakat Filantropi dalam Islam : Refleksi Nilai Spiritual dan Charity Gorontalo : STAIN Po Press, 2011. Ali, Nuruddin Mhd. Zakat Sebagai Instrumen Kebijakan Fiskal. Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2012 Damanuri, Aji. Pendayagunaan Zakat Studi Implikasi Hukum Zakat Terhadap Pemberdayaan Mustahik di Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) Gorontalo dalam http://hmipositive.blogspot.com/2012/03/contoh-proposal-muamalah-bydosen.html, diakses 25 April 2013. Djatmika, Rachmat. Infaq Shadaqah, Zakat dan Wakaf Sebagai Komponen Dalam Pembangunan. Surabaya, al-ikhlas. t.t. Jurnal Al-Buhuts, Volume. 10 Nomor 1, Juni 2014 15

Mekanisme Pengelolaan Zakat di Lazisnu Gorontalo Hadi Permono, Syaichul. Formula Zakat: Menuju Kesejahteraan Sosial. Surabaya: Aulia Surabaya, 2005. Hafidhudin,Didin. Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta : Gema Insani Press, 2002. Hasan, M. Ali. Zakat dan Infak: Salah Satu Solusi Mengatasi Problema Sosial di Indonesia. Jakarta: Kencana, 2006. Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 373 Tahun 2003 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat. Khasanah, Umrotul. Manajemen Zakat Modern : Instrumen Pemberdayaan Ekonomi Umat. Malang : UIN-Maliki Press, 2010. Lembaga Amil Zakat Umat Sejatera dalam http://lazgorontalo.org/?page_id=12, diakses 25 April 2013. Majelis Penulis, Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif, dalam http://majelispenulis.blogspot.com/2011/02/pendayagunaan-zakatuntuk-usaha.html, diakses 18 April 2013. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa, 2008. Rasyidah, Trie Anis dan Manzilati, Esti. Implementasi Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Terhadap Legalitas Pengelolaan Zakat Oleh Lembaga Amil Zakat dalam http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/188, diakses 20 April 2013. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat. Zuhayly, Wahbah. Zakat: Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000. 16 http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ab