PERILAKU PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI JALAN LAKSDA ADISUCIPTO, YOGYAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. menurut data statistik dari OICA (Organisation Internationale des Constructeurs

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

Foto 5. public adress Foto 7. public adress

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. kematian tiap hari di seluruh dunia. Berdasarkan laporan POLRI, angka

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PENETAPAN KELAS JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS

Detail denda lalu lintas berserta pasal ( tilang ),

UU NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. Aman dalam berkendara, bukanlah sebuah slogan sebuah instansi

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kesenjangan antara Das Sein dengan Das Sollen adalah suatu hal yang

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2014 TENTANG

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG JALAN DAN PENGATURAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

PEMERINTAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

BAB VI KESIMPULAN SARAN. Jalan R. W. Monginsidi Kota Kupang sebegai berikut :

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara. a. Indera : Sesuatu yang membuat pengemudi waspada dalam mengemudi,

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. pemantapan integrasi nasional guna memperkukuh ketahanan nasional.

PEMERINTAH KABUPATEN REJANG LEBONG PERATURAN DAERAH KABUPATEN REJANG LEBONG NOMOR 17 TAHUN 2007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan penggunaan sepeda motor di Negara Indonesia sebagai salah

BAB III PRAKTIK MASYARAKAT KECAMATAN WARU KABUPATEN PAMEKASAN MEMILIKI MODA ANGKUTAN DAN KETAATAN TERHADAP LALU LINTAS

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dengan mudah. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia.

2012, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025]

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G NOMOR 8 TAHUN 1997 SERI C.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DAERAH TINGKAT II S U M E D A N G

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengguna jalan itu bukan hanya satu, dua atau tiga orang. Belasan,

a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 %

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat

PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 20 TAHUN 2002

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap pelarangan penggunaan HP saat berkendaraan dapat disimpulkan sebagai

No Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maupun secara berk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BUPATI SUKABUMI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKABUMI NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

UPAYA MENEKAN TINGGINYA ANGKA KECELAKAAN LALU LINTAS MELALUI SOSIALISASI UU NO

SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN MENGEMUDI KENDARAAN BERMOTOR

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNA JALAN DALAM MEMATUHI PERATURAN DI KAWASAN TERTIB LALU LINTAS PROPOSAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian tentang kesadaran hukum siswa dalam berlalu

BAB VI PENUTUP. Labuan Bajo Manggarai Barat NTT, maka dapat disimpulkan: 1) Berdasarkan kelengkapan pengendara kendaraan sepeda motor di

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG

KUESIONER. Identitas Responden

1. PENDAHULUAN. tidur hingga kembali tidur. Menurut Harold Lasswell, lalu lintas dimana polisi lalu lintas bertindak sebagai komunikator

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 80 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan pengguna jalan raya berkeinginan untuk segera sampai. terlambat, saling serobot atau yang lain. 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 04 TAHUN 2003 TENTANG PERLENGKAPAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pola kehidupan masyrakat Indonesia. Tingkat pertumbuhan

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

TINJAUAN YURIDIS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN TERHADAP TINGKAT KESADARAN DAN KEPATUHAN MASYARAKAT SUMENEP

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 13

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 15 TAHUN 2012

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Lokasi kejadian kecelakaan lalu lintas pada ruas jalan Yogya-Magelang

BAB III LANDASAN TEORI. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara bersama-sama oleh semua instansi terkait (stakeholders) bertanggung jawab di bidang jalan;

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

Transkripsi:

PERILAKU PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI JALAN LAKSDA ADISUCIPTO, YOGYAKARTA Benidiktus Susanto 1 dan Irfan H. Purba 2 1 Program Studi Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jalan Babarsari 44 Yogyakarta 55281 Email : benis@mail.uajy.ac.id 2 Program Studi Teknik Sipil Universitas Atma Jaya Yogyakarta Jalan Babarsari 44 Yogyakarta 55281 Email : purba.irfan@gmail.com ABSTRAK Penggunaan sepeda motor sebagai moda transportasi utama masih banyak dijumpai di seluruh kota di Indonesia, terutama Kota Yogyakarta. Tingginya angka kecelakaan yang melibatkan sepeda motor di Kota Yogyakarta perlu mendapatkan perhatian serius, bukan hanya dengan penyediaan prasarana lalu lintas yang baik saja, namun perlu pula untuk selalu meningkatkan perilaku selamat di jalan raya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis pelanggaran yang paling banyak dilakukan oleh pengendara sepeda motor di ruas Jalan Laksda Adisucipto, Yogyakarta, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan gerakan tertib lalu lintas, khususnya bagi sepeda motor. Data jumlah dan jenis kendaraan yang melanggar peraturan lalu lintas didapatkan melalui pengamatan langsung pada ruas jalan tersebut. Jenis pelanggaran yang dicatat meliputi menerobos lampu merah, melanggar garis marka jalan, tidak menggunakan helem pengaman, kelengkapan kaca spion kendaraan, tidak menyalakan lampu sein saat membelok, dan menggunakan telepon saat berkendara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku pelanggaran lalu lintas yang paling banyak dilakukan oleh para pengendara sepeda motor di ruas jala tersebut adalah tidak menyalakan lampu sein saat membelok, menerobos lampu merah, dan melanggar marka jalan. Sementara itu jenis pelanggaran lain yang masih dilakukan meskipun dengan jumlah yang relatif sedikit adalah ketidaklengkapan kaca spion dan menggunakan telepon saat berkendara. Sosialisasi keselamatan berlalu lintas dengan selalu mengingatkan penggunaan lampus sein dapat dijadikan prioritas dalam gerakan keselamatan lalu lintas. Kata kunci: kecelakaan, sepeda motor, pelanggaran lalu lintas. 1. PENDAHULUAN Di Indonesia, alat transportasi seperti sepeda motor dianggap dapat memenuhi kebutuhan masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah, di samping keunggulan dalam kemampuan bermanuver di sela-sela kemacetan. Sepeda motor juga memberi efisiensi dalam biaya perjalanan. Dampak dari kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) serta ketidakefisiennya sarana angkutan umum dan waktu perjalanan yang tidak dapat diprediksi, menjadi salah satu penyebab meningkatnya kepemilikan sepeda motor. Peningkatan ini dipercepat dengan kemudahan kepemilikan kendaraan bermotor terutama sepedo motor. Fasilitas kredit yang diberikan mampu menyedot keinginan masyarakat untuk segera membeli sepeda motor. Peningkatan sepeda motor ini terjadi juga di Kota Yogyakarta Dinas Pengelolaan Kas dan Aset Daerah (DPKAD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatat total kendaraan bermotor baik roda dua maupun roda empat mencapai 1.053.482 unit per Oktober 2012, sedangkan laju pertumbuhan kendaraan bermotor DIY mencapai 105.628 unit kendaraan baru yang terdiri dari 93.849 unit roda dua dan 11.809 unit roda empat sejak Januari hingga Oktober 2012 (Aditya, 2012). Peningkatan pengguna sepeda motor dapat menimbulkan beberapa dampak dalam lalu lintas seperti kemacetan jalan dan kecelakaan. Data Kepolisian RI menyebutkan, pada tahun 2012 terjadi 109.038 kasus kecelakaan dengan korban yang meninggal sebanyak 27.441 jiwa, dengan potensi kerugian sosial ekonomi sekitar 203 triliun rupiah 217 TR - 157

triliun rupiah per tahun (2,9% - 3,1% dari pendapatan domestik bruto/pbd Indonesia), sedangkan pada 2011 terjadi kecelakaan sebanyak 109.776 kasus, dengan korban meninggal sebanyak 31.185 jiwa (Badan Intelijen Negara, 2013). Kecelakaan lalu lintas biasanya berawal dari suatu pelanggaran lalu lintas. Oleh karena itu, untuk mengurangi angka kecelakaan lalu lintas perlu dilakukan usaha untuk mengurangi pelanggaran lalu lintas. Usaha pengurangan pelanggaran dapat berjalan efektif apabila diketahui jenis-jenis pelanggaran yang sering dilakukan. Jalan Solo di Yogyakarta merupakan salah satu jalan utama masuk Kota Yogyakarta. Volume lalu lintas setiap hari sangat tinggi dan berlangsung sepanjang pagi hingga malam hari. Komposisi kendaraan jenis sepeda motor dibandingkan dengan kendaraan jenis lainnya cukup tinggi. Pengguna sepeda motor juga sangat bervariasi mulai dari pelajar, mahasiswa, pegawai negeri, karyawan swasta, para pedagang, ibu rumah tangga dan masih banyak kelompok pengemudi sepeda motor lainnya. Sebagai pengguna jalan yang rentan terhadap kecelakaan lalu lintas, maka perlu dilakukan penelitian tentang jenis pelanggaran yang paling sering dilakukan agar dapat dilakukan upayaupaya para pengguna sepeda motor ini. 2. TINJAUAN PUSTAKA Menurut Fathonah, dkk. (2009) tingginya angka kecelakaan lalu lintas pada pengguna sepeda motor terutama di negara yang sedang berkembang disebabkan oleh: 1. infrastruktur yang kurang baik, 2. kurangnya disiplin pengguna sepeda motor dalam berkendaraan, mematuhi peraturan lalu lintas dan memperhatikan kelayakan atas kendaraannya (layak jalan), 3. kurangnya mempergunakan perlengkapan pengaman diri untuk kecelakaan (personal protective equitment / PPE), 4. kemperoleh izin mengendara/sim tanpa tes yang ketat, 5. rendahnya tingkat pendapatan. Menurut Fathonah dkk (2009) tingginya angka kecelakaan lalu lintas pada pengguna sepeda motor terutama di negara yang sedang berkembang disebabkan oleh: 1. infrastruktur yang kurang baik, 2. kurangnya disiplin pengguna sepeda motor dalam berkendaraan, mematuhi peraturan lalu lintas dan memperhatikan kelayakan atas kendaraannya (layak jalan), 3. kurangnya mempergunakan perlengkapan pengaman diri untuk kecelakaan (Personal Protective Equitment / PPE), 4. memperoleh izin mengendara/sim tanpa tes yang ketat, dan 5. rendahnya tingkat pendapatan. Menurut Oglesby dan Hicks (1988) faktor yang mempengaruhi kecelakaan ada beberapa sebab yaitu : 1. Karakteristik fisik pengemudi Dengan bertambahnya usia, refleks pengemudi menjadi lebih lambat dan kemampuan fisik tertentu akan menurun dan terlihat bahwa orang yang lebih tua akan lebih banyak mengalami kecelakaan. Namun, berdasarkan pengalaman kecelakaan korban jiwa pengemudi yang memiliki SIM 10% diatas 65 tahun hanya memiliki 65% tingkat keterlibatan dari seluruh pengemudi, sementara tingkat keterlibatan dari 10% dibawah 20 tahun dan 12% dalam kelompok umur 20 sampai 24 tahun berturut-turut adalah 180% dan 170% dari rata-rata. 2. Pendidikan pengemudi Peningkatan pengemudi melalu pendidikan nampaknya menawarkan janji besar sebagai suatu cara pengurangan kecelakaan. Tetapi, sebuah pengkajian yang disponsori oleh Pure Oil Compani dan Asosiasi Angkutan Truk Amerika (American Trucking Association) menimbulkan keraguan serius. Diketahui bahwa 90% dari seluruh pengemudi dan 100% dari yang tercatat melanggar lalu lintas menilai diri mereka sendiri sebagai yang memiliki keterampilan mengemudi dan kepatuhan akan aturan lalu lintas diatas rata-rata. 3. Kerangka pemikiran pengemudi Terdapat pemikiran yang kuat bahwa pengendaraan yang aman, tertib, dan sopan adalah berhubungan erat dengan timbulnya emosi, kecukupan sosial, dan sikap terhadap pengambilan resiko. Telah didapati bahwa orang yang sering mengalami kecelakaan mungkin agresif dan tidak toleran pada lainnya, mereka cenderung benci akan kewenangan, mereka cenderung melebih-lebihkan opini tentang kelebihan dan kemampuan mereka dan mereka agaknya tidak memiliki tanggung jawab serta bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. TR - 158

4. Kondisi pengemudi sementara Kelelahan dan perasaan ngantuk mengurangi kemampuan seseorang pengemudi mengendarai kendaraan secara aman. Di antara hasil penelitian tentang subyek ini adalah sebagai berikut : a. dalam tes simulasi pengemudi, pengurang kerja terjadi dalam 2 jam pertama setelah pengendaraan dimulai, tetapi istirahat sejenak sebagai usaha penyegaran kembali akan menunda kelelahan, b. dalam situasi yang sebenarnya, kemampuan pengemudi yang sebelumnya kurang tidur selama beberapa saat ternyata sangat rendah, c. efisiensi mungkin berkurang oleh operasi pengendaraan yang tetap tanpa membangunkan perhatian pengemudi. Ini sering disebut sebagai hipnose perjalanan. 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Kota Yogyakarta, di simpang empat bersinyal yang merupakan pertemuan antara Jalan Laksda Adisucipto, Jalan Urip Sumoharjo, Jalan Gejayan, dan Jalan Munggur, atau lebih dikenal dengan simpang empat Gejayan. Pemilihan simpang sebagai lokasi penelitian adalah kemudahan dalam pengamatan dan volume lalu lintas sepeda motor. Jenis pelanggaran yang diamati adalah yang terjadi pada ruas Jalan Laksda Adisucipto. Langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Survei pendahuluan Sebelum penelitian dilakukan, terlebih dahulu dilakukan survei di lapangan yang berguna untuk mengetahui kondisi lokasi secara umum. Hal-hal yang diamati selama survei adalah menentukan lokasi untuk penelitian, dan perkiraan waktu untuk penelitian. 2. Survei perilaku pengendara sepeda motor Pada survei ini, surveyor berada di lokasi dimana dilakukan pengamatan yang mana akan dicatat setiap perilaku pengendara sepeda motor yang melewati lokasi pengamatan. Waktu pelaksanaan ini dilaksanakan selama 3 hari yaitu Selasa, Kamis, dan Sabtu. 2. Pengolahan data Pada tahap ini, semua data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan akan dikelompokkan berdasarkan jumlah kendaraan, data kecelakaan, waktu, lokasi, dan perilaku pengendara, kemudian dianalisis untuk mendapatkan hasil output yang diinginkan. Penelitian ini akan dilakukan sebanyak 3 hari survei (27 Februari 2014, 1 Maret 2014, dan 4 Maret 2014), dan dilaksanakan dalam jam puncak pagi (pukul 07.00-08.00 WIB), jam puncak siang (pukul 12.00-13.00 WIB), dan jam puncak sore (pukul 17.00-18.00 WIB). Peralatan yang dilakukan dalam penelitian ini, adalah alat tulis, formulir survei, pencatat waktu (stopwatch dan jam tangan), alat hitung (hand counter dan kalkulator), dan kamera video dan foto. 4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil pengamatan dan perhitungan volume lalu lintas dan pelanggaran yang dilakukan oleh para pengendara sepeda motor disajikan seperti dalam Tabel 4.1. dan Tabel 4.2. No Tabel 1. Volume Lalu Lintas Sepeda Motor di Ruas Jalan Laksda Adisucipto Waktu Kamis, 27 Februari 2014 Volume Lalu Lintas (dalam kendaraan) Sabtu, 1 Maret 2014 Selasa, 4 Maret 2014 MC LV HV MC LV HV MC LV HV 1 07.00 08.00 2.797 772 32 2.471 424 17 2.606 521 21 2 12.00 13.00 2.211 613 18 2.766 685 20 2.486 436 19 3 17.00 18.00 1.947 576 16 2.835 771 18 2.143 356 15 Sumber : Hasil Pengamatan di Lapangan TR - 159

Tabel 2. Perilaku Pelanggaran di Ruas Jalan Laksda Adisucipto No Perilaku Pengendara JAM PUNCAK Total Pelanggaran (dalam kendaraan) Kamis, 27 Feb 2014 Sabtu, 1 Maret 2014 Selasa, 4 Maret 2014 PAGI 85 78 122 1 Melanggar Lampu Merah SIANG 62 220 46 159 42 SORE 73 35 81 245 PAGI 12 17 36 2 Melanggar Garis Marka SIANG 23 43 29 56 51 SORE 8 10 26 113 PAGI 0 2 0 3 Tidak Menggunakan Helm SIANG 0 0 1 3 0 SORE 0 0 0 0 PAGI 0 1 3 4 Tidak Memasang Spion SIANG 0 0 0 1 3 SORE 0 0 2 8 PAGI 345 305 432 5 Tidak Menyalakan Sein SIANG 210 836 289 847 305 SORE 281 253 370 1.107 PAGI 0 2 5 6 Menggunakan HP Sumber : Hasil Pengamatan di Lapangan SIANG 3 8 7 18 2 SORE 5 9 6 13 Tabel 3. Persentase Pelanggaran Lalu Lintas oleh Sepeda Motor di Ruas Jalan Laksda Adisucipto No. Jenis Pelanggaran Persentase Ranking Pelanggaran 1. Melanggar Lampu Merah 3.31 2 2. Melanggar Garis Marka 1.53 3 3. Tidak Menggunakan Helm 0.00 6 4. Tidak Memasang Spion 0.11 5 5. Tidak Menyalakan Sein 14.98 1 6. Menggunakan HP 0.18 4 TR - 160

Dari hasil pengamatan perilaku pengendara sepeda motor yang melintas di ruas Jalan Laksda Adisucipto Yogyakarta yang dilakukan selama 3 (tiga) hari, maka didapat hasil urutan pelanggaran yang paling sering dilakukan seperti berikut ini: 1. tidak menyalakan sein, 2. melanggar lampu merah, 3. melanggar garis marka, 4. menggunakan HP, 5. tidak memasang spion, dan 6. tidak menggunakan helm. Pelanggaran tidak menggunakan spion dan helm sudah sangat kecil. Hal ini dimungkinkan karena penindakan atas pelanggaran jenis ini sudah sangat baik. Pelanggaran yang dilakukan sangat kasat mata dan barang bukti tidak hilang membuat pelanggaran ini mudah dibuktikan, sehingga para pengendara cenderung untuk tidak melanggar peraturan ini. Sementara itu, pelanggaran terhadap lampu merah, garis marka, dan menggunakan telepon genggam saat berkendaraan masih cenderung banyak dilakukan. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa meskipun aparat kepolisian melihat pelanggaran ini, penegakannya masih belum nampak. Pembiaran akan pelanggaran ini membuat masyarakat tidak sungkan-sungkan untuk melakukannya, meskipun hal itu dapat membahayakan keselamatannya dan pengguna jalan yang lain. Penggunaan lampu tanda berbelok sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 dan tercantum dalam pasal 112 yang berbunyi (ayat 1) pengemudi kendaraan yang akan berbelok atau berbalik arah wajib mengamati situasi lalu lintas di depan, di samping, dan di belakang kendaraan serta memberikan isyarat dengan lampu penunjuk arah atau isyarat tangan. Merujuk pada undang-undang tersebut, maka pelanggaran atas hal ini tentunya dapat dikenai sangsi, namun demikian belum banyak dijumpai di lapangan penindakan atas pelanggaran ini. Ketentuan tentang kewajiban pengendara kendaraan bermotor terhadap rambu, marka, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas dan sebagainya diatur oleh UU No. 22 Tahun 2009 pada pasal 106 ayat 4 yang berbunyi setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan wajib mematuhi ketentuan: a. rambu perintah atau rambu larangan; b. marka jalan; c. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas; d. gerakan lalu lintas; e. berhenti dan parkir; f. peringatan dengan bunyi dan sinar; g. kecepatan maksimal atau minimal; dan/atau h. tata cara penggandengan dan penempelan dengan kendaraan lain. Untuk menegakkan peraturan yang telah diundangkan tersebut, maka pada pasal 287 dijelaskan bahwa : 1. (ayat 1) setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang melanggar aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan rambu lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (4) huruf a atau marka jalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (4) huruf b dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah); 2. (ayat 2) setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang melanggar aturan perintah atau larangan yang dinyatakan dengan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (4) huruf c dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah); 3. (ayat 3) setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang melanggar aturan gerakan lalu lintas sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (4) huruf d atau tata cara berhenti dan parkir sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (4) huruf e dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah); 4. (ayat 4) setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang melanggar ketentuan mengenai penggunaan atau hak utama bagi kendaraan bermotor yang menggunakan alat peringatan dengan bunyi dan sinar sebagaimana dimaksud dalam pasal 59, pasal 106 ayat (4) huruf f, atau pasal 134 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah); 5. (ayat 5) setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang melanggar aturan batas kecepatan paling tinggi atau paling rendah sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (4) huruf g atau pasal 115 huruf a TR - 161

dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah); 6. (ayat 6) setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di Jalan yang melanggar aturan tata cara penggandengan dan penempelan dengan kendaraan lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 ayat (4) huruf h dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah). Berdasarkan pasal-dan ayat-ayat tersebut di atas, sebenarnya sudah ada ketentuan sangsi yang cukup berat bagi setiap pelanggaran tersebut, namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak pelanggaran. Yang perlu dikhawatirkan adalah potensi timbulnya kecelakaan akibat pelanggaran lalu lintas. Untuk mengurangi potensi kecelakaan lalu lintas ini perlu dilakukan usaha-usaha agar para pengendara kendaraan bermotor utamanya sepeda motor senantiasa sadar akan pentingnya berperilaku selamat di jalan raya. Usaha-usaha yang dapat dilakukan antara lain : 1. melakukan sosialisasi undang-undang tentang kelalulintasan, karena kemungkinan para pengendara sepeda motor banyak belum mengetahui isi dari undang-undang tersebut, 2. melakukan kampanye keselamatan lalu lintas, misalnya dengan memberikan kursus gratis safety riding, 3. memberikan pendidikan berlalu lintas sejak dini, materi keselamatan lalu lintas harus masuk dalam kurikulum, minimal dari tingkat SD sampai SMA, dan 4. memberikan penindakan yang tegas atas pelanggaran lalu lintas, hal ini dimaksudkan untuk menimbulkan aspek jera bagi para pengendaran sepeda motor. 5. KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa masih banyak sepeda motor yang melakukan pelanggaran lalu lintas. Pelanggaran yang paling sering dilakukan adalah tidak menggunakan lampu sein (lampu tanda belok) saat melakukan gerakan membelok dan melanggar lampu APILL saat lampu memerintahkan kendaraan untuk berhenti (14, 98%). Sosialisasi, pelatihan, dan penindakan tegas harus segera dilakukan agar keselamatan para pengguna sepeda motor ini semakin meningkat. DAFTAR PUSTAKA Aditya, Ivan. (2012). Jumlah Kendaraan di DIY Capai 1.053.482 Unit, diakses 25 September 2013, http://krjogja.com/read/153816/page/tentang_kami. Anonim (2009). Undang-Undang Pemerintah No 22 Tahun 2009, Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta Badan Intelijen Negara, 2013, Kecelakaan Lalu Lintas Menjadi Pembunuh Terbesar Ketiga, diakses 24 September 2013. http://www.bin.go.id/awas/detil/197/4/21/03/2013/kecelakaan-lalu-lintas-menjadi-pembunuh-terbesarketiga Fathonah K, Elkhasnet, dan Dwi Prasetyanto, 2009. Pengaruh Pertambahan Sepeda Motor Terhadap Kecelakaan Lalu Lintas Di Kota Bandung. Simposium xii fstpt, universitas kristen petra surabaya, 14 november 2009. Oglesby C.H, dan R. Gary Hicks, 1988, Teknik Jalan Raya Edisi ke empat, Penerbit Erlangga, Jakarta. TR - 162