BAB I P E N D A H U L U A N. Karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
2016 ANALISIS POLA MORAL SISWA SD,SMP,SMA,D AN UNIVERSITAS MENGENAI ISU SAINS GUNUNG MELETUS D ENGAN TES D ILEMA MORAL

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana mengubah kepribadian dan pengembangan diri. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... ii. ABSTRAK... iii. KATA PENGANTAR... v. UCAPAN TERIMAKASIH... vi. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan salah satu upaya kebijakan dari pemerintah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. setelah berlangsung beberapa tahun bahkan berpuluh-puluh tahun. Tindakan,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. karena itu dibutuhkan sistem pendidikan dan manajemen sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

Kurikulum SD Negeri Lecari TP 2015/ BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya fenomena sosial yang terjadi dimasyarakat, khususnya kasus-kasus

STRATEGI IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS NILAI DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DI SMP NEGERI 3 MALANG

BAB I PENDAHULUAN. cinta kasih, dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaaraan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

I. PENDAHULUAN. memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi. penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Sely Lamtiur, 2014 Model kantin kejujuran bagi pengembangan karakter jujur siswa

DWIJACENDEKIA Jurnal Riset Pedagogik

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. demokratis senantiasa memberi perhatian terhadap pendidikan melalui regulasi yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan sebuah negara. Maka dari itu, jika ingin memajukan sebuah negara terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan karakter dalam menanamkan nilai-nilai kebangsaan. Di samping

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

RENCANA AKSI NASIONAL PENDIDIKAN KARAKTER KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar kepada siswa melalui proses pembelajaran yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. pokok dalam memajukan suatu bangsa khususnya generasi muda untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang demi tercapainya tujuan bangsa, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa, oleh karena itu setiap individu yang terlibat dalam

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. urgensinya belum dimaksimalkan seperti zaman modernisasi sekarang. Undang-

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan secara jelas pada uraian berikutnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan. berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

, 2014 Program Bimbingan Belajar Untuk Meningkatkan Kebiasaan Belajar Siswa Underachiever Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri Cidadap I Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

Karakter di Sekolah, (Jogjakarta: DIVA Press, 2013), hlm Jamal Ma ruf Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

Transkripsi:

BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Karakter yang secara legal-formal dirumuskan sebagai fungsi dan tujuan pendidikan nasional, tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003, pasal tiga tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dari paparan di atas, ada delapan potensi yang bisa dikembangkan dari diri peserta didik, lima diantaranya mengarah pada pengembangan karakter. Semua potensi tersebut diamanatkan harus dimiliki peserta didik agar mereka mampu menghadapi tantangan hidup. baik pada saat ini maupun di masa yang akan datang. Tujuan pendidikan nasional tersebut perlu dijabarkan dan dioprasionalkan di tingkat satuan pendidikan. Adapun gambaran umum penjabaran ide-ide yang menjadi cita-cita bangsa di tingkat satuan pendidikan, diatur sesuai dengan sistem pendidikan yang berlaku saat sekarang, yakni semua satuan pendidikan di seluruh wilayah kesatuan Republik Indonesia menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, pasal satu, ayat 15 menjelaskan bahwa KTSP adalah, kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. Namun demikian dalam 1

2 pengembangannya, setiap satuan pendidikan diwajibkan merujuk pada delapan standar minimal seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, pasal satu, ayat satu, Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga gambaran umum alur pengembangan pendidikan karakter dari pusat ke satuan pendidikan dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut: Tujuan Pendidikan Nasional (ada 8 potensi peserta didik, 5 diantaranya terkait dengan karakter) E V A L U A S I Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian Mata Pelajaran SKL Standar Pengelolaan Budaya Sekolah Standar Sarana Prasarana, Standar Tenaga Pendidik dan kependidikan, Standar Pembiayaan E V A L U A S I Gambar 1.1. Alur Pengembangan Karakter Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Jalal yang dikutip Har Tilaar. (Kompas, 2010, 31 Agustus), mengatakan bahwa:

3 Pendidikan karakter yang didorong pemerintah untuk dilaksanakan di sekolahsekolah tidak akan membebani guru dan siswa. Sebab, hal-hal yang terkandung dalam pendidikan karakter sudah ada dalam kurikulum. Tetapi selama ini tidak dikedepankan dan diajarkan secara tepat dan akurat. Pernyataan tersebut mengisyaratkan adanya persoalan di dalam pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan, khususnya yang terkait dengan pendidikan karakter. Persoalan yang mendasar terletak pada tidak terimplementasinya pendidikan karakter di satuan pendidikan, yang disebabkan oleh kurangnya pemahaman satuan pendidikan terhadap pengembangan kurikulum yang terkait dengan pendidikan karakter. Hal serupa dipaparkan Koesoema,DA, 2009: 156 Tidak semua lembaga pendidikan dan sekolah yang ada di negeri ini memiliki visi pendidikan yang menjadi cita-cita dan idealisme mereka. Ada sekolah yang asal hidup begitu saja. Mereka tetap menjalankan peraturan dan persyaratan minimal seperti yang dituntut oleh pemerintah, namun mereka tidak memiliki kinerja yang baik. Pendapat tersebut di atas, senada dengan pernyataan Fasli Jalal, yang mengakui adanya permasalahan pada implementasi kurikulum. Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa bukan kurikulum baru, dan seyogyanya tidak membebani para guru. Implementasi pendidikan budaya dan karakter bangsa pada kurikulum satuan pendidikan seperti yang tervisualisasikan pada Gambar 1.1 menjelaskan bahwa pengembangan karakter yang dimaksud pada satuan pendidikan terdapat dua jalur, yakni jalur terintegrasi melalui mata pelajaran, dan jalur terprogram melalui budaya sekolah yang harus dikedepankan sebagai karakter satuan pendidikan.

4 Tim wartawan majalah Forum Tenaga Kependidikan (2011: 7, Maret), melaporkan hasil wawancara mereka dengan Fasli Jalal, bahwa, gerakan merevitalisasi pendidikan karakter menggunakan semua peluang, baik kurikuler, kokurikuler, maupun ekstrakurikuler. Hal yang sama dijelaskan dalam buku pedoman pendidikan karakter, Kementerian Pendidikan Nasional, Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum ( 2010; 12), bahwa pengembangan budaya dan karakter bangsa tidak dimasukkan sebagai pokok bahasan tetapi terintegrasi ke dalam mata pelajaran, pengembangan diri, dan budaya sekolah. Sebuah penelitian yang dilakukan Sutawi MP, (2010) dengan mengutip pendapat akhli pendidikan Amerika, Thomas Lickona, mengemukakan bahwa:... ada 10 aspek degradasi moral yang melanda suatu negara yang merupakan tanda-tanda kehancuran suatu bangsa. Kesepuluh tanda tersebut antara lain meningkatnya kekerasan pada remaja, penggunaan kata-kata yang memburuk, pengaruh peer group (rekan kelompok) yang kuat dalam tindak kekerasan, meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, kaburnya batasan moral baik-buruk, menurunnya etos kerja, rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidakjujuran, serta adanya saling curiga dan kebencian diantara sesama. Menurut Sutawi, kesepuluh degradasi yang dipaparkan Lickona telah terjadi di masyarakat Indonesia, dan kesepuluh tanda kehancuran bangsa tersebut semuanya terkait dengan karakter. Penulis melihat berdasarkan pengalaman selama mengajar di SMAN 23 Bandung, beberapa poin dari sepuluh poin tersebut terjadi pada peserta didik, seperti penggunaan kata-kata buruk, rendahnya rasa hormat terhadap guru, kurang rasa tanggung jawab dan rendahnya kejujuran yang ditandai dengan budaya mencontek.

5 Percakapan antar peserta didik yang nampaknya terbiasa menggunakan kata-kata buruk, di kantin, di jalan-jalan, di selasar-selasar gedung sekolah SMAN 23 Bandung, dirasakan bukan sesuatu yang salah oleh mereka. Cara mereka berkomunikasi dilegitimasi oleh istilah bahasa gaul, sehingga sikap mereka tidak dirasakan sebagai sebuah masalah oleh sebagian besar peserta didik. Hal tersebut diperparah oleh sikap sebagian mereka yang kurang hormat terhadap guru, seperti tidak memberi salam, tidak menyapa ketika bertemu di luar sekolah dan lain-lain. Semua itu merupakan persoalan yang berkaitan dengan karakter. Persoalan lain juga menyangkut kurang bertanggung jawabnya peserta didik terhadap tugastugas yang diberikan kepada mereka. Pekerjaan rumah (PR), atau tugas-tugas yang diberikan, baik di kelas maupun di luar kelas, kadang-kadang dikerjakan asal jadi, bahkan terlambat menyerahkannya kembali. Pada waktu ulangan, baik ulangan harian maupun ulangan umum, kegiatan mencontek dilakukan oleh hampir sebagian beser peserta didik. Gambaran di atas merupakan bukti adanya sikap dan karakter yang tidak sesuai dengan harapan yang diamanatkan undang undang, seperti berakhlak mulia, mandiri dan rasa bertanggung jawab. Nilai-nilai tersebut termuat pada tujuan pendidikan nasional, yakni;...beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Implementasi nilai-nilai luhur tersebut dikembangkan menjadi karakter-karakter yang terinternalisasikan ke dalam pribadi peserta didik seperti; religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta

6 tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Gambaran karakter yang berakar dari nilai-nilai bangsa ini seharusnya merupakan gambaran karakter yang muncul di semua peserta didik SMAN 23 Bandung, sehingga menjadi indikator atas tercapainya tujuan pendidikan nasional. Namun gambaran karakter-karakter di atas, belum sepenuhnya menjadi budaya dalam kehidupan peserta didik di SMAN 23 Bandung, baik dalam keseharian mereka di lingkungan SMAN 23 Bandung, maupun dalam kegiatan ekstrakurikuler yang mengekspresikan minat, bakat mereaka sendiri. Sekalipun disadari bahwa pengembangan karakter tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga tanggung jawab bersama antara orang tua, keluarga, masyarakat, dan sekolah, namun sekolah yang selama ini menjadi lembaga yang diakui pemerintah sebagai tempat terjadinya proses pembelajaran dan proses pendidikan, tidak bisa membiarkan kasus-kasus tersebut begitu saja. Pendidikan dan pembelajaran di sekolah merupakan bagian dari sebuah proses kebudayaan, yang pelaksanaannya dikembangkan berdasarkan perencanaan yang diatur oleh ketentuan-ketentuan yang mengikat guna tercapainya tujuan pendidikan nasional. Kasus yang mengarah pada penyimpangan tujuan pendidikan, seperti temuan-temuan di atas, khusunya di SMAN 23 Bandung yang mengindikasikan adanya pengembangan karakter yang perlu mendapat perhatian serius, terutama pada pengembangan budaya sekolah dan ekstrakurikuler, karena pembiaran masalah ini akan berakibat pada terbentuknya karakter peserta didik yang tidak berakar pada sumber nilai yang diakui bangsa Indonesia yakni; agama,

7 Pancasila, UUD 1945 yang selanjutnya diamantkan pada tujuan pendidikan nasional yang tertuang pada undang-undang Sikdiknas. Sebagai sebuah lembaga, sekolah merupakan perpanjangan tangan dari lembaga atau instasi lain yakni Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten, Provinsi serta Kementerian Pendidikan Nasional dalam mengimplementasikan tujuan pendidikan nasional. Lembaga-lembaga tersebut secara bersama-sama membimbing dan mendukung pelaksanaan amanat konstitusi di tingkat sekolah. Selain itu, pengelolaan sekolah diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2007, tentang Standar Pengelolaan Sekolah, dengan komponen-komponen sebagai berikut: a) Perencanaan program, b) pelaksanaan rencana kerja, c) pengawasan evaluasi, d) kepemimpinan sekolah dan e) sistem informasi manajmen. Dalam Perencanaan Program dikenal ada perencanaan jangka menengah (RKJM) dan perencanaan jangka pendek (RKAS). Salah satu pengembangan program RKAS adalah program bidang kesiswaan yang memuat diantaranya halhal sebagai berikut: 1. sekolah memberi layanan konseling kepada peserta didik 2. sekolah melaksanakan kegiatan ekstra dan ko-kurikuler untuk para peserta didik 3. sekolah melaksanakan pembinaan prestasi unggulan 4. sekolah melakukan pelacakan terhadap alumni. Bidang layanan kesiswaan yang tertuang pada Permen No. 19 tersebut merupakan bidang yang secara langsung terkait dengan pendidikan budaya dan karakter bangsa, di samping bidang kurikulum yang terkait dengan pembelajaran, seperti yang dipaparkan dalam buku pedoman pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa, dari Kementerian Pendidikan Nasional. Kecenderungan

8 penyimpangan karakter sebagian besar peserta didik SMAN 23 Bandung yang kurang disiplin, kurang mandiri, kurang bertanggung jawab, dan kurang jujur bisa disebabkan pula oleh program pengembangan diri, dalam hal ini terkait dengan program konseling dan ekstrakurikuler yang kurang optimal. Dugaan peneliti pada hal tersebut didukung oleh fakta adanya aktivitas rutin kesiswaan berjalan dari tahun ketahun hampir sama, walaupun ada beberapa penambahan program untuk pertengahan tahun ajaran 2010-2011, namun itu dilakukan oleh pengurus baru pengganti pengurus lama. Hal ini menarik untuk dikaji lebih jauh, khususnya mengenai keterkaitan program kesiswaan dengan pengembangan karakter peserta didik di SMAN 23 Bandung. Fakta lain yang menguatkan minat peneliti adalah belum tersosialisasikannya pengembangan pendidikan karakter di sekolah. sekalipun pemerintah telah memprioritaskan masalah karakter ini melalui Permen No. 2 Tahun 2010. Hal ini disebabkan oleh kurang dikembangkannya program-program kesiswaan yang mengarah pada pembentukan sikap dan nilai-nilai karakter peserta didik. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Implementasi program Kerja sekolah Bidang Kesiswaan pada Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. (sebuah Studi evaluasi di SMAN 23 Bandung). Visualisasi ruang lingkup penelitian ini disesuaikan dengan judul penelitian yang menggambarkan kata implementasi memuat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program kesiswaan bidang kesiswaan seperti gambar 1.2. berikut ini;

9 PERENCANAAN PELAKSANAAN EVALUASI Tujuan Pendidikan Nasional SKL Standar pengelolaan 1.Konseling 2.Ekstra- dan Kokurikuler 3.Pemb. Prestasi Unggulan H A S I L Visi Misi Tuj. Sek RKAS kesiswaan 4. Pelacakan Alumni Gambar 1.2. Ruang lingkup penelitian Gambaran 1.2. ruang lingkup penelitian membantu? peneliti dalam melaksanakan prosess penelitian terutama dalam pengumpulann data. Adapun pendidikan karakter yang diharapkan muncul dalam wujud yang sesuai dengan nilai-nilai bangsa seyogyanya terintegrasi dengan visi, misi, tujuan pendidikan sekolah dan program kerja sekolah bidang kesiswaan. Dengan demikian hasil dari aktivitas kesiswaan akan memunculkan peserta didik yang memilki keutuhan kepribadian baik pengetahuan, keterampilan maupun sikap sehingga semuanya menyatu dan terinternalisasi dalam karakter peserta didik sebagai generasi muda bangsa Indonesia dengan kekhasan yang dimiliki bangsa. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan ditemukan akar permasalahan di seputar karakter peserta didik SMAN 23 Bandung yang belum sesuai dengan nilai-nilai bangsa. Disamping itu, keuntungan lain dari penelitian ini adalah

10 adanya pembaharuan dalam proses pengembangan program kesiswaan, sehingga menghasilkan program yang selaras serta berimbas pada perubahan karakter peserta didik yang berakar pada nilai-nilai bangsa. B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Penjelasan-penjelasan pada bagian latar belakang masalah menuntun pada pertanyaan pokok tentang persoalan yang ada pada pengembangan budaya dan karakter bangsa di SMAN 23 Bandung, yakni, Nilai-nilai karakter bangsa yang bagaimana yang dikembangkan dalam program sekolah bidang kesiswaan SMA Negeri 23 Bandung, sehingga peserta didik memiliki nilai-nilai karakter bangsa?. Pertanyaan pokok ini, menuntun pada rumusan masalah seperti berikut ini; 1. Nilai-nilai karakter apa yang terdapat pada visi, misi, tujuan pendidikan sekolah dan program kerja sekolah bidang kesiswaan SMAN 23 Bandung 2. Bagaimana kondisi karakter peserta didik SMAN 23 Bandung setelah mengikuti program kesiswaan yang memuat nilai-nilai karakter bangasa. 3. Bagaimana penyusunan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian program kerja sekolah bidang kesiswaan SMAN 23 Bandung yang memuat nilainilai budaya dan karakter bangsa. 4. Bagaimana ketercapaian nilai-nilai karakter bangsa program kesiswaan SMAN 23 Bandung pada tujuan pendidikan, misi dan visi sekolah. 5. Faktor-faktor apa yang mendukung dan menghambat pengembangan program kerja sekolah bidang kesiswaan SMAN 23 Bandung.

11 C. Definisi Operasional Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini dijelaskan dalam definisi operasional sebagai berikut. 1. Fullan dalam Hamalik (2007 :3) mengemukakan bahwa implementasi adalah proses menerapan suatu gagasan, program atau kumpulan kegiatan yang baru bagi orang-orang yang berusaha atau diharapkan berubah. Proses tersebut menghasilkan suatu perubahan dan akan mempengaruhi outcome. Implementasi program kerja sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah program kerja bidang kesiswaan yang aktivitasnya meliputi perencanaan, pelaksanaan serta penilaian hasil program kerja sekolah bidang kesiswaan terkait dengan pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. 2. Program kerja sekolah bidang kesiswaan yang akan dikaji merujuk pada Permen No 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan, Renstra Kemendiknas 2010 2014, serta Permen No 39 tahun 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan. Dalam penelitian ini akan dikaji keterkaitan antara standar kompetensi Lulusan (SKL) dengan visi, misi, tujuan pendidikan sekolah serta program kerja sekolah bidang kesiswaan dengan pengembangan budaya dan karakter bangsa, kemudian bagaimana pelaksanaan dan hasil dari program tersebut terhadap karakter peserta didik SMAN 23 Bandung. Adapun ruang lingkup bidang kesiswaan meliputi layanan konseling, ekstra dan kokurikuler, pembinaan prestasi unggulan serta melakukan pelacakan terhadap

12 alumni, yang kemudian diperluas dengan arahan dari buku pedoman pembinaan kesiswaan yang merujuk pada Permen Nomor 39 Tahun 2008. 3. Pengertian kebudayaan menurut Tylor (1871) dalam Sukmadinata (2009; 60) adalah, keseluruhan yang kompleks, yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, kesenian, hukum, moral, adat istiadat, serta kemampuan dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Selanjutnya hasil dari proses kebudayaan ini muncul dalam keseluruhan yang ada dalam kehidupan termasuk sikap, pengetahuan, serta kemampuan peserta didik yang membentuk moral dan karakter yang sesuai dengan keyakinan yang dipahami dan diyakininya. Sementara pengertian pendidikan karakter seperti yang dijelaskan oleh Husaini, (2010) adalah ; bukanl sebuah proses menghafal materi soal ujian, dan teknik teknik menjawabnya. Pendidikan karakter memerlukan pembiasaan. Pembiasaan untuk berbuat baik; pembiasaan untuk berlaku jujur, ksatria; malu berbuat curang; malu bersikap malas; malu membiarkan lingkungannya kotor. Karakter tidak terbentuk secara instan, tapi harus dilatih secara serius dan proporsional agar mencapai bentuk dan kekuatan yang ideal. Penjelasan Ardian Husaini di atas, merupakan titik tolak untuk mengembangkan penelitian pada implementasi pendidikan karakter melalui program kerja kesiswaan. Paparan di atas mengisyaratkan bahwa pendidikan karakter tidak terpisah dengan aktivitas peserta didik, baik aktivitas pembelajaran di kelas maupun di luar kelas berupa kegiatan ekstrakurikuler dan budaya

13 sekolah. Dalam penelitian ini, pengertian implementasi pendidikan karakter yang dimaksud adalah yang terintegrasi dengan program sekolah bidang kesiswaan, mulai dari visi, misi, tujuan pendidikan sekolah sampai program kesiswaan berupa konseling, kegiatan ekstra dan kokurikuler, pembinaan prestasi unggulan serta pelacakan terhadap alumni. Untuk itu, dalam penelitian ini disajikan nilai-nilai yang termuat pada tujuan pendidikan nasional, yang kemudian dijabarkan menjadi nilai-nilai seperti; religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial dan tanggung jawab. Nilai-nilai ini akan menjadi alat ukur aktivitas program kerja sekolah bidang kesiswaan SMAN 23 Bandung. D. Tujuan Penelitian Pendidikan karakter diyakini sudah disampaikan melalui implementasi program-program yang ada secara integratif, namun proses pendidikan karakter yang tumbuh dari nilai-nilai budaya bangsa sendiri masih belum dikedepankan, sehingga, tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengembangkan nilai-nilai sebagai landasan pengembangan pendidikan karakter yang terintegrasi dalam program kerja sekolah bidang kesiswaan dan terinternalisasi dalam kepribadian peserta didik SMAN 23 Bandung. Untuk mencapai tujuan utama, maka dalam penelitian ini akan dirumuskan tujuan-tujuan khusus untuk menemukan;

14 1. keterkaitan antara nilia-nilai karakter bangsa yang terkandung pada tujuan Pendidikan Nasional dengan visi, misi, tujuan sekolah dan program kerja sekolah bidang kesiswaan 2. kondisi karakter peserta didik SMAN 23 Bandung setelah mengikuti program kesiswaan yang memuat nilai-nilai karakter bangsa 3. proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian program kerja sekolah bidang kesiswaan SMAN 23 Bandung yang memuat nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.. 4. ketercapaian nilai-nilai karakter bangsa program kesiswaan SMAN 23 Bandung pada tujuan pendidikan, misi dan visi sekolah. 5. faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pengembangan program kerja sekolah bidang kesiswaan E. Manfaat Penelitian Hasil-hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan berupa masukan-masukan untuk perbaikan bagi beberapa pihak, sehingga pelaksanaan penyelenggaraan program kerja sekolah bidang kesiswaan yang terkait dengan pendidikan budaya dan karakter bangsa menjadi lebih efektif dan efisien. Masukan-masukan tersebut adalah: 1. bagi peneliti, mendapatkan pengalaman yang berharga karena dapat merealisasikan pengetahuan, keilmuan yang telah peneliti dapatkan selama masa studi.

15 2. bagi Lembaga SMAN 23 Bandung, dapat menemukan kekuatan dan kelemahan kinerja sekolah di bidang pengembangan program kerja sekolah bidang kesiswaan yang terkait dengan pendidikan budaya dan karakter bangsa. 3. bagi Kesiswaan SMAN 23 Bandung, memperoleh hal-hal baru guna meningkatkan profesionalisme kinerja kesiswaan 4. bagi guru-guru bimbingan konseling, pelatih ekstrakurikuler, memperoleh hal-hal baru dalam meningkatkan profesionalisme kinerja mereka 5. bagi rekan-rekan guru yang lain, adanya nuansa baru dalam penyelenggaraan program kerja sekolah bidang kesiswaan yang berakar pada nilai-nilai karakter bangsa. 6. bagi peneliti lain yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut.