PENATAAN URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH Dyah Pancaningrum, S.H., MTDev. Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri Sekretariat Kabinet RI
DASAR HUKUM PENATAAN URUSAN KONKUREN Pasal 9 ayat (3): urusan pemerintahan konkuren adalah urusan pemerintahan yang dibagi antara pemerintah pusat dan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota. UU Nomor 23 Tahun 2014 mengatur, antara lain: Pasal 11 ayat (1): Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan daerah terdiri atas Urusan Pemerintahan Wajib dan Urusan Pemerintahan Pilihan. Pasal 282 ayat (1): penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah didanai dari dan atas beban APBD. Pasal 404: Serah terima personel, pendanaan, sarana dan prasarana serta dokumen sebagai akibat pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota dilakukan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan. Pasal 282 ayat (2): penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah pusat di daerah didanai dari dan atas beban APBN.
Penataan Urusan Konkuren Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Dalam lampiran UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, terdapat 32 urusan yang dibagi kewenangannya antara pemerintah pusat dan daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota. Menteri Dalam Negeri pada tanggal 16 Januari 2015 mengeluarkan Surat Edaran Nomor: 120/253/Sj tentang Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Setelah Ditetapkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Dalam Surat Edaran Mendagri tersebut, terdapat 11 sub urusan yang dialihkan kewenangannya, yaitu: 1. pengelolaan pendidikan menengah; 2. pengelolaan terminal penumpang tipe A dan tipe B; 3. pelaksanaan rehabilitasi di luar kawasan hutan negara; 4. pelaksanaan perlindungan hutan di hutan lindung dan hutan produksi; 5. pemberdayaan masyarakat di bidang kehutanan; 6. pelaksanaan penyuluhan kehutanan provinsi; 7. pelaksanaan metrologi legal berupa tera, tera ulang, dan pengawasan; 8. pengelolaan tenaga penyuluh KB/petugas lapangan KB (PKB/PLKB); 9. pengelolaan tenaga pengawas ketenagakerjaan; 10.penyelenggaraan penyuluhan perikanan nasional; dan 11.penyediaan dana untuk kelompok masyarakat tidak mampu, pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik belum berkembang, daerah terpencil, dan perdesaan.
Perkembangan Terkini Terkait Penataan Urusan Konkuren Salah satu dampak pengalihan urusan konkuren dari daerah ke pusat sebagaimana diatur UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah adalah beralihnya status pegawai dari pegawai daerah menjadi pegawai pusat pada beberapa kementerian/lembaga yang menimbulkan konsekuensi pembayaran gaji pegawai dimaksud ditanggung oleh pemerintah pusat (kementerian/ lembaga). Memperhatikan UU Nomor 23 Tahun 2014 tersebut, Mendagri menetapkan Permendagri Nomor 31 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2017, yang menjadi dasar Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, dan Pemerintah Kota menyusun APBD TA 2017. Dalam APBD TA 2017 tersebut, Pemerintah Daerah tidak menganggarkan kembali belanja pegawai (gaji pegawai) bagi pegawai yang alih status menjadi pegawai pusat sebagai akibat pengalihan urusan konkuren. Di sisi lain, tidak semua kementerian/lembaga yang menerima pengalihan urusan konkuren menganggarkan belanja pegawai. Hal ini diperkuat dengan pandangan Kementerian Keuangan yang merujuk pada hasil Ratas tanggal 30 Mei 2016 bahwa usulan tambahan belanja pegawai kementerian/lembaga dalam rangka pengalihan urusan pemerintahan konkuren dari pemerintah daerah ke pemerintah pusat belum dapat dipertimbangkan. Karena itu, dengan tidak adanya pengalihan pegawai daerah ke pemerintah pusat, maka belanja pegawai daerah tersebut agar tetap dialokasikan melalui APBD TA 2017. Catatan: Kurang tepat pandangan Kementerian Keuangan yang merujuk pada hasil Ratas tanggal 30 Mei 2016 terkait tidak perlunya alih status pegawai daerah menjadi pegawai pusat, mengingat arahan Presiden tersebut dimaksudkan khusus untuk penundaan pembahasan RPP tentang Pelaksanaan Urusan Pemerintahan Umum yang salah satu muatannya mengatur alih status pegawai Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten/Kota dan Provinsi menjadi pegawai pusat (Kementerian Dalam Negeri). Saat ini terjadi ketidaksiapan anggaran untuk membayar gaji pegawai yang terkena dampak pengalihan urusan konkuren dari daerah ke pusat (tidak dianggarkan baik di APBN TA 2017 maupun APBD TA 2017) di beberapa kementerian/lembaga.
Perkembangan Terkini Terkait Penataan Urusan Konkuren NO. KEMENTERIAN/LEMBAGA JUMLAH 1 2 Kementerian Kelautan dan Perikanan (Penyuluh Perikanan) Kementerian Ristek dan Dikti (Perguruan Tinggi Kesehatan Daerah) 3.201 Daftar Alih Status Pegawai Akibat Penataan Urusan Konkuren 3 4 5 6 Rencana Pengalihan Pegawai Daerah Menjadi Pegawai Pusat Kementerian ESDM (Inspektur Tambang) Kementerian Perhubungan (Terminal Penumpang Tipe A dan Tempat Penimbangan Kendaraan Bermotor) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Balai Pengembangan Kegiatan Belajar) BKKBN (Penyuluh Keluarga Berencana/Petugas Lapangan Keluarga Berencana) 410 999 1.970 572 15.777
Rekomendasi Perlu disepakati, apakah pengalihan urusan konkuren dari Pemerintah Daerah ke Pemerintah Pusat harus diikuti juga dengan pengalihan status seluruh pegawai dari pegawai daerah menjadi pegawai pusat. Perlu benar-benar diinventarisir terkait P3D, khususnya jumlah pegawai yang akan beralih status menjadi pegawai pusat dan dipastikan ketersediaan anggaran untuk membiayainya baik untuk penggajian pegawai yang bersangkutan maupun biaya operasionalnya. Perlu komunikasi yang efektif antar kementerian/lembaga, khususnya Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, dan Kementerian PPN/Bappenas sebelum mengimplementasikan kebijakan strategis terkait penataan urusan konkuren.
Langkah-Langkah Pengamanan dan Pengendalian Pengalihan P3D dari daerah ke pusat perlu disiapkan/dianggarkan dalam APBN, khususnya terkait gaji pegawai. Untuk tahun 2017, daerah diminta untuk membayar gaji pegawai yang belum selesai alih statusnya dan Kementerian Dalam Negeri harus menjamin dan memastikan kebijakan tersebut dilaksanakan. Khusus pada Kementerian/Lembaga yang telah menyiapkan anggaran pada APBN TA 2017 untuk menggaji pegawai yang alih status agar dapat dilanjutkan, sedangkan bagi yang belum dianggarkan pada APBN TA 2017 maka dibebankan pada APBD TA 2017 masing-masing. Untuk tahun 2018, perlu dipastikan penyelesaian penataan urusan konkuren dalam hal ini pengalihan P3D sehingga dapat dipastikan pengalokasiannya dalam APBN TA 2018.
TERIMA KASIH