Evaluasi Teknis Operasional jaringan Irigasi Gondang Th 2005 Desa Bakalan Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto

dokumen-dokumen yang mirip
Evaluasi Teknis Operasional Jaringan Irigasi Pudaksari Tahun 2005 Desa Puloniti Kecamatan Bangsal ABSTRAK

Perhitungan LPR dan FPR J.I Bollu (Eksisting)

Perencanaan Operasional & Pemeliharaan Jaringan Irigasi DI. Porong Kanal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pertanian sudah pasti tidak dapat dilakukan. perbaikan cara bercocok tanam. (Varley,1993).

SISTEM PEMBERIAN AIR IRIGASI

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.

TUGAS AKHIR RC OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI PADI POMAHAN PROPINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) telah memproyeksikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, sehingga wajar apabila prioritas

1. BAB I PENDAHULUAN

Studi Optimasi Pola Tanam pada Daerah Irigasi Warujayeng Kertosono dengan Program Linier

BEKASI, 22 FEBRUARI 2011

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Daerah Irigasi Banjaran merupakan Daerah Irigasi terluas ketiga di

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG POLA TANAM DAN RENCANA TATA TANAM PADA DAERAH IRIGASI TAHUN 2011/2012

Djoko Sulistiono, Amalia FM, Yuyun Tajunnisa Laboratorium Uji Material Program Diploma Teknik Sipil FTSP ITS ABSTRAK

OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI BAGO KABUPATEN JEMBER PROPINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 UMUM

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara yang bergerak dibidang pertanian.

KEHILANGAN AIR AKIBAT REMBESAN KE DALAM TANAH, BESERTA PERHITUNGAN EFFISIENSINYA PADA SALURAN IRIGASI SEKUNDER REJOAGUNG I DAN II

Penggunaan Hot Rolled Asphalt Sebagai Alternatif Lapisan Tambahan Perkerasan pada Ruas Jalan Pacitan Glonggong di Pacitan. Sri Wiwoho M, ST, MT

BAB I PENDAHULUAN I - 1. Resti Viratami Maretria, 2011 Perencanaan Bendung Tetap Leuwikadu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

STUDI OPTIMASI DISTRIBUSI AIR IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI TENGORO KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN PROGRAM DINAMIK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RC TEKNIK IRIGASI PETAK TERSIER

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Azwar Wahirudin, 2013

OPTIMASI FAKTOR PENYEDIAAN AIR RELATIF SEBAGAI SOLUSI KRISIS AIR PADA BENDUNG PESUCEN

WALIKOTA TASIKMALAYA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KOMPARASI PEMBERIAN AIR IRIGASI DENGAN SISTIM CONTINOUS FLOW DAN INTERMITTEN FLOW. Abstrak

RC MODUL 2 KEBUTUHAN AIR IRIGASI

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG WEWENANG, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN AIR IRIGASI COLO BARAT (DENGAN ADANYA PENGEMBANGAN AREAL) T E S I S

Dosen Pembimbing. Ir. Saptarita NIP :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

BAB I PENDAHULUAN. kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7

SIMULASI INDEKS PENGGUNAAN AIR (IPA) GUNA PENGHEMATAN AIR IRIGASI DI D.I. SONOSARI DAN D.I. PAKIS KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Kebutuhan yang paling banyak memerlukan air yaitu lahan pertanian.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Evaluasi Ketersediaan dan Kebutuhan Air Daerah Irigasi Namu Sira-sira.

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG I R I G A S I

KEBUTUHAN AIR. penyiapan lahan.

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. merupakan satu-satunya tanaman pangan yang dapat tumbuh pada tanah yang

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 22.A TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI

PRODUKSI PADI DAN PALAWIJA (Angka Tetap 2013 dan Angka Ramalan I 2014)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan I 1

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 32 / PRT / M / 2007 TENTANG PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

BAB I PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) merupakan tanaman komoditas pangan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG KELEMBAGAAN PENGELOLAAN IRIGASI (KPI) DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha pertanian. Cara mengaliri air ketanaman yaitu dengan sistem irigasi,

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang memiliki pulau dengan panjang garis pantai

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG IRIGASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 32 / PRT / M / 2007 TENTANG PEDOMAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN JARINGAN IRIGASI

penduduk yang semakin meningkat, karena secara tidak langsung kebutuhan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 4 SERI E

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di wilayah Kabupaten Banyumas yang masuk

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BAB III TINJAUAN DAERAH STUDI

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 22 TAHUN 2007 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU,

PEMERINTAH KABUPATEN SUMENEP

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Lokasi Kabupaten Pidie. Gambar 1. Siklus Hidrologi (Sjarief R dan Robert J, 2005 )

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Istilah pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) menjadi isu penting

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17/PRT/M/2015 TENTANG KOMISI IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

Transkripsi:

Evaluasi Teknis Operasional jaringan Irigasi Gondang Th 2005 Desa Bakalan Kecamatan Gondang Kabupaten Mojokerto ABSTRAK Campuran hot rolled asphalt adalah campuran aspal panas yang mempunyai komposisi campuran bahan, campuran agregat bergradasi timpang dan mempunyai sifatsifat: mampu mengatasi deformasi akibat lalulintas berulang, kedap air, durabilitas cukup tinggi, dapat memberi kekuatan pada struktur jalan, memiliki nilai skiel resistance yang cukup aman, mempunyai fleksibilitas yang tinggi. Hal ini memungkinkan campuran ini cocok digunakan sebagai lapisan tambahan pada ruas jalan Pacitan Glonggong, karena sifatnya yang sangat sesuai dengan kondisi alam dan cuaca di Pacitan khususnya di Kecamatan Punung dan Donorejo yang dilalui ruas jalan Pacitan Glonggong. Karena ruas jalan tersebut sedang banyak mengalami retak dan deformasi, dibeberapa tempat akibat beban lalu lintas yang berulang dan kondisi pegunungan yang sering mengalami perubahan cuaca yang sangat signifikan. Lapisan tipis hot rolled sheet yang merupakan turunan dari campuran hot rolled aspalt saat ini banyak dikembangkan di Indonesia sebagai lapisan aus permukaan yang kedap air, cocok untuk ruas jalan tersebut sebagai lapisan aus non struktur. Kata Kunci : Persimpangan, fase sinyal, waktu siklus PENDAHULUAN. Untuk mengimbangi lajunya pertambahan penduduk, masalah pangan selalu menjadi prioritas utama, selain kebutuhankebutuhan yang lain. Disebabkan pertambahan penduduk yang semakin membengkak, kebutuhan pangan semakin besar pula. Salah satu pemecahannya melalui jalan peningkatan produksi pangan dibidang pertanian. Karena kegiatan pertanian tidak lepas dari air, maka irigasi adalah salah satu faktor pendukung keberhasilan pembangunan pertanian, akan selalu mempunyai peran yang sangat penting. Oleh karena itu perlu diperhatikan kelanjutanya, baik dari aspek sumberdaya alam, sosial ekonomi, maupun kelembagaannya. Didalam menunjang kekurangan air irigasi yaitu air untuk kebutuhan tanaman utamanya. Jaringan Irigasi Gondang terletak di Kabupaten Mojokerto dengan areal sawah 470 ha, mengairi wilayah Kecamatan Gondang dan Kecamatan Jatirejo, Dinas Pengairan Kabupaten Mojokerto, Cabang Dinas Pengairan Pugeran. Hal ini sangat perlu kajian evaluasi, karena masih terdapat kurang adilnya dalam pengaturan dan pembagian air. Untuk mengatasi terjadinya kekurangan air yang sering terjadi pada saat musim kemarau, yaitu kebutuhan air untuk musim tanam II dan musim tanam ke III merupakan salah satu 1

masalah yang harus mendapatkan penanganan. Melalui evaluasi teknis operasional kami bermaksud mengoptimalisasikan jaringan irigasi secara baik dan benar serta tepat waktu dengan harapan produksi pertanian bisa meningkat. Dengan maksud tujuan yang medasar agar dalam kajian penelitian ini bisa mendapatkan suatu hasil teknik operasional yang optimal, pada akhirnya pemanfaatan pemberdayaan air dijaringan Irigasi Gondang sehingga ke depan bisa meningkatan hasil produksi pertanian. Permasalahan disini adalah mencari jalan keluarnya, untuk mengatasi hal kekurangan air di musim kemarau. Dengan pengelolaan irigasi yang baik dan teratur sehingga air betulbetul dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan air irigasi untuk pertanian, dengan cara : Mengatur pola sistem tanam sesuai musim irigasi, Mengoptimalkan pelaksanaan pembagian air yang adil, Memperbandingkan hasil evaluasi antara teknik operasional tahun 2005 dan tahun 2006. FAKTOR YANG DIPERLUKAN UNTUK PENGATURAN POLA MUSIM HUJAN: Menentukan resminya musim hujan, dengan mengambil sampel curah hujan dalam satu dekade atau sepuluh hari sudah mencapai 50 mm. Mengevaluasi debit ratarata minimal dalam kurun waktu lima lahun pengamatan pada bulan Nopember Februari keadaan 80% kering. Mengevaluasi tanaman tebu pada tahun sebelumnya. Menentukan dan mengatur pola tanam dengan sistim golongan sesuai perhitungan dalam rumus. PENGATURAN POLA MK I. Faktorfaktor yang diperlukan untuk mengatur pola tanam MK I diantaranya dengan cara : Mengevaluasi ketersediaan debit ratarata pada bulan Maret Juni minimal dalam kurun waktu lima tahun pengamatan keadaan 80% kering. Mengevaluasi sisa tanaman yang belum dipanen. Tolok ukur pengaturan pola tanam dipokuskan pada tanaman polowijo, padi dan tanaman industri. Perencanaan penempatan tanaman padi tidak boleh jauh dari bangunan / saluran pengambilan. Merencanakan dan mengatur pola tanam sesuai rumus. PENGATURAN POLA MK II. Dasardasar untuk mengatur pola tanam MK II antara lain : Mengevaluasi ketersediaan debit air ratarata bulan Juli Oktober dalam kurun waktu minimalnya lima tahun pengamatan keadaan 80% kering. Pengaturan pola tanam dipokuskan pada jenis tanaman polowijo dan industri. Menghitung besarnya jenis dari luas tanaman sesuai rumus yang ditentukan. PENGATURAN PEMBAGIAN AIR (FPR). Sebagai dasar perhitungan kebutuhan air untuk memenuhi kebutuhan tanaman yang ada dipetak sawah

cara pembagiannya berdasarkan faktor polowijo relatif, dan langkahlangkah yang diperlukan untuk menentukan faktor polowijo relatif. Mengasumsikan besarnya sisa debit yang tersedia. Jenis luas tanaman yang ada di petak tersier. Memperbanyak atau mengalikan luas dari jenis tanaman dengan faktor perbandingan kebutuhan air. Menghitung besarnya ratarata kebutuhan air sesuai rumus yaitu membagi sisa debit yang tersedia dengan faktor perbandingan kebutuhan air. PEMBAGIAN AIR DIPINTU TERSIER. Pembagian air pada petak persawahan diberikan dipintu intike tersier yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan tanaman yang ada dipetak persawahan, langkahlangkah yang mendasari pada pembagian air dipintu tersier. Mengevaluai luas dan jenis tanaman yang ada dipetak persawahan. Memperbanyak / mengalikan luas dari jenis tanaman dengan faktor perbandingan kebutuhan air (LPR) tanaman. Mengetahui besarnya faktor kebutuhan air perha nya. Menghitung besarnya kebutuhan debit dipintu tersier dengan cara memperbanyak faktor perbandingan kebutuhan air mengalikan dengan faktor kebutuhan air perha nya. KEHILANGAN AIR DISALURAN SEKENDER. Langkahlangkah pada perhitungan yang perlu diketahui terhadap besar dan kecilnya kehilangan air disaluran sekender tidak bisa dilepaskan dengan adanya cara : Mengetahui besar air dipintu intake sekender. Mengetahui jumlah debit yang masuk pada masingmasing pintu intake tersier. Menghitung selisih dari besarnya debit dipintu intake sekender yang dikurangi dengan jumlah debit yang masuk ke pintu intake tersier. PROSENTASE KEHILANGAN AIR. Prosentase kehilangan air disaluran sekender adalah merupakan prosentase dari besarnya debit air yang hilang disaluran sekender digunakan untuk mencukupi kebutuhan tanaman yang ada dipetak tersier. Prinsipprinsip yang mendasari perhitungan : Mengevaluasi besarnya debit dipintu intake sekender. Mengetahui besarnya jumlah debit yang masukmasuk kepintupintu intake tersier. Menghitung besarnya prosentase debit yang hilang disaluran sekender, dengan ruimus yang ditentukan yaitu : volume debit yang hilang disaluran sekender dibagi dengan debit yang masuk dipintu intake sekender yang diperbanyak dengan faktor k (100%). EFISIENSI IRIGASI ( EI ). Faktor dasar yang menjabarkan perhitungan kebutuhan air untuk periode berikutnya, sebagai langkah rumus yang 3

diperlukan untuk menghitung efisiensi irigasi terhadap kebutuhan air untuk tanaman adalah dengan cara : Menghitung besarnya debit dipintu intake sekender. Mengetahui kehilangan debit air disaluran sekender. Mengetahui jumlah debit yang masuk dipintupintu intake tersier. Besarnya prosentase kehilangan debit disaluran sekender. Menghitung dengan pemakaian rumus yang sudah ditentukan. CARA PERHITUNGAN KEBUTUHAN AIR DISALURAN SEKENDER. Kebutuhan air disaluran sekender, merupakan suatu kebutuhan debit air yang akan diberikan pada pintupintu intake tersier guna mencukupi kebutuhan air untuk tanaman yang ada dipetak tersier. Sebagai asumsi langkah dari penjabarannya : Mengetahui luas tanaman dipetak tersier. Mengetahui besarnya kebutuhan air dimasingmasing pintu tersier. Mengetahui efisiensinya irigasi yang dibutuhkan. Mengetahui luas faktor polowijo relatif. Menghitung jumlah kebutuhan air disaluran dengan cara mengalikan hasil efisiensi irigasi dengan jumlah kebutuhan air dimasingmasing pintu tersier. INTENTITAS AN ( CI ). Intentitas tanaman merupakan hasil dari pencapaian jumlah tanaman dalam satu tahun yang didapat dari tanaman permusim tanam. Dasar perhitungan untuk mendapatkan hasil intentitas tanaman satu tahun : Mengetahui jumlah tanaman permusim tanam. Memperbanyak / mengalikan jumlah permusim tanam dalam satu tahun. Menghitung harga CI dengan mengalikan faktor keamanan. RASIO COST ( RC ). Rasio cost merupakan pandangan dari suatu usaha yang dilakukan bisa memberikan keuntungan atau tidak. Sebagai pertimbangan dasar yang menggaris bawahi pada perhitungan rasio cost : Mengevaluasi luas dan jenis tanaman dalam satu tahun. Mengevaluasi hasil tanaman. Mengevaluasi biaya kebutuhan. Mengevaluasi hasil produk. Menghitung untung dan rugi dari usaha yang dilakukan dengan rumus yang ditentukan. PEMBAHASAN REKAPITULASI POLA 2005 Padi Tebu Polowijo Total Tanaman Bero To Baku tal JI Ha Be ro Gondang 470 422 208 38 38 38 10 216 415 470 462 453 8 17 25

POLA (Ton) REKAPITULASI ANALIS TH. 2005 BIAYA BERSIH 1 2 3 4 5 = ( 4 3 ) 6 = (4/3) Satu Tahun Padi Pol.Jagung Pol.Kedelai Tebu 4095 3390,75 460 188,94 4.307.750 3.092.775 1.104.000 633.612 6.082.500 3.802.593,75 1.601.179,20 850.212 1.774.750 709.818,75 497.179,20 216.600 12.336.484,95 R/C = 9.138.127 = 1,35 Jumlah 9.138.137 12.336.484,95 3.198.347,95 1,35 R = Rasio hasil produk C = Biaya produk 5

EVALUASI OPERASIONAL TAHUN 2006 Pengaturan pola tanam Jaringan Irigasi Baku (Ha) Jenis Tanaman Gondang 470 Padi Tebu REKAPITULASI ANALIS TH. 2006 POLA (Ton) BIAYA Gol Bibit Garap Tanam I II III I II III 12 14 16 BERSIH 105 127 149 117 141 165 23,5 23,5 1 2 3 4 5 = ( 4 3 ) 6 = (4/3) Satu Tahun Padi Pol.Jagung Pol.Kedelai Tebu 4127,50 2301,75 710 233,684 4.333.875 1.099.475 1.704.000 783.678 6.191.250 2.589.468,75 2.485.000 1.051.578 1.857.375 489.993,75 781.000 267.900 12.317.296,75 R/C = 8.921.028 = 1,38 Jumlah 8.921.028 12.317.296,75 3.396.268,75 1,38 R = Rasio hasil produk C = Biaya produk KESIMPULAN. Guna menunjang peningkatan hasil produksi pangan, saluran Sekender Gondang dengan luas areal 470 ha, maka perlu adanya suatu usaha untuk meningkatkan pelaksanaan Panca Usaha Tani, dimana salah satu usaha tersebut adalah pemberian air yang baik dan teratur sesuai dengan kebutuhan. Untuk menunjang keberhasilan panca usahata tani, adalah sistem pola teknisnya yang adil dan merata dalam suatu jaringan antara daerah hulu, tengah dan hilir. Disimpulkan hasil evaluasi tahun 2006 maximal pencapaian luas pola tanam dalam satu tahun bisa mencapai 300% atau naik 15%. Keterangan peningkatan hasil pendapatan pertanian selisih kecil, mengingat analisa tahun 2005 ada bero 25 ha, sehingga pendapatan pertanian naik 5,83% atau Rp. 197.900.000, Optimalisasi jaringan disebutkan tidak mempertimbangkan biaya untuk pemeliharaan jaringan dan biaya sosialisasi untuk pengaturan jaringan. Dari hasil evaluasi diperkirakan bisa menambah penghasilan Daerah Jaringan Irigasi Gondang sebesar :

C x 100% A Rp. 3.396.268,75 Rp. 3.198.347,95 = Rp. 197.921 197.921 x 100% = 5,83% 3.396.268,75 SARAN. Untuk mendapatkan hasil produksi pertanian yang optimal maka perlu memperhatikan halhal sebagai berikut : Pelaksanaan pola tanam harus sesuai dengan teknis irigasi Kondisi semua jaringan, baik saluran induk, saluran sekunder, saluran tersier, saluran kwarter, dan drainasi / saluran pembuang di harapkan semuanya harus sempurna. A B = C atau REFERENSI Pengelolaan Irigasi Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur Tahun 1996/1997 Proyek Irigasi Andalan Jawa Timur Bagian Pelaksana Tata Guna Air Tahun 2005 Standart Harga Pangan Kabupaten Tahun 2005 Standart Perencanaan Irigasi Tahun 1986 Sub Direktorat Perencana Tehnis Direktorat Irigasi Direktorat Jenderal Pengairan DHV Consulting Engincers Pedoman Tabel I Debit Parners Asia Proyek Irigasi Jawa Timur Tahun 1985 7