II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angkaangka,

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin Communis yang artinya membuat

TINJAUAN PUSTAKA. sepenuhnya dapat dijelaskan. Pada makna yang lebih kompleks pembelajaran. siswanya dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suci Primayu Megalia, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Kemampuan Komunikasi Matematis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. terjadi dalam diri seseorang dan interaksi dengan lingkungannya. Hal ini sesuai

II. TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

BAB II LANDASAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latincommunicare, berarti. merupakan proses informasi ilmu dari guru kepada siswa.

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. melakukan kegiatan belajar sejak dilahirkan. Syah (2006: 92) mengatakan bahwa

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan, sebab tanpa pendidikan manusia akan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

BAB II KAJIAN TEORI. Kata komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu Communicare yang

belajar matematika karena penalaran matematika sebagai kompetensi dasar matematika. Berdasarkan Peraturan Dirjen Dikdasmen No.

II. KAJIAN PUSTAKA. menyampaikan sesuatu seperti menjelaskan konsep dan prinsip kepada siswa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara nasional, pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan setiap warga negara menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Strategi Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) Felder (1994: 5) menjelaskan bahwa dalam strategi TAPPS siswa mengerjakan

I. PENDAHULUAN. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang termuat dalam kurikulum

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan diberikannya mata pelajaran matematika untuk siswa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

II. KAJIAN PUSTAKA. Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari belajar, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan keterampilan intelektual. Matematika juga merupakan. lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB II KAJIAN TEORITIK. dapat memperjelas suatu pemahaman. Melalui komunikasi, ide-ide

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2005: 585) dituliskan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Everett M Rogers dalam Latifah (2011:12) mengemukakan bahwa komunikasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dunia pendidikan menuntut guru untuk efektif dalam

Rata-rata UN SMP/Sederajat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Joice & Weil dalam Rusman (2012: 133), model pembelajaran adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

TINJAUAN PUSTAKA. yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan. untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh guru matematika, kesulitan siswa dalam menalar dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Siti Chotimah Pendidikan Matematika, STKIP Siliwangi Bandung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) merupakan salah satu model

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Padahal metode ceramah memiliki banyak kekurangan. Hal ini sejalan dengan pendapat Sanjaya (2006:145),

I. PENDAHULUAN. dan berlangsung sepanjang hayat. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

JURNAL SKRIPSI PEMBELAJARAN KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (PTK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Masalah yang muncul pada kehidupan setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

PEMAHAMAN KONSEP DAN KOMUNIKASI MATEMATIK DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF CO-OP CO-OP

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya menyelenggarakan pendidikan saja, tapi juga turut serta memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tujuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk mata

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting yang menjadi salah satu prioritas utama

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran matematika. Menurut NCTM (Kesumawati, 2008: 231) matematik dalam konteks di luar matematika.

PENGGUNAAN COOPERATIVE LEARNING

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang. Nasution (2010:35) menyatakan: fungsi pendidikan adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORETIS

TINJAUAN PUSTAKA. baik secara langsung (lisan) maupun tak langsung melalui media.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Putri Hidayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses belajar sehingga mereka dapat mencapai tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Poppy Diara, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan

BAB II KAJIAN TEORI. emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. baik secara fisik maupun secara mental aktif.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran yang penting dalam kehidupan berbangsa. Maju

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan

Transkripsi:

II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran kooperatif Pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstuktur, yang terdiri dari dua orang atau lebih. Menurut Slavin dalam Isjoni, (2012:15): Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4 sampai 6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Selanjutnya Davidson dan Warsham dalam Isjoni, (2012: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar mengajar secara kelompok-kelompok kecil. Selanjutnya menurut Isjoni (2012: 14): Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan jumlah peserta didik sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama untuk memahami materi pelajaran. Dan belajar dikatakan belum selesai jika terdapat anggota kelompok yang belum menguasain bahan pelajaran. Sejalan dengan pernyataan di atas Lie (2007: 12) juga mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan

kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas 9 yang terstruktur. Dalam pembelajaran ini, siswa dituntut lebih aktif dalam kegiatan belajar, dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator. Selanjutnya Roger dan Jhonson (dalam Lie, 2007:31) berpendapat bahwa: Ada lima unsur yang membedakan model pembelajaran kooperatif dengan model pembelajaran kelompok biasa, yaitu: saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan pembentukan kelompok yang bertujuan untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif. Tujuan pokok belajar kooperatif menurut Johnson & Johnson dalam Trianto (2010: 57) menyatakan bahwa adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Menurut Isjoni (2007: 21) tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative learning adalah : Agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama temantemannya dengan cara saling menghargai pendapat dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok. Jadi inti dari tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa, dan memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa lainnya.

Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif menurut. (Trianto, 2007:48) adalah sebagai berikut: Fase pertama yaitu menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, fase kedua menyajikan informasi, fase ketiga mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif, fase keempat membimbing kelompok bekerja dan belajar, fase kelima evaluasi, fase keenam memberikan penghargaaan. 10 Berdasarkan uraian di atas, langka-langkah kooperatif mengarahkan siswa kepada pembelajaran yang aktif di kelas dengan sistem mengorganisasikan siswa pada kegiatan belajar berkelompok. 2. Think Pair Share Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dikembangkan oleh Frank Lyman dkk dari Universitas Maryland pada tahun 1985, merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana. Teknik ini memberi kesempatan pada siswa untuk bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Lie (2007:57) berpendapat bahwa TPS adalah pembelajaran yang memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain, Keunggulan teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. Adapun Keunggulan model pembelajaran TPS Lie (2007: 58): (1) Meningkatkan kemandirian siswa untuk memikirkan jawaban sendiri tanpa bantuan dari siswa lain, (2) Meningkatkan partisipasi siswa untuk menyumbangkan pemikiran karena leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya dan dapat bertukar pikiran untuk memunculkan ide baru. (3) Membentuk kelompok lebih mudah dan lebih cepat. (4) Melatih kecepatan berpikir siswa, menjadi terbiasa dengan proses pemikiran dan pengambilan ide dalam waktu yang singkat.

11 Selanjutnya Trianto (2007:61) menyatakan bahwa: Pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir serta aktivitas siswa, karena siswa membangun pengetahuan melewati eksplorasi dirinya sendiri dan pengetahuan siswa juga bisa berkembang melalui transfer pola pikir dengan siswa yang lain,sehingga siswa mampu menggabungkan dan membandingkan pola pikir mereka sendiri dengan pola pikir siswa yang lain. Dari pernyataan tersebut, tindakan guru sangat berperan penting untuk membimbing siswa mandiri dan bekerja sama, sehingga terciptanya suasana belajar yang lebih hidup, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan, serta mengharapkan siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS dapat merangsang kemampuan berpikir karena potensi yang dimiliki oleh siswa benarbenar digali. Selain itu kecakapan dan strategi mereka diuji, apa yang akan siswa lakukan terhadap masalah yang dia dapatkan tergantung pada pemikiran mereka sehingga diharapkan siswa dapat berpikir secara optimal. Adapun langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS Menurut Lie (2007: 58) adalah: (1) guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok, (2) setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri, (3) siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya, (4) kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat Tahap utama dalam model pembelajaran kooperatif tipe TPS menurut Ibrahim (2000: 26-27) adalah sebagai berikut: (1) Thingking/berpikir, siswa secara mandiri berpikir yang berhubungan dengan pelajaran. (2) Pairing/berpasangan dengan

teman sebangku, untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya serta membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan 12 jawaban yang dianggap paling benar. (3) Sharing/berbagi, pada tahap akhir, kelompok pasangan sebangku untuk berbagi dengan seluruh kelas (presentasi) tentang apa yang telah mereka diskusikan. Dapat disimpulkan dari langkah dan tahapan model pembelajaan kooperatif tipe TPS memiliki tiga tahapan yaitu: pertama Thingking, pada tahap ini siswa di dilatih untuk berpikir, belajar dan menganalisa secara mandiri dari suatu pokok pembahasan pelajaran matematika. Tahap kedua yaitu, Pairing siswa berdiskusi dengan teman sebangkunya untuk saling menyampaikan ide, pendapat dan mengoreksi dari hasil belajar mandiri yang sebelumnya mereka lakukan. Tahap ketiga yaitu Sharing, pada tahap ini setiap kelompok pasangan sebangku menyampaikan hasil diskusi mereka, serta siswa lainnya dapat menyampaikan ide, pendapat, kritik dari suatu hasil diskusi salah satu kelompk teman sebangku yang menyampaikan di kelas. 3. Komunikasi Matematis Baroody dalam Umar (2012) mengemukakan bahwa pembelajaran harus dapat membantu siswa mengkomunikasikan ide matematika melalui lima aspek komunikasi yaitu representing, listening, reading, discussing dan writing. Lalu, menurut Greenes dan Schulman dalam Umar (2012) mengatakan bahwa komunikasi matematis merupakan: (I) kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan strategi matematis, (2) modal keberhasilan bagi siswa terhadap pendekatan dan penyelesaian dalam eksplorasi dan investigasi

13 matematis, (3) wadah bagi siswa dalam berkomunikasi dengan temannya untuk memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, curah pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan orang lain. Kemampuan komunikasi matematis (mathematical communication) dalam pembelajaran matematika menurut Umar (2010): Kemampuan komunikasi matematis sangat perlu untuk dikembangkan. Hal ini karena komunikasi matematis siswa dapat mengorganisasikan berpikir matematisnya baik secara lisan maupun tulisan. Siswa juga dapat memberikan respon yang tepat antar siswa dan media dalam proses pembelajaran. Bahkan dalam pergaulan bermasyarakat, seseorang yang mempunyai kemampuan komunikasi yang baik, lebih mudah beradaptasi dengan siapa pun, dimana pun dia berada. Dijelaskan pada dokumen Peraturan Dirjen Dikdasmen No. 506/C/PP/2004, bahwa penalaran dan komunikasi merupakan kompetensi yang ditunjukkan siswa dalam melakukan penalaran dan mengkomunikasikan gagasan matematika. Menurut dokumen di atas, indikator yang menunjukkan penalaran dan komunikasi antara lain adalah: (1) Menyajikan pernyataan matematika secara lisan, tertulis, gambar, dan diagram, (2) Mengajukan dugaan (conjectures), (3) Melakukan manipulasi matematika, (4) Menarik kesimpulan, menyusun bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap beberapa solusi, (5) Menarik kesimpulan dari pernyataan, (6) Memeriksa kesahihan suatu argument, (7) Menemukan pola atau sifat dari gejala matematis untuk membuat generalisasi. Sedangkan indikator kemampuan siswa dalam komunikasi matematis pada pembelajaran matematika menurut NCTM (2000 : 214) dapat dilihat dari : (1) Kemampuan mengekspresikan ide-ide matematika melalui lisan, tertulis, dan demonstrasi serta menggambar secara visual, (2) Kemampuan memahami, interpretasi, dan evaluasi ide-ide Matematika baik secara lisan maupun dalam bentuk visual lainnya, (3) Kemampuan dalam menggunakan istilah, notasi Matematika dan struktur-strukturnya untuk menyajikan ide, menggambarkan hubungan-hubungan dan model-model situasi.

Berdasarkan uraian di atas, kemampuan komunikasi matematis merupakan 14 kemampuan yang sangat penting dan perlu ditingkatkan untuk siswa dalam pembelajaran matematika karena membantu siswa untuk berkomunikasi dengan temannya atau kelompok belajar untuk memperoleh informasi, membagi pikiran dan penemuan, pendapat, menilai dan mempertajam ide untuk meyakinkan pembelajaran matematika. Adapun indikator untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa adalah: (1) kemampuan untuk menyatakan situasi, gambar, diagram ke dalam bahasa, simbol, ide, model matematika, (2) mengekspresikan ide-ide matematika dengan tertulis, tabel, gambar, diagram, (3) menuliskan kembali suatu uraian matematika dengan bahasa sendiri. (4) menarik kesimpulan, menyatakan bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi. B. Kerangka Pikir Dalam penelitian ini yang menjadi peubah bebas yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TPS, sedangkan yang menjadi peubah terikat adalah kemampuan komunikasi matematis siswa. Model pembelajaran kooperatif tipe TPS merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif sederhana. memiliki keunggulan yakni optimalisasi partisipasi siswa. Terlihat sangat jelas ada keterkaitan antara pembelajaran koooperatif TPS dengan kemampuan komunikasi matematis siswa pada langkah-langkahnya yakni thinking (berpikir), pairing berdiskusi dengan teman sebangku), sharing (berbagi).

Pada tahap thinking (berpikir), guru membimbing siswa untuk bersikap mandiri 15 terlebih dahulu. Siswa dituntut untuk berpikir, dapat mengukur kemampuan untuk menyatakan situasi, gambar, diagram ke dalam bahasa, simbol, ide, model matematika, dan dapat mengekspresikan ide-ide matematika dengan tertulis, tabel, gambar, diagram. Kemudian tahap pairing (berdiskusi dengan teman sebangku), guru mengarahkan siswa untuk berpasangan dengan teman sebangku dalam proses belajar di kelas. Siswa dituntut mendiskusikan, mengkomunikasikan apa yang sebelumnya mereka dipikirkan. Lalu, membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka. Proses ini dapat mengukur kemampuan siswa dalam menuliskan atau menyampaikan kembali suatu uraian matematika dengan bahasa sendiri dan dapat menarik kesimpulan, menyatakan bukti, memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran solusi dari suatu permasalahan matematika. Disini terjadi interaksi yang aktif antar siswa. Terakhir pada tahap ini yaitu sharing (berbagi), berbagi hasil pemikiran antara teman sebangku dengan teman sebangku lainnya. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan. Proses ini dapat mengukur kemampuan siswa untuk menyatakan situasi, gambar, diagram ke dalam bahasa, simbol, ide, model matematika, mengekspresikan ide-ide matematika dengan tertulis, tabel, gambar, diagram, menuliskan atau menyampaikan kembali suatu uraian matematika dengan bahasa sendiri, dan menarik kesimpulan, menyatakan bukti, memberikan alasan atau

bukti terhadap kebenaran solusi. Disini terjadi komunikasi antara pasangan siswa dengan seluruh siswa di kelas. 16 Dengan metode pembelajaran kooperatif tipe TPS ini diharapkan siswa memiliki kemampuan komunikasi matematis sehingga siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran di kelas, lebih menyenangkan tidak membosankan dan dapat mengerti materi yang didiskusikan. Proses belajar pada tahapan TPS tidak di dapatkan di model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran konvensional, guru hanya menerangkan materi pelajaran, memberikan contoh soal disertai tanya jawab, sehingga proses belajar konvensional siswa tidak memiliki kemampuan komunikasi matematis di kelas. C. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS lebih baik daripada kemampuan komunikasi matematis siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional.