BAB III METODE PERANCANGAN. dapat digunakan ialah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODE PERANCANGAN. metode perancangan yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Metode

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. Perancangan Tempat Pemrosesan Akhir(TPA) tentunya membutuhkan beberapa metode guna

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. sebuah proses perancangan, metode ini dibutuhkan untuk memudahkan perancang

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam metode perancangan ini, berisi tentang kajian penelitian-penelitian

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan objek perancangan. Kerangka rancangan yang digunakan dalam proses

BAB III METODE PERANCANGAN. memudahkan perancang dalam mengembangkan ide rancangannya. Salah satu

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini banyak penelitian yang dilakukan, baik

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. Pada perancangan pusat seni tradisi Sunda ini banyak metode yang

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. di Kota Malang dibutuhkan suatu metode yang merupakan penjelas tentang

BAB 3 METODE PERANCANGAN. yang bersifat ilmiah. Langkah-langkah ini meliputi survei obyek-obyek studi

BAB III METODE PERANCANGAN. obyek perancangan yang akan dilakukan, yaitu Sekolah Tinggi Teknik

BAB III METODE PERANCANGAN. perancang dalam mengembangkan ide rancangan. Metode yang digunakan dalam

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan Pasar Wisata Holtikultura Batu dijelaskan sebagai berikut:

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam perancangan Convention and

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. Dalam Perancangan Hotel Resort Wisata Organik ini terdapat kerangka

BAB III METODE PERANCANGAN. terbagi jadi beberapa tahap. Keseluruhan proses ini yang akan dikerjakan dalam

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN. data dari sumber literatur hingga survey langsung obyek-obyek komparasi untuk

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, karena penelitian ini bertujuan membuat deskripsi, gambaran atau

BAB III METODE PERANCANGAN. dalam mengembangkan ide sebuah rancangan. Langkah-langkah ini meliputi

BAB III METODE PERANCANGAN. memudahkan seorang perancang dalam mengembangkan ide rancangannya.

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan merupakan paparan deskriptif mengenai langkah-langkah di dalam

BAB III METODE PERANCANGAN. terjadi saat ini disertai dengan literatur-literatur yang mendukung teori-teori yang

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODA PERANCANGAN. Lingkup metoda penyusunan rencana Pembangunan Pusat Sains dan Teknologi di

BAB III METODE PERANCANGAN. Dalam proses perancangan Kepanjen Education Park ini dibutuhkan

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. pengumpulan data, analisis, dan proses sintesis atau konsep perancangan.

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. teori-teori dan data-data yang di dapat dari studi literatur maupun studi lapangan, sehingga dari

BAB III. Metode Perancangan. Perancangan sentra industri batu marmer di Kabupaten Tulungagung

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode tersebut berisi tentang penjelasan atas fenomena-fenomena yang terjadi dan

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN. khas, serta banyaknya kelelawar yang menghuni gua, menjadi ciri khas dari obyek

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan ini merupakan langkah perancang dalam merancang

BAB 3 METODE PERANCANGAN. berisi sebuah paparan deskriptif mengenai langkah-langkah dalam proses

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. ide/gagasan sampai dengan perumusan konsep perancangan.

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif, analisis kualitatif adalah analisis dengan cara mengembangkan,

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan ialah merupakan metode dalam sebuah perancangan. Yang hal ini bisa

BAB III METODE PERANCANGAN. dengan studi literatur yang sudah didukung dengan teori-teori yang ada.

BAB III METODE PERANCANGAN. data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun,

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. Dalam kajian perancangan ini berisi tentang penjelasan dari proses atau

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Sentral Wisata Kerajinan

BAB III METODE PERANCANGAN. sebagai alat visual metode merancang arsitektur. Adapun tahapan dan kerangka dari

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang terkait dengan

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Metode perancangan yang digunakan dalam Perancangan Pusat Seni dan

BAB III METODE PERANCANGAN. untuk mencapai tujuan penelitian dilaksanakan untuk menemukan,

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan adalah melakukan studi banding ke objek site serta melihat hal apa sajakah yang

BAB III METODE PERANCANGAN. Pengembangan Seni Rupa Kontemporer di Kota Malang ini menggunakan

BAB III METODE PERANCANGAN. atas permasalahan dan potensi yang bersumber dari dari data data dan isu-isu

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Allah telah menciptakan alam agar dikelola oleh manusia untuk

BAB III METODE PERANCANGAN. meliputi pengumpulan data, analisis, sintesis konsep,

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. masalah hal selanjutnya yang dilakukan ialah melakukan studi atau mencari data,

BAB III METODE PERANCANGAN. merancang, yang disertai dengan teori-teori dan data-data yang didapat dari studi

BAB III METODE PERANCANGAN. kualitatif. Dimana dalam melakukan analisisnya, yaitu dengan menggunakan konteks

BAB III METODE PERANCANGAN. perancangan ini sebelumnya dilakukan analisis-analisis terhadap aspek-aspek

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan. Penelitian tentang upaya Perancangan Kembali Pasar Karangploso

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Metode yang digunakan dalam perancangan Malang Wedding Center adalah

BAB 3 METODOLOGI PERANCANGAN. dari awal proses merancang, disertai dengan teori-teori dan data-data yang

BAB 3 METODE PERANCANGAN. Kebutuhan akan merancang memerlukan beberapa aspek data dan metode

BAB 3 METODE PERANCANGAN. dalam studi Arsitektur, yang dilakukan secara runtun mulai dari munculnya ide

BAB III METODE PERANCANGAN Ruang Lingkup Penelitian Untuk Rancangan

BAB III METODE PERANCANGAN. literatur-literatur yang mendukung teori-teori yang dihadapi. Analisa data dapat

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistemnya. Pasal 21 Ayat (2). Republik Indonesia. 1

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan ini muncul dikarenakan tidak adanya suatu tempat untuk

BAB III METODE PERANCANGAN. kerajinan akar kayu jati dengan pendekatan tangible methaphor. Dari semua data

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB III METODE PERANCANGAN. Ide perancangan muncul setelah melihat potensi kebudayaan di Madura

BAB III METODE PERANCANGAN. Metoda perancangan dalam Pengembangan Tempat Pelelangan Ikan dan

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Taman Wisata Budaya dan Seni Madura. Hal ini merupakan rincian dari langkahlangkah

BAB III METODE PERANCANGAN. ide yang mendasari dilakukannya perancangan tersebut, hingga konsep rancangan

BAB III METODE PERANCANGAN. diskriptif yang mengenai pada langkah-langkah proses perancangan. Metode

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN. Hijau ini adalah mencakup tiga aspek yang terdiri dari prinsip-prinsip yang ada

BAB III METODELOGI PERANCANGAN. 2) Isu global warming yang semakin meningkat di bumi.

Penangkaran Penyu di Desa Perancak Kab. Jembrana BAB I PENDAHULUAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN

BAB III METODE PERANCANGAN. metode penelitian ini akan menguraikan secara terperinci bagaimana proses

HOTEL RESORT DI DAGO GIRI, BANDUNG

BAB III METODE PERANCANGAN. Metode perancangan merupakan penjelasan tahapan-tahapan yang akan

BAB III METODE PERANCANGAN

Gambar 1. 1 : Keindahan Panorama Bawah Laut Pulau Biawak

Transkripsi:

BAB III METODE PERANCANGAN Untuk mengembangkan ide rancangan dalam proses perancangan, dibutuhkan sebuah metode yang memudahkan perancang. Salah satu metode yang dapat digunakan ialah metode deskriptif analisis. Metode deskriptif merupakan metode penelitian yang mendeskripsikan atau menggambarkan keadaan atau status fenomena-fenomena ataupun hubungan antara fenomena yang diteliti dengan sistematis, faktual, dan akurat. Metode deskriptif berguna untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan keadaan sesuatu. Metode ini merupakan suatu metode dalam penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dari hasil observasi lapangan, wawancara, pengambilan gambar (foto), dokumen pribadi /resmi, dan data lain yang mempunyai relevansi dengan objek penelitian. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya (Best, 1982). Metode deskriptif analisis merupakan suatu metode yang menggunakan penjelasan data berupa kondisi objek penelitian yang telah diperoleh melalui hasil survey lapangan, yaitu pengamatan dan dokumentasi. Pola pengembangannya yaitu dengan melakukan beberapa tahapan analisis disertai dengan studi literatur yang mendukung teori. Analisis pada proses perancangan ini menggunakan analisis secara kualitatif. Metode analisis kualitatif ini dilakukan dengan cara observasi lapangan dan dokumentasi. Metode analisis kualitatif adalah suatu proses penelitian dan 91 P a g e

pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell 1998). Logika dan argumentasi yang bersifat ilmiah dilakukan menjadi dasar dalam melakukan analisis secara kualitatif. Untuk mendapatkan data-data dan komparasi yang berhubungan dengan obyek rancangan perlu mengikuti langkah-langkah yang meliputi survey obyek-obyek komparasi, dan lokasi tapak. Kajian yang digunakan dalam perancangan Pusat Konservasi Penyu Hijau di Pulau Derawan, diuraikan di bawah ini : 3.1 Ide Perancangan Secara umum ide perancangan ini didasarkan pada dua hal, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Adanya ayat dalam Al-Qur an serta Hadits yang menjelaskan tentang menjaga lingkungan dan larangan untuk merusak alam. 2. Adanya keinginan penulis untuk merancang pusat konservasi penyu hijau untuk menjaga kelestarian penyu hijau agar terhindar dari kepunahan. 3. Banyaknya kegiatan warga masyarakat dan pengunjung di Pulau Derawan yang mengancam kelangsungan hidup penyu hijau seperti perburuan penyu dan telur untuk di konsumsi. 4. Semakin banyaknya resort atau rumah warga di sekitar pantai membuat daerah peneluran penyu hijau semakin berkurang. 92 P a g e

3.2. Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu: data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung oleh peneliti dari para responden, dan bukan berasal dari pengumpulan data yang pernah dilakukan sebelumnya (Riri Satria, 2010). Sedangkan data sekunder yaitu data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya, atau data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan (Marzuki, 2000:56). Sedangkan menurut Umi Narimawati (2008:94), data sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan pengumpulkan data. Tahap pengumpulan data merupakan proses memperoleh data-data yang berkaitan dengan proses perencanaan dan perancangan Pusat Konservasi Penyu Hijau di Pulau Derawan. Pada tahap ini, data-data tersebut diperoleh dari data primer dan data sekunder yang mendukung proses perancangan obyek. Data primer merupakan data yang didapat langsung dari pengamatan fakta yang ada di lapangan. Sedangkan data sekunder didapat melalui studi pustaka dan studi-studi lain yang mendukung. 3.2.1. Data Primer a. Observasi Suatu kegiatan yang dilakukan dengan mengamati dan mencatat secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki (Marzuki, 2000:58). Diperjelas oleh Sutrisno Hadi (2004:151), metode observasi dapat diartikan sebagai pencatatan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki. Dengan melakukan observasi akan mendapat informasi-informasi yang berkaitan dengan Pusat Konservasi Penyu Hijau. Observasi ini dilakukan langsung terjun ke 93 P a g e

lapangan dengan melakukan pengamatan dan memperhatikan kondisi eksisting, supaya dapat memberikan informasi mengenai keadaan di lapangan, baik lahan maupun bangunan yang nantinya akan digunakan sebagai studi komparasi atau acuan dalam proses perancangan tapak, ataupun juga tapak yang akan dijadikan sebagai lokasi parancangan. Selain dilakukan teknik observasi, dibantu juga dengan metode dokumentasi. b. Dokumentasi Dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk mencari data yang diperlukan berdasarkan peristiwa peraturan-peraturan dokumen, catatan harian dan sebagainya (A rikunto, 1998:149). Teknik dokumentasi dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: Mendokumentasikan gambaran yang jelas mengenai tapak yang terpilih untuk kelanjutan proses analisis. Mendokumentasikan gambaran yang jelas mengenai pola sirkulasi pada ruang publik. Mendokumentasikan gambaran yang jelas mengenai pengaruh pencahayaan terkait dengan obyek perancangan. Data data yang diperlukan melalui metode dokumentasi adalah sebagai berikut: Gambaran eksisting tapak yang sebenarnya. Sistem dan pola sirkulasi pada ruang publik dan penyu hijau Sistem pencahayaan pada ruang publik dan penyu hijau. Sistem penangkaran telur dan penyu hijau. 94 P a g e

3.2.2. Data Sekunder Data Sekunder merupakan data yang sudah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan pengumpulkan data (Umi Narimawati, 2008:94). Hal ini dapat dilakukan dengan mempelajari beberapa pustaka atau literatur dari buku-buku (yang berasal dari instansi WWF Kabupaten Berau), internet, jurnal ataupun hasil seminar yang berkaitan dengan obyek perancangan. Secara umum data-data tersebut meliputi: a. Studi Pustaka (Obyek dan Tema) Studi pustaka yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan studi literatur terhadap buku-buku yang relevan, sehingga akan mendapatkan informasi tentang teori, pendapat ahli, serta peraturan dana kebijakan pemerintah menjadi dasar perencanaan. Studi pustaka ini bersumber dari: 1. Buku, Majalah dan Internet Teori tentang perencanaan dan perancangan Pusat Konservasi Penyu Hijau serta teori tentang karakteristik penyu hijau dengan standar-standarnya, terutama dalam hal kebutuhan, hubungan dan organisasi ruang serta tata ruang yang digunakan dalam melakukan analisa ruang dan analisa tapak. 2. Kebijakan atau Aturan Pemerintah Data umum yang berasal dari peraturan pemerintah Kabupaten Berau berupa Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Data i ni diperoleh dari Bappeda Berau. Data yang diperoleh berguna untuk mengetahui ketetapan pemerintah pada tapak yang dipilih tentang Potensi dan Permasalahan Pembangunan Pada Tapak, Eksisting Perencanaan Tata Ruang, Kriteria dan Penentuan Kawasan Konservasi dan Pariwisata serta untuk mengetahui utilitas kawasan yang bertujuan 95 P a g e

mempermudah perancangan sistem Sanitasi dalam bangunan. Selain RTRW, tedapat pula profil Kabupaten Berau yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Berau. Data ini berguna untuk mengetahui kondisi geografis dan kondisi iklim wilayah Kabupaten Berau. Data tersebut bertujuan untuk memudahkan proses analisis perancangan. b. Studi Komparasi Studi dilakukan untuk mendapatkan data dari bangunan yang sama baik secara fisik maupun kegunaannya. Adapun obyek yang dijadikan studi komparasi, yaitu: Konservasi Penyu HIjau dan Penyu Sisik di Pulau Sangalaki, Berau Turtle Conservation and Education Center (TCEC) Serangan, Bali 3.3. Pengolahan Data 3.3.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Indonesia pada umumnya dan di Kabupaten Berau Kecamatan Pulau Derawan pada khususnya, terdapat beberapa permasalahan yang teridentifikasi terkait dengan perkembangan, keberadaan dan fungsi konservasi penyu, diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Permasalahan umum yang dapat diselesaikan dengan cara arsitektural Berikut ini beberapa permasalahan umum dalam perancangan pusat konservasi penyu hijau di Pulau Derawan yang dapat diselesaikan dengan cara arsitektural, yaitu: 96 P a g e

a. Pemangsa (predation) tukik, baik terhadap tukik yang baru keluar dari sarang khususnya pada pulau Derawan terdapat hewan elang dan biawak sebagai pemangsa utama tukik ini. b. Perubahan iklim yang menyebabkan permukaan air laut naik dan banyak terjadi erosi pantai peneluran sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap berubahnya daya tetas dan keseimbangan rasio kelamin tukik. c. Warga asli atau pengunjung pulau Derawan banyak yang melakukan pengambilan telur penyu untuk di konsumsi. d. Banyak warga asli maupun pengunjung pulau Derawan yang menangkap penyu hijau dan mengolahnya menjadi berbagai macam cinderamata. 2. Permasalahan Arsitektural Berikut ini beberapa permasalahan arsitektural dalam perancangan pusat konservasi penyu hijau di Pulau Derawan, yaitu: a. Aktivitas pembangunan di wilayah pesisir yang dapat merusak habitat penyu hijau untuk bertelur seperti pembangunan sarana wisata pantai dan pembangunan dinding atau tanggul pantai. b. Bentuk penetasan semi alami (hatchery) yang masih belum sesuai dengan kebutuhan telur penyu sehingga terdapat banyak telur penyu yang gagal menetas, baik karena terkena rembesan air laut ataupun mati karena serangan hewan predator yang menembus tempat penetasan semi alami. c. Bangunan konservasi penyu saat ini secara umum masih terlihat monoton sehingga kurang menarik minat warga setempat atau pengunjung untuk mengunjungi tempat konservasi penyu 97 P a g e

d. Sirkulasi dan pembentukan pola tata bangunan yang sesuai dengan karakteristik peneluran penyu hijau, karena penyu hijau sangat sensitif terhadap cahaya, getaran atau gerakan ketika akan bertelur. Sehingga diperlukan desain tempat peneluran penyu hijau yang mendukung penyu hijau tersebut untuk bertelur untuk menghindari resiko penyu hijau gagal bertelur. 3.3.2 Rumusan Masalah Ditinjau dari kondisi habitat penyu hijau yang berada di Pulau Derawan, terdapat beberapa kebutuhan yang diperlukan untuk dipenuhi dalam sarana konservasi penyu hijau yang belum terdapat di Pulau Derawan sehingga memunculkan kriteria rancangan yang layak bagi masyarakat dalam bentuk Pusat Konservasi Penyu Hijau yang mewadahi kegiatan konservasi penyu hijau yang juga mendukung kegiatan wisata yang sudah berjalan selama ini. Rumusan masalah ini juga terkait dengan sektor kawasan pantai Pulau Derawan serta kajian kelayakan kawasan yang diperlukan dalam proses perancangan. 3.3.3 Tujuan Perancangan Dengan adanya rumusan masalah yang dapat diselesaikan melalui rancangan, maka beberapa diantaranya dapat difokuskan kepada Pusat Konservasi Penyu Hijau yang diharapkan memiliki tujuan untuk dapat mewadahi kebutuhan konservasi yang terdapat dalam rumusan masalah. Selanjutnya, tujuan perancangan ini merupakan kriteria hasil akhir dari keseluruhan proses perancangan bangunan berupa Pusat Konservasi Penyu Hijau sebagai sarana konservasi di Pulau Derawan. 98 P a g e

3.4. Analisis Analisis data adalah sebuah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan (Singarimbun, 1995). Analisis data adalah suatu kegiatan untuk meneliti, memeriksa, mempelajari, membandingkan data yang ada dan membuat interpretasi yang diperlukan. Selain itu, analisis data dapat digunakan untuk mengindentifikasi permasalahan. Dalam perancangan arsitektur, tahapan metode analisis merupakan hal yang sangat penting. Karena analisis dalam arsitektur termasuk dalam sudut pandang perlu mempertimbangkan banyak hal mengenai perencanaan terhadap lokasi tapak yang terpilih. Analisis dalam arsitektur sendiri dapat dibagi menjadi delapan bagian, yaitu diantaranya adalah analisis tapak, analisis fungsi, analisis pengguna, analisis aktivitas, analisis ruang, analisis bentuk, analisis struktur dan analisis utilitas. Adapun metode yang dilakukan untuk melakukan analisis data, yaitu: 3.4.1. Analisis Tapak Analisis tapak yaitu analisa yang dilakukan pada lokasi dan bertujuan untuk mengetahui segala sesuatu yang ada pada lokasi. Selain itu analisis tapak berfungsi untuk mengetahui kekurangan dan potensi yang terdapat pada sekitar tapak, sehingga akan mempermudah dalam proses perancangan, dalam hal ini penerapan tema pada rancangan. 3.4.2. Analisis Fungsi Analisis fungsi dilakukan bertujuan untuk menentukan ruang-ruang yang dibutuhkan dengan mempertimbangkan pelaku, aktivitas dan kegunaan. Selain itu analisis fungsi berguna untuk menentukan besaran dan organisasi ruang. Dengan analisis ini diharapkan rancangan yang akan dibangun nanti dapat memenuhi 99 P a g e

seluruh kebutuhan ruang yang sesuai dengan pelaku dan aktivitas di dalamnya dan sesuai dengan standar pengelolaan konservasi penyu. 3.4.3. Analisis Aktivitas dan Pengguna Analisis aktivitas dan pengguna dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui aktivitas-aktivitas apa saja yang akan terjadi di kawasan perancangan. Dari analisis ini nantinya akan dapat menentukan besaran kebutuhan ruang dan sirkulasi pada bangunan yang sesuai dengan standar konservasi penyu serta sesuai dengan fungsi yang telah dianalisis melalui analisis fungsi. 3.4.4. Analisis Ruang Analisis ini dilakukan untuk memperoleh persyaratan-persyaratan, kebutuhan dan besaran ruang. Agar pengelola, pengunjung dan penyu hijau yang berada di konservasi penyu hijau ketika melakukan aktivitasnya dapat memperoleh kenyamanan sesuai dengan fungsi dan tatanan ruang dalam tema biomimetik arsitektur. 3.4.5. Analisis Bentuk Analisis bentuk atau bisa disebut dengan analisis fisik, yaitu analisis yang dilakukan untuk memunculkan karakter bangunan yang serasi dan saling mendukung. Analisis bentuk meliputi: analisis transformasi konsep yang diusung dengan tema biomimetik, analisis tampilan bangunan pada tapak, serta fungsi yang ada pada bangunan dan tapak. Analisis ini nantinya akan memuncul ide-ide rancangan berupa gambar dan sketsa. 3.4.6. Analisis Struktur Analisis ini berhubungan langsung dengan bangunan, tapak dan lingkungan sekitar. Diharapkan dengan adanya analisis ini, dapat memunculkan 100 P a g e

rancangan yang kokoh dan tidak merugikan pengguna maupun masyarakat sekitar. Analisis struktur meliputi sistem struktur bangunan dan material yang digunakan khususnya sistem struktur bangunan dan material yang berada didekat laut. 3.4.7. Analisis Utilitas Analisis yang memberikan gambaran mengenai sistem utilitas yang akan digunakan pada perancangan Pusat Konservasi Penyu Hijau. Analisis utilitas yaitu meliputi: sistem pendistribusian air bersih, drainase, pembuangan sampah, jaringan listrik, tangga darurat, keamanan dan komunikasi yang baik pada bangunan yang berada di pulau yang berada di tengah laut. 3.5. Konsep Perancangan Setelah melakukan analisis-analisis di atas, akan muncul sebuah konsep perancangan. Konsep perancangan merupakan proses penggabungan dan pemilihan hasil analisis, dari proses ini muncul suatu konsep yang nantinya akan menjadi pedoman dalam menyusun konsep perancangan. Beberapa konsep yang dihasilkan dari konsep dasar Biomimetic Architecture dalam tahap ini adalah sebagai berikut: 1. Konsep tapak yang meliputi sirkulasi, perletakan masa, tata hijau, aksesibilitas tapak, dan lain-lain. 2. Konsep ruang yang meliputi jenis, jumlah dan besaran ruang. 3. Konsep bentuk dan tampilan 4. Konsep struktur 5. Konsep utilitas 101 P a g e

IDE/GAGASAN Adanya ayat dalam al-qur an serta Hadits yang menjelaskan tentang menjaga lingkungan dan larangan untuk merusak alam. Adanya keinginan penulis untuk merancang pusat konservasi penyu hijau untuk menjaga kelestarian penyu hijau agar terhindar dari kepunahan. Banyaknya kegiatan warga masyarakat dan pengunjung di Pulau Derawan yang mengancam kelangsungan hidup penyu hijau seperti perburuan penyu dan telur untuk di konsumsi. Semakin banyaknya resort atau rumah warga di sekitar pantai membuat daerah peneluran penyu hijau semakin berkurang. IDENTIFIKASI MASALAH Permasalahan umum yang dapat diselesaikan secara arsitektural pada lokasi tapak Permasalahan arsitektural RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana perancangan Pusat Konservasi Penyu Hijau yang dapat berfungsi sebagai tempat konservasi, wisata dan edukasi di Pulau Derawan? 2. Bagaimana perancangan dengan menerapkan tema Biomimetic Architecture pada bangunan pusat konservasi penyu hijau di Pulau Derawan? TUJUAN PERANCANGAN 1. Merancang bangunan Pusat Konservasi Penyu Hijau yang dapat berfungsi sebagai tempat konservasi, wisata dan edukasi di Pulau Derawan. 2. Menerapkan tema Biomimetic Architecture pada perancangan bangunan Pusat Konservasi Penyu Hijau di Pulau Derawan. KONSEP PERANCANGAN Konsep Dasar PENGUMPULAN DATA DATA PRIMER DATA Observasi Studi Pustaka Dokumentasi Studi Komparasi PENGOLAHAN DATA ANALISIS Analisis Tapak Analisis Fungsi Analisis Aktivitas dan Pengguna Analisis Ruang Analisis Bentuk Analisis Struktur Analisis Utilitas FEEDBACK Konsep Dasar Konsep Kawasan Konsep Tapak Konsep Ruang Konsep Bentuk Konsep Struktur Konsep Utilitas PERANCANGAN Gambar 3.1. Skema Perancangan (Sumber: Hasil Analisa, 2012) 102 P a g e