BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN I.1

ANALISIS EKSTERNALITAS TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) PIYUNGAN KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta adalah ibukota dari Indonesia dengan luas daratan 661,52 km 2 dan tersebar

BAB I PENDAHULUAN. yang tentu saja akan banyak dan bervariasi, sampah, limbah dan kotoran yang

TPST Piyungan Bantul Pendahuluan

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

EKSTERNALITAS TEMPAT PENGOLAHAN SAMPAH TERPADU (TPST) PIYUNGAN KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kurang tepat serta keterbatasan kapasitas dan sumber dana meningkatkan dampak

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A.

BANTAENG, 30 JANUARI (Prof. DR. H.M. NURDIN ABDULLAH, M.Agr)

DESKRIPSI PROGRAM/KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERAN SEKTOR INFORMAL DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI TPA BANYUROTO, KULON PROGO

Abstrak. Kata Kunci: tingkat pendidikan, status pekerjaan, usia, kesejahteraan, partisipasi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

BAB VII ANALISIS DAYA DUKUNG LINGKUNGAN UPS MUTU ELOK. Jumlah Timbulan Sampah dan Kapasitas Pengelolaan Sampah

BAB I PENDAHULUAN Permasalahan Sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta

KINERJA KEGIATAN DAUR ULANG SAMPAH DI LOKASI DAUR ULANG SAMPAH TAMBAKBOYO (Studi Kasus: Kabupaten Sleman)

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan sisa aktivitas manusia yang belum dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN PASURUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Penduduk dan Timbulan Sampah di Provinsi DKI Jakarta Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Limbah padat atau sampah padat merupakan salah satu bentuk limbah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan manusia, karena pada

BAB I PENDAHULUAN. dari semua pihak, karena setiap manusia pasti memproduksi sampah, disisi lain. masyarakat tidak ingin berdekatan dengan sampah.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Laporan terbaru berjudul What a Waste: A Global Review of Solid Waste

BAB I PENDAHULUAN. kasus tersebut akan dialami oleh TPA dengan metode pengelolaan open dumping

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Volume sampah setiap harinya terus bertambah banyak sampah begitu saja di

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. mengabaikan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Untuk mencapai kondisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh kota-kota di Indonesia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pelik terutama di kota besar maupun kota sedang di Indonesia. Beberapa pengelola

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan hidup, sampah merupakan masalah penting yang harus

BAB I. PENDAHULUAN. Pengelolaan lingkungan hidup merupakan bagian yang tak terpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai program yang relevan. Peningkatan kualitas lingkungan terdiri dari berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sampah yaitu dari paradigma kumpul angkut buang menjadi pengolahan yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Derajat kesehatan merupakan

BAB I PENDAHULUAN I. LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Semua kegiatan manusia pada awalnya adalah untuk memanfaatkan

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

BUPATI POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Peningkatan Jumlah Volume Sampah di Yogyakarta

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan

BAB IV STRATEGI PENGEMBANGAN SANITASI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

4. Melakukan identifikasi kegiatan kegiatan pada pekerjaan pembuatan kusen, pintu, dan kanopi dari UPVC.

PRODUK DAUR ULANG LIMBAH

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang tinggi dengan pertumbuhan cepat di kota bila

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berubah; dan harganya yang sangat murah (InSWA). Keunggulan yang dimiliki

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi DIY dan

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan Kota

BAB I PENDAHULUAN. Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Persampahan (KSNP-SPP),

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan

BAB I PENDAHULUAN. paling sering ditemui diantaranya adalah sampah plastik, baik itu jenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III STUDI LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. (1.4) Kegunaan penelitian; (1.5) Keaslian penelitian dan (1.6) Batasan istilah;

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. plastik relatif murah, praktis dan fleksibel. Plastik memiliki daya kelebihan

2016 ANALISIS DESKRIPTIF POTENSI EKONOMI BANK SAMPAH DI KOTA BANDUNG

Mulai. Sistem Pengolahan Sampah Organik dan Anorganik. Formulasi Masalah. Menentukan Tujuan sistem. Evaluasi Output dan Aspek

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 66 TAHUN 2012 TENTANG PENGATURAN PEMBUANGAN DAN PENGANGKUTAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA SEGOBANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA SEGOBANG,

POLEMIK PENGELOLAAN SAMPAH, KESENJANGAN ANTARA PENGATURAN DAN IMPLEMENTASI Oleh: Zaqiu Rahman *

BAB I PENDAHULUAN. Kebersihan lingkungan merupakan salah satu hal yang sangat penting

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI BIREUEN,

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk yang banyak dan terbesar ke-4 di dunia dengan jumlah penduduk sebanyak 255.993.674 jiwa atau 3,5% dari jumlah penduduk dunia (CIA World Factbook, 2015). Seperti Negara berkembang pada umumnya, kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah berorientasi untuk meningkatkan konsumsi pada masyarakat berpendapatan rendah dengan tujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sebagai akibat dari kegiatan konsumsi dan produksi yang terus meningkat tersebut jumlah limbah yang dihasilkan juga terus bertambah (Polzer, 2015). Penduduk merupakan subjek dan objek dari pembangunan berkelanjutan. Jumlah penduduk yang besar, pertumbuhan penduduk yang cepat, akan tetapi tidak diimbangi dengan kualitas yang baik akan menghambat tercapainya kondisi ideal antara kualitas dan kuantitas penduduk dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan yang semakin terbatas setiap tahunnya (Pahlefi, 2014). Segala aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh setiap masyarakat seperti produksi dan konsumsi pasti akan menghasilkan sisa atau limbah yang sudah tidak terpakai lagi atau sering disebut sampah. Peningkatan jumlah sampah merupakan salah satu bentuk dampak negatif dari pembangunan ekonomi. Seiring dengan 1

2 peningkatan jumlah penduduk, jumlah produksi sampah yang dihasilkan juga akan semakin meningkat. Permasalahan sampah merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh setiap kabupaten/kota di Indonesia. Berdasarkan pada data dari Kementerian Lingkungan Hidup (2012) dalam Kajian Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan (2015), volume sampah di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 200.000 ton/hari, dan mengalami trend naik secara signifikan yakni pada tahun 2012 volume sampah di Indonesia menjadi 490.000 ton/hari atau 178.850.000 ton dalam satu tahun. Peningkatan jumlah penduduk beriringan dengan peningkatan konsumsi dan aktivitas ekonomi yang dilakukannya, hal ini akan berakibat pada peningkatan jumlah sampah yang dihasilkan. Di kota metropolitan dengan jumlah penduduk lebih dari 1 juta jiwa, mampu menghasilkan sampah 1.300 ton/hari dan di kota besar dengan jumlah penduduk antara 500.000 1.000.000 orang rata-rata menghasilkan sampah 480 ton/hari (Kajian Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan BLH DIY, 2015). Berdasarkan pada kajian yang telah dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup pada Tahun 2008, sistem pengelolaan sampah di Indonesia saat ini masih berpusat pada Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yakni sebesar 69%, ditimbun sebesar 10%, dikomposkan dan didaur ulang sebesar 7%, dibakar 5% dan tidak terurus 7% (Kementerian Lingkungan Hidup, 2008 dalam Kajian Timbulan dan Komposisi Sampah Perkotaan BLH DIY, 2015).

3 Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk salah satu kota besar di Indonesia dengan kepadatan penduduk yang cukup tinggi. Tingginya jumlah penduduk inilah yang menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah timbulan sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan pada hasil survei timbulan sampah yang dilakukan oleh BLH Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2015, rata-rata timbulan sampah dari perorangan di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah sebanyak 0,44 kg/orang/hari. TABEL 1.1. Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota Di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2010-2014 No. Kabupaten/ Luas Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km 2 ) Kota (Km 2 ) 2010 2011 2012 2013 2014 1. Kulonprogo 586,27 663 672 678 685 691 2. Bantul 506,85 1.798 1.831 1.857 1.884 1.911 3. Gunungkidul 1485,36 455 460 463 467 470 4. Sleman 574,82 1.902 1.937 1.966 1.995 2.025 5. Yogyakarta 32,50 11.958 12.073 12.158 12.241 12.322 DIY 3.185,80 1.085 1.102 1.115 1.128 1.142 Sumber : bps.go.id/daerah Istimewa Yogyakarta Dalam Angka, 2015 Pada tabel 1.1, kepadatan penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta terus meningkat, sehingga jumlah sampah yang dihasilkan juga akan semakin menigkat. Pada tahun 2011, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 920.689 di Daerah Istimewa Yogyakarta mampu menghasilkan timbulan sampah sebesar 10.327m 3 /hari. Kemudian pada tahun 2012, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 998.328, menghasilkan timbulan sampah sebesar 11.538 m 3 / hari. Hal ini menunjukkan bahwa dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, produksi sampah yang dihasilkan juga semakin meningkat. Permasalahan sampah ini harus segera ditangani, agar tidak menimbulkan masalah yang lainnya (Data

4 SLHD DIY, 2011;Data SLHD DIY, 2012). Berdasarkan pada profil Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Yogyakarta Tahun 2013 menyebutkan bahwa sampah yang terangkut ke tempat pembuangan akhir sampah terbanyak adalah dari Kota Yogyakarta yakni sebanyak 34,89%, Sleman sebesar 13,17%, Kulon Progo 7,20%, dan Bantul sebesar 1,91% (Mulasari dkk., 2016). Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dalam menanganani masalah sampah tersebut adalah dengan mendirikan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan. Menurut Hifdziyah (2011) Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) merupakan salah satu barang publik yang disediakan oleh pemerintah, begitu pula dengan TPST Piyungan yang termasuk ke dalam jenis barang publik. Pengelolaan sampah juga merupakan suatu barang publik (Coad, 2000 dalam Jati, 2013). Salah satu karakteristik dari barang publik adalah barang yang manfaatnya dirasakan bersama dan dikonsumsikan bersama tetapi dapat terjadi kepadatan serta dapat dijual melalui pasar atau langsung oleh pemerintah (Mangkoesoebroto, 2000 dalam Hifdziyah, 2011). Sampah yang diangkut ke TPST Piyungan berasal dari Kabupaten Bantul, Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Sampah yang diangkut TPST Piyungan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada tahun 2015 volume sampah yang masuk ke TPST Piyungan mencapai 158.599 ribu kg dan setiap harinya TPST Piyungan menampung 400-500 ton sampah. Pengelolaan TPST Piyungan dilakukan oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (Kantor Pengelola TPST Piyungan, 2016).

Jumlah Sampah (Ribu Kg) Pertumbuhan Jumlah Sampah (%) 5 180,000 160,000 140,000 120,000 116,960 123,033 130,826 144,655 141,826 10.57 158,599 11.83 14 12 10 8 100,000 80,000 60,000 4.76 5.19 6.33 6 4 2 40,000 0 20,000 0-1.96 2010 2011 2012 2013 2014 2015-2 -4 Jumlah sampah (Ribu Kg) Pertumbuhan Jumlah Sampah (%) Sumber : Rekap Volume Sampah TPST Piyungan (diolah), 2016 GAMBAR 1.1. Jumlah Sampah yang Masuk TPST Piyungan Tahun 2010-2015 Gambar 1.1. menunjukkan bahwa jumlah produksi sampah di Daerah Istimewa Yogyakarta terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, meskipun pada tahun 2014 mengalami sedikit penurunan volume sampah namun, kembali meningkat pada tahun 2015. Keberadaan TPST Piyungan sebagai salah satu barang publik dapat menimbulkan eksternalitas baik positif maupun negatif. Eksternalitas juga merupakan salah satu penyebab terjadinya kegagalan pasar (Hifdziyah, 2011). Lokasi TPST Piyungan berdekatan dengan pemukiman warga. Masyarakat yang tingal di sekitar TPST Piyungan menerima berbagai eksternalitas akibat keberadaan TPST Piyungan tersebut. Eksternalitas dari keberadaan TPA Sampah dapat berupa eksternalitas positif maupun negatif. Eksternalitas positif yang ditimbulkan dari keberadaan TPA antara lain terbukanya lapangan kerja baru, masyarakat dapat hidup dari

6 sampah yang menumpuk di TPA untuk di daur ulang terutama sampah anorganik yang meliputi plastik, kertas, besi dan sebagainya. Pemanfaatan sampah untuk daur ulang ini melibatkan beberapa pihak dalam proses daur ulangnya antara lain pemulung, pengepul dan pabrik daur ulang. Pemanfaatan sampah anorganik untuk daur ulang ditujukan agar terjadi peningkatan nilai tambah pada setiap pihak yang terlibat dalam saluran penjualan atau rantai nilai dari sampah anorganik tersebut (Fauziah, 2015). Usaha daur ulang sampah anorganik ini dapat memberikan nilai positif bagi pemenuhan kebutuhan ekonomi masyarakat, terutama masyarakat di sekitar TPA karena sampah tersebut menghasilkan nilai ekonomi bagi mereka (Pahlefi, 2014). Keberadaan TPA Sampah juga menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat sekitar melalui kegiatan pemanfaatan sampah anorganik yang ada di TPA sampah seperti memilah sampah dan menjualnya kembali (Rangkuti, 2014). Kegiatan pemanfaatan sampah anorganik untuk di daur ulang dan memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat merupakan salah satu eksternalitas positif terutama dalam bidang ekonomi. Eksternalitas negatif dari keberadaan TPA Sampah antara lain menyebabkan penurunan kualitas lingkungan dan dapat membahayakan kesehatan masyarakat terutama yang tinggal di sekitarnya (Pahlefi, 2014). Begitu pula dengan TPST Piyungan, dapat menimbulkan eksternalitas negatif berupa pencemaran lingkungan baik itu pencemaran air, udara maupun tanah, serta dapat menimbulkan gangguan kesehatan terutama bagi masyarakat yang

7 tinggal disekitarnya. Kondisi tersebut tidak dapat dibiarkan, perlu adanya penanganan yang tepat mengenai pengelolaan TPST Piyungan. Dalam menangani keberadaan tempat pembuangan akhir sampah sebagai sumber pencemaran lingkungan dan dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di sekitar TPST Piyungan, maka diperlukan sebuah pengelolaan yang tepat agar eksternalitas negatif dari keberadaan TPST Piyungan dapat diminimalkan. Berdasarkan pada adanya eksternalitas baik positif maupun negatif yang dirasakan oleh masyarakat, maka perlu untuk dilakukan penelitian mengenai eksternalitas dari keberadaan TPST Piyungan terhadap masyarakat di sekitarnya, untuk selanjutnya dapat dilakukan upaya mengembangkan eksternalitas positif dan mengatasi eksternalitas negatif yang dirasakan masyarakat sekitar TPST Piyungan. B. Batasan Masalah Peneliti membatasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu : 1. Peneliti melakukan penelitian terhadap eksternalitas positif dan negatif yang terjadi dimasyarakat sekitar TPST Piyungan 2. Peneliti melakukan estimasi besarnya nilai eksternalitas positif dan negatif dari keberadaan TPST Piyungan. 3. Peneliti menghitung besarnya nilai tambah sampah anorganik yang diterima pemulung dan pengepul disekitar TPST Piyungan serta meneliti aliran rantai nilai sampah anorganik dari TPST Piyungan.

8 C. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yaitu : 1. Apa saja bentuk eksternalitas positif dan negatif atas keberadaan TPST Piyungan terhadap masyarakat sekitar? 2. Berapa besar nilai eksternalitas positif dan negatif yang ditimbulkan atas keberadaan TPST Piyungan bagi masyarakat sekitar? 3. Bagaimana rantai nilai dan nilai tambah sampah anorganik yang diterima pemulung dan pengepul dari TPST Piyungan? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui bentuk-bentuk eksternalitas yang ditimbulkan dari kerberadaan TPST Piyungan. 2. Mengetahui besarnya nilai eksternalitas positif dan negatif dari keberadaan TPST Piyungan. 3. Mengetahui pola rantai nilai dan besarnya nilai tambah sampah anorganik dari TPST Piyungan yang diterima oleh pemulung dan pengepul.

9 E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik bagi pembangunan maupun ilmu pengetahuan : 1. Manfaat Teoritis. a. Bagi Penulis Bagi penulis dapat meningkatkan pengetahuan dan dapat mengaplikasikan teori yang telah diperoleh selama perkuliahan. b. Bagi Peneliti Berikutnya Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut dibidang yang sama. 2. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberi penjelasan mengenai eksternalitas keberadaan TPST Piyungan bagi masyarakat. Serta dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam penyusunan kebijakan pengelolaan TPST Piyungan.