JURNAL PENEGAKAN HUKUM OLEH POLRI TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI PENEGAKAN HUKUM OLEH POLRI TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN

I. PENDAHULUAN. merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar

I. PENDAHULUAN. Hukum merupakan seperangkat aturan yang diterapkan dalam rangka menjamin

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam Penjelasan Undang Undang Dasar 1945, telah dijelaskan

I. PENDAHULUAN. Tindak pidana sekarang ini telah menjadi suatu fenomena, dimana hampir setiap hari ada berita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengemis merupakan salah satu golongan masyarakat yang harus

BAB I PENDAHULUAN. bisa dilakukan secara merata ke daerah-daerah, khususnya di bidang ekonomi

I. PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Sebagai bagian dari sistem transportasi nasional, Lalu. dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. perbuatan menyimpang yang ada dalam kehidupan masyarakat. maraknya peredaran narkotika di Indonesia.

JURNAL PERAN KEPOLISIAN DALAM MENANGGULANGI KEKERASAN OLEH ORGANISASI MASYARAKAT (STUDI KASUS DI TASIKMALAYA)

I. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan

JURNAL UPAYA KEPOLISIAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH GENG MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

melaksanakan kehidupan sehari-hari dan dalam berinterkasi dengan lingkungannya. Wilayah

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. kenyamanan dalam rangka menuju masyarakat sejahtera, adil, dan makmur.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Setiap penegak hukum mempunyai kedudukan (status) dan peranan

Kejahatan merupakan bayang-bayang peradaban manusia, bahkan lebih maju dari peradaban

I. PENDAHULUAN. Fenomena penyalahgunaan dan peredaran narkotika merupakan persoalan

I. PENDAHULUAN. didasarkan atas surat putusan hakim, atau kutipan putusan hakim, atau surat

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

I. PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia. Kepolisian adalah hak-ihwal berkaitan dengan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

I. PENDAHULUAN. dirasakan tidak enak oleh yang dikenai oleh karena itu orang tidak henti hentinya

BAB I PENDAHULUAN. Perbuatan yang oleh hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI DAN/ ATAU SAKSI KORBAN TRANSNATIONAL CRIME DALAM PROSES PENEGAKAN HUKUM PIDANA

II. TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan itu dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya yaitu melalui peranan seseorang atau

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

PENYELESAIAN PERKARA PIDANA DI LUAR PENGADILAN TERHADAP DUGAAN KEJAHATAN PASAL 359 KUHP DALAM PERKARA LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

RINGKASAN SKRIPSI/ NASKAH PUBLIKASI TANGGUNG JAWAB KEJAKSAAN DALAM PRA PENUNTUTAN UNTUK MENYEMPURNAKAN BERKAS PERKARA PENYIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Peraturan perundang-undangan untuk mengatur jalannya

I. PENDAHULUAN. keteraturan, ketentraman dan ketertiban, tetapi juga untuk menjamin adanya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak dalam

I. PENDAHULUAN. terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur didalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat tersebut, aturan-aturan tersebut disebut juga normanorma

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

JURNAL SKRIPSI DISKRESI KEPOLISIAN TERHADAP ANAK PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DI KOTA YOGYAKARTA

DAFTAR PUSTAKA. Arief, Barda Nawawi Berbagi Aspek Kebijakan Penegakan Pembangunan Hukum Pidana. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung.

I. PENDAHULUAN. hukum sebagai sarana dalam mencari kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Kesalahan,

BAB I PENDAHULUAN. tentang kecelakaan lalu lintas, bahkan pemberitaan tentang kecelakaan lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN. positif dari pembangunan tersebut antara lain semakin majunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Tahun Setiap

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peran adalah suatu sistem kaidah-kaidah yang berisikan patokan-patokan

PERANAN INTEROGASI OLEH PENYIDIK TERHADAP TERSANGKA DALAM KASUS TINDAK PIDANA PENCURIAN. (Studi pada Polsekta Medan Baru) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. lain, terpengaruh obat-obatan dan lain-lain. yang memiliki kekuasaan dan ekonomi yang tinggi.

I. PENDAHULUAN. saat ini membutuhkan kendaraan dengan tujuan untuk mempermudah segala akses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

hukum terhadap tindak pidana pencurian, khususnya pencurian dalam keluarga diatur

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia segala sesuatu atau seluruh aspek kehidupan diselenggarakan

JURNAL ILMIAH PERAN DAN KEBIJAKAN KEPOLISIAN RESORT (POLRES) SLEMAN DALAM PENANGGULANGAN PERJUDIAN DI WILAYAH KABUPATEN SLEMAN.

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi seperti sekarang ini, perkembangan

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas adalah salah satu permasalahan yang dihadapi kota-kota besar di

NASKAH AKADEMIK PELAKSANAAN PERKAP NO. 14 TAHUN 2012 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DALAM PROSES PENYIDIKAN PERKARA PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. pidana yang diancamkan terhadap pelanggaran larangan 1. Masalah pertama

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

WEWENANG KEPOLISIAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA KORUPSI DI POLDA BALI

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah masalah lalu lintas. Hal ini

NASKAH AKADEMIK UPAYA DAN KENDALA POLISI DALAM MENANGGULANGI TINDAK PIDANA PERJUDIAN BALAP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sering terjadi tindak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang telah meratifikasi konvensi hak anak (United

II. TINJAUAN PUSTAKA. laku yang melanggar undang-undang pidana. Oleh sebab itu setiap perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

JURNAL PERAN POLISI DALAM MENCEGAH ANAK DI BAWAH UMUR MENGENDARAI KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dilihat dari adanya indikasi angka kecelakaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai ketentuan yang ada dalam undang undang dasar 1945 negara

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (human traficking) terutama terhadap perempuan dan anak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penegakan Hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide kepastian

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang Undang Dasar Repubik Indonesia (UUD 1945) Pasal 1 ayat (3).

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain. Manusia selalu ingin bergaul bersama manusia lainnya dalam. tersebut manusia dikenal sebagai makhluk sosial.

UNSUR MELAWAN HUKUM DALAM PASAL 362 KUHP TENTANG TINDAK PIDANA PENCURIAN

JURNAL SKRIPSI PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU PELANGGARAN ATURAN LALU LINTAS DI KABUPATEN KLATEN

yang tersendiri yang terpisah dari Peradilan umum. 1

JURNAL ILMIAH. PENERAPAN DIVERSI TERHADAP ANAK DIBAWAH UMUR SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Praya)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN MASALAH HUKUM

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta

I. PENDAHULUAN. Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu. mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan tentang pelanggaran (overtredingen), kejahatan

I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Transkripsi:

JURNAL PENEGAKAN HUKUM OLEH POLRI TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN Diajukan oleh : GERRY PUTRA GINTING NPM : 110510741 Program Studi : Ilmu Hukum Program Kekhususan : Peradilan dan Penyelesaian Sengketa Hukum UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA FAKULTAS HUKUM 2015

I. Judul Tugas Akhir : Penegakan Hukum Oleh Polri Terhadap Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Dengan Kekerasan Di Kabupaten Sleman. II. Identitas Nama Mahasiswa Nama Dosen Pembimbing III. Nama Program Studi Fakultas Universitas : Gerry Putra Ginting : G. Aryadi : Ilmu Hukum : Hukum : Universitas Atma Jaya Yogyakarta IV. Abstarct Penegakan Hukum Oleh Polri Terhadap Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Dengan Kekerasan Di Kabupaten Sleman This study discusses law enforcement by national police against the crime of motor vehicle theft with violence in district of Sleman. Police as one of law enforcement officers have to work hard in the enforcement of the law against such crime, so that peace and security in the community is maintained and preserved. This study focuses on the problem of how law enforcement by the police and what the constraints faced by the police in enforcing the law against the crime of motor vehicle theft with violence in district of Sleman. The purpose of this study was to obtain data about law enforcement by the police and the constraints faced by the police in enforcing the law against the crime of motor vehicle theft with violence in district of Sleman. This type of research in this study is a normative legal research, the research done by examining secondary data. Thinking method used in the conclusion is the deductive method, the method of withdrawal conclude which starts from a general proposition whose truth is known and ends at the conclusion of a special nature. The result of the research showed that law enforcement by the police against the crime of motor vehicle theft with violence in district of Sleman is by means of penal policy and non penal policy. Constraints faced by the police in enforcing the law against the crime of motor vehicle theft with violence in district of Sleman is there are obstacles in the police agencies, and outside police agencies.

Keywords: Law Enforcement, Police, Motor Vehicle Theft With Violence V. Pendahuluan Latar Belakang : Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi hukum, hal ini ditegaskan berdasarkan bab I tentang bentuk dan kedaulatan dalam Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang telah diamandemen. Setiap warga negara memiliki hak dan kewajiban yang sama di hadapan hukum. Hukum diciptakan untuk mengatur kehidupan manusia agar tercipta kehidupan yang serasi, selaras, dan seimbang. Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam upaya menciptakan negara Indonesia yang damai, adil, dan sejahtera. Tanpa adanya penegakan dan ketertiban hukum, maka kesejahteraan masyarakat tidak mungkin dapat terwujud. Penegakan hukum dan ketertiban sangat terkait dengan profesionalitas lembaga dan orang-orang yang berada pada sistem peradilan dan hukum di Indonesia. Polri merupakan salah satu lembaga yang berwenang dalam menegakkan hukum. Kewenangan yang dimiliki kepolisian adalah untuk menciptakan keamanan dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat. Berdasarkan bab I ketentuan umum dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, fungsi kepolisian adalah salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, namun

belum optimal dalam melaksanakan kewenangannya dan fungsinya tersebut dalam memberantas tindak pidana kejahatan yang terjadi di dalam kehidupan masyrakat. Kejahatan adalah suatu perbuatan melanggar hukum atau yang dilarang oleh Undang-Undang. Dalam kehidupan masyarakat, sering kali dijumpai perilaku menyimpang dari norma hukum yang dilakukan sekelompok orang maupun individu untuk menguntungkan kepentingan mereka. Salah satu kejahatan yang akhir-akhir ini meresahkan masyarakat adalah tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan, sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman, dan kekhawatiran masyarakat dalam melakukan aktivitas dirumah maupun diluar rumah. Kata pencurian dengan kekerasan sendiri dalam pemberitaan di media, seperti koran, televisi, dan media lainnya, sering disebut sebagai pembegalan yang memiliki arti pencurian dengan kekerasan yang dilakukan di jalan. Tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan ini dalam kebanyakan kasus banyak terjadi di jalan, namun tidak menutup kemungkinan tindak pidana ini dapat terjadi pula di tempat parkir umum seperti di pusat keramaian pasar, toko, dan tempat parkir pribadi seperti di rumah, di kos-kosan dan lainnya. Tindak pidana ini dilakukan oleh kelompok yang biasanya dilakukan pada malam hari, dan masing-masing individu memiliki tugas dengan pembagian kerja yang telah terorganisir. Para pelaku melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan dengan menggunakan senjata tajam untuk mempersiapkan atau

mempermudah melakukan pencurian kendaraan bermotor, dan jika korban melawan maka para pelaku tidak segan-segan untuk melukai korbannya. Berdasarkan data Jumlah kasus yang diperoleh dari Polres Sleman, bahwa pada bulan Januari hingga Juni tahun 2015 terdapat 5 kasus tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan di Kabupaten Sleman. Tindak Pidana tersebut merupakan perbuatan melanggar hukum, sehingga dapat dikenakan sanksi hukuman pidana. Kejahatan yang dilakukan oleh para pelaku yakni pencurian dengan kekerasan yang dirumuskan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang selanjutnya disingkat KUHP pada buku kedua kejahatan bab XXII tentang pencurian dalam Pasal 365, dengan ancaman pidana paling berat adalah pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun. 1 Penegakan hukum merupakan salah satu aspek terpenting dalam suatu negara hukum, karena dengan penegakan hukum maka tujuan hukum, yakni keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan akan dapat dirasakan oleh masyarakat. Polri sebagai penegak hukum memiliki fungsi, tugas, dan wewenang untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan dan ketertiban masyarakat, dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat, serta terbinanya ketentraman masyarakat dengan 1 Moeljatno, 2009, KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 130.

menjunjung tinggi hak asasi manusia, termasuk bertindak tegas dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan di Kabupaten Sleman. Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah dijelaskan tersebut, maka penulis ingin membahas lebih mendalam terhadap topik pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan ini dengan judul, PENEGAKAN HUKUM OLEH POLRI TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN. Rumusan Masalah: Berdasarkan uraian latar belakang yang sudah dijabarkan tersebut, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah penegakan hukum oleh Polri terhadap tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan di Kabupaten Sleman? 2. Apakah kendala yang dihadapi oleh Polri dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan di Kabupaten Sleman? VI. Isi Makalah A. Tinjauan Umum Tentang Penegakan Hukum Oleh Polri 1. Pengertian Penegakan Hukum Penegakan hukum menurut Sudarto, adalah penyelenggaraan hukum oleh petugas penegak hukum dan oleh setiap orang yang

berkepentingan sesuai dengan kewenangannya masing-masing menurut aturan hukum yang berlaku. 2 2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum Secara umum sesuai yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto, ada 5 faktor yang mempengaruhi penegakan hukum, yaitu faktor hukumnya sendiri yang dibatasi oleh Undang-Undang, faktor penegak hukum, faktor sarana atau fasilitas, faktor masyarakat, dan faktor kebudayaan. 3. Pengertian Polri Pengertian kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disingkat Polri menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia pada bab I ketentuan umum dalam Pasal 5 angka 1, yakni alat negara yang berperan dalam memelihara keamanan, dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri. 4. Fungsi dan Tugas Polri Fungsi Polri terdapat dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia pada bab I ketentuan umum Pasal 2, yakni salah satu fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, 2 Sudarto, 2005, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung, hlm. 112.

penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia pada bab III tugas dan wewenang dalam Pasal 13 disebutkan, bahwa Tugas Pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah, memelihara kemanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. 5. Wewenang Polri Polri secara umum mempunyai kewenangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia pada bab III tugas dan wewenang dalam Pasal 15 ayat (1), (2), dan 16 ayat (1). B. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Dengan Kekerasan 1. Pengertian Tindak Pidana Pengertian Tindak pidana menurut ahli hukum Simons, adalah tindakan melanggar hukum pidana yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan oleh Undang-Undang hukum pidana telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat dihukum. 3 3 Andi Hamzah, 2004, Asas- Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 88.

2. Pengertian Kendaraan Bermotor Pengertian kendaraan bermotor menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan pada bab I ketentuan umum dalam Pasal 1 angka 8 yang dinyatakan bahwa, kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang berjalan diatas rel. 3. Pengertian Tindak Pidana Pencurian Dan Pencurian Dengan Kekerasan Pengertian tindak pidana pencurian dan pencurian dengan kekerasan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang selanjutnya disingkat KUHP, yakni sebagai berikut: a. Pencurian Biasa Pencurian biasa menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang selanjutnya disingkat KUHP pada buku kedua kejahatan bab XXII tentang pencurian dalam Pasal 362: 4 b. Pencurian dengan Pemberatan Pencurian dengan pemberatan disebut juga pencurian diskualifikasi dengan ancaman hukuman yang lebih berat jika dibandingkan dengan pencurian biasa, menurut Kitab Undang- Undang Hukum Pidana yang selanjutnya disingkat KUHP pada 4 Moeljatno, Op. Cit., hlm. 128.

buku kedua kejahatan bab XXII tentang pencurian dalam Pasal 363. 5 c. Pencurian Ringan Pencurian ringan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang selanjutnya disingkat KUHP pada buku kedua kejahatan bab XXII tentang pencurian dalam Pasal 364: 6 d. Pencurian dengan kekerasan Pencurian dengan kekerasan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang selanjutnya disingkat KUHP pada buku kedua kejahatan bab XXII tentang pencurian dalam Pasal 365. 7 e. Pencurian dalam keluarga Pencurian dalam keluarga menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang selanjutnya disingkat KUHP pada buku kedua kejahatan bab XXII tentang pencurian dalam Pasal 367. 8 4. Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Dengan Kekerasan Para pelaku dalam melakukan tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan, dilatarbelakangi oleh beberapa faktor yakni sebagai berikut: a. Faktor Internal Meliputi, niat pelaku, keadaan ekonomi, dan pendidikan. 5 Ibid. 6 Ibid. hlm. 129. 7 Ibid. 8 Ibid. hlm. 130.

b. Faktor Eksternal Meliputi, keluarga, aparat penegak hukum, korban, pergaulan, dan kenakalan remaja. C. Penegakan Hukum Oleh Polri Terhadap Tindak Pidana 1. Perkembangan Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Dengan Kekerasan Kasus tindak pidana pencurian di kabupaten Sleman, berdasarkan data statistic criminal yang diperoleh dari Polres Sleman, yakni kejahatan pencurian dengan kekerasan (Curas) memiliki laporan sebanyak 25 kasus dengan 10 kasus yang telah selesai, dengan 5 laporan tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang objeknya kendaraan bermotor. 2. Penegakan Hukum Oleh Polri Terhadap Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Dengan Kekerasan Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan Kasat Reskrim Polres Sleman AKP Sepuh A.I. Siregar, SH di Polres Sleman, Polri dalam penegakan hukum dengan sarana kebijakan hukum pidana (penal policy) terhadap tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan dilaksanakannya fungsi, tugas, dan kewenangan Polri sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Setelah adanya laporan dari pelapor, Polri melakukan penyelidikan, dan penyidikan. Setelah selesai melakukan penyidikan, penyidik menyerahkan berkas perkara yang sudah

lengkap atau P-21 beserta barang bukti kepada kejaksaan untuk diproses lebih lanjut. Penegakan hukum dengan sarana kebijakan diluar hukum pidana (non-penal policy) terhadap tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan yang dilakukan oleh Polres Sleman, adalah dengan cara mengadakan kegiatankegiatan seperti melakukan kegiatan Polmas (perpolisian masyarakat), penyuluhan kepada masyarakat, mengadakan razia selektif, mengadakan patroli, dan mengadakan pengawasan kepada residivis pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan. 3. Kendala Polri Dalam Penegakan Hukum Terhadap Tindak Pidana Pencurian Kendaraan Bermotor Dengan Kekerasan Kendala yang dihadapi Polri dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan adalah kendala internal/dari dalam lembaga Polri yang meliputi kurangnya jumlah personil Polri yang piket dimasing-masing polsek, minimnya anggaran biaya operasional, sarana, dan prasarana, kendala eksternal/dari luar lembaga Polri meliputi, barang hasil tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan biasanya tidak dijual secara utuh, dan kurangnya rasa peduli masyarakat terhadap lingkungan disekitarnya. VII. Simpulan Berdasarkan analisis yang telah dilakukan berkaitan dengan penegakan hukum oleh Polri terhadap tindak pidana pencurian kendaraan

bermotor dengan kekerasan di Kabupaten Sleman, maka dapat disimpulkan bahwa: 1.Penegakan hukum oleh Polri terhadap tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan di Kabupaten Sleman, yakni berupa penegakan hukum dengan sarana kebijakan hukum pidana (penal policy), dan sarana kebijakan di luar hukum pidana (non-penal policy). Dalam penegakan hukum dengan sarana penegakan hukum pidana (penal policy), Polri melakukan penyelidikan dan penyidikan, dan berkas perkara yang sudah lengkap dilimpahkan ke kejaksaan untuk diproses lebih lanjut. Perbuatan para pelaku di ancam sanksi pidana sesuai Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang selanjutnya disebut KUHP pada buku kedua kejahatan bab XXII pencurian dalam Pasal 365, dengan ancaman pidana terberat adalah pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun. Penegakan hukum dengan sarana kebijakan di luar hukum pidana (non-penal policy), Polri melakukan dengan cara mengadakan kegiatankegiatan seperti melakukan kegiatan Polmas (perpolisian masyarakat), penyuluhan kepada masyarakat, mengadakan razia selektif, mengadakan patroli, dan mengadakan pengawasan kepada residivis pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan. 2. Kendala yang dihadapi Polri dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan adalah kendala internal/dari dalam lembaga Polri yang meliputi kurangnya jumlah

personil Polri yang piket dimasing- masing polsek, minimnya anggaran biaya operasional, sarana, dan prasarana, kendala eksternal/dari luar lembaga Polri meliputi, barang hasil tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan biasanya tidak dijual secara utuh, dan kurangnya rasa peduli masyarakat terhadap lingkungan. VIII. Daftar Pustaka Buku: Andi Hamzah, 2004, Asas- Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta. Moeljatno, 2009, KUHP Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bumi Aksara, Jakarta. Sudarto, 2005, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung. Peraturan Perundang- Undangan: Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.