PERHITUNGAN KERAPATAN SAMBARAN PETIR PADA SUTM 20 KV BERDASARKAN JENIS TIANG (Aplikasi Feeder-1 GH Pangkalan Kabupaten Limapuluh Kota)

dokumen-dokumen yang mirip
Studi Penempatan Titik Pentanahan Kawat Tanah pada Penyulang Serangan

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Media Elektrika, Vol. 5 No. 2, Desember 2012 ISSN

PENGARUH KAWAT TANAH TERHADAP GANGGUAN KILAT INDUKSI PADA SUTM 20 kv

Analisa Pengaruh Perilaku Petir pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kv Menggunakan Metode Burgsdorf

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV

BAB III LANDASAN TEORI

Dielektrika, [P-ISSN ] [E-ISSN X] 85 Vol. 4, No. 2 : 85-92, Agustus 2017

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract

MAKALAH OBSERVASI DISTRIBUSI LISTRIK di Perumahan Pogung Baru. Oleh :

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas dan kehandalan yang tinggi. Akan tetapi pada kenyataanya terdapat

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

BAB II LANDASAN TEORI

AKIBAT KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TERHADAP ARUS NETRAL DAN LOSSES PADA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

Dasman 1), Rudy Harman 2)

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

I Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda, ST. MT Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST. M.Sc

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

ANALISIS PERBANDINGAN SISTEM SALURAN KABEL UDARA TEGANGAN MENENGAH (SKUTM) DAN SALURAN KABEL TANAH TEGANGAN MENENGAH (SKTM)

ANALISIS TEORITIS PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI MENURUT JATUH TEGANGAN DI PENYULANG BAGONG PADA GARDU INDUK NGAGEL

Studi Pengaruh Konfigurasi Peralatan pada Saluran Distribusi 20 kv Terhadap Performa Perlindungan Petir Menggunakan Simulasi ATP/EMTP

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERLUASAN JARINGAN TEGANGAN MENENGAH TIGA PHASA DI PT. SANIHARTO

Jurnal Media Elektro, Vol. 1, No. 3, April 2013 ISSN

Bab V JARINGAN DISTRIBUSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS GANGGUAN PETIR AKIBAT SAMBARAN LANGSUNG PADA SALURAN TRANSMISI TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 kv

Vol.3 No1. Januari

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik merupakan salah satu bentuk energi yang mudah dalam

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan energi listrik dengan gangguan pemadaman yang minimal.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. gelombang berjalan juga dapat ditimbulkan dari proses switching atau proses

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

12 Gambar 3.1 Sistem Penyaluran Tenaga Listrik gardu induk distribusi, kemudian dengan sistem tegangan tersebut penyaluran tenaga listrik dilakukan ol

PENGARUH PENAMBAHAN JARINGAN TERHADAP DROP TEGANGAN PADA SUTM 20 KV FEEDER KERSIK TUO RAYON KERSIK TUO KABUPATEN KERINCI

BAB II SISTEM SALURAN TRANSMISI ( yang membawa arus yang mencapai ratusan kilo amper. Energi listrik yang

TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyalurkan daya listrik dari pusat pembangkit kepada konsumen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

EVALUASI SISTEM PENTANAHAN TRANSFORMATOR DAYA 60 MVA PLTGU INDRALAYA

PENGARUH KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TERHADAP ARUS NETRAL DAN LOSSES PADA TRAFO DISTRIBUSI

Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover

ANALISIS DISTRIBUSI TEGANGAN LEBIH AKIBAT SAMBARAN PETIR UNTUK PERTIMBANGAN PROTEKSI PERALATAN PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv di YOGYAKARTA

ANALISIS PENGARUH PEMASANGAN KAWAT TANAH TERHADAP GANGGUAN SURJA PETIR PADA SISTEM DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH 20 KV

BAB II DASAR TEORI. hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam satu tahun disebut

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

KOORDINASI ISOLASI. By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

STUDI ANALISA SISTEM KOORDINASI ISOLASI PERALATAN DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 20 KV. Badaruddin 1, Heri Kiswanto 2

STUDI ANALISA PERENCANAAN INSTALASI DISTRIBUSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) 20 KV. Badaruddin 1, Heri Kiswanto 2

Bab 4 SALURAN TRANSMISI

ANALISA PENGARUH BEBAN TIDAK SEIMBANG TERHADAP RUGI DAYA LISTRIK PADA JARINGAN DISTRIBUSI SEKUNDER HASBULAH

BAB III. Transformator

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

Abstrak. 1.2 Tujuan Mengetahui pemakaian dan pemeliharaan arrester yang terdapat di Gardu Induk 150 kv Srondol.

BAB II SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR

STUDY ON SURGE ARRESTER PERFORMANCE DUE TO LIGHTNING STROKE IN 20 KV DISTRIBUTION LINES. Agung Warsito, Abdul Syakur, Liliyana NS *)

Analisa Pengaruh Sambaran Petir pada Jaringan Distribusi 13,8 kv di BOB PT. BSP - Pertamina Hulu Bandar Pedada Menggunakan Software ATP-EMTP

PERENCANAAN SISTEM TRANSMISI TENAGA LISTRIK

SISTEM PENTANAHAN PADA GARDU INDUK

STUDI GANGGUAN HUBUNGAN SINGKAT SATU FASA KETANAH AKIBAT SAMBARAN PETIR PADA SALURAN TRANSMISI OLEH JUBILATER SIMANJUNTAK NIM :

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 KLASIFIKASI JARINGAN DISTRIBUSI

Perancangan Perangkat Lunak Untuk Mendeteksi Tingkat Keandalan SUTET Terhadap Sambaran Petir Dengan Metode 2 Titik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Transmisi, dan Distribusi. Tenaga listrik disalurkan ke masyarakat melalui jaringan

KATA PENGANTAR. Yogyakarta, Desember Penyusun, Tim Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

LAPORAN KERJA PRAKTEK PEMELIHARAAN JUMPER SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH DENGAN PDKB-TM METODE BERJARAK

Makalah Seminar Tugas Akhir. Judul

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Studi Pengaruh Lokasi Pemasangan Surge Arrester pada Saluran Udara 150 Kv terhadap Tegangan Lebih Switching

LAPORAN AKHIR GANGGUAN OVERLOAD PADA GARDU DISTRBUSI ASRAMA KIWAL

BAB II PEMAHAMAN TENTANG PETIR

KINERJA ARRESTER AKIBAT INDUKSI SAMBARAN PETIR PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv

PERENCANAAN PEMASANGAN GARDU SISIP P117

Transkripsi:

PERHITUNGAN KERAPATAN SAMBARAN PETIR PADA SUTM 20 KV BERDASARKAN JENIS TIANG (Aplikasi Feeder-1 GH Pangkalan Kabupaten Limapuluh Kota) Oleh: Erhaneli*Fandi Febrian** Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri-ITP Jln. Gajah Mada Kandis Nanggalo Padang, 25143, Indonesia erhanelimarzuki@gmail.com Abstrak ondisi daerah Indonesia mempunyai tingkat kerapatan kilat yang tinggi dan curah hujan yang besar menyebabkan banyaknya gangguan yang terjadi akibat sambaran kilat baik secara langsung maupun tidak langsung. Tegangan lebih akibat sambaran kilat selain tergantung pada parameter kilat (arus puncak dan waktu muka) juga dipengaruhi oleh jenis saluran dan tiang penopang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kerapatan sambaran petir pada SUTM 20 KV berdasarkan jenis tiang. Perhitungan berdasarkan jenis tiang dan sambaran langsung maupun tidak langsung (induksi) pada saluran baik pakai kawat tanah ataupun tidak dengan aplikasi di SUTM 20 kv Feeder-1 GH Pangkalan Kabupaten Lima Puluh Kota panjang saluran 83,15 km. Hasil perhitungan disimpulkan pada saluran tanpa kawat tanah, jumlah gangguan tidak lansung (induksi) 36,6 kali/tahun pada tiang besi dan 20,3 kali/tahun. Sehingga perbandingannya 44,5% dan pada saluran pakai kawat tanah, jumlah gangguan tidak lansung (induksi) 26,8 kali/tahun pada tiang besi dan 15,4 kali/tahun pada tiang beton dengan perbandingannya 42%%. maka jumlah gangguan total satu tahun pada saluran tanpa kawat tanah 57,7 kali/tahun untuk tiang besi dan 40,7 kali/tahun untuk tiang beton dengan perbandingannya 44,5%. Pada saluran pakai kawat tanah, jumlah gangguan total 46 kali/tahun pada tiang besi dan 34,1 kali/tahun pada tiang beton Sehingga perbandingannya adalah 25,80 %. Kata kunci : gangguan kilat, jenis tiang, SUTM Abstrac Indonesia local conditions have a high level of density lightning and heavy rainfall caused many disturbances caused by lightning either directly or indirectly. Overvoltage due to lightning in addition to depending on the flash parameters (peak current and the time advance) are also affected by the type of channel and stanchion. The purpose of this study was to determine the density of lightning strikes on SUTM 20 KV is based on the type of pole. Calculation based on the type of pole and strikes directly or indirectly (induction) on both channels or not to use the ground wire with applications in SUTM 20 kv Feeder-1 GH Base City District Fifty channel length of 83.15 km. The calculation results are summarized in the channel without a ground wire, the amount of interference indirectly (induction) 36.6 times / year on iron poles and 20.3 times / year. So the comparison is 44.5% and the channel use a ground wire, the amount of interference indirectly (induction) 26.8 times / year on iron poles and 15.4 times / year on a slab of concrete with the ratio 42 %%. the sum total of one year interruption in the line without ground wire 57.7 times / year for the iron poles and 40.7 times / year for a slab of concrete with the ratio of 44.5%. On the ground wire wear line, the amount of disturbance a total of 46 times / year on iron poles and 34.1 times / year on concrete pillars So the ratio is 25.80% Keywords : lightning disturbance, the type of pole, SUTM 1. Pendahuluan sitem tenaga listrik, untuk menyalurkan energi Energi listrik yang dibangkitkan oleh Pusat dari pusat pembangkit ke pusat beban atau Pembangkit pada umumnya terletak jauh dari konsumen diperlukan suatu jaringan tenaga perkotaan di mana para pelanggan berada. Pada listrik yang terdiri dari saluran transmisi dan Jurnal Teknik Elektro ITP, Volume 5, No. 1; Januari 2016 65

distribusi. Tranmisi menyalurkan energi listrik pada tingkat tegangan tinggi dan dirtibusi berfungsi menyalurkan energi listrik pada tingkat tegangan menegah dan rendah. Dalam penyaluran energi listrik ke konsumen, energi listrik ini harus berkualitas dari segi teknis maupun ekonomis. Dari segi teknis yang menjadi parameter kebaikan energi listrik adalah tegangan, frekusensi dan kehandalan. Kemampuan suatu pembangkit dalam menyalurkan energinya ke konsumen haruslah dalam batas-batas mutu yang diizinkan..adanya gangguan yang terjadi pada sistem akan mengakibatkan turunnya kesinambungan penyaluran energi listrik. Salah satu ganngguan yang sering terjadi adalah gangguan tegangan lebih pada daerah penyaluran baik transmisi maupun distribusi Tegangan lebih bila di dasarkan pada penyebabnya terdiri dari gangguan eksternal dan gangguan internal. Gangguan eksternal adalah berasal dari luar sistem seperti sambaran petir, keadaan alam, sedangkan gangguan dari dalam sistem (internal) misalnya switching surges atau surja hubung. Karena daerah Indonesia yang mempunyai tingkat kerapatan kilat yang tinggi dan curah hujan yang besar menyebabkan banyaknya gangguan yang terjadi akibat sambaran kilat baik secara langsung maupun tidak langsung. Kedua jenis sambaran kilat ini, dapat menyebabkan terganggunya saluran distribusi dalam menyalurkan daya listrik dari gardu induk pusat beban ke konsumen. Tegangan lebih akibat sambaran kilat selain tergantung pada parameter kilat (arus dan waktu muka) juga dipengaruhi oleh jenis saluran dan tiang penopang. Jenis saluran adalah saluran tanpa kawat tanah dan saluran dengan kawat tanah, dan jenis tiang penopang adalah tiang besi, tiang kayu dan tiang beton, demikian juga lengan (cross arm) kayu mempengaruhi besar tingkat ketahanan impuls isolasi saluran. Penelitian yang dilakukan adalah menghitung jumlah kerapatan sambaran petir besi dan beton ) pada saluran yang tidak menggunakann kawat tanah dan saluran yang pakai kawat tanah. Dan sambaran petir diasumsikan sambaran lansung dan tidak lansung (sambaran induksi) 1.1 Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah menghitung jumlah kerapatan sambaran petir berdasarkan jenis tiang yang digunakan (tiang besi dan beton) pada saluran yang tidak menggunakan kawat tanah dan saluran yang pakai menggunakan kawat tanah. Kemudian membandingkannya dari hasil perhitungan antara saluran yang menggunakan tiang besi dengan saluran yang menggunakan tiang beton. Perhitungan ini dilakukan berdasarkan datadata lapangan sesuai dengan data lokasi kajian yakni Saluran Distribusi Tegangan Menengah (SUTM) 20 kv Feeder-1 GH Pangkalan Kabupaten Lima Puluh Kota. 2. Jaringan Tegangan Menegah Pada pendistribusian tenaga listrik ke pengguna tenaga listrik di suatu kawasan, penggunaan sistem Tegangan Menengah sebagai jaringan utama adalah upaya utama menghindarkan rugi-rugi penyaluran (losses) dengan kwalitas persyaratan tegangan yang harus dipenuhi oleh PT PLN Persero selaku pemegang Kuasa Usaha Utama sebagaimana diatur dalam UU ketenagalistrikan No 30 tahun 2009. Dengan ditetapkannya standar Tegangan Menengah sebagai tegangan operasi yang digunakan di Indonesia adalah 20 kv, konstruksi JTM wajib memenuhi kriteria enjinering keamanan ketenagalistrikan, termasuk didalamnya adalah jarak aman minimal antara Fase dengan lingkungan dan antara Fase dengan tanah, bila jaringan tersebut menggunakan Saluran Udara atau ketahanan Isolasi jika menggunakan Kabel Udara Pilin Tegangan Menengah atau Kabel Bawah Tanah Tegangan Menengah serta kemudahan dalam hal pengoperasian atau pemeliharaan Jaringan berdasarkan jenis tiang yang digunakan ( tiang Dalam Keadaan Bertegangan (PDKB) pada Jurnal Teknik Elektro ITP, Volume 5, No. 1; Januari 2016 66

jaringan utama. Hal ini dimaksudkan sebagai usaha menjaga keandalan kontinyuitas pelayanan konsumen. Ukuran dimensi konstruksi selain untuk pemenuhan syarat pendistribusian daya, juga wajib memperhatikan syarat ketahanan isolasi penghantar untuk keamanan tegangan 20 kv. Lingkup Jaringan Tegangan Menengah pada sistem distribusi di Indonesia dimulai dari terminal keluar (out-going) pemutus tenaga dari transformator penurun tegangan Gardu Induk atau transformator penaik tegangan pada Pembangkit untuk sistem distribusi skala kecil, hingga peralatan pemisah/proteksi sisi masuk (in-coming) transformator distribusi 20 kv - 231/400V. Konstruksi Jaringan Tenaga Listrik Tegangan Menengah dapat dikelompokkan menjadi 3 macam yakni : SUTM, SKTM dan SKUTM Ciri utama jaringan ini adalah penggunaan penghantar telanjang yang ditopang dengan isolator pada tiang besi/beton. Penggunaan penghantar telanjang, dengan sendirinya harus diperhatikan faktor yang terkait dengan keselamatan ketenagalistrikan seperti jarak aman minimum yang harus dipenuhi penghantar bertegangan 20 kv tersebut antar Fase atau dengan bangunan atau dengan tanaman atau dengan jangkauan manusia. Termasuk dalam kelompok yang diklasifikasikan SUTM adalah juga bila penghantar yang digunakan adalah penghantar berisolasi setengah AAAC-S ( half insulated single core). Gambar-1 menunjukkan konstruksi SUTM 2.2 Komponen Utama Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) Adapun komponen utama pada saluran udara tegangan menengah adalah : a) Penghantar b) Isolator c) Peralatan Hubung (Switching) d) Tiang Gambar-1 : Diagram satu garis jaringan tegangan menegah 2.1 Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) adalah sebagai konstruksi termurah untuk penyaluran tenaga listrik pada daya yang sama. Konstruksi ini terbanyak digunakan untuk konsumen jaringan Tegangan Menengah yang digunakan di Indonesia. Gambar-2 menunjukkan kontruksi SUTM 2.3 Kilat Lansung pada SUTM Yang dimaksud dengan sambaran langsung adalah apabila kilat menyambar langsung menyambar pada kawat fasa (untuk saluran tanpa kawat tanah) atau pada kawat tanah (untuk saluran dengan kawat tanah). Pada Saluran Udara Tegangan Menengah diasumsikan bahwa pada saluran dengan kawat tanah tidak ada kegagalan perisaian. Asumsi ini dapat dibenarkan karena tinggi kawat diatas tanah relatif rendah (10 sampai 13 meter) dan juga karena dengan sudut perisaian yang biasanya lebih kecil 60 0 sudah dapat dianggap semua sambaran kilat mengenai kawat tanah,jadi tidak ada kegagalan perisaian. Gambar-2 : Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) a) Perhitungan gangguan Kilat sambaran lansung pada saluran tanpa kawat tanah Pada saluran tanpa kawat tanah, hampir semua sambaran kilat mengenai kawat fasa dan Jurnal Teknik Elektro ITP, Volume 5, No. 1; Januari 2016 67

sangat jarang mengenai tiang. Jadi di sini dimisalkan semua sambaran mengenai kawat fasa. Untuk menentukan jumlah gangguan kilat akibat sambaran lansung pada saluran tanpa kawat tanah diberikan pada persamaan berikut : tiang tiang yang tidak diketanahkann, karena tahanan kontak tiang sangat besar maka hampir semua sambaran kilat pada tiang yang tidak diketahankan itu akan menyebabkan lompatan api balik.untuk menentukan jumlah gangguan kilat akibat sambaran lansung pada saluran dengan kawat tanah diberikan pada persamaan dibawah ini : Pengaruh tiang beton menambah tingkat ketahanan isolasi beberapa puluh kv, dan ini dapat ditambah pada V 50% isolator saluran. Dari hasil-hasil pengujian diperoleh tegangan tembus beton kira-kira 23kV/cm untuk beton kering dan 20 kv/cm untuk beton basah. Dalam perhitungan diambil tegangan tembus 20 kv/cm. b) Perhitungan gangguan Kilat sambaran lansung pada saluran dengan kawat tanah Pemasangan kawat tanah bertujuan untuk melindungi kawat fasa dari sambaran langsung kilat. Dengan adanya kawat tanah yang letaknya diatas kawat fasa dan karena tinggi kawat diatas tanah relatif rendah, dianggap semua sambaran mengenai kawat tanah, jadi tidak ada yang menyambar kawat fasa. Pada saluran udara tegangan menengah tidak semua tiang diketahankan, tetapi selang 3 sampai 4 gawang. Panjang gawang relatif kecil (40 s/d 80 meter), jadi disini dianggap semua sambaran mengenai tiang. Jumlah sambaran pada tiang yang diketahankan diambil sama dengan jumlah sambaran pada tiang yang tidak diketahankan. Tahanan tiang yang diketahankan umumnya diambil 20 ohm, tetapi tiang tiang yang tidak diketahankan mampunyai tahanan kontak sebesar 100 ohm untuk tiang besi dan 500 ohm untuk tiang beton. Jadi sambaran ke kawat tanah dibagi dalam dua golongan, sambaran pada tiang yang diketahankan (50%) dan sambaran pada tiang yang tidak diketahankan (50%). Besar probabilitas lompatan api balik pada sambaran ke tiang yang diketahankan tergantung dari tahanan kontak tiang. Pada Dimana : N t : Jumlah gangguan kilat lansung N L : Jumlah sambaran kilat pada saluran P FL : Probabilitas lompatan api : Probabilitas peralihan lompatan api menjadi busur api Tabel -1 Probabilitas peralihan lompatan api menjadi busur api (Razevig, 1979) Gradien Tegangan Probabilitas peralihan lompatan api menjadi busur E 0 (kv rms /meter) api ( ) Jurnal Teknik Elektro ITP, Volume 5, No. 1; Januari 2016 68 50 30 20 10 0,6 0,45 0,25 0,10 2.4 Kilat tidak Lansung (sambaran induksi) pada SUTM Bila terjadi sambaran kilat ke tanah di dekat saluran maka akan terjadi fenomena transien yang diakibatkan oleh medan elektromagnetis dari kanal kilat. Fenomena kilat ini terjadi pada kawat penghantar. Akibatnya dari kejadian ini timbul tegangan lebih dan gelombang berjalan yang merambat pada kedua sisi kawat ditempat sambaran berlangsung. Fenomena transien pada kawat berlangsung hanya di bawah pengaruh gaya yang memaksa muatan-muatan bergerak sepanjang hantaran. Atau dengan perkataan lain transien dapat terjadi di bawah pengaruh komponen vektor kuat medan yang berarah sejajar dengan arah penghantar. Jadi bila komponen vektor dari kuat medan berarah vertikal, dia tidak akan

mempengaruhi atau menimbulkan fenomena transien pada penghantar. Lebar bayang-bayang listrik dibawah saluran atau disebut Daerah Perisaian khususnya untuk Saluran Udara Tegangan Menengah lebar bayang-bayang listrik itu menurut persamaan adalah : W = ( b + 4h 1,09 ) meter Di luar daerah perisaian ini kilat dianggap menyambar langsung ke tanah atau sambaran induksi. Gambar -3 : Lebar bayang-bayang listrik. Untuk menghitung jumlah gangguan kilat induksi pada saluran yang tidak menggunakan kawat tanah dan pakai kawat tanah dapat menggunakan persamaan berikut : (a) Tanpa kawat tanah : (b) Dengan kawat tanah : W = Lebar bayangan listrik 2.5 Jenis Tiang Saluran Udara Tegangan Menengah (SUTM) a) Tiang Kayu SPLN 115 : 1995 berisikan tentang Tiang Kayu untuk jaringan distribusi, kekuatan, ketinggian dan pengawetan kayu sehingga pada beberapa wilayah pengusahaan PT PLN Persero bila suplai kayu memungkinkan, dapat digunakan sebagai tiang penopang penghantar penghantar SUTM. b) Tiang Besi Adalah jenis tiang terbuat dari pipa besi yang disambungkan hingga diperoleh kekuatan beban tertentu sesuai kebutuhan. Walaupun lebih mahal, pilihan tiang besi untuk area/wilayah tertentu masih diijinkan karena bobotnya lebih ringan dibandingkan dengan tiang beton. Pilihan utama juga dimungkinkan bilamana total biaya material dan transportasi lebih murah dibandingkan dengan tiang beton akibat diwilayah tersebut belum ada pabrik tiang beton. c) Tiang Beton Untuk kekuatan sama, pilihan tiang jenis ini dianjurkan digunakan di seluruh PLN karena lebih murah dibandingkan dengan jenis konstruksi tiang lainnya termasuk terhadap kemungkinan penggunaan konstruksi rangkaian besi profil. Gambar -3 : Lebar bayang-bayang listrik (a) Saluran udara tanpa kawat tanah (b) Saluran udara dengan kawat netral n ( b = 0 ) (c) Saluran udara dengan satu kawat tanah ( b = 0 ) 3. Metode Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah menghitung probabilitas atau kemungkinan jumlah gangguan yang terjadi pada saluran udara tegangan menengah (SUTM) yang diakibatkan oleh sambaran petir yang langsung mengenai kawat fasa atau kawat tanah. Perhitungan ini dilakukan berdasarkan data- data lapangan sesuai dengan data lokasi kajian yakni Saluran Distribusi Tegangan Menengah (SUTM) 20 kv di Feeder -1 GH Pangkalan. Metode perhitungan dan analisa data yang dilakukan adalah dengan menggunakan formula-formula yang diberikan pada bab Jurnal Teknik Elektro ITP, Volume 5, No. 1; Januari 2016 69

sebelumnya yang berkaitan dengan tujuan penelitian dengan menggunakan data-data yang didapatkan dari aplikasi penelitian. Adapun langkah-langkah perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut : 1) Menghitung jumlah gangguan kilat dan jumlah lompatan api diakibatkan oleh sambaran langsung dan sambaran tidak langsung (induksi) untuk saluran tanpa kawat tanah dan pakai kawat tanah pada tiang besi. 2) Menghitung jumlah gangguan kilat dan lompatan api pada SUTM yang diakibatkan oleh sambaran langsung dan sambaran tidak langsung (induksi) pada saqluran tanpa kawat tanah dan pakai kawat tanah dengan dengan menggunakan tiang beton 3) Menghitung jumlah gangguan total sambaran petir pada SUTM 20 kv di Feeder 1 GH Pangkalan Kabupaten Lima Puluh Kota 4. Hasil Perhitungan Dengan menggunakan persamaan yang yang telah diuraikan diatas untuk menghitung jumlah gangguan kilat lansung maupun tidak lansung pada saluran yang pakai kawat tanah ataupun tidak pakai kawat tanah dengan aplikasi penelitian adalah SUTM 20 kv Feeder- 1 GH Pangkalan Kabupaten Lima Puluh Kota dengan panjang saluran 83,15 km, maka hasil perhitungannya ditunjukkan pada Tabel.2. Tabel.2 : Rekapitulasi hasil perhitungan jumlah gangguan kilat lansung dan tak lansung pada SUTM 20 kv tanpa kawat tanah dan pakai kawat tanah dengan tiang besi dan tiang beton Tanpa Kawat Tanah Pakai kawat tanah Macam Gangguan langsung (Nt) induksi (Ni) Gangguan Total (No) langsung (Nt) Tiang Besi Tiang beton Perban dingan (%) 20,9 20,4 2,30% 36,6 20,3 44,50% 57,5 40,7 29,20% 19,2 18,7 2,60% induksi (Ni) 26,8` 15,4 42,50% Gangguan Total (No) 46 34,1 25,80% Sedangkan Karakteristik perbandingan jumlah gangguan kilat lansung dan tak lansung pada SUTM 20 kv tanpa kawat tanah dan pakai kawat tanah dengan tiang besi dan tiang beton ditunjukkan pada Gambar-4 Gambar.5 : Karakteristik perbandingan jumlah gangguan kilat lansung dan tak lansung pada SUTM 20 kv tanpa kawat tanah dan pakai kawat tanah dengan tiang besi dan tiang beton SUTM 20 kv Feeder-1 GH Pangkalan Kabupaten Lima Puluh Kota 4.2 Pembahasan Tabel 4.2 menunjukkan rekapitulasi hasil perhitungan-perhitungan yang dilakukan untuk mengetahui jumlah gangguan kilat lansung dan tak lansung pada SUTM 20 kv tanpa kawat tanah dan pakai kawat tanah dengan tiang besi dan tiang beton. Dari Tabel-2 dapat dijelaskan bahwa perbandingan jumlah gangguan sambar petir yang terjadi antara saluran yang menggunakan tiang besi dan menggunakan tiang beton sangat sigifikan pada gangguan tidak lansung (induksi) baik salurannya pakai kawat tanah ataupun tidak. 5. Kesimpulan Dari perhitungan dan analisa yang dilakukan pada penelitian ini, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Ditinjau dari jenis gangguan yang terjadi Jurnal Teknik Elektro ITP, Volume 5, No. 1; Januari 2016 70

dapat disimpulkan bahwa : Pada saluran tanpa kawat tanah, jumlah gangguan tidak lansung (induksi) a dalah 36,6 kali/tahun/83,13 km pada tiang besi dan 20,3 kali/tahun/83,15km. Sehingga perbandingan adalah 44,5% Pada saluran pakai kawat tanah, jumlah gangguan tidak lansung (induksi) adalah 26,8 kali/tahun/83,13 km pada tiang besi dan 15,4 kali/tahun/83,15 km. Sehingga perbandingan adalah 42%% 7. T.S. Hutauruk, Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja, Erlangga,Jakarta, 1991. 2. Ditinjau dari jumlah total gangguan yang terjadi dalam satu tahun adalah : Pada saluran tanpa kawat tanah, jumlah gangguan total adalah 57,7 kali/tahun/83,13 km pada tiang besi dan 40,7 kali/tahun/83,15 km pada tiang beton. Sehingga didapat perbandingannya adalah 44,5% Pada saluran pakai kawat tanah, jumlah gangguan total adalah 46 kali/tahun/83,13 km pada tiang besi dan 34,1 kali/tahun/83,15 km pada tiang beton Sehingga perbandingannya adalah 25,80 % Daftar Pustaka 1. Abdul Kadir, Distribusi dan Utilisasi Tenaga listrik, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta, 2000. 2. AS. Pabla, Sistem Distribusi Daya Listrik, Erlangga, Jakarta, 1994. 3. Benyamin Franklin, Petir peristiwa pelepasan muatan, Amerika, 1752 4. Djiteng Marsudi, Operasi Sistem Tenaga Listrik, Balai Penerbit & Humas ISTN, Pasar Minggu Jakarta Selatan, 1990. 5. Febrioni chandra, Probabilitas sambaran petir terhadap Saluran Udara Tegangan Menengah,2010 6. S. Rusck, Induced Lightning Overvoltages on Power Transmission Lines with Special Reference to the Over Voltage Protection of Low Voltage Networks, Trans. Of Chalmers University of Technology, Stockholm, Sweden, 1958. Jurnal Teknik Elektro ITP, Volume 5, No. 1; Januari 2016 71