FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS IMUNISASI CAMPAK PADA BATITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGARABOMBANG KABUPATEN TAKALAR

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita terhadap Tindakan Imunisasii Dasar Lengkap di Kelurahan Lambung Bukit Kota Padang Tahun 2014

HUBUNGAN KINERJA PETUGAS DENGAN CASE DETECTION RATE (CDR) DI PUSKESMAS KOTA MAKASSAR

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU IBU DENGAN PENERAPAN IMUNISASI CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUNGGUR TAHUN 2010

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 9-11 BULAN DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN MRANGGEN DEMAK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, USIA DAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS JATINEGARA TAHUN 2015

FACTORS RELATED TO THE ACTION GIVING WOMEN INFANT IMMUNIZATION OF WORKING IN THE PUBLIC HEALTH DISTRICT BAJENG BAJENG DISTRICT GOWA.

Eskalila Suryati 1 ; Asfriyati 2 ; Maya Fitria 2 ABSTRACT

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 1 TAHUN DI PUSKESMAS DEPOK I SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN MOTIVASI DAN PERAN KELUARGA DENGAN TINDAKAN MENDAPATKAN IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI DI

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN IBU HAMIL (K4) DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS TAHUN 2013.

HUBUNGAN PERILAKU DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI CAMPAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS POLONIA MEDAN TAHUN 2016 SKRIPSI.

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pola Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Bungus Tahun 2014

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN TAMAMAUNG KOTA MAKASSAR

ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU IBU TERHADAP TINGGINY A ANGKA KEJADIAN DIARE PADA BALIT A DI PUSKESMAS SALAM KODY A BANDUNG TAHUN 2002

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Pengetahuan,Pekerjaan,Pendidikan,Pemberian ASI Eksklusif

ABSTRAK HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP STATUS IMUNISASI DASAR BALITA DI PUSKESMAS KARANGAMPEL KOTA INDRAMAYU

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) PADA BAYI DI PUSKESMAS BITUNG BARAT KOTA BITUNG.

STATUS GIZI BALITA DI LINGKUNGAN BONTO MANAI KELURAHAN ALLEPOLEA WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAU KABUPATEN MAROS

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, DUKUNGAN KELUARGA DAN PERAN TENAGA

Volume 3 / Nomor 2 / November 2016 ISSN : HUBUNGAN PEKERJAAN IBU MENYUSUI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS MOJOLABAN SUKOHARJO

ABSTRAK. Kata kunci : ISPA, angka kejadian.

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BEROBAT HIPERTENSI PADA LANSIA DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG KOTA MAKASSAR

HUBUNGAN ANTARA PEKERJAAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI

HUBUNGAN PENANGANAN SAMPAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS INGIN JAYA KABUPATEN ACEH BESAR

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRAKTIK KADER DALAM PENYULUHAN DI MEJA 4 PADA POSYANDU DI KELURAHAN NGALIYAN, KOTA SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN TINDAKAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SEKOLAH PADA SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 112 MANADO

HUBUNGAN PERILAKU IBU HAMIL DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS ANTANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDO KABUPATEN MAGETAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PROGRAM PREVENTION OF MOTHER TO CHILD TRANSMISSION

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DAN IMBALAN DENGAN KINERJA KADER POSYANDU DI KECAMATAN MODOINDING KABUPATEN MINAHASA SELATAN

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMBERIAN STIMULASI BICARA DAN BAHASA PADA BALITA DI PAUD NURUL A LA KOTA LANGSA

ARTIKEL ILMIAH. Disusun Oleh : SRI REJEKI J

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR BAYI DI KELURAHAN JATIREJO GUNUNG PATI DAN DI KELURAHAN KRAPYAK SEMARANG

Putri, et al, Hubungan Antara Faktor Ibu dan Inisiasi Menyusu Dini dengan Pemberian ASI... Bagian Gizi Kesehatan Masyarakat 2

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SLAWI TAHUN 2015

Faktor Maternal yang Berpengaruh dengan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif 6 Bulan Pertama Kelahiran

HUBUNGAN PROMOSI SUSU FORMULA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ARJASA KABUPATEN JEMBER

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UNGARAN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL

The Incidence Of Malaria Disease In Society At Health Center Work Area Kema Sub-District, Minahasa Utara Regency 2013

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERAN PETUGAS DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA IBU PEKERJA YANG MEMPUNYAI BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS RAWASARI TAHUN

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI (0-6 BULAN) DI KELURAHAN BANTAN KECAMATAN MEDAN TEMBUNG TAHUN 2013

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN IBU

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

KOSALA JIK. Vol. 2 No. 2 September 2014

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, STATUS PENDIDIKAN, DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE

GAMBARAN PELAYANAN KUNJUNGAN BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

* Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado **Fakultas Perikanan Universitas Sam Ratulangi Manado

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DI POSYANDU NUSA INDAH DESA JENAR KECAMATAN JENAR KABUPATEN SRAGEN

Hubungan Karakteristik Ibu dan Jarak Pelayanan Kesehatan Dengan Kelengkapan Imunisasi Dasar di Puskesmas Dulukapa

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEGAGALAN IBU DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI PUSKESMAS BANGETAYU SEMARANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI HEPATITIS B-0 DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B-0 DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG ALAI TAHUN 2015

Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado 2) Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN TINDAKAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAHU KOTA MANADO TAHUN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) MASYARAKAT DI LINGKUNGAN VII KELURAHAN SEI SIKAMBING B MEDAN SUNGGAL

ABSTRAK SHERLY RACHMAWATI HERIYAWAN

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN DENGAN MINAT PEMANFAATAN KEMBALI PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS JONGAYA KOTA MAKASSAR

Hubungan Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Anak Umur Bulan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B 0-7 HARI

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BELAWANG.

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dan Status Ekonomi dengan Kelengkapan Imunisasi Wajib pada Anak Usia 0-12 Bulan di Puskesmas Kampung Sawah

Kata Kunci: Kejadian ISPA, Tingkat Pendidikan Ibu, ASI Eksklusif, Status Imunisasi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi

Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Sikap dan Perilaku Ibu Terhadap Pemberian Imunisasi Dasar pada Bayi di Desa Penatih Dangin Puri

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDO KABUPATEN MAGETAN

HUBUNGAN PERILAKU TENAGA KESEHATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS MOPUYA KECAMATAN DUMOGA UTARA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

ROY ANTONIUS TARIGAN NIM.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEPATUHAN IBU TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI DASAR

ADITAMA PUTRA DESTIYANTA J

Muhammadiyah Semarang ABSTRAK ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

Harto P. Simanjuntak 1, Heru Santosa 2, Maya Fitria 2. Abstract

SKRIPSI RIRIN RAHMALA FEBRI FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 1 APRIL 2017

ANALISIS PENGETAHUAN DENGAN POLA ASUH PADA IBU BALITA UMUR 4-5 TAHUN DI TK DHARMA WANITA DESA SAMBIROBYONG KECAMATAN KAYEN KIDUL KABUPATEN KEDIRI

TINGKAT PARTISIPASI MAHASISWA DALAM IMPLEMENTASI KAWASAN TANPA ROKOK (KTR) DI UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASI DAN MP-ASI DENGAN PERTUMBUHAN BADUTA USIA 6-24 BULAN (Studi di Kelurahan Kestalan Kota Surakarta)

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 9-11 BULAN DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN MRANGGEN DEMAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP POLA ASUH IBU BALITA DI KABUPATEN BANYUMAS (Studi di Puskesmas Banyumas dan Puskesmas II Kembaran)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU KADER POSYANDU DALAM PELAYANAN MINIMAL PENIMBANGAN BALITA

ABSTRAK PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU TERHADAP KEPATUHAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI RS SARTIKA ASIH BANDUNG TAHUN 2010

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS TAMALANREA KOTA MAKASSAR

Rustantina 1), Dewi Elliana 2) ABSTRAK

LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

Transkripsi:

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS IMUNISASI CAMPAK PADA BATITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MANGARABOMBANG KABUPATEN TAKALAR Related Factors of Child Measles Immunization Status In Mangarabombang Health Center Area Takalar District Nur Jannah, A. Zulkifli Abdullah, Ida Leida M. Thaha Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin (jannah_nur92@rocketmail.com, zulkifliabdullah@yahoo.com, idale_262@yahoo.com, 081342679725) ABSTRAK Imunisasi campak merupakan imunisasi dasar lengkap yang wajib diberikanpada bayi umur sembilan bulan. Cakupan imunisasi campak di wilayah kerja Puskesmas Mangarabombang mengalami fluktuasi, pada tahun 2009 sebesar 71,57%, tahun 2010 sebesar 88,0%, tahun 2011 sebesar 70,4%, tahun 2012 sebesar 66,9% dan pada bulan Januari Oktober tahun 2013 sebesar 76,0%.Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara umur, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan, dan sikapdengan status imunisasi campak pada batita.jenis penelitianyang digunakan yaitu penelitian observasional analitik dengan desain Cross Sectional Study.Populasinya yaitu seluruh batita (12-36 bulan) yang berjumlah 765 dan jumlah sampel sebanyak 236 batita dengan responden ibu batita yang diambil dengan carasimple Random Sampling. Pengolahan data menggunakan program SPSS 16. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi Squaredan uji Phi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa. Tidak ada hubungan antara umur (p=0,365), pekerjaan (p=0,131), dan pendidikan (p=0,720) dengan status imunisasi campak dan ada hubungan antara pengetahuan (p=0,000, φ=0,328) dan sikap (p=0,002, φ=0,198)dengan status imunisasi campak. Perlu adanya peningkatan pengetahuan berupa sosialisasi dari petugas kesehatan kepada masyarakat tentang imunisasi campak melalui penyuluhan maupun media sehingga masyarakat dapat bersikap positif dan berperilaku positif karena tahu pentingnya imunisasi campak bagi anak. Kata Kunci : Imunisasi Campak, Batita, Pengetahuan ABSTRACT Measles immunization is a complete basic immunization that must be given to nine months infants. Measles immunization coverage in the Mangarabombang Health center area is fluctuated, 2009 amounted 71,57%, in 2010 amounted 88,0%, in 2011 amounted 70,4%, in 2012 amounted 66,9% and from January until October in 2013 amounted 76,0%. This study is conducted to determine the relation between age, occupation, education, knowledge, and attitudewith child measles immunization status. This research used observational analytic and cross sectional study. Population is the whole child (12-36 months) totalling 765, 236 samples, respondents are mothers of child taken by simple random sampling. The data were processed using SPSS programs 16 and analyzed by univariate and bivariate using Chi Square and Phi test. The results showed that, there is no relation between age (p=0,365), occupation (p=0,131), and education (p=0,720) with measles immunization status and there is relation between knowledge (p=0,000, φ=0,328) and attitude (p=0,002, φ=0,198) with measles immunization status. There should be knowledge increaseness of socialisation from health workers to public about measles immunization through both education and media in order public can behave positively because they know the importance of child measles immunization. Keywords : Measles Immunization, Child, Knowledge 1

PENDAHULUAN Penyakit campak merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus campak.penyakit ini sangat efektif dicegah dengan imunisasi campak yang betujuan untuk menambah kekebalan tubuh. 1 Imunisasi campak diberikan pada umur sembilan bulan. Imunisasi campak berupa vaksin yang mengandung virus campak yang telah dilemahkan. 2 Indonesia memiliki cakupan imunisasi campak sebesar 93,61% pada tahun 2010 dan terdapat 17.139 kasus campak, terdapat tujuh kasus meninggal dengan incidence rate 0,73 per 10.000 penduduk. Pada tahun 2011, cakupan imunisasi campak sebesar 93,4%dan terdapat peningkatan kasus campak yang mencapai 21.893 kasus, terdapat sembilan kasus meninggal dengan incidence rate sebesar 9,22 per 10.000 penduduk. 3 Sulawesi Selatan memiliki cakupan imunisasi campak sebesar 93,19% pada tahun 2010 dan terdapat 571 kasus campak, incidence rate0,71 per 10.000 penduduk. Pada tahun 2011, cakupan imunisasi campak sebesar 100,1% dan terdapat 603 kasus campak, incidence rate 7,51 per 10.000 penduduk. 3 Cakupan imunisasi campak di Kabupaten Takalar mengalami fluktuasi dari tahun 2009 hingga tahun 2012.Cakupan imunisasi campak pada tahun 2009 sebesar 91,22%, tahun 2010 sebesar 90,8%, tahun 2011 sebesar 92,1%, dan tahun 2012 sebesar 77,0%. Data tersebut menunjukkan penurunan yang sangat signifikan dari 92,1% pada tahun 2011 menjadi 77,0% pada tahun 2012. Sedangkan, pada wilayah kerja Puskesmas Mangarabombang pada tahun 2009 sebesar 71,57%, tahun 2010 sebesar 88,0%, tahun 2011 sebesar 70,4%, tahun 2012 sebesar 66,9% dan bulan Januari Oktober tahun 2013 sebesar 76,0%. Data tersebut menunjukkan dari tahun 2010 hingga tahun 2012 cakupan imunisasi menurun dan kembali mengalami peningkatan sebesar 10% pada bulan Januari-Oktober 2013. 4 Umur, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan dan sikap bisa mengubah perilaku seseorang seperti yang dikemukakan oleh Green. 5 Penelitian Ririn (2012) menunjukkan ada hubungan antara umur ibu dengan pemberian imunisasi campak pada batita. 6 Ibu yang berumur <30 tahun memberikan perhatian lebih terhadap anaknya karena ibu yang berumur <30 tahun baru memiliki anak sehingga kekhawatiran lebih besarsedangkan ibu berumur 30 tahun memiliki perhatian yang kurang karena adanya pengalaman yang telah alami sebelumnya. Penelitian Yuzar (2010) menunjukan bahwa ada hubungan signifikan antara pekerjaan ibu dengan pemberian imunisasi campak. 7 Ibu yang tidak bekerja memiliki banyak waktu luang untuk membawa anaknya ke pelayanan kesehatan memperoleh imunisasi campak 2

sedangkan ibu yang bekerja memiliki waktu yang sedikit serta perhatian yang terbagi antara anak dan pekerjaan. Penelitian Irfani (2010) menunjukkan bahwa pendidikan dan pengetahuan memiliki hubungan bermakna dengan pemberian imunisasi campak. 8 Hal ini karena ibu yang memiliki pendidikan dan pengetahuan tinggi memiliki inisiatif dan usaha melakukan upaya-upaya yang berkaitan dengan pemberian imunisasi dasar lengkap serta memiliki pola pikir yang lebih terbuka dan mudah menerima ide baru. Penelitian Nyimas dan Rusnelly (2008), menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap ibu dengan peran serta ibu membawa anaknya untuk imunisasi. 9 Ibu yang memiliki sikap positif akan berperilaku positif karena memahami pentingnya imunisasi sehingga akan berperan serta dalam membawa anaknya untuk mendapatkan imunisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuan hubungan umur, pekerjaan, pendidikan, dan pengetahuan dengan status imunisasi campak pada batita di Wilayah Kerja Puskesmas Mangarabombang Kabupaten Takalar. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian yang digunakan penelitian ini yaitu observasional analitik dengan rancangan cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Mangarabombang yang terdiri dari enam desa/kelurahan yaitu kelurahan Mangadu, desa Lengkese, desa Lakatong, desa Banggae, desa Topejawa dan desa Bontomanai pada tanggal 27 Januari-11 Februari 2014. Populasi penelitian ini yaitu semua batita yang berada di wilayah kerja Puskesmas Mangarabombang berjumlah 765 batita dengan jumlah sampel sebanyak 236 batita. Responden penelitian ini yaitu ibu batita yang diambil secara simple random sampling. Pengolahan data dilakukan menggunakan program SPSS 16. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat dengan menggunakan uji Chi Square dan uji Phi. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner. Hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik responden terdiri dari status imunisasi campak batita, jenis kelamin batita, kelompok umur, suku, agama, pendidikan terakhir, dan pekerjaan. Batita yang memperoleh imunisasi campak sebanyak 185 batita (78,4%) dan yang tidak memperoleh imunisasi campak sebanyak 51 batita (21,6%). Berdasarkan jenis kelamin batita, paling banyak batita berjenis kelamin laki-laki sebanyak 120 batita (50,8%) dibandingkan dengan batita yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 116 batita (49,2%) (Tabel 1). 3

Karakteristik responden berdasarkan kelompok umur, paling banyak responden berada pada kelompok umur 26 35 tahun sebanyak 130 responden (55,1%) dan paling sedikit pada kelompok umur 36-45 tahun sebanyak 26 responden (11,0%)(Tabel 1). Adapun umur minimum responden yaitu 19 tahun dan maksimum 41 tahun denganrata-rata umur 29 tahun.selanjutnya umur responden akan dikategorikan menjadi dua yaitu umur muda (<25 tahun) dan tua ( 25 tahun). Paling banyak responden yang termasuk dalam kategori umur tua (>25 tahun) sebanyak 156 responden (66,1%) sedangkan yang termasuk pada kategori umur muda ( 25 tahun) sebanyak 80 responden (33,9%) (Tabel 2). Paling banyak responden yang memiliki pendidikan terakhir tamat SD sebanyak 116 responden (49,2%) dan paling sedikit tamat perguruan tinggi sebanyak enam responden (2,5%)(Tabel 1). Pendidikan responden dikategorikan menjadi dua yaitu pendidikan tinggi dan pendidikan rendah. Paling banyak responden yang berpendidikan rendah sebanyak 195 responden (82,6%) sedangkan responden yang berpendidikan tinggi sebanyak 41 responden (17,4%) (Tabel 2). Paling banyak responden yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga sebanyak 219 responden (92,8%) dan paling sedikit yaitu bidan/guru/pnssebanyak enam responden (2,4%) (Tabel 1). Status pekerjaan responden dikategorikan menjadi dua yaitu bekerja dan tidak bekerja. Paling banyak responden yang tidak bekerja sebanyak 219 responden (92,8%) sedangkan yang bekerja sebanyak 17 responden (7,2%) (Tabel 2). Pengetahuan responden dikategorikan menjadi dua yaitu pengetahuan tinggi dan pengetahuan rendah. Pengetahuan dikatakan tinggi apabila nilai median 8 dan dikatakan rendah apabila nilai median <8. Paling banyak responden berpengetahuan tinggi sebanyak 129 responden (54,7%) sedangkan yang berpengetahuan rendah sebanyak 107 responden (45,3%)(Tabel 2). Sikap responden dibagi menjadi dua yaitu sikap positif dan sikap negatif. Sikap dikatakan positif jika nilai median lima dan sikap dikatakan negatif jika nilai median <5. Paling banyak responden yang bersikap positif sebanyak 132 responden (55,9%) dibandingkan dengan responden yang bersikap negatif sebanyak 104 responden (44,1%) (Tabel 2). Ibu yang termasuk kategori umur muda dan memiliki batita yang tidak memperoleh imunisasi campak persentasenya lebih besar yaitu sebesar 25,0% dibandingkan dengan ibu yang termasuk dalam kategori umur tua dan memiliki batita yang tidak memperoleh imunisasi campak yaitu 19,9%. Sedangkan, ibu yang termasuk dalam kategori umur tua dan memiliki batita yang telah memperoleh imunisasi campak persentasenya lebih besar yaitu 80,1% 4

dibandingkan dengan ibu yang termasuk dalam kategori umur muda dan memiliki batita yang telah memperoleh imunisasi campak yaitu 75,0%. Hasil uji chi square menunjukkan nilai p=0,365 (p>0,05) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara umur ibu dengan status imunisasi campak pada batita (Tabel 2). Ibu yang tidak bekerja dan memiliki batita yang tidak memperoleh imunisasi campak persentasenya lebih besar yaitu 22,8% dibandingkan dengan ibu yang bekerja dan memiliki batita yang tidak memperoleh imunisasi campak yaitu 5,9%. Sedangkan, ibu yang bekerja dan memiliki batita yang telah memperoleh imunisasi campak persentasenya lebih besar yaitu 94,1% dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja dan memiliki batita yang telah memperoleh imunisasi campak yaitu 77,2%. Uji Fisher s Exact Test digunakan karena terdapat satu cell yang memiliki nilai expected kurang dari 5 dan diperoleh nilai 0,131 sehingga Ho diterima Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara status pekerjaan dengan status imunisasi campak pada batita (Tabel 2). Ibu yang berpendidikan rendah dan memiliki batita yang tidak memperoleh imunisasi campak persentasenya lebih besar yaitu 22,1% dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi dan memiliki batita yang tidak memperoleh imunisasi campak yaitu 19,5%. Sedangkan, ibu yang berpendidikan tinggi dan memiliki batita yang telah memperoleh imunisasi campak persentasenya lebih besar yaitu 80,5% dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah dan memiliki batita yang telah memperoleh imunisasi campak yaitu 77,9%. Hasil ujichi square menunjukkan nilai 0,720 (p>0,05) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti tidak ada hubungan antara pendidikan dengan status imunisasi campak pada batita (Tabel 2). Ibu yang berpengetahuan rendah dan memiliki batita yang tidak memperoleh imunisasi campak persentasenya lebih besar yaitu 36,4% dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan tinggi dan memiliki batita yang tidak memperoleh imunisasi campak yaitu 9,3%. Sedangkan, ibu yang berpendidikan tinggi dan memiliki batita yang telah memperoleh imunisasi campak persentasenya lebih besar dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah dan memiliki batita yang telah memperoleh imunisasi campak yaitu 63,6%. Hasil uji chi square menunjukkan nilai 0,000 (p<0,05) sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada hubungan antara pengetahuan dengan status imunisasi campak pada batita. Hasil uji nilai phi yaitu 0,328 dan berada pada range 0,26 0,50 artinya kekuatan hubungan antara variabel pengetahuan dengan status imunisasi campak yaitu sedang (Tabel 2). Ibu yang bersikap negatif dan mempunyai batita yang tidak memperoleh imunisasi campakmemiliki persentase lebih besar yaitu 30,8% dibandingkan dengan ibu yang bersikap positif yaitu 14,4%. Sedangkan, ibu yang bersikap positif dan mempunyai batita yang telah 5

memperoleh imunisasi campak memiliki persentase lebih besar yaitu 85,6% dibandingkan dengan ibu yang bersikap negatif yaitu 69,2%. Hasil uji statistik chi square menunjukkan nilai p<0,05(p=0,000) berarti Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan antara kepercayaan dengan status imunisasi campak pada batita. Kekuatan hubungan antara variabel kepercayaan dengan status imunisasi campak pada batita sedang karena nilai phi 0,311 dan berada pada range 0,26 0,50 (Tabel 2). Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara umur ibu dengan status imunisasi campak pada batita. Hal ini terjadi karena masih ada responden yang tidak memberikan imunisasi campak pada anaknya, baik responden yang berumur 25 tahun maupun responden yang >25 tahun. Hal ini dapat disebabkan juga adanya trauma pada imunisasi sebelumnya, larangan orang tua dan rasa tidak perlunya pemberian imunisasi campak pada anak karena telah memberikan air susu ibu secara esklusif kepada anaknya. Perlu adanya peningkatan kesadaran kepada masyarakat. Peningkatan kesadaran dapat dilakukan melalui perkenalan program imunisasi khususnya imunisasi campak kepada masyarakat sehingga masyarakat sadar akan pentingnya imunisasi bagi anak. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irfani (2010) dan Ni Made (2012) yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan pemberian imunisasi. 8,10 Ibu yang berumur muda biasanya baru memiliki anak sehingga cenderung lebih memperhatikan anaknya termasuk pemberian imunisasi campak. Sedangkan, ibu yang berumur tua biasanya telah memiliki anak lebih dari satu serta memiliki kesibukan yang lebih banyak sehingga mempengaruhi motivasi ibu untuk membawa anaknya ke pelayanan kesehatan untuk memperoleh imunisasi campak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan status imunisasi campak pada batita. Hal ini disebabkan responden yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga maupun bekerja lebih banyak memiliki batita yang telah memperoleh imunisasi campak. Ibu yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga memberikan imunisasi campak pada anaknya karenamemiliki banyak waktu untuk memberikan perhatian termasuk dalam membawa anaknya ke pelayanan kesehatan untuk memperoleh imunisasi campak karena perhatiannya tidak terbagi dengan pekerjaan. Sedangkan ibu yang bekerja merasa sadar akan pentingnya imunisasi campak untuk kesehatan anaknya. Pada batita yang tidak memperoleh imunisasi campak, lebih banyak ibu yang tidak bekerja memiliki batita yang tidak memperoleh imunisasi campak dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Adanya rasa trauma akibat imunisasi sebelumnya yang membuat 6

anaknya sakit serta larangan orangtua bisa menjadi penyebab tidak diberikannya imunisasi campak pada ankanya. Perlu adanya peningkatan keyakinan kepada masyarakat mengenai manfaat imunisasi campak bagi anak dari petugas kesehatan maupun kader kesehatan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Yuzar (2010) dan Ni Made (2012) yang menunjukkan tidak ada pengaruh yang signifikan antar pekerjaan dengan pemberian imunisasi campak. 7,10 Pekerjaan berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab dalam waktu tertentu. Tugas dan tanggungjawab dapat disamakan antara pekerjaan dan memperhatikan kebutuhan kesehatan anaknya sehingga dapat dilihat dengan adanya responden yang bekerja maupun tidak bekerja tapi memiliki batita yang telah memperoleh imunisasi campak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan status imunisasi campak pada batita karena responden yang berpendidikan tinggi maupun berpendidikan rendah sama-sama memberikan imunisasi campak kepada anaknya. Hal ini disebabkan pendidikan yan tinggi maka proses pengambilan keputusan semakin baik dapat mengerti tentang program kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sedangkan, yang berpendidikan rendah memberikan imunisasi campak kepada anaknya karena mendapat pengetahuan dari tetangganya tentang imunisasi campak atau sekedar ikut sama tetangga ke pelayanan kesehatan untuk memperoleh imunisasi campak yang sama dengan anak tetangganya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Endah dan Sulastri (2008) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kelengkapan imunisasi dasar. 11 Tidak dapat dipastikan bahwa responden yang berpendidikan tinggi dan rendah mereka akan membawa anaknya ke pelayanan kesehatan untuk memperoleh imunisasi karenahal ini berkaitan dengan keyakinan seseorang terhadap manfaat imunisasi campak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan status imunisasi campak pada batita dengan kekuatan hubungan sedang yang berarti pengetahuan memiliki kontribusi 0,328 terhadap pemberian imunisasi campak. Semakin tinggi pengetahuan seseorang maka orang tersebut memberikan imunisasi campak pada anaknya sehingga responden yang berpengetahuan tinggi lebih banyak memiliki batita yang telah memperoleh imunisasi campak dibandingkan dengan responden yang berpengetahuan rendah. Hal ini dapat disebabkan responden yang berpengetahuan tinggi sudah tahu pentingnya dan manfaat dari imunisasi campak sedangkan responden yang berpengetahuan rendah tidak tahu pentingnya dan manfaat imunisasi campak sehingga kurang percaya terhadap imunisasi campak. 7

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Ririn (2012) dan Isnaini, dkk (2012) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi dasar. 6,12 Pengetahuan ibu tentang imunisasi mengakibatkan adanya keyakinan dan kesadaran akan pentingnya imunisasi campak bagi anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan status imunisasi campak pada batita dengan kekuatan hubungan lemah yang berarti sikap memiliki kontribusi 0,198 terhadap pemberian imunisasi campak. Semakin positif sikap ibu maka ibu akan cenderung memberikan imunisasi campak pada anaknya. Hal ini dapat dilihat dengan perbedaan persentase antara ibu yang bersikap positif dan memiliki batita telah memperoleh imunisasi campak lebih besar dibandingkan dengan ibu yang bersikap negatif terhadap imunisasi campak. Ibu yangbersikap positif terhadap imunisasi campak karena ia sudah sadar akan manfaat imunisasi campak dan dampak apabila tidak memberikan imunisasi campak. Stimulus ini akan mendorong ibu untuk memberikan imunisasi campak pada anaknya agar anaknya terhindar dari penyakit campak. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Irfani (2010) dan Paridawati dkk (2013) yang menunjukkan bahwa ada hubungan antara sikap ibu dengan pemberian imunisasi dasar lengkap. 8,13 Ibu yang bersikap positif cenderung berperilaku positif. Apabila sikap terhadap imunisasi campak positif maka ibu akan cenderung membawa anaknya ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan imunisasi campak. KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan umur (p=0,365), pekerjaan (Fisher s Exact Test=0,131), dan pendidikan (p=0,720) dengan status imunisasi campak pada batita. Ada hubungan antara pengetahuan (p=0,000, φ=0,328) dan sikap (p=0,002, φ=0,198) dengan status imunisasi campak pada batita. Disarankan kepada petugas kesehatan maupun pemerintah agar meningkatkan keyakinan dan kesadaran masyarakat terhadap manfaat imunisasi campak bagi anak melalui penyuluhan maupun media sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA 1. Marimbi H. Tumbuh kembang, status gizi dan imunisasi dasar pada balita. Yogyakarta: Nuha Medika; 2010. 2. Suwarnisih. Ketepatan jadwal pemberian imunisasi campak pada bayi di Rumah Bersalin Ibunda Jaten Karanganyar. Jurnal Maternal Volume 6 Edisi April 2012; 2012. 3. Dinas kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Profil Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Makassar: Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan; 2012. 8

4. Dinas kesehatan Kabupaten Takalar. Profil Kesehatan Kabupaten Takalar. Takalar: Dinas kesehatan Kabupaten Takalar; 2012. 5. Iqbal, W, M, Chayatin, N, Rozikin, K, Supriadi. Promosi kesehatan (sebuah pengantar proses belajar mengajar dalam pendidikan). Yogyakarta: Graha Ilmu; 2012. 6. Ririn, R, F. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi campak pada batita di Wilayah Kerja Puskesmas Lareh Sago Halaban Kabupaten 50 Kota Tahun 2012 [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2012. 7. Yuzar, A. Pengaruh faktor predisposisi, pendukung, dan pendorong ibu bayi (umur 9-11 bulan) terhadap pemberian imunisasi campak di Wilayah Kerja Puskesmas Sawang Kecamatan Sawang Kabupaten Aceh Selatan Tahun 2010 [Skripsi]. Medan; Universitas Sumatera Utara; 2010. 8. Irfani. Pengaruh faktor predisposisi terhadap tindakan ibu dalam pemberian imunisasi dasar lengkap di Kecamatan Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010 [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara; 2010. 9. Nyimas dan Rusnelly. Faktor-faktor yang berhubungan dengan peran serta ibu membawa anaknya untuk diimunisasi di Desa Sugih Waras Kecamatan Rambang Kabupaten Muara Enim tahun 2008. Jurnal Ilmiah Volume II1 No. 1, 2010. 10. Ni Made M, A. Hubungan pengetahuan dengan keikutsertaan anak usia 1-3 tahun dalam program imunisasi dasar di RW 07 dan 08 Kelurahan Grogol Kecamatan Limo Kodya Depok Tahun 2008 [Skripsi]. Universitas Pembangunan Nasional; 2008. 11. Endah dan Sulastri. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Banyudono Kabupaten Boyolali. Jurnal Berita Ilmu Keperawatan ISSN 1979-2697, Vol. 1 No.1, 8 Maret 2008 : 7-12; 2008. 12. Isnaini, E, Yosafianti, V, Shobirun. Hubungan tingkat pengetahuan dan sikap ibu terhadap kepatuhan pemberian imunisasi dasar pada bayi di Desa Mororejo Kaliwungu Kabupaten Kendal. Jurnal. UNIMUS Semarang; 2012. 13. Paridawati, Indra, F, I, Watief, A. Faktor Yang Berhubungan dengan Tindakan Ibu Dalam Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Bajeng Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Media Kesehatan Masyarakat Indonesia. 2013. 9

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik di Wilayah Kerja Puskesmas Mangarabombang Kabupaten Takalar Karakteristik n % Status Imunisasi Campak Batita Ya Tidak Jenis Kelamin Batita Laki-laki perempuan Kelompok Umur (Tahun) 17 25 26 35 36 45 Pendidikan Terakhir Tidak Pernah Sekolah Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Perguruan Tinggi Pekerjaan Bidan/Guru/PNS Wiraswasta Tidak Bekerja (IRT) 185 51 120 116 80 130 26 27 116 52 35 6 6 11 219 78,4 21,6 50,8 49,2 33,9 55,1 11,0 11,4 49,2 22,0 14,8 2,5 2,4 4,7 92,8 Total 236 Sumber : Data Primer, 2014 Tabel 2. Hubungan Variabel Independen dengan Status Imunisasi Campak pada Batita di Wilayah Kerja Puskesmas Mangarabombang Kabupaten Takalar Status Imunisasi Campak Batita Hasil Total Variabel Ya Tidak Uji n % n % n % Statistik Kategori Umur Muda ( 25 tahun) Tua (>25 tahun) 60 125 75,0 80,1 20 31 25,0 19,9 80 156 p=0,365 Status Pekerjaan Tidak Bekerja Bekerja Pendidikan Tinggi Rendah Pengetahuan Tinggi Rendah Sikap Positif Negatif Sumber : Data Primer, 2014 169 16 33 152 117 68 113 72 77,2 94,1 80,5 77,9 90,7 63,6 85,6 69,2 50 1 8 43 12 39 19 32 22,8 5,9 19,5 22,1 9,3 36,4 14,4 30,8 219 17 41 195 129 107 132 104 Fisher s Exact Test =0,131 p=0,720 p=0,000 φ=0,328 p=0,002 φ=0,198 10