BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau penghargaan ). Belajar yang dapat mencapai tahapan ini disebut dengan belajar

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran geografi yang dilakukan di SMA Negeri 3 Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang. memungkinkannya untuk berfungsi secara menyeluruh dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Proses pendidikan dipandang sebagai aktivitas yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa, akan tetapi guru

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Banyaknya materi pembelajaran dalam mata pelajaran ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam kegiatan belajar mengajar sehingga harus memperhatikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. proses terjadinya perubahan prilaku sebagai dari pengalaman. kreatif, sehingga mampu memacu semangat belajar para siswa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem pernapasan manusia adalah sistem organ yang terjadi dalam tubuh manusia. Pada materi ini siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. kecerdasan, (2) pengetahuan, (3) kepribadian, (4) akhlak mulia, (5)

I. PENDAHULUAN. Istilah pendidikan mengandung fungsi yang luas dari pemelihara dan

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsipprinsip

BAB I PENDAHULUAN. oleh pembelajaran yang berlangsung. Peranan guru dalam bidang pendidikan. mendapatkan perhatian dari penanggung jawab pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Modal utama peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan. Pendidikan yang bermutu akan menghasilkan

I. PENDAHULUAN. mencapai tujuan tertentu (Sanjaya, 2008:26). Menurut Amri dan Ahmadi. (2010:89) bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memahami

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menjadi sangat penting dalam kehidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. nasional, biologi merupakan mata pelajaran yang mewajibkan siswa untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi sebagian besar orang, berarti berusaha membimbing anak untuk menyerupai orang dewasa,

I. PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan mata pelajaran yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa ditentukan oleh kreativitas pendidikan bangsa itu sendiri.kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua mata pelajaran yang ada di SD tentunya memegang peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam berusaha melestarikan dan mewariskan nilai-nilai hidup. Kurikulum,

meningkatkan prestasi belajar siswa disetiap jenjang pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah model

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal penting bagi kehidupan manusia. Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu aspek yang paling penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melakukan aktivitas berupa pekerjaan yang harus diselesaiakan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas biasanya masih berfokus

BAB I. PENDAHULUAN. yang sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi. termasuk didalamnya perkembangan metode pembelajaran, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses pelatihan untuk. webster s New Word Dictionary Sagala (2007: 1), sehingga mampu

1. PENDAHULUAN. Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan proses

BAB I. pembelajaran yang berlangsung sehingga siswa cenderung pasif. Sikap siswa yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang semakin cepat menuntut sumber daya

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah suatu proses interaksi yang kompleks dan mengandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran di sekolah saat ini sangat menekankan pada konsep teoritis

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kualitas suatu bangsa. Selain karena pendidikan dipandang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses yang akan mempengaruhi dalam diri peserta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membimbing, dan memberikan fasilitas belajar yang optimal. Namun demikian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar merupakan bagian penting lembaga formal, dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. tetapi siswa harus berperan aktif mencari sumber-sumber lain supaya tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mencapai tujuan belejar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan

I. PENDAHULUAN. hakekatnya pendidikan adalah suatu tindakan yang ada unsur kesengajaan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan diperlukan suatu proses kegiatan belajar-mengajar.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan hasil belajar siswa, pemilihan model pembelajaran sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ketiga dimensi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) tersebut (Sulistyorini,2007).

BAB I PENDAHULUAN. dari hasil akhir pembelajaran yang merupakan tolak ukur dari keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Kondisi Fisik Sekolah Dan Pembelajaran Di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mutu pendidikan bergantung pada keberhasilan proses belajar yang terjadi dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Keberhasilan proses belajar ini sendiri dipengaruhi faktor: (1) Internal meliputi faktor biologis dan psikologis. Faktor biologis antara lain usia, kematangan dan kesehatan, sedangkan psikologis antara lain kelelahan, suasana hati, motivasi, minat, dan kebiasaan belajar; (2) Faktor yang berasal dari luar diri manusia yang disebut faktor eksternal. Faktor ini antara lain faktor manusia seperti keluarga, sekolah dan masyarakat. Kemudiaan faktor non manusia seperti alam, benda, hewan, udara, suara bau-bauan dan lingkunggan fisik. Kedua faktor ini bagi peserta didik akan mempengaruhi prestasi belajar. Oleh karena itu guru harus menguasai dan memahami kedua faktor ini untuk mengatur strategi pembelajaran yang lebih bermakna, menarik dan menyenangkan bagi peserta didik (Sagala, 2009). Efisiensi dan keefektifan mengajar dalam proses interaksi belajar yang baik adalah segala upaya guru untuk membantu para siswa agar belajar dengan baik. Agar dapat mengajar secara efektif, guru harus meningkatkan mutu (kualitas) mengajarnya. Kesempatan belajar siswa dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Memulai dan mengakhiri kegiatan belajar mengajar tepat pada waktunya. Hal ini berarti kesempatan belajar semakin banyak atau optimal, dan guru menunjukkan keseriusan dalam mengajar sehingga dapat membangkitkan minat dan motivasi siswa untuk belajar. Semakin banyak siswa terlibat aktif dalam belajar, semakin tinggi kemungkinan prestasi belajar yang dicapainya. Belajar merupakan sebuah aktivitas yang sangat penting bagi perkembangan siswa. Belajar akan terjadi setiap saat dalam diri siswa. Proses belajar sangat luas, sebagian besar prilaku siswa diperoleh dari aktivitas belajar, sebagian besar perkembangan siswa ditentukan oleh faktor belajar. Hanya sebagian kecil saja perkembangan siswa yang bukan merupakan hasil belajar.

2 Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor intern dan ekstern. Faktor intern yaitu faktor yang mempengaruhi siswa yang bersumber dari dalam diri siswa itu sendiri, dan salah satu faktor tersebut adalah minat. Minat menurut Slameto (2010) adalah Kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus menerus yang disertai rasa senang. Faktor ekstern yaitu faktor yang bersumber dari luar diri siswa. Salah satu faktor tersebut adalah faktor sekolah. Di sekolah terjadinya proses belajar mengajar yang sistematis dimana guru akan menyampaikan materi pelajaran dan peserta didik merespon umpan balik yang diberikan guru, proses tersebut akan membuat hasil belajar siswa akan lebih baik. Namun, dalam proses belajar mengajar guru harus dituntut lebih kreatif dalam penyampaian materi dengan penguasaan model dan metode yang tepat saat proses penyampaian materi. Penggunaan model dan metode yang kurang tepat dan kurang menarik dapat membuat siswa cenderung merasa bosan ketika materi pelajaran disampaikan oleh guru. Berbagai inovasi dalam program pendidikan juga telah dilaksanakan, antara lain penyempurnaan silabus, kurikulum, pengadaan buku ajar dan buku referensi lainnya melalui program pelatihan dan peningkatan kualitas pendidikan guru, peningkatan manajemen serta pengadaan fasilitas lainnya. Guru tidak hanya bertujuan untuk memberikan materi pelajaran saja tetapi lebih menekankan bagaimana mengajak siswa untuk menemukan dan membangun pengetahuannya sendiri sehingga siswa dapat mengembangkan kecakapan hidup dan siap untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti dengan salah satu guru bidang studi Biologi terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan pada kelas XI IPA di MAN 1 Medan tahun pelajaran 2015/2016 seperti kelas masih berfokus pada guru, proses pembelajaran masih banyak yang tidak melibatkan siswa sehingga siswa menjadi pasif. Guru masih menggunakan model pembelajaran yang lebih memfokuskan pada pengumpulan pengetahuan dan penuntasan materi menggunakan metode ceramah dan penugasan dimana guru sebagai pusat informasi menerangkan materi dan siswa hanya duduk manis mendengarkan dan

3 mencatat materi yang disampaikan. Permasalahan dari materi sistem ekskresi yang dialami siswa adalah dimana siswa masih belum atau kurang mengenal dan memahami organ-organ yang termasuk kedalam sistem ekskresi, kurang mampunya siswa menjelaskan bagaimana proses-proses yang terjadi pada sistem ekskresi, dan kurang mampunya siswa mengingat serta menggunakan bahasa latin pada materi sistem ekskresi. Narasumber juga mengatakan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan media berupa LCD dan proyektor lebih baik hasil belajarnya dari pada tidak menggunakan media. Guru juga sering memberikan permainan atau games berupa pertanyaan. Dari sinilah dapat dinilai keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan proses belajar mengajar. Permasalahan lainnya adalah tingginya nilai KKM dari pelajaran Biologi sehingga hasil belajar siswa belum maksimal karena hanya sebagian siswa yang nilainya mencapai KKM (KKM = 83). Kurangnya keaktifan siswa dalam merespon pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar dimana siswa yang pintar saja yang mendominasi aktif dalam merespon pelajaran, serta kurangnya kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep dasar materi pelajaran biologi. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dicari suatu solusi yang dapat mengubah keadaan tersebut. Perlu diterapkan model pembelajaran lain yang lebih menyenangkan sehingga siswa lebih tertarik dan aktif dalam proses pembelajaran. Siswa didorong untuk mendengarkan penjelasan dari guru maupun teman sebaya dengan lebih kritis, maupun memahami dan menjelaskan konsep-konsep dengan kata-kata sendiri, serta mampu menunjukkan bukti klarifikasi dari penjelasan tersebut. Model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match merupakan model yang tepat untuk membantu siswa memahami konsep-konsep. Hal ini dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Hairani (2013) pada materi ekosistem di kelas X SMA Negeri 1 Sidamanik T.P 2013/2014, dimana hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match lebih tinggi dibandingkan dengan tidak menggunakan model pembelajaran Make A Match. Peneliti juga mengungkapkan keunggulan dari model pembelajaran

4 Make A Match diantaranya: (1) meningkatkan kerja sama diantara siswa; (2) membuat siswa sangat antusias dan semangat dalam menerima pelajaran; (3) membantu siswa yang tidak aktif berdiskusi menjadi aktif; dan (4) memotivasi siswa untuk meningkatkan kualitas belajar. Pada penelitian yang dilakukan oleh Amelia (2014) di SMA Negeri 8 Medan menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Dapat dilihat dari nilai rata-rata pretes kelas Numbered Head Together (NHT) yakni 43,05 dan kelas Make A Match (MAM) yakni 44,1, maka dapat disimpulkan bahwa secara umum tingkat penguasaan siswa kelas Numbered Head Together (NHT) dan Make A Match (MAM) sebelum diberikan pembelajaran dengan model NHT dan MAM tergolong sangat rendah karena masih berada dibawah KKM. Setelah dilakukannya postes pada kelas Make A Match (MAM) terdapat beberapa siswa yang belum mencapai standar ketuntasan dengan nilai 68 sebanyak 1 orang siswa (2,5%), nilai 72 sebanyak 4 orang siswa (10%), sedangkan siswa yang belum mencapai standar ketuntasan dan pada kelas Numbered Head Together (NHT) yaitu nilai 64 sebanyak 4 orang siswa (10%), nilai 68 sebanyak 3 orang (75%), nilai 72 sebanyak 9 orang siswa (22,5%). Dengan demikian jumlah siswa yang belum mencapai standart ketuntasan pada kelas Make A Match (MAM) lebih sedikit dari pada kelas Numbered Head Together (NHT). Sementara itu, model pembelajaran kooperatif tipe Scramble juga sangat tepat untuk membantu siswa dalam memahami materi yang sedang diajar. Model Scramble ini ciri khasnya adalah terletak pada penekanan latihan soal yang dikerjakan secara berkelompok pada setiap akhir pertemuan. Dengan adanya latihan soal tersebut diharapkan materi yang sudah dipelajari dapat terekam langsung oleh siswa. Hal ini terbukti dengan penelitian yang dilakukan Efa (2011) di SMA Negeri 3 Binjai pada materi sistem respirasi dengan menggunakan model Scramble menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa. Dari hasil pretes diketahui nilai rata-rata siswa kelas Scramble sebesar 48,9 sedangkan pada kelas

5 Word Square diketahui nilai rata-rata siswa sebesar 46,5. Setelah menggunakan model pembelajaran Scramble nilai dari hasil postes diketahui nilai rata-rata siswa sebesar 77,5 sedangkan pada kelas Word Square diketahui nilai rata-rata siswa sebesar 72,5. Dari hasil nilai tersebut menunjukkan bahwa model Scramble lebih berhasil meningkatkan hasil belajar siswa dari pada menggunakan model Word Square pada materi sistem respirasi. Pemilihan materi sistem ekskresi pada manusia karena disesuaikan dengan jadwal seminar dan penelitian yang akan dilakukan pada bulan Maret sampai Mei. Penulis memilih membandingkan model pembelajaran Make A Match dan Scramble adalah dari hasil penelitian-penelitian yang telah dilakukan orang lain sebelumnya. Dari penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa Make A Match sesuai diterapkan pada materi sistem ekskresi. Sedangkan pada pembelajaran kooperatif tipe Scramble, peneliti belum menemukan penelitian yang membahas tentang proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Scramble pada materi sistem ekskresi. Oleh karena itu peneliti akan membandingkan kedua model pembelajaran tersebut sehingga peneliti mengetahui model pembelajaran Make A Match atau Scramble yang lebih baik untuk materi sistem ekskresi. Karakteristik dari materi sistem ekskresi adalah bagaimana siswa mampu menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi organ, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi pada manusia. Dari karakteristik materi sistem ekskresi tersebut menurut peneliti cocok dengan menggunakan model Make A Match dan Scramble dalam membantu siswa untuk memahami dan mengingat materi sistem ekskresi dengan mudah. Sedangkan alasan peneliti memilih MAN 1 Medan sebagai tempat penelitian dikarenakan saya merupakan alumni dari sekolah tersebut sehingga telah mengenal kepala sekolah, guru dan para murid. Hal tersebut dapat mempermudah peneliti pada saat melakukan penelitian dan mempermudah mengurus hal-hal yang berhubungan dengan penelitian. Berdasarkan uraian di atas, perlu dilakukan penelitian dengan judul: Perbandingan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model

6 Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match dan Scramble pada Materi Pokok Sistem Ekskresi pada Manusia di Kelas XI IPA MAN 1 Medan Tahun Pembelajaran 2015/2016. 1.1 Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah yang diuraikan di atas dapat diidentifikasi masalah adalah sebagai berikut: 1. Hasil belajar biologi siswa yang belum maksimal. 2. Kurangnya keaktifan siswa dalam merespon pelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. 3. Kurangnya kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep dasar materi biologi. 4. Kurangnya kemampuan siswa dalam memahami organ, proses serta nama latin dalam materi sistem ekskresi pada manusia. 5. Guru masih mendominasi kegiatan belajar mengajar dan siswa menjadi pasif. 1.2 Batasan Masalah Mengingat luasnya ruang lingkup masalah dan keterbatasan waktu serta kemampuan penulis, maka perlu adanya batasan masalah yaitu sebagai berikut: 1. Hasil belajar biologi siswa yang belum maksimal. 2. Materi pokok pembelajaran yang akan diteliti adalah sistem ekskresi pada manusia di kelas XI IPA semester genap. 3. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match dan Scramble. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana perbandingan nilai postes yang diperoleh siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Make A Match dengan model pembelajaran

7 Scramble pada materi pokok sistem ekskresi pada manusia di kelas XI IPA MAN 1 Medan? 2. Bagaimana perbandingan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Make A Match dengan model pembelajaran Scramble pada materi pokok sistem ekskresi pada manusia di kelas XI IPA MAN 1 Medan? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui perbandingan nilai postes yang diperoleh siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Make A Match dengan model pembelajaran Scramble pada materi pokok sistem ekskresi pada manusia di kelas XI IPA MAN 1 Medan. 2. Untuk mengetahui perbandingan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Make A Match dengan model pembelajaran Scramble pada materi pokok sistem ekskresi pada manusia di kelas XI IPA MAN 1 Medan. 1.5 Manfaat Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian, maka manfaat penelitian adalah: 1. Sebagai bahan masukan bagi penulis, guru bidang studi biologi, maupun para pembaca dalam mengajarakan materi pelajaran biologi. 2. Memberikan variasi baru dalam kegiatan belajar mengajar khususnya biologi dengan menggunakan model pembelajaran Make A Match dan Scramble untuk dapat meningkatkan hasil belajar. 3. Menjadi bahan perbandingan atau masukan bagi penelitian berikutnya yang akan meneliti hal yang sejalan dengan penelitian ini.

8 1.6 Definisi Operasional 1. Make A Match adalah suatu model pembelajaran dengan mencari pasangan antar kartu yang berisi pertanyaan dengan kartu yang berisi jawaban. 2. Scramble adalah suatu model pembelajaran dengan membagikan soal dan jawaban yang disertai dengan alternatif jawaban yang tersedia namun dengan susunan yang acak dan siswa bertugas mengoreksi jawaban tersebut sehingga menjadi jawaban yang tepat. 3. Hasil belajar adalah hasil yang dicapai siswa setelah mengalami proses belajar dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. 4. KKM adalah singkatan dari kriteria ketuntasan minimal yaitu nilai minimal yang harus diperoleh siswa yang membuat siswa tersebut dikategorikan telah tuntas dalam mempelajari materi pelajaran. 5. Ekskresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak digunakan lagi oleh tubuh.