EXECUTIVE SUMMARY PEMUTAKHIRAN DATA DAN NERACA SUMBER DAYA ENERGI TAHUN 2015

dokumen-dokumen yang mirip
EXECUTIVE SUMMARY PEMUTAKHIRAN DATA DAN NERACA SUMBER DAYA ENERGI

PENYUSUNAN NERACA BATUBARA DAN GAMBUT. Oleh : Eddy R. Sumaatmadja

POTENSI DEEP SEATED COAL DI INDONESIA. Fatimah, Asep Suryana dan Sigit Arso Wibisono

Pendahuluan. Distribusi dan Potensi. Kebijakan. Penutup

KONSEP PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BAHAN GALIAN TERTINGGAL DAN BAHAN GALIAN BERPOTENSI TERBUANG PADA WILAYAH USAHA PERTAMBANGAN. Oleh : Tim Penyusun

BAB II TINJAUAN UMUM

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL B A D A N G E O L O G I PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010 TENTANG WILAYAH PERTAMBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KONSEP PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PELAPORAN BAHAN GALIAN LAIN DAN MINERAL IKUTAN. Oleh : Tim Penyusun

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2010

KAJIAN ZONASI DAERAH POTENSI BATUBARA UNTUK TAMBANG DALAM PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BAGIAN TENGAH

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 37 TAHUN 2013 TENTANG KRITERIA TEKNIS KAWASAN PERUNTUKAN PERTAMBANGAN

SNI Standar Nasional Indonesia. Pengawasan eksplorasi bahan galian BSN. ICS Badan Standardisasi Nasional

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

Pusat Sumber Daya Geologi Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. Bandung, Maret 2015

HASIL SURVEI PERTAMBANGAN KABUPATEN DAN PROVINSI DI INDONESIA TAHUN 2015

MANUAL BOOK OF GEORIMA (Geological Resources of Indonesia Mobile Application)

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL-HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2006, PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI. Eddy R. Sumaatmadja

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi

PENERAPAN KEBIJAKAN PERTAMBANGAN DI DAERAH, TATA KELOLA PEMERINTAH DAERAH DALAM PRAKTEK LAPANGAN

*) KPP Energi Fosil, PMG, Jl. Soekarno Hattta No. 444, Bandung.

INDONESIAN 2050 PATHWAYS CALCULATOR SEKTOR PASOKAN ENERGI: PRODUKSI BATUBARA, MINYAK DAN GAS BUMI. Sekretariat Badan Litbang ESDM 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pun kena dampaknya. Cadangan bahan tambang yang ada di Indonesia

POTENSI BATUBARA DI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUKU MANUAL APLIKASI DATA PENYELIDIKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

Geologi dan Endapan Batubara Daerah Pasuang-Lunai dan Sekitarnya Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009

Penetapan kebijakan pengelolaan mineral, batubara, panas bumi dan air tanah nasional.

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Permasalahan

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

LAMPIRAN L-3 PAGU AUDITABLE UNIT

INVENTARISASI BITUMEN PADAT DAERAH LOA JANAN DAN SEKITARNYA KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA DAN KOTA SAMARINDA, PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

Penggunaan Kawasan Hutan untuk Pembangunan Sektor Non Kehutanan Oleh : Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan Kementerian LHK

BAB I PENDAHULUAN. fosil, dimana reservoir-reservoir gas konvensional mulai mengalami penurunan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kal

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Mineral, Batu Bara, Panas Bumi, dan Air Tanah PEMERINTAH

KEMAKMURAN, PENYELAMATAN SDA UNTUK KESEJAHTERAAN BERSAMA: PRAKTIK BAIK DAN AKSI KOLEKTIF

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

SOSIALISASI DAN SEMINAR EITI PERBAIKAN TATA KELOLA KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERBA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB)

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Oleh: Uyu Saismana 1 ABSTRAK. Kata Kunci : Cadangan Terbukti, Batugamping, Blok Model, Olistolit, Formasi.

Oleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015

KETERSEDIAAN SUMBER DAYA ENERGI UNTUK PENGEMBANGAN KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pertambangan merupakan suatu aktifitas untuk mengambil

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Pelimpahan Kewenangan. Dekonsentrasi.

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

KERANGKA ACUAN KERJA KEGIATAN PENYUSUNAN POTENSI SERTA NERACA SUMBERDAYA DAN CADANGAN MINERAL DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Hal 1

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencari lebih jauh akan manfaat terhadap satu bahan galian yang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Oleh: Sigit Arso W., David P. Simatupang dan Robert L. Tobing Pusat Sumber Daya Geologi Jalan Soekarno Hatta No. 444, Bandung

PANDUAN PENGGUNAAN Aplikasi SIM Persampahan

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Ditulis oleh Aziz Rabu, 07 Oktober :16 - Terakhir Diperbaharui Minggu, 11 Oktober :06

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL LOGAM BESI GUBERNUR JAWA BARAT

PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS DAN URAIAN TUGAS JABATAN PADA DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN BARITO UTARA

BENCANA LINGKUNGAN PASCA TAMBANG

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

PER - 11/PJ/2012 TATA CARA PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang

TINJAUAN AWAL ALOKASI PEMANFAATAN SUMBER DAYA BATUBARA KALORI RENDAH DI SUMATERA PREVIEW ON RESOURCE ALLOCATION FOR LOW CALORIE COALS IN SUMATERA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi mineral dan bahan tambang lainnya dari dalam bumi.

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

BIDANG USAHA TERTENTU (1) (2) (3) (4) (5) 1. PERTAMBANGAN BATUBARA DAN LIGNIT

Anatomi Sumber Daya Batubara Serta Asumsi Pemanfaatan Untuk PLTU di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam diantaranya sumberdaya batubara. Cekungan Barito merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi

IV. GAMBARAN UMUM. panas yang berlangsung sangat lama. Proses pembentukan (coalification)

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WILAYAH PERTAMBANGAN DALAM TATA RUANG NASIONAL. Oleh : Bambang Pardiarto Kelompok Program Penelitian Mineral, Pusat Sumberdaya Geologi, Badan Geologi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 45/PJ/2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Identifikasi Desa di Dalam dan di Sekitar Kawasan Hutan 2009

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

Transkripsi:

EXECUTIVE SUMMARY PEMUTAKHIRAN DATA DAN NERACA SUMBER DAYA ENERGI TAHUN 2015 1

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor energi memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional, terutama dalam mendukung perekonomian nasional serta sebagai sumber penerimaan negara. Ketersediaan sumber daya energi mutlak diperlukan dalam seluruh kegiatan industri pertambangan yang pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan negara. Kegiatan pemutakhiran data dan neraca sumber daya energi ini dilaksanakan untuk mengakomodir perubahan dan atau penambahan data yang terjadi setiap tahun. Kegiatan pemutakhiran data dan neraca energi ini meliputi komoditas batubara, bitumen padat (oil shale), coalbed methane (CBM), dan panas bumi. 1.2. Maksud dan Tujuan Maksud pemutakhiran data dan neraca sumberdaya energi adalah sebagai media informasi yang dapat dipergunakan bagi kepentingan internal maupun eksternal (publik) sebagai bahan referensi mengenai potensi batubara, bitumen padat, CBM, dan panas bumi secara nasional. Dan agar dapat dijadikan dasar acuan perencanaan pengembangan komoditas energi fosil untuk pembangunan skala daerah ataupun nasional. 1.3. Lingkup Pekerjaan Metode dan Sistematika Pekerjaan yang dilakukan antara lain: Pencarian, pengumpulan dan pengelompokan data, baik dari laporan penyelidikan, informasi tertulis atau referensi lainnya serta diskusi. Pengisian formulir isian database yang telah disediakan. Pemasukan data dari formulir isian ke sistem database. Verifikasi data. Integrasi data tekstual dan spasial sehingga membentuk kesatuan sistem informasi geografis (SIG). Hasil informasi disimpan dalam sistem database Pusat Sumber Daya Geologi yang berada dalam sebuah server database yang terhubung dengan jaringan intranet kantor serta diaplikasikan (uploading) pada internet sistem web-database kantor untuk dipublikasikan sesuai tingkatan data (leveling-data) dan kebutuhan publik, sebagai sarana informasi sumber daya energi secara nasional. 2

Kalkulasi data untuk penghitungan neraca sumberdaya energi yang dituangkan dalam bentuk tabel neraca dan peta. 1.4. Sumber Data Dalam melakukan kegiatan Pemutakhiran Data dan Neraca Energi tahun 2015, tentunya diperlukan terlebih dahulu pengumpulan data yang berasal dari berbagai sumber, diantaranya: Laporan penyelidikan batubara, bitumen padat dan CBM yang dilakukan oleh Pusat Sumber Daya geologi sebanyak 12 laporan. Laporan hasil RKAB dari perusahaan pemegang PKP2B yang didapat dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara sebanyak 75 perusahaan. Laporan penyelidikan panas bumi yang dilakukan oleh Pusat Sumber Daya geologi sebanyak 18 laporan. 1.5. Evaluasi Data Data yang telah diplot lokasinya pada peta dasar kemudian dipilah-pilah, apakah merupakan penambahan data baru atau update data yang telah ada. Untuk komoditas batubara, data tersebut dikelompokkan berdasarkan nilai kalorinya dengan mengacu pada Keppres No. 13 Tahun 2000 yang diperbaharui dengan PP No. 45 Tahun 2004 tentang: Tarif atas jenis penerimaan Negara bukan pajak yang berlaku pada Departemen Pertambangan dan Energi bidang Pertambangan Umum. Selain itu juga modifikasi dari US System (ASTM (ASA), International System (UN-ECE) dan SNI 5015-2011 turut dijadikan acuan. Berdasarkan acuan-acuan tersebut, maka batubara Indonesia dikelompokkan menjadi: Batubara Kalori Rendah, yaitu jenis batubara yang paling rendah peringkatnya, bersifat lunak-keras, mudah diremas, mengandung kadar air tinggi (10-70%), memperlihatkan struktur kayu, nilai kalorinya kurang dari 5100 kal/gr (adb). Batubara Kalori Sedang, yaitu jenis batubara yang peringkatnya lebih tinggi daripada batubara kalori rendah, bersifat lebih keras, mudah diremas tidak bisa diremas, kadar air relatif lebih rendah, umumnya struktur kayu masih tampak, nilai kalori 5100 6100 kal/gr (adb). Batubara Kalori Tinggi, adalah jenis batubara yang peringkatnya lebih tinggi lagi, kadar air relatif lebih rendah dibandingkan batubara kalori sedang, umumnya struktur kayu tidak tampak, nilai kalorinya 6100-7100 kal/gr (adb). Batubara Kalori Sangat Tinggi, adalah jenis batubara dengan peringkat paling tinggi, umumnya dipengaruhi intrusi ataupun struktur lainnya, kadar air sangat 3

rendah, nilai kalorinya lebih dari 7100 kal/gr (adb). Kelas kalori ini dibuat untuk membatasi batubara kalori tinggi. Untuk komoditas bitumen padat, dari seluruh data yang terkumpul kemudian dipilah lagi menjadi kelompok oil shale dan tar sand, sesuai dengan karakter geologinya yang diketahui dari data lapangan. Untuk komoditas gambut dan CBM tidak ada pengelompokkan tertentu. Sebagaimana kita ketahui, keberadaan batubara, bitumen padat, dan CBM tidak lepas dari sejarah pembentukannya yaitu pada cekungan. Karena itu, penyelidikan dan pencarian data sekunder mengenai komoditas tersebut ditekankan pada wilayah cekungan-cekungan tersebut (Gambar 1.1). Gambar 1.1. Cekungan Batubara di Indonesia. 1.6. Klasifikasi Sumber Daya dan Cadangan Batubara Pengelompokkan neraca sumber daya dan cadangan batubara Indonesia berpedoman pada Standar Nasional Indonesia (SNI) yang diterbitkan oleh Badan Standardisasi Nasional. SNI yang dimaksud berjudul Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan Batubara (Amandemen 1 SNI 13-5014-1998). Dalam SNI ini, sumber daya batubara dikelompokkan menjadi 4 (empat) kelas berdasarkan tahapan eksplorasinya yaitu sumber daya hipotetik, tereka, tertunjuk dan terukur (Gambar 1.2). Tahapan eksplorasi ini mencerminkan tingkat keyakinan geologi dari data teknis yang digunakan pada proses estimasi sumber daya batubara. 4

Gambar 1.2. Klasifikasi Sumber daya dan Cadangan Batubara berdasarkan Amandemen 1 SNI 13-5014-1998. Seiring dengan berjalannya waktu, SNI Klasifikasi Sumber daya dan cadangan ini mengalami proses tinjau ulang hingga akhirnya terbit SNI yang terbaru yaitu SNI Pedoman pelaporan, sumberdaya, dan cadangan batubara (SNI 5015:2011). Substansi SNI ini lebih difokuskan bagi kepentingan para pelaku pengusahaan batubara. Seperti diketahui, setiap perusahaan batubara mempunyai kewajiban untuk melaporkan kegiatannya sesuai dengan kontrak yang sudah ditanda tangani. SNI ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi para pengusaha dalam melaporkan kegiatannya. Mengingat SNI ini lebih ditujukan kepada pengusaha batubara, maka klasifikasi sumber daya batubaranya pun mengalami sedikit perubahan (Gambar 1.3). Pada SNI 2011 ini, kelas sumber daya hipotetik ditiadakan dengan asumsi sebagai berikut. Sumber daya hipotetik dihasilkan dari kegiatan Survei Tinjau yang biasanya dilakukan oleh Pemerintah. Tidak seharusnya perusahaan batubara melakukan kegiatan Survei Tinjau. Perusahaan batubara seharusnya menindaklanjuti kegiatan yang telah dilakukan oleh Pemerintah dengan melakukan survei yang memiliki tingkat keyakinan geologi yang lebih tinggi. Perusahaan batubara tidak diperkenankan melaporkan sumber daya hipotetik. Oleh karena itu, kelas sumber daya hipotetik dihilangkan dalam SNI 2011 ini. 5

Gambar 1.3. Klasifikasi sumber daya dan cadangan batubara berdasarkan SNI 5015:2011. Namun, pemerintah mempunyai tugas dan kewenangan untuk melakukan kegiatan Survei Tinjau dalam upaya menginventarisasi potensi batubara di negeri ini. Sumber daya hipotetik yang dipublikasi oleh Pemerintah tidak hanya berdasarkan asumsi semata, melainkan didukung oleh berbagai data hasil dari peninjauan lapangan. Sumber daya hipotetik ini mencerminkan potensi negara kita yang belum dimanfaatkan sampai saat ini. Pemanfaatannya kemungkinan terkendala oleh berbagai hal, misalnya lokasi endapan batubara di daerah marginal ataupun lokasi yang tumpang tindih dengan kawasan konservasi. Untuk endapan batubara yang saat ini tumpang tindih dengan kawasan konservasi, potensi ini dapat diperuntukkkan bagi Wilayah Pencadangan Negara yang kelak dapat dimanfaatkan apabila kondisinya memungkinkan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka kelas sumber daya hipotetik tetap dilaporkan dalam pemutakhiran data ini. 6

1.7. Tabulasi Data Data yang sudah dikelompokkan berdasarkan kelas kalorinya kemudian disusun dalam bentuk tabel (selanjutnya disebut tabel neraca) yang dipisahkan berdasarkan lokasi administratifnya misalnya, tabel neraca Provinsi Aceh, tabel neraca Provinsi Kalimantan Barat, dan seterusnya. Setelah dibuat tabel neraca dari tiap provinsi kemudian disusun risalah tabel neraca per pulau, misalnya tabel neraca Pulau Sumatera, Jawa, dan seterusnya. Setelah tabel neraca tiap pulau dibuat, maka neraca sumberdaya energi fosil Indonesia dapat diketahui dari menyimpulkan nilai neraca dari tiap pulau. Tabel neraca untuk tiap komoditas formatnya dibuat sesuai dengan keberadaan datanya. Berikut uraian tabel neraca untuk setiap komoditas: Tabel Neraca Sumberdaya Batubara Kolom-kolom yang dibuat dalam tabel neraca batubara adalah sebagai berikut: Lokasi, adalah tempat keterdapatan data batubara tersebut. Sumberdaya Batubara, dipisahkan menjadi sumberdaya hipotetik, tereka, tertunjuk dan terukur. Berdasarkan SNI, definisi masing-masing istilah adalah sebagai berikut: - Sumberdaya batubara adalah bagian dari endapan batubara dalam bentuk dan kuantitas tertentu serta mempunyai prospek beralasan yang memungkinkan untuk ditambang secara ekonomis. Lokasi, kualitas, kuantitas karakteristik geologi dan kemenerusan dari lapisan batubara yang telah diketahui, diperkirakan atau diinterpretasikan dari bukti geologi tertentu. Sumberdaya batubara dibagi sesuai dengan tingkat kepercayaan geologi ke dalam kategori tereka, tertunjuk, dan terukur. - Sumberdaya hipotetik adalah sumberdaya yang kuantitas dan kualitasnya diperoleh dari tahap penyelidikan Survei Tinjau. - Sumberdaya tereka adalah bagian dari total estimasi sumberdaya batubara yang kualitas dan kuantitasnya hanya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang rendah. Titik informasi yang mungkin didukung oleh data pendukung tidak cukup untuk membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan/atau kualitasnya. Estimasi dari kategori kepercayaan ini dapat berubah secara berarti dengan eksplorasi lanjut. - Sumberdaya tertunjuk adalah bagian dari total sumberdaya batubara yang kualitas dan kuantitasnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan yang masuk akal, didasarkan pada informasi yang didapatkan dari titik-titik pengamatan yang mungkin didukung oleh data pendukung. Titik informasi yang ada cukup untuk menginterpretasikan kemenerusan lapisan batubara, tetapi tidak cukup untuk membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan/atau kualitasnya. 7

- Sumberdaya terukur adalah bagian dari total sumberdaya batubara yang kualitas dan kuantitasnya dapat diperkirakan dengan tingkat kepercayaan tinggi, didasarkan pada informasi yang didapat dari titik-titik pengamatan yang diperkuat dengan data-data pendukung. Titik-titik pengamatan jaraknya cukup berdekatan untuk membuktikan kemenerusan lapisan batubara dan/atau kualitasnya. Cadangan Batubara, yaitu bagian dari sumberdaya batubara tertunjuk dan terukur yang dapat ditambang secara ekonomis. Estimasi cadangan batubara harus memasukkan perhitungan dilution dan losses yang muncul pada saat batubara ditambang. Penentuan cadangan secara tepat telah dilaksanakan yang mungkin termasuk studi kelayakan. Penentuan tersebut harus telah mempertimbangkan semua faktor-faktor yang berkaitan seperti metode penambangan, ekonomi, pemasaran, legal, lingkungan, sosial, dan peraturan pemerintah. Penentuan ini harus dapat memperlihatkan bahwa pada saat laporan dibuat, penambangan ekonomis dapat ditentukan secara memungkinkan. Cadangan batubara dibagi sesuai dengan tingkat kepercayaannya ke dalam cadangan terkira dan terbukti. Definisi masing-masing istilah sesuai dengan SNI 5015:2011, adalah sebagai berikut: - Cadangan batubara terkira adalah bagian dari sumberdaya batubara tertunjuk yang dapat ditambang secara ekonomis setelah faktor-faktor penyesuai terkait diterapkan, dapat juga sebagai bagian dari sumberdaya batubara terukur yang dapat ditambang secara ekonomis, tetapi ada ketidakpastian pada salah satu atau semua faktor penyesuai yang terkait diterapkan. - Cadangan batubara terbukti adalah bagian yang dapat ditambang secara ekonomis dari sumberdaya batubara terukur setelah faktor-faktor penyesuai yang terkait diterapkan. Tabel Neraca Sumberdaya Batubara Tambang Dalam Untuk komoditas batubara, sumberdaya batubara pada kedalaman 100 500 meter dari muka air laut disajikan khusus dalam tabel sumberdaya batubara Tambang Dalam. Tabel Neraca Sumberdaya Bitumen Padat Kolom yang terdapat pada tabel neraca sumberdaya bitumen padat adalah: Nomor urut, adalah nomor urutan pemasukan data. Lokasi, merupakan nama lokasi khas tempat bitumen padat tersebut berada. Provinsi, menggambarkan lokasi administratif endapan bitumen padat tersebut. 8

Kandungan minyak, memperlihatkan nilai minyak yang terkandung pada batuan bitumen padat di wilayah penyelidikan yang dihasilkan dari analisa retort dan diekspresikan dalam satuan liter/ton. Sumberdaya hipotetik, merupakan nilai sumberdaya bitumen padat pada daerah penyelidikan, dimana tingkat penyelidikannya masih berupa survei pendahuluan atau penyelidikan awal, dengan satuan juta ton. Sumberdaya tereka, merupakan nilai sumberdaya bitumen padat pada daerah penyelidikan, dimana tingkat penyelidikannya berupa survei semi detil dengan metode penyelidikan menggunakan pemboran, satuan dalam juta ton. Total Sumberdaya, merupakan penjumlahan dari nilai sumberdaya hipotetik dengan sumberdaya tereka. 9

2. HASIL KEGIATAN 2.1. Pemutakhiran Data Hingga tahun 2015, database batubara terdiri dari 412 lokasi yang tersebar di Pulau Sumatera, Pulau Jawa bagian barat, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi bagian selatan, dan Pulau Papua. Bitumen padat sebanyak 76 lokasi yang tersebar di Pulau Sumatera, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, dan Pulau Sulawesi bagian selatan dan tenggara, serta di Pulau Papua. CBM sebanyak 20 lokasi hasil penyelidikan Pusat Sumber Daya Geologi, yang tersebar di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. 2.2. Neraca Sumberdaya Energi Fosil 2.2.1 Sumberdaya Batubara Hasil perhitungan keseluruhan menunjukkan bahwa sumberdaya batubara Indonesia sampai dengan tahun 2015 ini adalah sebesar 126.609,34 juta ton batubara, sedangkan cadangan batubara sebesar 32.263,68 juta ton (Tabel 2.1). Tabel 2.1. Kualitas, Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia, 2015. Kualitas Sumberdaya (Juta Ton) Jumlah Cadangan (Juta Ton) Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Total % Terkira Terbukti Total Kalori Rendah 1,978.83 9,650.04 10,432.15 12,258.65 34,319.67 27.11 6,203.69 3,271.78 9,475.47 Kalori Sedang 16,882.22 22,413.42 17,441.12 24,286.35 81,023.10 63.99 16,485.65 3,858.21 20,343.86 Kalori Tinggi 889.19 2,804.47 2,186.22 3,243.11 9,122.99 7.21 545.20 974.33 1,519.53 Kalori Sangat Tinggi 13.61 1,276.46 394.02 459.49 2,143.58 1.69 761.51 163.31 924.82 TOTAL 19,763.84 36,144.39 30,453.51 40,247.60 126,609.34 100.00 23,996.05 8,267.63 32,263.68 Catatan : 1. Kualitas berdasarkan kelas nilai kalori 2. Kelas Sumberdaya batubara 3. Kelas Cadangan (Keppres No. 13 Tahun 2000 diperbaharui dengan PP No. 45 Tahun 2003) a. Terukur a. Terbukti a. Kalori Rendah < 5100 kal/gr b. Tertunjuk b. Terkira b. Kalori Sedang 5100-6100 kal/gr c. Tereka c. Kalori Tinggi > 6100-7100 kal/gr d. Hipotetik d. Kalori sangat Tinggi> 7100 kal/gr Apabila dibandingkan dengan neraca tahun 2014 terdapat kenaikan sumberdaya batubara sebesar 1.812,60 juta ton, begitu juga dengan cadangan batubara pada tahun ini mengalami penurunan sebanyak 121,06 juta ton (Gambar 2.1). Penurunan jumlah sumber daya dan cadangan ini dikarenakan melemahnya nilai batubara di pasar dunia, sehingga banyak perusahaan yang menghentikan kegiatan eksplorasi dan produksi batubara karena nilai jual batubara tidak dapat menutupi biaya produksi. 10

Juta ton 150.000,00 125.000,00 120.338,60 119.446,36 120.525,42 124.796,74 126.609,34 100.000,00 75.000,00 50.000,00 25.000,00 28.017,46 28.978,61 31.357,15 32.384,74 32.263,68 Sumberdaya Cadangan - 2011 2012 2013 2014 2015 Gambar 2.1. Grafik perubahan nilai sumberdaya dan cadangan batubara tahun 2011 2015. Sumber daya dan cadangan batubara per provinsi di Indonesia tahun 2015 adalah seperti terdapat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2. Sumber daya dan cadangan batubara per provinsi tahun 2015. No. Pulau Provinsi Sumberdaya (Juta Ton) Cadangan (Juta Ton) Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Total Terkira Terbukti Total 1 Banten 5.47 5.75 4.86 2.72 18.80 0.00 0.00 0.00 2 JAWA Jawa Tengah 0.00 0.82 0.00 0.00 0.82 0.00 0.00 0.00 3 Jawa Timur 0.00 0.08 0.00 0.00 0.08 0.00 0.00 0.00 4 Aceh 0.00 346.35 13.89 90.40 450.64 0.00 0.00 0.00 5 Sumatera Utara 0.25 7.00 0.00 19.97 27.22 0.00 0.00 0.00 6 Riau 12.79 243.12 643.82 900.34 1,800.07 54.49 633.34 687.83 7 Sumatera Barat 20.41 294.50 231.16 249.45 795.52 0.00 158.43 158.43 SUMATERA 8 Jambi 603.71 1,110.30 670.88 361.82 2,746.70 122.17 118.58 240.75 9 Bengkulu 0.00 2.12 118.81 71.14 192.07 0.00 18.95 18.95 10 Sumatera Selatan 12,633.17 13,161.57 15,001.02 11,106.17 51,901.93 10,134.43 2,140.29 12,274.72 11 Lampung 0.00 106.95 0.00 0.94 107.89 0.00 0.00 0.00 12 Kalimantan Barat 2.26 477.69 6.85 4.70 491.50 0.00 0.00 0.00 13 Kalimantan Tengah 222.24 1,952.19 883.86 1,047.20 4,105.48 284.53 486.73 771.26 14 KALIMANTAN Kalimantan Selatan 0.00 6,050.60 3,461.10 4,945.92 14,457.62 1,300.59 2,354.54 3,655.13 15 Kalimantan Timur 6,088.84 11,623.63 8,807.33 20,543.66 47,063.46 11,793.92 1,968.40 13,762.39 16 Kalimantan Utara 65.62 660.81 480.27 850.09 2,056.79 305.86 388.31 694.17 17 Sulawesi Selatan 0.00 48.81 129.68 53.09 231.58 0.06 0.06 0.12 SULAWESI 18 Sulawesi Tengah 0.00 17.11 0.00 0.00 17.11 0.00 0.00 0.00 19 MALUKU Maluku Utara 8.22 0.00 0.00 0.00 8.22 0.00 0.00 0.00 20 Papua Barat 93.66 32.82 0.00 0.00 126.48 0.00 0.00 0.00 PAPUA 21 Papua 7.20 2.16 0.00 0.00 9.36 0.00 0.00 0.00 TOTAL INDONESIA 19,763.84 36,144.39 30,453.51 40,247.60 126,609.34 23,996.05 8,267.63 32,263.68 Sesuai dengan SNI 5015 tahun 2011, sumber daya hipotetik ditiadakan karena merupakan tanggungjawab pemerintah untuk melaksanakan penyelidikan pendahuluan yang menghasilkan sumber daya hipotetik (Sub bab 2.3). Jadi nilai sumber daya dan 11

cadangan yang ditampilkan adalah nilai yang dihasilkan oleh perusahaan pemegang izin PKP2B dan IUP, seperti terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 2.3. Sumber Daya dan Cadangan Batubara sesuai dengan SNI 5015 tahun 2011. Kualitas Sumberdaya (Juta Ton) Jumlah Cadangan (Juta Ton) Tereka Tertunjuk Terukur Total % Terkira Terbukti Total Kalori Rendah 9,650.04 10,432.15 12,258.65 32,340.84 30.27 6,203.69 3,271.78 9,475.47 Kalori Sedang 22,413.42 17,441.12 24,286.35 64,140.89 60.03 16,485.65 3,858.21 20,343.86 Kalori Tinggi 2,804.47 2,186.22 3,243.11 8,233.80 7.71 545.20 974.33 1,519.53 Kalori Sangat Tinggi 1,276.46 394.02 459.49 2,129.97 1.99 761.51 163.31 924.82 TOTAL 36,144.39 30,453.51 40,247.60 106,845.50 100.00 23,996.05 8,267.63 32,263.68 2.2.2. Sumberdaya Batubara Tambang Dalam Sumberdaya Batubara untuk Tambang Dalam adalah sebesar 42,96 milyar ton. Naik sebesar 1,84 milyar ton dari tahun 2014 (41,12 milyar ton). Grafik perubahan nilai sumber daya batubara tambang dalam dapat dilihat berikut ini. Milyar Ton 41,50 41,00 40,50 40,00 39,50 39,00 Sumber Daya Batubara Tambang Dalam 39,76 40,32 40,96 41,12 42,96 Sumber Daya Batubara Tambang Dalam 38,50 2011 2012 2013 2014 2015 Gambar 4.2. Grafik perubahan nilai sumber daya batubara tambang dalam. 2.2.3. Sumberdaya Bitumen Padat Secara definisi, bitumen padat merupakan batuan sedimen yang mengandung material organik yang apabila dipanaskan sampai dengan suhu 550 o C (proses retort) akan menghasilkan minyak. Endapan bitumen padat dapat berupa oil shale (serpih minyak) ataupun tar sand. Kenyataan di lapangan, Indonesia memiliki kedua jenis 12

endapan bitumen padat tersebut. Oleh karena itu, untuk perhitungan neraca sumberdaya bitumen padat, data oil shale dan tar sand disajikan dalam tabel yang terpisah, walaupun pada akhirnya nilai total sumberdaya bitumen padat adalah penjumlahan dari kedua jenis ini. Pemisahan tabel tersebut bertujuan untuk memudahkan pihak yang ingin memanfaatkan komoditas tersebut. Sampai tahun 2015, sumberdaya oil shale Indonesia adalah sebesar 12.224,41 juta ton batuan yang terdiri dari 11.013,51 juta ton sumberdaya hipotetik dan 1.210,90 juta ton sumberdaya tereka. Kandungan minyak pada batuan bitumen padat berkisar antara 1-256 liter/ton. Penambahan sumber daya berasal dari penyelidikan Pusat Sumber Daya Geologi di 10 lokasi, yaitu daerah Aceh Tamiang (Provinsi Aceh), Boven Digoel (Provinsi Papua), Kabaena (Provinsi Sulawesi Tenggara), Sarmi (Provinsi Papua), Tanggetada (Provinsi Sulawesi Tenggara), Pangkalan (Provinsi Riau), Windesi (Provinsi Papua Barat), Pengadan (Provinsi Kalimantan Timur), Dusun Panjang (Provinsi Jambi), dan Makarti Jaya (Provinsi Sumatera Barat). Sumberdaya tar sand Indonesia belum berubah dari tahun 2013, yaitu masih sebesar 153,53 juta ton batuan yang terdiri dari 76,74 juta ton sumberdaya hipotetik dan 76,79 juta ton sumberdaya tereka dengan kisaran kandungan minyak 5-248 liter/ton. Hal yang menarik dari endapan tar sand ini adalah lokasinya yang terpusat di satu pulau yaitu Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Total sumberdaya bitumen padat adalah sebesar 12.337,94 juta ton batuan. Naik sebesar 708,09 juta ton dari tahun 2014. Grafik perubahan nilai sumberdaya bitumen padat dapat dilihat pada Gambar 2.3. 13

Juta ton 12.400,00 Sumberdaya Bitumen Padat 12.337,94 12.200,00 12.000,00 11606,67 11629,85 11.800,00 11.600,00 11.400,00 11.200,00 11.457,84 11.508,47 11.000,00 2011 2012 2013 2014 2015 Gambar 2.3. Grafik perubahan nilai sumberdaya Bitumen Padat (Oil Shale dan Tar Sand) tahun 2011 2015. 2.2.4. Sumberdaya Coalbed Methane (CBM) Coal Bed Methane yang juga disebut sebagai Gas Metana Batubara merupakan gas yang terdapat dalam lapisan batubara, komposisinya terdiri dari methane, CO 2, CO, N 2, dan ethane. Sampai tahun 2015 ini, sumberdaya hipotetik CBM Indonesia adalah sebesar 9.194.741.295 Cuft = 9,194 BCuft yang terdapat di 20 lokasi. Empat lokasi baru adalah di Srijaya Makmur (Kabupaten Musi Rawas, Sumatera Selatan), Paser (Kalimantan Timur), Tamiang Layang (Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah), dan Upau (Kabupaten Tabalong dan Balangan, Kalimantan Selatan). Terdapat kenaikan sumber daya sebesar 1,661 Bcuft dari tahun sebelumnya. 14

BCuft 8 7 6 5 4 3 2 1 0 Sumberdaya Coalbed Methane 6,939 7,533 9,194 5,809 5,206 2011 2012 2013 2014 2015 Gambar 2.4. Grafik perubahan nilai sumberdaya coalbed methane tahun 2011 2015. 15

Tabel 2.5. Sumberdaya Coal Bed Methane Indonesia, 2015. No Daerah/Lokasi Tahun Luas (Km2) Batubara (Ton) Sumberdaya Hipotetik Methane (Cuft) 1 2 3 6 7 INSTANSI PEMERINTAH 1 Loa Lepu (Kaltim) 2006 2 x 1 191,726,612 150,711,520 2 Buana Jaya (Kaltim) 2007 2 x 1 534,261,545 606,588,270 3 Tanah Bumbu (Kalteng) 2008 2 x 1 112,733,226 402,255,325 4 Tamiang (Sumsel) 2008 1 x 1 31,792,000 9,114,082 5 Tanjung Enim (Sumsel) 2009 2 x 1 1,181,594,858 758,792,398 6 Ombilin (Sumbar) 2009 1 x 0,4 7,987,200 1,624,346,374 7 Jangkang (Kalteng) 2010-16,567,200 15,724,003 8 Nibung (Sumsel) 2010 7,5 x 0,58 100,394,426 1,637,175,754 9 Paser 2010 2,7 x 1,0 1,858,168 806,663 10 Bukit Sibantar, Sawahlunto (Sumbar) 2011 111 Ha 10,995,060.00 603,806,535.00 11 Balangan (Kalimantan Selatan) 2012 0.50 32,792,500.00 417,845,314.00 12 Lahat (Sumatera Selatan) 2012 0.40 136,236,133.00 647,423,277.00 13 Bayunglencir (Sumatera Selatan) 2012 0.50 11,992,500.00 64,439,979.00 14 Muara Kilis (Jambi) 2013 0.50 2,765,000.00 14,220,657.00 15 Sumai (Jambi) 2013 14.79 374,932,470.00 161,135,955.00 16 Berau (Kaltim) 2013 0.50 29,928,100.00 418,783,700.00 17 18 19 Srijaya Makmur (Kab. Musi rawas, Sumatera Selatan) Paser (Kab. Paser, Kalimantan Timur) Tamiang Layang (Kab. Barito Timur, Kalimantan Tengah 2014 2x0,5 8,125,000.00 90,585,950.00 2014 408.00 14,841,800.00 630,292,590.00 2015 2x2 10,408,582.00 265,073,849.00 20 Upau (Kab. Tabalong dan Balangan, Kalimantan Selatan) 2015 2x0,5 161,947,000.00 675,619,100.00 2,973,879,380.00 9,194,741,295.00 16

Gambar 2.5. Sumberdaya dan Cadangan Batubara Indonesia Status 2015. 17

Sumberdaya: 11.634.97 juta ton Gambar 2.6. Sumberdaya Bitumen Padat Indonesia Status 2015. 18

Gambar 2.7. Peta penyelidikan CBM Badan Geologi dan wilayah kerja CBM tahun 2015. 19

20