BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT ATA 2014 I - 1

BAB I PENDAHULUAN LKPJ GUBERNUR JAWA BARAT TAHUN 2015 I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Dasar Hukum

I-1 BAB I PENDAHULUAN. I. Latar Belakang

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB IV GAMBARAN UMUM DAN OBJEK PENELITIAN. Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara Lintang

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB I KONDISI MAKRO PEMBANGUNAN JAWA BARAT

BAB V KINERJA PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA DI JAWA BARAT

No Kawasan Andalan Sektor Unggulan

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

V KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2008

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2006

GAMBARAN SOSIAL - EKONOMI KOTA PALOPO TAHUN Disampaikan oleh : Badan Pusat Statistik Kota Palopo Palopo, 23 Oktober 2014

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dan pengurangan kemiskinan yang absolut (Todaro, 2000).

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN III TAHUN 2014

BAB IV GAMBARAN UMUM

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN KABUPATEN MAJALENGKA

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2008

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Gambaran Umum Daerah

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BADAN PUSAT STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

4 DINAMIKA PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN JAWA BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2011

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN I TAHUN 2012

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II-2013

DATA PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI PMA DAN PMDN SE JAWA BARAT PERIODE LAPORAN JANUARI - MARET TAHUN 2017

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN III-2014

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB.SUBANG TAHUN 2013

V. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAWA BARAT. Provinsi Jawa Barat, secara geografis, terletak pada posisi 5 o 50-7 o 50

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II 2013

BERITA RESMI STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas (Irawan dan Suparmoko 2002: 5). pusat. Pemanfaatan sumber daya sendiri perlu dioptimalkan agar dapat

P E M E R I N T A H P R O V I N S I B A N T E N

BERITA RESMISTATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

PERTUMBUHAN EKONOMI LAMPUNG TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN I-2014

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN. batas-batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah Utara dengan Sumatera Barat. - Sebelah Barat dengan Samudera Hindia

BERITA RESMI STATISTIK

PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BELITUNG TAHUN ANGGARAN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH TRIWULAN II TAHUN 2014

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI TENGAH

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERKEMBANGAN EKONOMI RIAU

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN MAJALENGKA

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO. PDRB Gorontalo Triwulan III-2013 Naik 2,91 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2014 SEBESAR -2,98 PERSEN

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Dasar Hukum Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2011 disusun berdasarkan ketentuan sebagai berikut: 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 1

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 8. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5043); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578 ); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 15. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 17 Tahun 2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2000 Nomor 22 Seri D); 16. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 2025 (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 8 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 2

Nomor 45) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 24 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2005 2025 (Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor 24 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 87); 17. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 10 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 9 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 16); 18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 47); 19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat DPRD Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 19 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 54); 20. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 21 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 20 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 55); 21. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis dan Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 21 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 56); 22. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 23 Tahun 2008 tentang Rumah Sakit Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 22 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 57); 23. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 24 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Lain Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 23 Seri D, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 58); 24. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013 (Lembaran Daerah Tahun 2009 Nomor 2 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 60) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 2013 (Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor 25 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 88); 25. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 Tahun 2009 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat (Lembaran Daerah Tahun 2009 Nomor 6 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 64); LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 3

26. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 4 Tahun 2010 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2010 (Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor 4 Seri A); 27. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 18 Tahun 2010 tentang Perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (PAPBD) Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2010 (Lembaran Daerah Tahun 2010 Nomor 18 Seri A); 28. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 28 Tahun 2009 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 (Berita Daerah Tahun 2009 Nomor 101 Seri E); 29. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 113 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas dan Badan di lingkungan Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Tahun 2009 Nomor 186 Seri D). B. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Jawa Barat memiliki wilayah daratan seluas 3.711.654,00 hektar dan garis pantai sepanjang 724,85 km. Secara geografis, terletak pada 5 0 50-7 0 50 Lintang Selatan dan 104 0 48-108 0 48 Bujur Timur, dengan batas-batas wilayah, sebelah utara, berbatasan dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta, sebelah Timur, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah, sebelah selatan, berbatasan dengan Samudra Indonesia dan sebelah Barat, berbatasan dengan Provinsi Banten. Kondisi topografi Jawa Barat, dibedakan atas wilayah pegunungan curam (9,5 %) yang terletak di bagian Selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut, wilayah lereng bukit yang landai (36,48 %) yang terletak di bagian Tengah dengan ketinggian 10-1.500 m dpl., dan wilayah daratan landai (54,02%) yang terletak di bagian Utara dengan ketinggian 0-10 m dpl. Jawa Barat memiliki iklim tropis dengan suhu rata-rata berkisar 17,4 0-30,7 0 C dengan kelembaban udara 73-84%. Provinsi Jawa Barat terdiri dari 17 kabupaten dan 9 kota terbagi kedalam 626 kecamatan, 5.285 desa, serta 638 kelurahan, yaitu Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Subang, Purwakarta, Karawang, Bekasi, Kuningan, Cirebon, Majalengka, Indramayu, Bandung, Bandung Barat, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Sumedang, serta Kota Bogor, Sukabumi, Depok, Bekasi, Cirebon, Bandung, Cimahi, Tasikmalaya dan Banjar. Provinsi Jawa Barat memiliki curah hujan tahunan rata-rata paling tinggi dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia, yaitu berkisar 2000-4000 mm/tahun dan mempunyai potensi sumber daya air, khususnya air permukaan mencapai ratarata 35,155 Milyar m 3 /tahun dalam kondisi normal. Potensi tersebut, baru dimanfaatkan sekitar 40,94% atau 14,391 Milyar m 3 /tahun, sedang sisanya masih terbuang ke laut. Sumber air tersebut, mengaliri 40 Daerah Aliran Sungai (DAS) Jawa Barat dengan luas wilayah DAS sebesar 39.629,86 km 2, terdiri dari 3.504 sungai yang LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 4

dibagi menjadi lima wilayah sungai (WS), yaitu WS. Cidanau-Ciujung-Cidurian- Cisadane-Ciliwung-Citarum; WS. Cimanuk-Cisanggarung; WS. Citanduy; WS. Ciwulan-Cilaki; dan WS. Cisadea-Cibareno. Wilayah Sungai yang menjadi kewenangan provinsi mencakup WS. Ciwulan-Cilaki dan Cisadea-Cibareno. Selain sumber daya air tersebut, Jawa Barat memiliki situ dan waduk buatan, diantaranya 3 waduk dibangun pada Sungai Citarum, yaitu Waduk Saguling, Waduk Cirata, dan Waduk Juanda. Ketiga waduk tersebut mempunyai daya tampung total mencapai 5,715 Milyar m 3. Sedangkan situ dan waduk lainnya sebagian besar dibangun pada jaman pemerintahan Belanda, sampai dengan tahun 2011 telah teridentifikasi sebanyak 620 buah situ dan yang belum terindentifikasi sebanyak 248 buah situ. Penggunaan ruang Jawa Barat cenderung semakin intensif, menjadikan kondisi fisik kawasan terbangun dan kawasan budidaya rentan terhadap bencana. Wilayah-wilayah yang merupakan rawan bencana, terutama di wilayah bagian selatan dan tengah, seperti Bogor, Sukabumi, Cianjur, Kuningan, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, dan Bandung. Selain kondisi fisik yang rentan, struktur bangunan rumah, gedung, maupun infrastruktur juga memperparah keadaan karena cenderung tidak tahan gempa dan tidak tahan gerakan tanah, serta konstruksinya tidak ramah banjir. Berdasarkan data dari BPS Provinsi Jawa Barat, jumlah penduduk pada tahun 2011 mencapai 44.286.519 jiwa dengan komposisi 22.534.319 jiwa penduduk laki-laki dan 21.752.200 jiwa penduduk perempuan. Jika dibandingkan dengan keadaan tahun 2010, jumlah penduduk di Jawa Barat mengalami kenaikan sebesar 1.264.693 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,90%. Kepadatan penduduk tahun 2011 sebesar 1.193 jiwa/km 2 sedangkan sex ratio sebesar 104 yang berarti dalam setiap 100 penduduk perempuan terdapat 104 penduduk laki-laki. Tabel 1.1 Indikator Satuan 2010 2011 Jumlah Penduduk jiwa 43,021,826 44,286,519 - Laki-laki jiwa 21,876,572 22,534,319 - Perempuan jiwa 21,145,254 21,752,200 Laju Pertumbuhan Penduduk persen 1.89 1.90 Kepadatan Penduduk jiwa/km 2 1,159 1,193 Sex ratio persen 103 104 Kondisi Demografi Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2011 LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 5

2. Perkembangan Indikator Pembangunan Jawa Barat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai indikator pembangunan di Provinsi Jawa Barat setiap tahun selalu mengalami peningkatan, namun pencapaian (IPM) pada kurun tahun 2010-2011 menunjukkan peningkatan yang paling besar dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Berdasarkan angka estimasi keadaan November 2011 dari BPS Provinsi Jawa Barat, pada tahun 2011 capaian IPM Provinsi Jawa Barat 72,82 poin, meningkat 0,74 poin dibandingkan tahun 2010 yang mencapai 72,08 poin. Peningkatan IPM setiap tahunnya, merupakan dampak dari meningkatnya komponen-komponen pembentuk IPM. Pada kurun tahun 2010-2011, kontributor peningkatan IPM terbesar adalah indeks daya beli yang meningkat sebesar 1,00 poin. Komponen pendidikan pada tahun 2011 mengalami peningkatan, Indeks Pendidikan pada tahun 2010 mencapai 81,67 poin dan meningkat pada tahun 2011 menjadi 82,55 poin. Peningkatan indeks pendidikan diakibatkan oleh peningkatan dua komponen penyusunnya, yaitu indeks melek huruf dan indeks rata-rata lama sekolah. Angka Melek Huruf tahun 2011 sebesar 96,48% meningkat 0,48% dibandingkan tahun 2010, dan Rata-rata Lama Sekolah tahun 2011 mencapai 8,20 tahun meningkat 0,25 tahun dibandingkan tahun 2010 yang mencapai 7,95 tahun. Komponen kesehatan mengalami peningkatan sebagai dampak dari meningkatnya Angka Harapan Hidup (AHH). Angka Harapan Hidup pada tahun 2011 mencapai 68,40 tahun, meningkat 0,20 tahun dibandingkan tahun 2010 yaitu 68,20 tahun. Peningkatan Angka Harapan Hidup mengindikasikan adanya peningkatan akses masyarakat Jawa Barat terhadap sarana dan fasilitas kesehatan. Komponen pembentuk IPM lainnya, yaitu indeks daya beli yang menunjukkan kemampuan masyarakat untuk mengakses perekonomian. Pada tahun 2011 indeks daya beli meningkat sebesar 1,00 poin dari 62,57 poin tahun 2010 menjadi 63,57 poin, sedangkan angka indeks daya beli tahun 2011 sebesar Rp. 635,10 ribu, meningkat dibandingkan tahun 2010 sebesar Rp. 630,77 ribu. Untuk tahun 2011, pola pencapaian IPM /kota di Jawa Barat tidak jauh berbeda dengan tahun 2010. IPM tertinggi masih ditempati Kota Depok sebesar 79,49 poin, sedangkan yang terendah juga masih ditempati Indramayu yaitu sebesar 68,18 poin. Namun, secara umum /kota di Jawa Barat mengalami peningkatan angka IPM dari tahun 2010-2011. LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 6

Tabel 1.2 Target 2011 No Indikator Capaian 2010 Capaian 2011 RKPD KUA Perubahan 1 a. Jumlah Penduduk 43,021,826-43,7 juta 44,286,519 b. Laju Pertumbuhan Penduduk (persen) 1.89-1,20-1,30 1.90 2 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 72.08 73,24-73,39 73,24-73,39 72.82 - Indeks Pendidikan 81.67 82,92-83,29 82,92-83,29 82.55 - Indeks Kesehatan 72.00 73,33-73,40 73,33-73,40 72.34 - Indeks Daya Beli 62.57 63,47-63,48 63,47-63,48 63.57 3 a. Jumlah Penganggur 1,951,391 - - 1,901,843 b. Tingkat Pengangguran Terbuka (persen) 10.33 10.47 9-10 9.83 4 a. Jumlah Penduduk Miskin 4,773,720 - - 4,650,810 b. Persentase Penduduk Miskin (persen) 11.27 10.31 12-13 10.57 5 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) 6.09 5,0-6,0 6,0-6,5 6.48 6 Inflasi (persen) 6.46 4,0-6,0 4,9-6,0 3.10 7 PDRB menurut Lapangan Usaha atas dasar harga konstan 2000 (triliun) 321.87 340.79 335,03-339,09 343.11 8 Investasi / PMTB atas dasar harga berlaku (triliun) 136.63 139.32 131,57-136,46 156.34 Capaian dan Target Indikator Makro Pembangunan Jawa Barat Tahun 2010-2011 Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat, kondisi angkatan kerja mengalami peningkatan, pada bulan Agustus 2010, jumlah angkatan kerja mencapai 18.893.835 orang, sedangkan pada bulan Agustus 2011 mencapai 19.356.624 orang. Begitu pula, jumlah penduduk yang bekerja, mengalami peningkatan sebanyak 512.337 orang (3,02%), dari sebanyak 16.942.444 orang bulan Agustus tahun 2010 menjadi sebanyak 17.454.781 orang bulan Agustus 2011. Selama kurun waktu satu tahun, terjadi penurunan jumlah penganggur sebanyak 49.548 orang (2,54%), dari 1.951.391 orang pada bulan Agustus 2010 menjadi 1.901.843 orang pada bulan Agustus 2011. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada bulan Agustus 2010 sebesar 62,38% dan pada bulan Agustus 2011 sebesar 62,27%, sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami penurunan sebesar 0,50% dari 10,33% pada bulan Agustus 2010 menjadi 9,83% pada bulan Agustus 2011. Penyerapan terbesar tenaga kerja pada bulan Agustus 2011 dari sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi yang mampu menyerap sebanyak 4.554.503 orang (26,10%), pertanian, perkebunan, kehutanan dan perikanan sebanyak 3.675.713 orang (21,06%), industri dengan tenaga kerja sebanyak 3.571.915 orang (20,46%), jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan dengan tenaga kerja 2.699.014 orang (15,46%) dan sektor lainnya 2.953.636 orang (16,92%). LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 7

Berdasarkan status pekerjaan, pada bulan Agustus 2011 tenaga kerja pada sektor informal mencakup 56,55% dari seluruh penduduk yang bekerja, sedangkan pada Agustus 2010 sekitar 62,67%. Dengan demikian terjadi penurunan sebesar 6,12% untuk tenaga kerja pada sektor informal dan sebaliknya terjadi peningkatan tenaga kerja pada sektor formal. Dalam mengukur kemiskinan, BPS menggunakan pendekatan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, artinya kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan non makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sebanyak 122.910 orang, dari 4.773.720 orang (11,27%) pada bulan Maret 2010, menjadi sebanyak 4.650.810 orang (10,57%) pada bulan September 2011. Sebaran penduduk miskin, untuk daerah perkotaan sebanyak 2.628.350 orang, sedangkan di daerah perdesaan sebanyak 2.022.450 orang pada bulan September 2011. 3. Kondisi Ekonomi a. Potensi Unggulan Daerah Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029, digambarkan sektor unggulan yang dikembangkan di masing-masing Wilayah Pengembangan adalah sebagai berikut : Tabel 1.3 Sektor Unggulan Daerah No Kawasan Kegiatan Utama I Bodebekpunjur (Bogor, Depok, Bekasi, Puncak, Cianjur) II Purwasuka (Purwakarta, Subang, Karawang) pariwisata, industri manufaktur, perikanan, perdagangan, jasa, pertambangan, agribisnis dan agrowisata pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, bisnis kelautan, industri pengolahan, pariwisata dan pertambangan. III Sukabumi, dsk agribisnis, peternakan, pariwisata, dan bisnis kelautan IV Ciayumajakuning (Cirebon, agribisnis, agroindustri, perikanan, Indramayu, Majalengka, Kuningan, pertambangan dan pariwisata. Sumedang) V Priangan Timur-Pangandaran (Tasikmalaya, Garut, Ciamis, Banjar) VI Sukabumi dan sekitarnya (Sukabumi, Cianjur) VII Kawasan Khusus Cekungan Bandung pertanian, perkebunan, perikanan tangkap, pariwisata, industri pengolahan, industri kerajinan dan pertambangan mineral. peternakan, pertanian, perkebunan, perikanan tangkap, pariwisata, industri pengolahan dan bisnis kelautan, serta pertambangan mineral. pertanian, hortikultura, industri non-polutif, industri kreatif, perdagangan, jasa, pariwisata dan perkebunan, dengan meningkatkan manajemen pembangunan yang berkarakter lintas /kota yang secara kolektif berbagi peran membangun dan mempercepat perwujudan PKN Kawasan Perkotaan Bandung Raya. LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 8

b. Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,46% dibanding tahun 2010. Pertumbuhan terjadi pada semua sektor ekonomi, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor pengangkutan dan komunikasi dan terendah di sektor pertambangan dan penggalian. Besaran PDB Indonesia tahun 2011 atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 7.427,1 trilyun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp. 2.463,2 trilyun. Struktur perekonomian Indonesia secara spasial pada triwulan IV tahun 2011 masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa yang memberikan kontribusi terhadap PDB sebesar 57,5%. Berdasarkan perbandingan provinsi-provinsi di Indonesia, Jawa Barat menempati urutan ketiga dengan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto sebesar 14,3%, dibawah DKI Jakarta dan Jawa Timur yang masing-masing sebesar 16,5% dan 14,7%. Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) PDRB Jawa Barat secara kumulatif Januari-Desember 2011 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2010 (c to c) mencapai 6,48%, lebih tinggi 0,02% dibandingkan LPE Indonesia yang mencapai 6,46%. Jika dibandingkan dengan target pencapaian LPE yang ditetapkan dalam RKPD dan KUA Perubahan tahun 2011, capaian LPE tahun 2011 telah melebihi target yang ditetapkan dalam RKPD dan mencapai target yang ditetapkan dalam KUA Perubahan sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1.2. Dilihat dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 14,93%, kemudian sektor bangunan sebesar 14,16%, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 13,45%. sedangkan sektor pertambangan dan penggalian serta sektor pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan mengalami penurunan masing-masing sebesar -5,09% dan -0,09%. Besaran PDRB Jawa Barat atas dasar harga berlaku pada tahun 2011 mencapai Rp. 861,01 trilyun, sedangkan atas dasar harga konstan 2000 mencapai Rp. 343,11 trilyun. Dari sisi lapangan usaha, perekonomian Jawa Barat didominasi oleh peranan tiga sektor utama yakni sektor Industri Pengolahan, sektor Perdagangan Hotel & Restoran dan sektor Pertanian. Nilai PDRB ketiga sektor tersebut, atas dasar harga berlaku masing-masing sebesar Rp. 319,98 trilyun (Industri Pengolahan), Rp. 194,43 trilyun (PHR) dan Rp.103,13 trilyun (Pertanian). Sedangkan atas dasar harga konstan, nilai PDRB sektor Industri Pengolahan sebesar Rp. 144,01 trilyun, sektor Perdagangan Hotel & Restoran Rp. 75,77 trilyun dan sektor Pertanian sebesar Rp. 42,10 trilyun. LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 9

Tabel 1.4 Produk Domestik Regional Bruto Provinsi Jawa Barat Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2010-2011 (Trilyun Rupiah) Lapangan Usaha [1] 2010 *) 2011 **) adhb adhk adhb adhk [2] [3] [4] [5] I. Primer 112.74 49.60 120.49 49.19 1. Pertanian 97.19 42.14 103.13 42.10 2. Pertambangan dan Penggalian 15.55 7.46 17.36 7.08 II. Sekunder 341.10 154.38 376.29 164.92 1. Industri Pengolahan 290.75 135.25 319.98 144.01 2. Listrik, Gas dan Air Bersih 21.30 7.32 21.94 7.43 3. Bangunan/Konstruksi 29.05 11.81 34.36 13.48 III. Tersier 316.82 117.89 364.23 129.01 1. Perdagangan, Hotel dan Restoran 172.71 70.08 194.43 75.77 2. Pengangkutan dan Komunikasi 54.63 15.35 66.34 17.65 3. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 21.16 10.56 24.48 11.99 4. Jasa-jasa 68.32 21.90 78.98 23.61 PDRB dengan Minyak dan Gas Bumi 770.66 321.87 861.01 343.11 PDRB tanpa Minyak dan Gas Bumi 738.59 313.19 824.08 334.45 Catatan : *) Angka pada LKPJ 2010 **) Angka Sangat Sementara Berdasarkan pengelompokan kegiatan ekonomi, yang dibedakan ke dalam sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier, kinerja masing-masing sektor atas dasar harga konstan 2000, sektor primer mengalami penurunan besaran PDRB, dari sebesar Rp. 49,60 trilyun tahun 2010 menjadi sebesar Rp. 49,19 trilyun tahun 2011. Sedangkan, sektor sekunder mengalami peningkatan, dari sebesar Rp. 154,38 trilyun pada tahun 2010 menjadi Rp. 164,92 trilyun pada tahun 2011. Peningkatan yang cukup signifikan terjadi pada sektor tersier, dari Rp. 117,89 trilyun tahun 2010 menjadi sebesar Rp. 129,01 trilyun pada tahun 2011 Tabel 1.5 Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Sektor Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2010-2011 (%) Sektor Tahun 2010 2011 **) (1) (2) (3) 1. Pertanian 1,00-0,09 2. Pertambangan dan Penggalian 0,54-5,09 3. Industri Pengolahan 2,90 6,21 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 6,97 1,51 5. Bangunan 14,67 14,16 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 11,77 8,11 7. Pengangkutan dan Komunikasi 16,23 14,93 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9,84 13,45 9. Jasa-jasa 8,64 7,79 Catatan **) Angka Sangat Sementara PDRB 6,09 6,48 LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 10

Tabel 1.5 menyajikan laju pertumbuhan PDRB menurut sektor atas dasar harga konstan 2000 dari sisi lapangan usaha, laju pertumbuhan ekonomi (LPE) PDRB Jawa Barat mencapai 6,48% yang didorong oleh peningkatan hampir seluruh sektor, kecuali sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami penurunan masing-masing sebesar -0,09% dan - 5,09%. Laju Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh pengangkutan dan komunikasi sebesar 14,93%, sektor bangunan sebesar 14,16%, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 13,45%. c. Struktur Ekonomi Peranan sektor ekonomi suatu daerah terhadap pembentukan PDRB menggambarkan potensi perekonomian suatu wilayah. Tingginya peranan suatu sektor dalam perekonomian, memberikan gambaran bahwa sektor tersebut merupakan sektor andalan yang dapat terus dikembangkan serta menjadi pendorong roda perekonomian. Struktur perekonomian dilihat dari kontribusi 3 sektor, yaitu sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier. Besaran distribusi PDRB dari sektor sekunder sebesar 48,06%, sektor tersier sebesar 37,59% dan sektor primer sebesar 14,33%. Sedangkan, berdasarkan peranan masing-masing sektor ekonomi atau lapangan usaha, distribusi PDRB, yaitu sektor industri pengolahan sebesar 41,97%, sektor PHR sebesar 22,08% dan sektor pertanian sebesar 12,27%, ketiga sektor tersebut menyumbang 76,32% terhadap total PDRB atas dasar konstan 2000. Tabel 1.6 Struktur Ekonomi Jawa Barat menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas dasar Harga Konstan 2000 Distribusi PDRB Provinsi Jawa Barat Tahun 2010-2011 (persentase) Lapangan Usaha 2010 2011 **) adhb adhk adhb adhk [1] [2] [3] [4] [5] PRIMER 14.63 15.41 14.00 14.33 1. Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Kehutanan 12.61 13.09 11.98 12.27 dan Perikanan 2. Pertambangan dan Penggalian 2.02 2.32 2.02 2.06 SEKUNDER 44.26 47.96 43.70 48.06 3. Industri Pengolahan 37.73 42.02 37.16 41.97 4. Listrik, Gas dan air Bersih 2.76 2.27 2.55 2.16 5. Bangunan/Konstruksi 3.77 3.67 3.99 3.93 TERSIER 41.11 36.62 42.29 37.59 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 22.41 21.77 22.58 22.08 7. Pengangkutan dan Komunikasi 7.09 4.77 7.7 5.14 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 2.75 3.28 2.84 3.49 9. Jasa-jasa 8.86 6.80 9.17 6.88 PDRB 100 100 100 100 Keterangan : * * ) Angka Sangat Sementara LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 11

Tabel 1.7 Distribusi dan Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Penggunaan Tahun 2010-2011 (%) No Komponen Penggunaan PDRB Distribusi 2010 2011 **) Laju Pertumbuhan 1 Konsumsi Rumah Tangga 60,39 59,69 1) 5,79 2 Konsumsi Lembaga Nirlaba 0,44 - - 3 Konsumsi Pemerintah 8,63 8,89 5,94 4 Pembentukan Modal Tetap 17,73 18,16 9,77 Bruto 5 Perubahan Inventory 3,94 4,57 16,60 Diskrepansi Statistik 1,30 2,69-6 Ekspor 36,08 35,40 6,51 Dikurangi Impor 28,51 29,40 13,59 Catatan : **) Angka Sangat Sementara 1) Konsumsi Rumah Tangga termasuk Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga Pada tahun 2011, PDRB atas dasar harga konstan 2000 sebesar Rp. 343,11 trilyun, sebagian besar digunakan untuk konsumsi rumah tangga sebesar 59,69%. Komponen penggunaan lainnya, meliputi pengeluaran untuk konsumsi pemerintah sebesar 8,89%, pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik sebesar 18,16%, perubahan inventori sebesar 4,57%, transaksi ekspor sebesar mencapai 35,40%, dan impor sebesar 29,40%. Sedangkan laju pertumbuhan PMTB tahun 2011 atas dasar harga konstan adalah sebesar 9,77%. d. PDRB per Kapita Tingkat kemakmuran masyarakat secara makro dapat digambarkan dengan indikator pendapatan per kapita atau percapita income. Semakin tinggi pendapatan yang diterima penduduk di suatu wilayah, maka tingkat kesejahteraan di wilayah yang bersangkutan bertambah baik. Dengan asumsi bahwa pendapatan faktor produksi dan transfer yang mengalir keluar sama dengan pendapatan faktor produksi dan transfer yang masuk, maka pendapatan regional sama besar dengan PDRB perkapita. Asumsi ini, digunakan karena sulitnya untuk mendapatkan data pendapatan faktor produksi dan transfer yang masuk dan keluar. Angka PDRB perkapita diperoleh dengan cara membagi PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun. LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 12

Tabel 1.8 PDRB per Kapita Jawa Barat Tahun 2010-2011 PDRB per Kapita Tahun 2010 Tahun 2011 **) (1) (2) (3) Atas Dasar Harga Berlaku 17.899.970 19.645.670 (rupiah) Atas Dasar Harga Konstan 2000 7.476.143 7.828.804 (rupiah) Keterangan : **) Angka Sangat Sementara Tabel 1.8 memperlihatkan bahwa PDRB perkapita Jawa Barat terus mengalami peningkatan yang tinggi selama periode 2010-2011. Tahun 2010, PDRB perkapita atas dasar harga berlaku mencapai Rp. 17.899.970,-, dan pada tahun 2011 sebesar Rp. 19.645.670,-. Sedangkan PDRB per kapita atas dasar harga konstan 2000 meningkat dari Rp. 7.476.143,- pada tahun 2010 menjadi Rp. 7.828.804,-. Tingkat inflasi Jawa Barat mencapai 3,10% dengan sepuluh kali inflasi bulanan dan dua kali deflasi, ditunjukan dengan indeks harga konsumen gabungan di 7 kota besar di Jawa Barat, yaitu Kota Bogor sebesar 2,85%, Sukabumi 4,26%, Bandung 2,75%, Cirebon 3,20%, Bekasi 3,45%, Depok 2,95% dan Tasikmalaya 4,17%. Berdasarkan kelompok pengeluaran, inflasi paling tinggi terjadi pada kelompok sandang mencapai 5,74%, kesehatan 3,80%, bahan makanan 3,53%, perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar 3,36%, makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau 3,31%, pendidikan, rekreasi dan olah raga 3,02%, dan terendah transpor, komunikasi dan jasa keuangan 0,92%. LPPD Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2011 13