HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN SIKAP PERAWAT KETIKA MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut World Health Organitation (WHO), prevalensi masalah kesehatan

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada fungsi mental, yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku,

BAB I PENDAHULUAN. adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara internal maupun eksternal yang

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir dan Muhith, 2011). mencerminkan kedewasaan kepribadiannya.

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat tinggi, yakni satu dari empat

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DI RUMAH SAKIT UMUM PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa perawat merupakan back bone untuk mencapai targettarget

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. baik yang bersifat bedah maupun non bedah.(aditama,2002:6) sesuai dengan wewenang, tanggung jawab dan kode etik profesi keperawatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu

PENGARUH ELECTRO CONFULSIVE THERAPY TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI


BAB 1 PENDAHULUAN. bermutu merupakan asuhan manusiawi yang diberikan kepada pasien, memenuhi

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) (2009) memperkirakan 450 juta. orang di seluruh dunia mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN KEPATUHAN BEROBAT KLIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. (komprehensif dan holistik) yang berfokus pada kepuasan pasien.

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan proses belajar seumur hidup bagi perawat. Perawat terus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I. Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. mudah, terjangkau dan terukur kepada masyarakat dan pihak-pihak terkait.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesadaran masyarakat

SKRIPSI. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan. Disusun oleh: ENDANG PANISIH J

BAB 1 PENDAHULUAN. Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan dan tempat

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN TINDAKAN KEPERAWATAN DALAM PENANGANAN FAJR DAN AL-HAJJI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. positif terhadap diri sendiri dan orang lain (Menkes, 2005). Masyarakat (Binkesmas) Departemen Kesehatan dan World Health

BAB I PENDAHULUAN. yang sering digambarkan sebagai masa yang paling indah dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh semua orang. Menurut Yosep (2007), kesehatan jiwa adalah. dan kecakapan dalam beradaptasi dengan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan. Tanpa perawat, kondisi pasien akan terabaikan. dengan pasien yang dimana pelayanan keperawatan berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi sekarang ini, pelayanan prima. merupakan elemen utama yang harus diperhatikan oleh unit

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan.kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas dari gangguan jiwa, akan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan jasa kesehatan. Keberhasilan sebuah rumah sakit dinilai dari mutu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini Puskesmas telah didirikan di hampir seluruh pelosok tanah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. emosi, pikiran, perilaku, motivasi daya tilik diri dan persepsi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. A DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI BANGSAL AYODYA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT GRHASIA YOGYAKARTA PERIODE JANUARI 2007-DESEMBER 2009

BAB I PENDAHULUAN. jiwa menjadi masalah yang serius dan memprihatinkan, penyebab masalah

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. memuaskan, hal ini terutama terjadi di negara-negara berkembang. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. atau manajemen untuk memberikan pelayanan yang terbaik. Manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan efektivitas kerja yang positif bagi pegawai. Adanya kepemimpinan yang

BAB I PENDAHULUAN. faktor peningkatan permasalahan kesehatan fisik dan juga masalah kesehatan

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN JUMLAH LIMFOSIT PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. medis lainnya. Sedangkan menurut American Hospital Assosiation rumah sakit

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. kurang baik ataupun sakit. Kesehatan adalah kunci utama keadaan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban tenaga keperawatan profesional (Depkes RI, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk pelayanan yang diberikan kepada klien oleh suatu tim multidisiplin

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan. Penentu citra institusi pelayanan. akan terlihat dari asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada klien.

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB 1 PENDAHULUAN. melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi, rumah sakit juga berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan dasar tersebut (Depkes, 2009). yang meliputi pelayanan: curative (pengobatan), preventive (upaya

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.T DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI BANGSAL SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT TERHADAP PELAKSANAAN MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL DI RUANG RAWAT INAP RS. JIWA PROF.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. desain cross-sectional deskriptif. Pengumpulan data resep obat off-label

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. kepuasan dan kenyamanan pasien serta masyarakat. Salah. kesehatan. Sehingga jika dari masing-masing unit sudah

RENCANA TESIS OLEH : NORMA RISNASARI

BAB I PENDAHULUAN. baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional/global. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. bergerak dalam bidang jasa pelayanan kesehatan mempunyai fungsi dan tugas

BAB 1 PENDAHULUAN. pentingnya kesehatan sebagai hak azasi manusia. Sehat merupakan kebutuhan dasar

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi

TITIN KUSRINI J

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan di Indonesia saat ini masih dalam suatu proses. perawat Indonesia harus mampu memberikan asuhan keperawatan secara

BAB I PENDAHULUAN. terhadap individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (2013), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu

PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keperawatan jiwa adalah proses interpesonal yang berupaya untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. dengan tuntutan perkembangan eksternal organisasi (Rochmanadji, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN SIKAP PERAWAT KETIKA MEMBERIKAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih Gelar Sarjana Keperawatan Disusn oleh: EKO SUNARYANTI NIM: J 210 080 525 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIAH SURAKARTA 2010 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kesehatan jiwa di Indonesia cenderung terus meningkat, sehingga memerlukan tindakan dan penanggulangan yang komprehensif dan berkesinambungan. Pelayanan dan keperawatan kesehatan jiwa mempunyai falsafah, ciri dan misi yang mengacu pada paradigma keperawatan tentang fenomena sentral yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan untuk dapat memberikan keperawatan kesehatan jiwa yang holistik, komprehensif dan berkesinambungan. Untuk itu sangat diperlukan perawat dengan pengetahuan dan ketrampilan khusus tentang keperawatan kesehatan jiwa sehingga memungkinkan mereka untuk dapat bekeja pada tiap tatanan pelayanan kesehatan (Kelliat, 2004). Keperawatan Indonesia di masa yang akan datang mendapatkan prioritas utama dalam pengembangan keperawatan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan profesi dan tuntutan globalisasi, bahwa setiap perkembangan dan perubahan memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan perubahan yang terjadi di Indonesia. Keperawatan di Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses mewujudkan keperawatan sebagai profesi, yaitu suatu proses berjangka panjang yang ditujukan untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu inovasi dalam pendidikan keperawatan, praktek keperawatan, 1

2 ilmu keperawatan Indonesia dalam proses profesionalisasi. Keadaan ini dapat dicapai apabila para perawat Indonesia menguasai pengelolaan keperawatan secara profesional saat ini dan yang akan datang. (Nursalam, 2004) Bekerja dibidang kesehatan khususnya sebagai perawat di suatu rumah sakit adalah sebuah fenomena yang kompleks. Seorang perawat harus memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan standar asuhan keperawatan tanpa melihat dimana dia bekerja dan spesialisasinya (Nursalam, 2001). Seorang perawat harus ramah, penuh perhatian, selalu bersedia menolong dengan penuh kesabaran dan semangat, serta bersedia untuk selalu mengetahui dan mengikuti segala hal yang berhubungan dengan masalah pasien. Padahal setiap harinya seorang perawat saat di rumah mungkin juga mempunyai masalah dengan keluarganya, di rumah sakit dihadapkan dengan bermacam-macam tingkah laku, tuntutan, keluhan, serta ketidakpatuhan pasien. Maka seorang perawat harus mempunyai kecerdasan emosi, agar mampu melaksanakan kontrol personal dengan baik sehingga dapat bekerja secara profesional dan prima. Seiring dengan perkembangan jaman dan peningkatan sosial ekonomi masyarakat, semakin besar pula tuntutan masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan khususnya kesehatan jiwa, tuntutan pasien terhadap petugas kesehatan meningkat pula. Tuntutan pasien terhadap petugas kesehatan akan dapat dihindari jika layanan kesehatan menerapkan mutu pelayanan kesehatan yang prima. Perawat merupakan anggota tim kesehatan digaris terdepan yang menghadapi masalah pasien selama 24 jam secara terus

3 menerus, maka seorang perawat harus mempunyai sikap empati, bisa mengelola emosi, ramah dan sabar. Untuk itu dibutuhkan kecerdasan emosi agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara profesional dan prima. Sebagai seorang perawat profesional harus dapat menata emosinya saat memberikan asuhan keperawatan (Keliat 2004). Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta (RSJD), angka kejadian skizofrenia menjadi kasus terbanyak dengan jumlah 1.815 pasien dari 2.488 pasien yang tercatat pada tahun 2009, ini berarti persentase penderita skizofrenia 72.95% dari jumlah kasus yang ada, yang terdiri dari skizofrenia paranoid sebanyak 434, hebrefenik sebanyak 51, katatonik 40, tak terinci 847, depresi pasca skizofrenia sebanyak 6, residual 260, simplek sebanyak 3, skizofrenia lainnya sebanyak 171, skizofrenia YTT sebanyak 3 (Rekam Medik RSJD Surakarta, 2009). Hasil observasi peneliti yang dilakukan pada bulan Januari 2010, di RSJD Kota Surakarta menunjukkan masih banyak perawat dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien skizofrenia, sikapnya kurang sabar, kurang ramah, kurang perhatian, kurang semangat, serta kurang bersedia menolong. Penelitian yang dilakukan oleh Yuni Widayanti (2007) dengan mengambil 55 responden menunjukkan 36.4 dengan kecerdasan emosi kurang, 30.9% dengan kecerdasan emosi cukup, dan 32.7% dengan kecerdasan emosi baik, artinya secara umum tingkat kecerdasan emosinya kurang baik. Kecerdasan emosi yang cenderung kurang dampaknya dalam memberikan asuhan keperawatan kurang optimal. Melihat fenomena di atas,

4 sangat penting bagi seorang perawat untuk memiliki kecerdasan emosi, di samping ketrampilan dibidang perawatan kesehatan. Orang dengan kecerdasan emosi yang berkembang baik berarti kemungkinan besar akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan, menguasai kebiasaan pikiran yang mendorong produktifitas mereka dan dapat menata emosi dengan baik (Goleman, 2007). RSJD Surakarta melakukan peningkatan dalam segala bidang baik pengembangan fisik maupun prasarana lainnya. Pada tahun 2007-2008 RSJD merupakan rumah sakit jiwa dengan kategori B yang mempunyai 13 bangsal dengan kapasitas 278 tempat tidur dan BOR mencapai 80% dengan SDM sebanyak 486 pegawai, pada tahun 2010 mengalami peningkatan menjadi kategori A, dengan kapasitas 293 tempat tidur, dan SDM mengalami perampingan sesuai fungsinya untuk efektivitas kerja menjadi 438 pegawai. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan Intramural (Promotif, Kuratif, Rehabilitatif) serta extra mural (Integrasi RSU, Kabupaten Kota dan Puskesmas). RSJD Surakarta akan melakukan penyempurnaan metode dan kelengkapan peralatan kesehatan modern, berperan pula sekaligus sebagai RS Pendidikan dan Pelatihan bagi tenaga profesi kesehatan lainnya. Langkah yang telah diambil dalam rangka mendukung program tersebut salah satunya adalah mengadakan Pelatihan Asuhan Keperawatan Jiwa Tahun 2006. Walaupun sudah pernah diadakan pelatihan asuhan keperawatan jiwa, dalam melakukan asuhan keperawatan, sebagian perawat masih belum baik emosinya dan belum terampil.

5 Dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan kebanyakan perawat belum melaksanakan sesuai tahapan dalam proses keperawatan. Hal ini dapat dilihat dalam kinerja perawat sehari-hari. Seharusnya tahapan dalam proses keperawatan melalui tahapan pengkajian, menentukan diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi, selanjutnya melakukan dokumentasi. Namun perawat langsung melakukan pendokumentasian. Sehingga data yang didokumentasikan tidak sesuai dengan permasalahan dan kondisi pasien. Pelayanan keperawatan merupakan bantuan yang diberikan perawat kepada pasien karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemauan menuju pelaksanaan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri. Sayangnya banyak perawat yang melaksanakan pekerjaannya tidak sesuai harapan, kurang empati, kurang sabar dan masa bodoh. Sebagai contoh banyak perawat yang bersikap masa bodoh terhadap kebersihan personal pasien. Pasien tampak kotor, kuku kaki tangan panjang tidak dipotong (Keliat, 2004). Dalam merawat pasien amuk, sikap perawat kurang empati, kurang sabar bahkan kurang dapat menata emosi, misalnya ada pasien marah-marah dan mengamuk, perawat membalas ikut marah-marah bahkan ada yang memukul pasien. Padahal sebagai perawat profesional tidak seharusnya perawat bersikap seperti itu, akan tetapi harus bersikap empati, sabar dan siap menolong. Melihat fenomena tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti di RSJD Surakarta, lebih jauh tentang aplikasi asuhan keperawatan yang telah diberikan kepada pasien. Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk

6 mengetahui apakah ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan sikap perawat ketika memberikan asuhan keperawatan pasien skizofrenia di RSJD Surakarta. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran tingkat kecerdasan emosi perawat ketika memberikan asuhan keperawatan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta? 2. Bagaimana gambaran sikap perawat ketika memberikan asuhan keperawatan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum. Untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosi dengan sikap perawat ketika memberikan asuhan keperawatan pasien skizofrenia. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui gambaran kecerdasan emosi perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. b. Untuk mengetahui gambaran sikap perawat ketika memberikan asuhan keperawatan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

7 c. Untuk menganalisa hubungan antara kecerdasan emosi dengan sikap perawat ketika memberikan asuhan keperawatan pasien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pendidikan Keperawatan diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan acuan bagi ilmu keperawatan tentang hubungan kecerdasan emosi dengan sikap perawat ketika memberikan Asuhan Keperawatan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. 2. Bagi Perawat Memberikan masukan kepada perawat tentang pentingnya kecerdasan emosi dengan sikap perawat ketika memberikan asuhan perawat pasien skizofrenia. 3. Bagi Rumah Sakit. a. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. b. Mengusulkan dilakukan pelatihan asertifitas untuk meningkatkan kualitas dari pelayanan. 4. Bagi Peneliti. Dapat memberikan gambaran atau informasi bagi peneliti berikutnya.

8 E. Keaslian Penelitian 1. Sulistyoningrum (2005), dengan judul Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Burn Out pada perawat di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. Metode penelitian dengan observasional menggunakan rancangan non eksperimental, diskriptik analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Dengan variabel yang diteliti yaitu variabel bebasnya kecerdasan emosi. Perbedaannya dengan peneliti adalah variabel terikatnya Burn Out pada perawat di Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. Hasil penelitian ada pengaruh yang signifikan antara kecerdasan emosi dengan Burn Out pada Perawat Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. 2. Sumantioko (2008) meneliti tentang Pengaruh Faktor Kecerdasan Emosional Terhadap Perilaku Contraproductive pada perawat Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang. Penelitian ini menggunakan metode Stratified Proporsional Random sampling, yaitu dengan teknik pengambilan sampel secara acak dengan jumlah sub populasi. Hasil penelitian faktor-faktor kecerdasan emosional secara bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap perilaku contraproductive pada perawat di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Suwardi (2008) tentang Hubungan Antara Kecerdasan Emosi dengan Kemampuan Komunikasi Terapeutik Perawat

9 di Rumah Sakit Umum Pandan Arang Boyolali. Pengambilan Sampel dilakukan menggunakan random sampling dengan teknik proportional random sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik product moment dari pearson dan diperoleh r x y sebesar 0,646 dengan P sebesar 0,000, bila dibandingkan dengan nilai r tabel dan p 0,05, menunjukkan bahwa nilai r hitung > r tabel (0,646 > 0,195) yang berarti ada hubungan antara kecerdasan emosi perawat dengan komunikasi terapeutik. Nilai r hitung sebesar 0,646 kalau diinterpretasikan dengan r tabel dari product moment juga mempunyai interpretasi korelasi cukup tinggi terhadap komunikasi terapeutik.