MENTERI BADAN USAIIA MIEIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA

dokumen-dokumen yang mirip
PERNYATAAN KOMITMEN DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT JASA RAHARJA (PERSERO)

PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO)

MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA

MEISTER( BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER- 21/MBU/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER- 03 /MBU/2012 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER-18/MBU/10/2014 TENTANG

2015, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomo

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang. Mengingat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA,

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MEN I.FRI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-20/MBU/2012 TENTANG

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b di atas, perlu menetapkan Peraturan Menteri Badan Usa

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR: KEP-09A/MBU/2005 TENTANG

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI BA.DAN USA.HA. MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA.

SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER- 05 /MBU/2008 TENTANG

NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2001 TENTANG TIM KEBIJAKAN PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2007 TENTANG PENJUALAN SAHAM PADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT BANK NEGARA INDONESIA TBK.

PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-01/MBU/2006 TENTANG

2015, No dengan tetap memperhatikan akuntabilitas, perlu untuk melakukan penyempurnaan terhadap pengaturan khususnya mengenai perubahan penggu

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER-09/NIBU/07/2015 TENTANG

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : SK - 164/MBU/2012 TENTANG

MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGAP.\ RFPI PI.TI< INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA

\IFN FEW NECiARA BADAN USAIIA \MIK NI14ARA RITURIIK INDONVISI '

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT

MENTER1 BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2003 TENTANG PENJUALAN SAHAM PADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT BANK RAKYAT INDONESIA

PT DANAREKSA (PERSERO) PIAGAM KOMITE AUDIT 2017

M E M U T U S K A N : Menetapkan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG TIM KONSULTASI PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting

MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA

MENTERI N EGA RA BADAN USAHA MILIK NEGARA

SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER 01 /MBU/2011 TENTANG

MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : KEP-103/MBU/2002 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Perpustakaan LAFAI

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Yth. : Para Direksi dan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas Badan Usaha Milk Negara di - Tempat

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 73 /POJK.05/2016 TENTANG TATA KELOLA PERUSAHAAN YANG BAIK BAGI PERUSAHAAN PERASURANSIAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPN. Pembangunan. Pasca Bencana Alam.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran untuk menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG)

KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP- 59 /MBU/2004

- 2 - MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2016, No Tahun 2007 dan Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas; d. bahwa sel

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris

DANA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Board Manual PJBS Tahun 2011

Yth. 1. Direksi Perusahaan Pembiayaan; dan 2. Direksi Perusahaan Pembiayaan Syariah, di tempat.

-2- salah satu penyumbang bagi penerimaan Daerah, baik dalam bentuk pajak, dividen, maupun hasil Privatisasi. BUMD merupakan badan usaha yang seluruh

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) NOMOR : 13.00/KPTS/09/IV/2014 NOMOR : Dekom/SK-02/IV/2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR... TAHUN... TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2003 TENTANG PELIMPAHAN KEDUDUKAN, TUGAS DAN KEWENANGAN MENTERI KEUANGAN

b. bahwa Badan Usaha Milik Negara mempunyai peranan penting dalam penyelenggaraan perekonomian nasional guna mewujudkan kesejahteraan masyarakat;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 33 TAHUN 2005

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2014 TENTANG KOMITE PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

b. bahwa prinsip good corporate governance belum diterapkan sepenuhnya dalam lingkungan BUMN;

PP 11/2004, PENJUALAN SAHAM PADA PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO) PT ADHI KARYA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 141 /PMK.010/2009 TENTANG PRINSIP TATA KELOLA LEMBAGA PEMBIAYAAN EKSPOR INDONESIA

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PRIVATISASI PERUSAHAAN PERSEROAN (PERSERO)

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 18/POJK.03/2014 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 55 /POJK.03/2016 TENTANG PENERAPAN TATA KELOLA BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

Tata Kerja Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan; 7. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 259/KMK.017/1993 tanggal 27 Pebruari 1993

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEC ARA

Transkripsi:

MENTERI BADAN USAIIA MIEIK NEGARA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER 19 /MBU/2012 TENTANG PEDOMAN PENUNDAAN TRANSAKSI BISNIS YANG TERINDIKASI PENYIMPANGAN DAN/ATAU KECURANGAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka lebih menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada Badan Usaha Milik Negara, maka Badan Usaha Milik Negara harus menghindari tindakan penyimpangan dan/atau kecurangan dalam transaksi bisnis, diantaranya dengan cara melakukan penundaan transaksi bisnis yang terindikasi adanya penyimpangan dan/atau kecurangan tersebut; b. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a di atas dan memperhatikan Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011, perlu menetapkan Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara tentang Pedoman Penundaan Transaksi Bisnis yang Terindikasi Penyimpangan dan/atau Kecurangan; : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4297); 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4756); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2003 tentang Pelimpahan Kedudukan, Tugas dan Kewenangan Menteri Keuangan pada Perusahaan Perseroaan (Persero), Perusahaan Umum (Perum) dan Perusahaan Jawatan (Perjan) kepada Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik. Indonesia Nomor 4305); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran BUMN (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4556); 5. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara yang telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tabun 2011; 6. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara Serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011; 7. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011; 8. Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011 tanggal 19 Desember 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012; MEMUTUSKAN..4 v

MENTERI BADAN MILIK NEGARA - 2 - MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA TENTANG PEDOMAN PENUNDAAN TRANSAKSI BISNIS YANG TERINDIKASI PENYIMPANGAN DAN/ATAU KECURANGAN. Pasal 1 (1) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dapat melakukan penundaan pelaksanaan perjanjian yang berkaitan dengan transaksi bisnis, apabila terdapat indikasi adanya penyimpangan dan/atau kecurangan dalam transaksi bisnis tersebut yang menyebabkan kerugian bagi BUMN. (2) Penundaan pelaksanaan perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan sesuai dengan Pedoman Penundaan Transaksi Bisnis Yang Terindikasi Penyimpangan dan/atau Kecurangan yang selanjutnya disebut Pedoman Penundaan Transaksi Bisnis sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dan Peraturan Menteri ini. Pasal 2 (1) Dal= perjanjian Transaksi Bisnis yang dibuat antara BUMN dengan mitra harus mencantumkan ketentuan mengenai penundaan dan pembatalan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri ini. (2) Bagi perjanjian Transaksi Bisnis yang sudah ditandatangani sebelum Peraturan Menteri ini ditetapkan, dapat ditinjau kembali dengan tetap memperhatikan ketentuan di bidang hukum perjanjian. (3) Bagi Transaksi Bisnis yang sudah disetujui namun perjanjiannya belum ditandatangani dan Transaksi Bisnis yang sedang dalam proses, agar perjanjiannya disesuaikan dengan Peraturan Menteri ini. Pasal 3 (1) Direksi BUMN wajib menyusun ketentuan internal berupa Standard Operating Procedure (SOP) mengenai tata cara penundaan transaksi bisnis yang terindikasi penyimpangan dan/atau kecurangan, dengan berpedoman pada Peraturan Menteri ini, paling lambat 3 (tiga) bulan terhitung sejak berlakunya Peraturan Menteri ini. (2) Kewajiban menyusun SOP sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tidak mengurangi kewajiban untuk memasukkan ketentuan penundaan transaksi dalam perjanjian dengan mitra sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2. Pasal 4 (1) Terhadap BUMN terbuka (go public) berlaku ketentuan dalam Peraturan Menteri ini sepanjang tidak diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang Pasar Modal. (2) Bagi BUMN yang bergerak pada sektor usaha tertentu, berlaku ketentuan dalam Peraturan Menteri ini sepanjang tidak diatur lain dalam peraturan perundang-undangan di bidang sektor usaha tertentu dimaksud. (3) Bagi Persero yang tidak semua sahamnya dimiliki oleh Negara, pemberlakuan Peraturan Menteri ini dikukuhkan dalam RUPS Persero yang bersangkutan atau dengan mengadopsi secara langsung dalam peraturan internal perusahaan. (4) Bagi perseroan terbatas dengan kepemilikan saham Negara kurang dari 51% (lima puluh satu persen), dapat memberlakukan secara langsung Peraturan Menteri ini. Pasal.../16

MENTERI BADAN INABA MILIK NEGARA -3- Pasal 5 Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 27 Desember 2012 MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA Salinan sesuai dengan aslinya urn, ttd. DAHLAN ISKAN 0 199603 1001

MF l'eri BADAN USAHA MILIK NEGARA SALINAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR : PER- 19IMBU/2012 TENTANG PEDOMAN PENUNDAAN TRANSAKSI BISNIS YANG TERINDIKASI PENYIMPANGAN DAN/ATAU KECURANGAN

MENTERI BADAN USALIA MILIK NEGARA REP[ BLIK INDONESIA BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Bahwa BUMN merupakan salah satu pilar ekonomi nasional dan salah satu pelaku usaha dalam sistem perekonomian Indonesia yang berperan sangat penting bagi perekonomian nasional karena bergerak dihampir seluruh sektor perekonomian nasional, seperti usaha pertanian, perikanan, perkebunan, manufaktur, pertambangan, perdagangan, keuangan (yang meliputi jasa bank dan non bank), telekomunikasi, transportasi, listrik, dan konstruksi, serta bergerak di bidang usaha yang bersifat kompetitif, maupun bidang usaha yang bersifat kemanfaatan umum (public service obligations/pso) atau gabungan keduanya. Mengingat pentingnya peran BUMN dalam perekonomian nasional serta dalam rangka menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada BUMN, maka BUMN dalam menjalankan bisnisnya hams mematuhi setiap peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku serta wajib melaksanakan prinsip-prinsip profesionalisme, efisiensi dan tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance), yaitu transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, kewajaran, dan BUMN hams menghindari tindakan penyimpangan dan/atau kecurangan dalam transaksi bisnis, sehingga apabila ditemukan adanya transaksi bisnis yang terindikasi adanya penyimpangan dan/atau kecurangan, wajar kiranya apabila transaksi seperti itu hams ditunda untuk menghindari kerugian bagi BUMN. Hal ini telah pula diamanatkan oleh Presiden Republik Indonesia melalui Instruksi Presiden Nomor 17 Tahun 2011 tanggal 19 Desember 2011 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi Tahun 2012. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, Menteri BUMN sebagai RUPS/pemegang saham dan Pemilik Modal BUMN, merasa perlu untuk memberikan arahan kepada BUMN untuk menunda transaksi bisnis yang terindikasi adanya penyimpangan dan/atau kecurangan dan sekaligus memberikan pedoman umum dalam rangka penundaan transaksi dimaksud. B. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud Penyusunan Pedoman Penundaan Transaksi Bisnis ini dimaksudkan sebagai acuan bagi BUMN dalam melakukan Penundaan Transaksi Bisnis Yang Terindikasi Penyimpangan dan/atau Kecurangan yang merugikan BUMN. 2. Tujuan Pedoman Penundaan Transaksi Bisnis ini bertujuan untuk melindungi BUMN dari kerugian akibat adanya transaksi bisnis yang terindikasi penyimpangan dan/atau kecurangan. C. RUANG LINGKUP Ruang lingkup Pedoman Penundaan Transaksi Bisnis meliputi arahan untuk melakukan penundaan transaksi bisnis yang terindikasi penyimpangan dan/atau kecurangan dan tata cara penundaannya. D. PENGERTIAN.../4

D. PENGERTIAN NEWER! BADAN USAHA MILIK NEGARA Dalam Pedoman ini, yang dimaksud dengan : -2-1. Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. 2. Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51% (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan. 3. Transalcsi Bisnis adalah seluruh kegiatan yang menimbulkan hak dan/atau kewajiban atau menyebabkan timbulnya hubungan hukum antara dua pihak atau lebih. BAB II PENUNDAAN TRANSAKSI BISNIS A. PRINSIP DASAR 1. BUMN dalam melalcsanalcan kegiatan usahanya dilakukan dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab, wajib menerapkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) dan prinsip kehati-hatian, serta berlandaskan pada ketentuan dan peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan. 2. Seluruh jajaran BUMN dalam menjalankan kegiatan usaha perusahaan agar menghindari tindakantindakan penyimpangan dan/atau kecurangan yang dapat merugikan BUMN. B. PENUNDAAN TRANSAKSI BISNIS 1. Dalam hal terjadi penyimpangan dan/atau kecurangan dalam transaksi bisnis yang mengakibatkan kerugian bagi BUMN, Direksi hams mengambil langkah strategis untuk mengatasi penyimpangan, kecurangan dan/atau kerugian BUMN tersebut. 2. Tindakan penyimpangan dan/atau kecurangan sebagaimana dimaksud dalam butir 1, berupa : a. adanya indikasi manipulasi harga baik penggelembungan (mark up) maupun mengurangi (mark down); b. adanya indikasi proyek fiktif; c. adanya indikasi pemalsuan identitas mitra bisnis; d. adanya indikasi barang/jasa di bawah spesifikasi/kualitas yang disepakati. 3. Apabila penyimpangan, kecurangan dan/atau kerugian BUMN tidal( dapat diatasi, maka BUMN melakukan penundaan pelaksanaan perjanjian dengan mitra yang berkaitan dengan transaksi bisnis tersebut. 4. Penundaan pelaksanaan perjanjian dilakukan oleh Direktur Utama atau anggota Direksi atau pejabat BUMN yang ditunjuk oleh Direktur Utama apabila indikasi penyimpangan dan/atau kecurangan dilakukan oleh anggota Direksi dan/atau pejabat di bawah Direksi. 5. Dewan.../

MENTERI BADAN USAFIA MILIK NEGARA -3-5. Dewan Komisaris/Dewan Pengawas memerintahkan anggota Direksi yang tidak terlibat untuk melakukan penundaan pelaksanaan perjanjian apabila indikasi penyimpangan dan/atau kecurangan dilakukan oleh Direktur Utama dan/atau bersama-sama dengan anggota Direksi lain. 6. Penundaan pelaksanaan perjanjian dilakukan oleh Dewan Komisaris/Dewan Pengawas apabila indikasi penyimpangan dan/atau kecurangan dilakukan oleh seluruh anggota Direksi. 7. RUPS/Menteri atau kuasanya melakukan penundaan pelaksanaan perjanjian apabila indikasi penyimpangan dan/atau kecurangan dilakukan oleh seluruh anggota Direksi dan seluruh anggota Dewan Komisaris/Dewan Pengawas. C. TATA CARA PENUNDAAN TRANSAKSI BISNIS. 1. Penundaan transaksi bisnis dapat dilakukan apabila terdapat indikasi penyimpangan dan/atau kecurangan berdasarkan : a. temuan Direksi, Dewan Komisaris/Dewan Pengawas atau unsur Pemegang Saham/Pemilik Modal (termasuk atas dasar masukan SPI dan/atau Komite Audit); b. laporan dari auditor ekstemal; atau c. permintaan dari penyidik, Penuntut Umum, atau Majelis Hakim. 2. Berdasarkan temuan, laporan, atau permintaan sebagaimana dimaksud pada angka 1, Direksi, Dewan Komisaris/Dewan Pengawas, atau RUPS/Menteri dapat meminta Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) atau pihak independen yang kompeten untuk melakukan evaluasi terlebih dahulu terhadap transaksi bisnis yang terindikasi penyimpangan dan/atau kecurangan tersebut, untuk memastikan : a. adanya penyimpangan dan/atau kecurangan; b. adanya kerugian BUMN atas penyimpangan dan/atau kecurangan tersebut; c. ada tidaknya potensi kerugian yang lebih besar bagi BUMN dan/atau hambatan. 3. Dalam hal evaluasi sebagaimana dimaksud pada angka 2, memastikan adanya penyimpangan, kecurangan dan/atau kerugian bagi BUMN, maka Direksi wajib mengambil langkah strategis untuk mengatasi penyimpangan, kecurangan dan/atau kerugian BUMN tersebut. 4. Apabila penyimpangan, kecurangan dan/atau kerugian BUMN tidak dapat diatasi, Direksi, Dewan Komisaris/Dewan Pengawas dan RUPS/Menteri melakukan penundaan pelaksanaan perjanjian dengan mitra yang berkaitan dengan transaksi bisnis tersebut, dan memberitahukan secara tertulis kepada mitra mengenai penundaan pelaksanaan perjanjian dimaksud. 5. Dengan adanya penundaan pelaksanaan perjanjian sebagaimana dimaksud pada butir 4, Direksi selanjutnya mengambil langkah strategis agar penundaan pelaksanaan perjanjian dengan mitra tersebut tidak menyebabkan kerugian yang lebih besar bagi BUMN dan/atau menghambat/ mengganggu program Pemerintah yang berkaitan dengan transaksi dimaksud. 6. Langkah strategis sebagaimana dimaksud pada angka 5, dapat berupa namun tidak terbatas pada "melaksanakan sendiri proyek yang bersangkutan dan/atau mengajak BUMN lain untuk menyelesaikan proyek dimaksud". 7. Setelah pelaksanaan perjanjian ditunda, Direksi meminta BPKP untuk melakukan pemeriksaan/audit dengan tujuan tertentu terhadap indikasi penyimpangan dan/atau kecurangan serta kerugian yang ditimbulkan. 8. Berdasarkan atas rekomendasi BPKP atas basil pemeriksaan/audit dengan tujuan tertentu sebagaimana dimaksud pada angka 7, Direksi memutuskan untuk melanjutkan atau membatalkan perjanjian dengan mitra mengenai transaksi bisnis tersebut. BAB...4d

Pedoman ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. MEN3'ERI BADAN USAHA MILIK NEGARA -4- BAB III PENUTUP Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 27 Desember 2012 MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA Satin suai dengan aslinya ttd. DAHLAN ISKAN 199603 1001