kearah yang tidak baik atau buruk. Apabila arah perubahan bukan ke arah yang tidak

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. meminta. Hal ini sesuai dengan ketentuan Konvensi Hak Anak (Convention on the

I. PENDAHULUAN. bangsa, namun pada jaman globalisasi seperti sekarang ini terdapat banyak faktor

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

I. PENDAHULUAN. bukan lagi hanya orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Salah satu penyebabnya

I. PENDAHULUAN. dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

I. PENDAHULUAN. terpuruknya sistem kesejahteraan material yang mengabaikan nilai-nilai

I. PENDAHULUAN. Perhatian terhadap diri dan hakikat anak sudah dimulai pada akhir abad ke- 19, dimana anak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu, fungsi dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. tindak pidana atau melawan hukum, sebagaimana dirumuskan dalam Undang-

permasalahan bangsa Indonesia. Tindak pidana korupsi di Indonesia sudah sangat meluas dan

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. suatu perkara disandarkan pada intelektual, moral dan integritas hakim terhadap

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

I. PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar Hal ini. tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.

I. PENDAHULUAN. pembangunan pada keseluruhan bidang tersebut. Pelaksanaan kegiatan

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum ( rechtstaats), maka setiap orang yang

I. PENDAHULUAN. Penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PEMENJARAAN BAGI PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PUTUSAN NO.203/PID.SUS/2011/PN.

I. PENDAHULUAN. berkaitan satu sama lainnya. Hukum merupakan wadah yang mengatur segala hal

I. PENDAHULUAN. Masalah korupsi pada akhir-akhir ini semakin banyak mendapat perhatian dari

I. PENDAHULUAN. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah warga negara Indonesia yang

I. PENDAHULUAN. hukum serta Undang-Undang Pidana. Sebagai suatu kenyataan sosial, masalah

I. PENDAHULUAN. Kepolisian dalam mengemban tugasnya sebagai aparat penegak hukum

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Tindak Pidana, Pelaku Tindak Pidana dan Tindak Pidana Pencurian

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

I. PENDAHULUAN. karna hukum sudah ada dalam urusan manusia sebelum lahir dan masih ada

I. PENDAHULUAN. mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi,

I. PENDAHULUAN. sehingga banyak teori-teori tentang kejahatan massa yang mengkaitkan dengan

I. PENDAHULUAN. berkembang sejalan dengan perkembangan tingkat peradaban. Berkaitan dengan

I.PENDAHULUAN. Fenomena yang aktual saat ini yang dialami negara-negara yang sedang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. ketidakadilan yang dilakukan oleh hakim kepada pencari keadilan. Disparitas. hakim dalam menjatuhkan suatu putusan.

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

I. PENDAHULUAN. usahanya ia tidak mampu, maka orang cenderung melakukanya dengan jalan

I. PENDAHULUAN. dalam kandungan. Anak sebagai sumber daya manusia dan bagian dari generasi muda, sudah

I. PENDAHULUAN. Sebagaimana telah diketahui bahwa penegakkan hukum merupakan salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. umur harus dipertanggungjawabkan. Dalam hukum pidana konsep responsibility

I. PENDAHULUAN. Kejahatan yang berlangsung ditengah-tengah masyarakat semakin hari kian. sehingga berakibat semakin melunturnya nilai-nilai kehidupan.

I. PENDAHULUAN. kaya, tua, muda, dan bahkan anak-anak. Saat ini penyalahgunaan narkotika tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Untuk mewujudkan hal tersebut perlu ditingkatkan usahausaha. yang mampu mengayomi masyarakat Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum, hal ini tercantum dalam Pasal 1 ayat (3)

I. PENDAHULUAN. Disparitas pidana tidak hanya terjadi di Indonesia. Hampir seluruh Negara di

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

I. PENDAHULUAN. karena itu melindungi hak-hak anak dari segenap tindakan-tindakan buruk yang

I. PENDAHULUAN. dengan aturan hukum yang berlaku, dengan demikian sudah seharusnya penegakan keadilan

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, pengertian hutan adalah suatu

1. PENDAHULUAN. Tindak Pidana pembunuhan termasuk dalam tindak pidana materiil ( Materiale

I. PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai peranan yang sangat penting dalam. dalam kegiatan seperti pemeliharaan pertahanan dan keamanan, keadilan,

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban adalah kewajiban terhadap segala sesuatunya, fungsi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu, fungsi

I. PENDAHULUAN. transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan ini tentunya sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

I. PENDAHULUAN. tidak sesuai dengan perundang-undangan. Sebagai suatu kenyataan sosial,

I. PENDAHULUAN. Manusia didalam pergaulan sehari-hari tidak dapat terlepas dari interaksi dengan

I. PENDAHULUAN. Kekerasan dalam Rumah Tangga seperti yang tertuang dalam Undang-undang

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

tertolong setelah di rawat RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo, kota Mojokerto. 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini

I. PENDAHULUAN. Hakim memiliki peranan penting dalam suatu proses persidangan yaitu. mengambil suatu keputusan hukum dalam suatu perkara dengan

ANALISIS PUTUSAN HAKIM TERHADAP KASUS ASUSILA PADA ANAK. Sulasmin Hudji. Pembimbing I : Dr. Fence M. Wantu, SH.,MH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. alat transportasi yang diperlukan untuk pemenuhan kebutuhan, dari berbagai

BAB. I PENDAHULUAN. atau kurangnya interaksi antar anggota keluarga yang mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. dalam Pembukaan UUD 1945 alinea ke-4 yang menyatakan sebagai berikut bahwa : Pemerintah

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

TINJAUAN YURIDIS PEMBUKTIAN TURUT SERTA DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Kasus Putusan No. 51/Pid.B/2009 /PN.PL) MOH. HARYONO / D

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN BAGI RESIDIVIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

I. PENDAHULUAN. semuanya mengingatkan sekaligus menginginkan agar masyarakat Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari sekitar

BAB I PENDAHULUAN. sosial, sebagai makhluk individual manusia memiliki kepentingan masing-masing

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA

I. PENDAHULUAN. yang merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan bangsa dimasa yang

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB I PENDAHULUAN. Anak Di Indonesia. hlm Setya Wahyudi, 2011, Implementasi Ide Diversi Dalam Pembaruan Sistem Peradilan Pidana

BAB I PENDAHULUAN. sekali terjadi, bahkan berjumlah terbesar diantara jenis-jenis kejahatan terhadap

adalah penerapan pidana yang tidak sama terhadap tindak pidana yang

I. PENDAHULUAN. karena itu sering timbul adanya perubahan-perubahan yang dialami oleh bangsa

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. tercipta pula aturan-aturan baru dalam bidang hukum pidana tersebut. Aturanaturan

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. harus dilindungi. Anak tidak dapat melindungi diri sendiri hak-haknya, berkepentingan untuk mengusahakan perlindungan hak-hak anak.

I. PENDAHULUAN. dan media elektronik yang berfungsi merancang, memproses, menganalisis,

I. PENDAHULUAN. Perdagangan orang (trafficking) merupakan salah satu bentuk perlakuan terburuk

I.PENDAHULUAN. Kejahatan merupakan salah satu masalah kehidupan masyarakat

I. PENDAHULUAN. mengurangi tindakan kriminal di dunia ini. Banyaknya terjadi peristiwa tindak

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan perilaku manusia dan kondisi lingkungan pada masa kini semakin tidak menentu. Perubahan tersebut bisa menuju ke arah yang baik atau lebih baik, juga kearah yang tidak baik atau buruk. Apabila arah perubahan bukan ke arah yang tidak baik cenderung akan berkonflik dengan hukuman antara lain melakukan suatu tindak pidana, terutama dalam perubahan perilaku anak. Keberadaan anak memang perlu mendapat perhatian terutama mengenai tingkah laku dan pergaulannya. Dalam hal perkembangan ke arah yang dewasa, kadang seorang anak melakukan perbuatan yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun lingkungan sekitar. Penyimpangan tingkah laku atau perbuatan melanggar hukum yang dilakukan oleh anak, disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: adanya dampak negatif dari perkembangan pembangunan yang pesat, arus globalisasi di bidang komunikasi dan informasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi perubahan gaya hidup orangtua serta cara mendidik anak, telah membawa perubahan sosial yang mendasar dalam kehidupan masyarkat yang sangat berpengaruh terhadap nilai dan perilaku anak. Selain itu, anak yang kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan, bimbingan terseret dalam arus pergaulan masyarakat dan lingkungannya yang kurang sehat dan

2 merugikan perkembangan pribadinya. 1 Berbeda dengan orang dewasa, apabila melakukan suatu perbuatan yang melanggar hukum pidana, misalnya mencuri, menganiaya, para pakar hukum maupun psikolog sepakat menyebut perbuatan orang dewasa tersebut sebagai tindak pidana. lain halnya dengan anak, perbuatan yang disebutkan diatas dalam istilah hukum maupun psikologi bukan disebut tindak pidana, melainkan kenakalan anak (kenakalan anak ini dalam istilah psikologi dikenal sebagai kenakalan remaja). 2 Kenakalan anak merupakan salah satu permasalahan yang ada di Indonesia, baik sendiri atau berkelompok, berseragam sekolah ataupun tidak. Pencurian, perampokan, bahkan melakukan tindak pidana pengeroyokan. Tidak hanya keluarga yang memiliki hubungan darah dengan anak yang bersangkutan, seluruh pihak masyarakat luas mulai resah dengan perbuatan anak yang belakangan kasusnya mulai sering diberitakan. Pengertian anak sendiri menurut Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak adalah seseorang yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin. Menurut Undang-Undang No 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak, anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin. Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih berada didalam kandungan. Menurut Undang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang disahkan pada tanggal 30 Juni 2012 1 Tri, Andrisman. Hukum Peradilan Anak. Fakultas Hukum: Bandar Lampung. 2013. hlm 11. 2 Ibid., hlm. 3.

3 menyatakan bahwa, anak adalah seseorang yang telah berumur 12 (dua belas) tahun, tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun. Anak dikatakan sebagai anak nazkal apabila melakukan tindak pidana sebagaimana pula diancamkan terhadap orang dewasa dan perbuatan-perbuatan yang dianggap terlarang bagi anak. Perbuatan yang dilarang bagi anak dapat berupa apa yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan maupun peraturan hukum yang hidup dan berlaku dalam masyarakat. Setiap perbuatan pasti akan melahirkan pertanggungjawaban dari pelaku walaupun pelakunya masing tergolong anak dibawah umur. Tanggung jawab itu akan selalu ada meskipun belum tentu akan dituntut oleh pihak yang berkepentingan. Pada umumnya seseorang akan bertanggung jawab atas perbuatannya sendiri. Aturan undang-undanglah yang dapat menetapkan siapa-siapa saja yang dipandang sebagai pelaku yang bertanggungjawab itu. Walaupun sebelumnya ditegaskan bahwa seseorang harus mempertanggungjawabkan perbuatan pidana yang telah terjadi, namun langkah selanjutnya adalah menegaskan apakah ia memenuhi syarat yang diperlukan untuk sebuah pertanggungjawaban tersebut. Dipidana atau tidaknya pelaku tidak hanya bergantung pada ada aatau tidaknya perbuatan pidana saja, melainkan juga perbuatan pelaku termasuk perbuatan tercela atau tidak. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dasar daripada adanya perbuatan pidana adalah asas legalitas, yaitu asas yang menentukan bahwa suatu perbuatan adalah terlarang dan dapat diancam dengan pidana barang siapa yang melakukannya. Pada Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak menentukan bahwa penyelenggaraan pengadilan bagi anak dilakukan secara khusus. Salah satu

4 tolak ukur pertanggungjawaban pidana bagi seorang anak adalah masalah usia atau umur. Berdasarkan ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang Pengadilan Anak, batas umur anak yang dapat dijatuhi hukuman dibedakan dalam beberapa tingkatan yaitu: 1. Batasan Umur Tingkatan Pertama, yaitu anak yang berumur antara 0-8 tahun. 2. Batasan Umur Tingkatan Kedua, yaitu anak yang berumur antara 8-12 tahun. 3. Batasan Umur Tingkatan Ketiga, yaitu anak yang berumur antara 12-18 tahun. 4. Batasan Umur Tingkatan Keempat, yaitu anak yang berumur antara 18-21 tahun. Menurut Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) No. 1/PUU-VIII/2010 memutuskan bahwa batas bawah usia anak yang bisa dimintai pertanggungjawaban hukum adalah 12 tahun. Berikut amar putusannya : Menyatakan frasa,... 8 (delapan) tahun..., dalam Pasal 1 angka 1, Pasal 4 ayat (1), dan Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3668), beserta penjelasan Undang-Undang tersebut khususnya terkait dengan frasa...8 (delapan) tahun... adalah bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara bersyarat (conditionally unconstitutional),artinya inkonstitusional, kecuali dimaknai...12 (dua belas) tahun.... 3 Pada pembahasan skripsi ini terjadi kasus pidana pengeroyokan yang dilakukan oleh seorang anak dibawah umur dengan kronologis kasus sebagai berikut. Yoza Andika Saputra Bin Yoyon 16 (enam belas) tahun dan Muhammad Fikri Assufi Bin Kamaludin 17 (tujuh belas) tahun pada hari Selasa tanggal 04 September 2012 sekira pukul 14.30 WIB melakukan tindak pidana pengeroyokan terhadap korban bernama Agung Saputra Bin Hasan Surya bertempat di KS. Tubun dekat radio OZ Kel. Rawa Laut Kec. Tanjung Karang Timur Bandar Lampung. Awalnya korban sedang 3 Aryodiwitro, Keputusan Mahkamah Konstitusi, (1 Agustus 2013), http://www.mahkamahkonstitusi.go.id/putusan/putusan%20nomor%201.puu.2010%20%20_edit%20 Panitera_.pdf, (16.45 wib)

5 berbincang-bincang dengan teman korban datanglah terdakwa Yoza Andika Saputra langsung bergabung hendak ikut mengobrol kemudian korban pun menegur terdakwa Yoza Andika Saputra dengan kata-kata udah diam aja gak ada urusan dengan lu. Lantaran sakit hati tidak terima dengan teguran korban, siang harinya terdakwa Yoza Andika Saputra bersama terdakwa Muhammad Fikri Assufi memukul korban sehingga korban mengalami luka robek dikepala, luka lecet dileher, luka lecet disiku lengan kiri dan luka robek dibibir. Terdakwa Yoza Andika Saputra dan terdakwa Muhammad Fikri Assufi dituntut dengan pidana penjara masing-masing selama 10 (sepuluh) bulan oleh jaksa penuntut umum dengan dakwaan telah melanggar Pasal 80 Undang-Undang RI No 23 Tahun 2002 Jo. Pasal 55 ayat (1) KUHP yang menyatakan: Pasal 80 Undang-Undang RI No 23 Tahun 2002: Setiap orang yang melakukan kekejaman, kekerasan atau ancaman kekerasan, atau penganiayaan terhadap anak, dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun 6 (enam) bulan dan/atau denda paling banyak Rp 72.000.000,00 (tujuh puluh dua juta rupiah). Pasal 55 ayat (1) KUHP: Dipidana sebagai pembuat delik: 1. Mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan perbuatan; 2. Mereka yang dengan member atau menjanjikan sesuatu, dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja memberikan orang lain supaya melakukan perbuatan. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam bentuk skripsi dengan judul Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Anak

6 Sebagai Pelaku Tindak Pidana Pengeroyokan (Studi Perkara No. 1083/Pid.A/2012/PN.TK Kelas IA Tanjung Karang). B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: a. Bagaimanakah pertanggungjawaban pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pengeroyokan? b. Apakah dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap anak yang melakukan tindak pidana pengeroyokan dalam perkara NOMOR: 1083/Pid/A/2012/PN.TK.? 2. Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini ialah substansi penelitian, agar pembahasan tentang penelitian ini tidak terlalu luas maka peneliti membatasi penelitian hanya mengenai analisis putusan pengadilan yaitu pertanggungjawaban pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pengeroyokan, yang masih lingkup kajian hukum pidana. Objek penelitian, yaitu Putusan Pengadilan Negeri Tanjung Karang NOMOR: 1083/Pid.A/2012/PN.TK. Tahun penelitian, dimulai pada tahun 2013 sampai tahun 2014. Lokasi penelitian, dilakukan di Pengadilan Negeri Tanjung Karang, Kejaksaan Tinggi Lampung dan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

7 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pengeroyokan. b. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam menjatuuhkan putusan pidana terhadap anak dibawah umur yang melakukan tindak pidana pengeroyokan. 2. Kegunaan Penelitian a. Teoritis Kegunaan penelitian ini adalah untuk menambah pengetahuan dalam pengkajian ilmu hukum mengenai Putusan Pengadilan serta mengembangkan kemampuan berkarya ilmiah, daya nalar, dan acuan yang sesuai dengan disiplin ilmu yang dimiliki oleh penulis. b. Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk sumbangan pikiran pada ilmu hukum pidana dan penegakan hukum khususnya serta dapat bermanfaat sebagai sumber informasi bagi para pihak yang ingin mengetahui dan memahami tentang tindak pidana tersebut yang berkaitan dengan tindak pidana pengeroyokan yang dilakukan anak.

8 D. Kerangka Teoritis dan Konseptual 1. Kerangka Teoritis Setiap penelitian akan ada kerangka teoritis yang menjadi acuan dan bertujuan untuk mengidentifikasi terhadap dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti. 4 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, tanggung jawab adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu (apabila terjadi apa-apa, boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya). Pidana adalah kejahatan (mengenai pembunuhan, perampokan, dan lain-lain). 5 Teori yang digunakan untuk menganalisis permasalahan pertama pada skripsi ini adalah dengan menggunakan teori pertanggungjawaban pidana. Pertanggungjawaban pidana ditentukan berdasarkan pada kesalahan pembuat (liability based on fault) yang tidak hanya dipenuhinya seluruh unsur suatu tindak pidana. Dengan demikian, kesalahan ditempatkan sebagai faktor penentu pertanggungjawaban pidana dan tidak hanya dipandang sebagai sekedar unsur mental dalam tindak pidana. 6 Perlu diingat kembali perbedaan mendasar dari tindak pidana dan pertanggungjawaban pidana: Dasar Adanya Tindak Pidana adalah Asas Legalitas, sedangkan Dasar Dapat Dipidananya Pembuat Tindak Pidana Adalah Asas Kesalahan. Menurut Roeslan Saleh teori pertanggungjawaban pidana adalah kesalahan, sedangkan unsur-unsur kesalahan adalah: 4 Soekanto Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 1986, hlm.125. 5 Poerwandaminta, W.J,S., Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1995, hlm.168. 6 Soedarto, Kapita Selekta Hukum Pidana, Alumni, Bandung, 1986, hlm.49.

9 1). Mampu bertanggung jawab a. Kemampuan untuk membeda-bedakan antara perbuatan yang baik dan yang buruk; sesuai dengan hukum dan yang melawan hukum; (faktor akal) b. Kemampuan untuk menentukan kehendaknya menurut keinsyafan tentang baik dan buruknya perbuatan tadi. (faktor perasaan/kehendak) 2). Mempunyai kesengajaan atau kealpaan a. Kesengajaan Sengaja adalah kehendak untuk mewujudkan unsur-unsur delik dalam rumusan undang-undang. b. Kealpaan Yang dimaksud dengan kealpaan adalah terdakwa tidak bermaksud melanggar larangan undang-undang, tetapi ia tidak mengindahkan larangan itu. Ia alpa, lalai, teledor dalam melakukan perbuatan tersebut. Adapun yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan suatu perkara pidana adalah dengan memperhatikan faktor-faktor seperti: 1. Faktor Yuridis Faktor yuridis didasarkan atas fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan. Fakta-fakta hukum diperoleh selama proses persidangan yang didasarkan pada kesesuaian dari keterangan saksi, keterangan terdakwa, maupun barang bukti yang merupakan satu rangkaian. Fakta hukum ini oleh hakim menjadi dasar pertimbangan yang berhubungan dengan apakah perbuatan seorang anak telah memenuhi seluruh unsur tindak pidana yang didakwakan kepadanya. Unsur-unsur ini akan menunjukan jenis pidana yang telah

10 dilakukan anak nakal. Faktor yuridis berkaitan pula dengan pertanggungjawaban pidana dari anak pelaku tindak pidana. Di sini, hakim akan mempertimbangkan apakah perbuatan yang telah dilakukan dapat dipertanggungjawabkan atau tidak serta dengan melihat adakah unsur kesalahan anak atas perbuatan yang didakwakan kepadanya. Selain itu, faktor yuridis juga berkaitan dengan berat ringannya pidana yang dijatuhkan, lamanya ancaman pidana dan bentuk dari jenis pidana yang telah dilakukan. 2. Faktor Non Yuridis Kajian non yuridis sebagai dasar pertimbangan hakim berkaitan dengan penjatuhan sanksi kepada anak yang terdiri dari beberapa faktor yaitu: 1. Filosofis Faktor filosofis dijadikan dasar pertimbangan yang penting dari hakim dalam menjatuhkan sanski terhadap anak. Dengan faktor ini hakim tidak akan kehilangan orientasi yang didasarkan atas tujuan yang telah digariskan undang-undang yang bersangkutan. Dalam rangka penjatuhan sanksi terhadap anak maka dasar filosofi penjatuhannya tidak lain adalah demi kepentingan terbaik anak sebagaimana telah ditentukan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997. 2. Sosiologis Faktor sosiologis berguna untuk mengkaji latar belakang sosial mengapa seorang anak melakukan suatu tindak pidana. Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan sanksi terhadap anak diperoleh dari laporan kemasyarakatan. Laporan kemasyarakatan ini berisikan mengenai data individu anak, keluarga, pendidikan

11 dan kehidupan sosial serta kesimpulan dari pembimbing kemasyarakatan. Dalam Undang-Undang Peradilan Anak, pembacaan laporan kemasyarakatan ini telah diatur dalam Pasal 56 sehingga laporan kemasyarakatan ini menjadi pertimbangan hakim dalam penjatuhan sanksi. Faktor sosiologis juga menjadi dasar pertimbangan hakim akan pengaruh bentuk sanksi yang dijatukan di masa yang akan datang terhadap anak, sehingga bentuk sanksi yang diambil akan benar-benar dipertimbangkan. 3. Psikologis Faktor psikologis berguna untuk mengkaji kondisi psikologis anak pada saat anak melakukan suatu tindak pidana dan setelah menjalani pidana. Pertimbangan psikologis dijadikan pertimbangan hakim dalam hal penjatuhan sanksi pidana karena pemahaman terhadap aspek psikologis ini memungkinkan adanya penggambaran terhadap persepsi hakim terhadap anak yang bersangkutan dalam rangka penjatuhan sanksi pidana. Hakim memperoleh laporan kemasyarakatan dari BAPAS maupun pendapat dari BAPAS di persidangan serta diketahui dari perilaku anak selama menjalani persidangan anak. 4. Kriminologis Faktor krominologis diperlukan untuk mengkaji sebab-sebab seorang anak melakukan tindak pidana dan bagaimana sikap serta perilaku anak yang melakukan tindak pidana. Berdasarkan pada faktor kriminologis ini, hakim dalam rangka penjatuhan sanksi mempertimbangkan motif dari anak dalam melakukan tindak pidana yang akan berpengaruh terhadap bentuk penjatuhan sanksi kepada anak.

12 2. Konseptual Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konseop-konsep khusus yang mempunyai arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang diteliti atau diketahui. 7 Dibawah ini ada beberapa istilah yang akan sering digunakan dalam skripsi ini: a. Pertanggungjawaban pidana Pertanggungjawaban pidana adalah suatu perbuatan yang tercela oleh masyarakat dan itu dipertanggungjawabkan kepada si pembuat pidananya atas perbuatan yang telah dilakukannya. 8 b. Anak Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal yang telah mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin (Pasal 1 angka 1 UU No. 3 Tahun 1997 Tentang Peradilan Anak). c. Pelaku Pelaku adalah mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan dan yang turut serta melakukan perbuatan (Pasal 55 Ayat 1-ke 1 KUHP). d. Tindak pidana Tindak pidana adalah suatu pidana yang dilarang atau diwajibkan Undang-Undang yang apabila dilakukan atau diabaikan maka orang yang melakukan atau mengabaikan itu diancam dengan pidana. 9 7 Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 1986, hlm.132. 8 Soedarto, Op.Cit., hlm. 47. 9 R. Soesilo, Pokok-Pokok Hukum Pidana Peraturan Umum dan Delik-Delik Khusus, Politea, Bogor, 1984,. hlm. 6.

13 e. Pengeroyokan Pengeroyokan adalah istilah pidana tentang Tindak Pidana pada Pasal 170 KUHP: (1) Barangsiapa terang-terangan dan dengan tenaga bersama melakukan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana paling lama lima tahun enam bulan. (2) Yang bersalah diancam: Ke-1. Dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, jika dengan sengaja menghancurkan barang atau jika kekerasan yang digunakan mengakibatkan luka-luka. Ke-2. Dengan pidana paling lama dua belas tahun, jika kekerasan mengakibatkan maut. E. Sistematika Penulisan Guna memudahkan pemahaman terhadap skripsi ini secara keseluruhan, maka disajikan sistematika penulisan sebagai berikut: I. PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan yang memuat latar belakang, permasalahan, ruang lingkup, tujuan, kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan konseptual serta sistematika penulisan. II. TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka berisi beberapa pengertian serta pemahaman terhadap objek penelitian dan hal-hal yang berkaitan dengan penelitian di dalam skripsi ini.

14 III. METODE PENELITIAN Bab ini memuat metode penelitian yang merupakan cara-cara untuk penulis menjabarkan hasil penelitian, meliputi pendekatan masalah, sumber dan jenis data, penentuan populasi dan sample yang diperlukan, prosedur pengumpulan dan pengelolaan data hasil penelitian, serta metode analisis terhadap data yang telah diperoleh. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Merupakan penjelasan dan pembahasan tentang permasalahan yang ada, yaitu pembahasan tentang pertanggungjawaban pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pengeroyokan. Karena bab ini akan dibahas permasalahan-permasalahan yang ada, yaitu: Bagaimanakah pertanggungjawaban pidana terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana pengeroyokan dalam perkara NOMOR: 1083/Pid/A/2012/PN.TK. dan Apakah putusan hakim sudah memenuhi rasa keadilan terhadap anak tersebut sebagai pelaku tindak pidana pengeroyokan. V. PENUTUP Pada bab ini kesimpulan dan saran. Kesimpulan diambil berdasarkan hasil pembahasan dan saran diberikan berdasarkan hasil penelitian yang merupakan tindak lanjut dalam pembenahan dan perbaikan.