A. Pendahuluan. Muhammad Syahrir S.Pi. Pengenalan Genus-Genus Karang. View more PowerPoint from Yayasan TERANGI

dokumen-dokumen yang mirip
Sistematika dan Teknik Identifikasi Karang

Parameter Fisik Kimia Perairan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ribuan membentuk koloni yang dikenal sebagai karang (karang batu atau karang

JURNAL KONDISI TERUMBU KARANG DI PANTAI TURELOTO KABUPATEN NIAS UTARA PROVINSI SUMATRA UTARA OLEH ROMEO

PENGENALAN BENTUK PERTUMBUHAN KARANG DAN STRUKTUR RANGKA KAPUR KARANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERLINDUNGAN HUTAN DAN KONSERVASI ALAM TENTANG

V. KESIMPULAN DAN SARAN. dan Karang Mayit tergolong buruk.

Lampiran 1. Panduan Kuisioner untuk Internal dan Eksternal Kelembagaan

PERKEMBANGAN DAN PERTUMBUHAN KARANG JENIS Lobophyllia hemprichii YANG DITRANSPLANTASIKAN DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA

Kondisi Eksisting Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Dok II Kota Jayapura Provinsi Papua

KARYA ILMIAH. JENIS KARANG YANG DI JUMPAI DI PANTAI KUTA BALI Menggunakan Piranti Lunak Coral ID Australian Institute of Marine Science

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi Karang

KEANEKARAGAMAN KARANG DI ZONA LITORAL PERAIRAN IBOIH KECAMATAN SUKAKARYA KOTA SABANG

2. TINJAUAN PUSTAKA. merupakan karang yang dapat membentuk terumbu sedangkan kelompok

KERUSAKAN TERUMBU KARANG KARIMUNJAWA AKIBAT AKTIVITAS TRANSPORTASI BATUBARA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Jenis-Jenis Terumbu Karang yang Ditemukan Di Pantai Kondang Merak

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang

Sebaran spasial karang keras (Scleractinia) di Pulau Panjang, Jawa Tengah

THE CORAL REEF CONDITION IN CEROCOK BEACH WATERS OF PAINAN, WEST SUMATERA PROVINCE By : Khairil ihsan 1), Elizal 2), Thamrin 2)

JurnalIlmiahPlatax Vol. 5:(1), Januari 2017 ISSN:

STUDI POTENSI BUDIDAYA KARANG HIAS EKONOMIS PENTING MENDUKUNG PERDAGANGAN KARANG YANG BERKELANJUTAN DI INDONESIA

PERFORMA REKRUT KARANG HERMATIFIK PADA METODE FISH HOME DI TELUK PALU

APLIKASI PENGIDENTIFIKASI JENIS KARANG DI PERAIRAN PULAU PANJANG KABUPATEN JEPARA

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Terumbu Karang Bentuk Pertumbuhan Karang

METODE KERJA. Penelitian ini dilakukan pada Bulan Juli sampai dengan Bulan Oktober Lokasi

IDENTIFIKASI CITRA KARANG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN: KASUS FAMILY POCILLOPORIDAE RONI SALAMBUE

Kondisi Terumbu Karang dan Struktur Komunitas Karang Pantai Kelapa Tujuh Kota Cilegon Provinsi Banten

Tutupan Terumbu Karang dan Kelimpahan Ikan Terumbu di Pulau Nyamuk, Karimunjawa

TELAAH STRUKTUR KOMUNITAS TERUMBU KARANG SEBAGAI STUDI AWAL PROGRAM REHABILITASI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PASIR PUTIH SITUBONDO

KUOTA EKSPOR TUMBUHAN ALAM DAN SATWA LIAR YANG TERMASUK APPENDIX CITES UNTUK PERIODE TAHUN Nama Jenis Kuota ekspor Keterangan

KONDISI TUTUPAN KARANG PULAU KAPOPOSANG, KABUPATEN PANGKAJENE KEPULAUAN, PROVINSI SULAWESI SELATAN

TINGKAT REKRUTMEN KARANG PADA TIGA TIPE SUBSTRAT DI PANTAI PASIR PUTIH SITUBONDO

Juli 2012 Divisi Indo-Pasifik Indonesia Laporan No. 7/12

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

4. HASIL PENELITIAN Kondisi Fisika Kimia Perairan Teluk Lampung

Kondisi Terumbu Karang di Perairan Pulau Panjang Jepara

KONDISI DAN DISTRIBUSI KARANG BATU (Scleractinia corals) DI PERAIRAN BANGKA

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kesehatan Karang Genus Lifeform Batu

REKRUTMEN KARANG PADA SUBSTRAT BETON DI PERAIRAN BATUI, LUWUK, SULAWESI TENGAH MOHAMAD ICHSAN RAYYAN

Struktur Komunitas Karang Keras (Scleractinia) di Perairan Pulau Marabatuan dan Pulau Matasirih, Kalimantan Selatan

Jurnal Ilmiah Platax Vol. 1:(3), Mei 2013 ISSN:

3. METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian berada di dalam wilayah Kabupaten Administratif

PENGEMBANGAN INSTRUMEN BERBASIS ARDUINO SEBAGAI PENCATAT LIFEFORM DAN GENUS KARANG HOLLANDA ARIEF KUSUMA

KAJIAN POTENSI SUMBERDAYA KARANG HIAS DI KABUPATEN BELITUNG TIMUR

KONDISI SUBSTRAT DASAR DAN IKAN KARANG DI DAERAH PERLINDUNGAN LAUT PULAU SEBESI, LAMPUNG

Kondisi Terumbu Karang di Perairan Pulau Tegal dan Sidodadi Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

PEMANTAUAN KONDISI HIDROLOGI DI PERAIRAN RAHA P. MUNA SULAWESI TENGGARA DALAM KAITANNYA DENGAN KONDISI TERUMBU KARANG

54 Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) XI (1): ISSN: KONDISI DAN KEANEKARAGAMAN JENIS KARANG BATU DI PULAU NUSALAUT, MALUKU TENGAH

KONDISI TERUMBU KARANG DAN IKAN KARANG PERAIRAN TULAMBEN BALI Tyas Ismi Trialfhianty 09/288367/PN/11826 Manajemen Sumberdaya Perikanan

KLASIFIKASI CNIDARIA. By Luisa Diana Handoyo, M.Si.

KONDISI, KEANEKARGAMAN DAN BENTUK PERTUMBUHAN KARANG DI PULAU KAYU ANGIN GENTENG, KEPULAUAN SERIBU

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Terumbu Karang

LINE INTERCEPT TRANSECT (LIT)

PROPAGASI KARANG HIAS

METODE SURVEI TERUMBU KARANG INDONESIA Oleh OFRI JOHAN, M.Si. *

HASIL PENELITIAN. 0" 50' 5" Lintang Utara dan 126" 30' 10" Bujur Timur sampai 0" 51 ' 3" Lintang

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP KARANG KERAS Acanthastrea echinata (DANA 1846) DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU HIKMAH CUT RAMADHANA SKRIPSI

Kondisi terumbu buatan berbahan beton pada beberapa perairan di Indonesia 1. Munasik

PENILAIAN EKONOMI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI PERAIRAN BONTANG KOTA BONTANG (Economic Valuation of Coral Reef Ecosystem in Bontang Sea Bontang City)

PEMETAAN TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PULAU TABUHAN KAB. BANYUWANGI MENGGUNAKAN CITRA SATELIT QUICKBIRD. Reina Damayanti

KONDISI TERUMBU KARANG DI PERAIRAN BANGKA, PROVINSI BANGKA BELITUNG

Kondisi dan Keanekagaragaman Karang Batu di Perairan Sabang. Condition and Diversity of Stony Corals in Sabang Waters. Abstrak

GROWTH & REPRODUCTION

BIOMA : JURNAL BIOLOGI MAKASSAR, 2(2) : 39-51, 2017

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Karang Cara Makan dan Sistem Reproduksi

Kondisi dan Keragaman Karang Hias di Perairan Pulau Sarang dan Sekitarnya, Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam

II. TINJAUAN PUSTAKA. tercemar adalah plankton. Plankton adalah organisme. mikroskopik yang hidup mengapung atau melayang di dalam air dan

Status Kondisi Terumbu Karang di Teluk Ambon

PEMODELAN DAYA DUKUNG PEMANFAATAN PULAU SAPUDI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

TINJAUAN PUSTAKA. kalsium karbonat (CaCO3) yang dapat dihasilkan oleh hewan karang bekerjasama

VARIASI MORFOLOGI KARANG BERCABANG (BRANCHING) BERDASARKAN ZONA TERUMBU KARANG DI PERAIRAN PULAU BADI KABUPATEN PANGKEP SKRIPSI.

MANUAL LIFEFORM 5.1. Oleh : Rahmat, M.I. Yosephine T.H. dan Giyanto. Programmer/Analyst : Rahmat. Editor : Del Afriadi

KONDISI EKOSISTEM TERUMBU KARANG DI KAWASAN KONSERVASI LAUT DAERAH (KKLD) ALOR

3. METODOLOGI 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2. Jenis dan Sumber Data

KAJIAN KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN TERUMBU KARANG PADA ZONA PEMANFAATAN WISATA TAMAN NASIONAL KEPULAUAN SERIBU OLEH PERSADA AGUSSETIA SITEPU

Komposisi dan Struktur Komunitas Karang (Scleractinia) di Ekosistem Terumbu Karang di Perairan Pantai Nirwana Padang

LAJU SEDIMENTASI PADA KARANG MASSIVE DAN KARANG BERCABANG DI PERAIRAN PULAU PANJANG JEPARA

MORFOLOGI NEMATOSIT DARI DUA SPESIES KARANG SCLERACTINIA (Seriatopora hystrix dan Seriatopora caliendrum)

Keterangan Cover Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis

Jl Soekarno-Hatta km6, Palu 94118, Sulawesi Tengah

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biologi Karang Cara makan dan sistem reproduksi

Pengenalan Jenis-jenis Kima Di Indonesia. Kima Lubang (Tridacna crosea)

PERSENTASE TUTUPAN KARANG DI PERAIRAN MAMBURIT DAN PERAIRAN SAPAPAN KABUPATEN SUMENEP PROVINSI JAWA TIMUR

4. HASIL Gambaran Umum Lokasi Penelitian

PERSENTASE TUTUPAN DAN TIPE LIFE FORM TERUMBU KARANG DI PULAU MANDANGIN KABUPATEN SAMPANG

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Terumbu Karang Karang pembentuk terumbu karang

JAKARTA (22/5/2015)

P R O S I D I N G ISSN: X SEMNAS BIODIVERSITAS Maret 2016 Vol.5 No.2 Hal : XXXX

MONITORING EKOSISTEM PESISIR KAWASAN TELUK BUNGUS - PADANG, SUMATERA BARAT. Coastal Ecosystem Monitoring In Bungus Bay Area - Padang, West Sumatra

SEBARAN KARANG BATU DI RATAAN TERUMBU PANTAI PULAU PARI, PULAU.PULAUSERIBU, TELUK JAKARTA1) oleh ABSTRAK

LAJU PERTUMBUHAN KARANG Porites Sp. PADA SUBSTRAT YANG BERBEDA DI PULAU GILI RAJEH KABUPATEN SUMENEP

PREFERENSI DAN DAYA PREDASI Acanthaster planci TERHADAP KARANG KERAS

REKRUITMEN KARANG PADA SUBTRAT BATU DI GOSONG PRAMUKA, KABUPATEN ADMINISTRATIF KEPULAUAN SERIBU

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Morfologi Hewan Karang

Transkripsi:

Muhammad Syahrir S.Pi. TERANGI Pengenalan Genus-Genus Karang View more PowerPoint from Yayasan A. Pendahuluan Keahlian identifikasi karang hingga ke tingkat spesies masih tergolong langka di Indonesia. Berbeda dengan identifikasi pada ikan karang yang umumnya langsung ke tahap spesies, identifikasi karang dimulai secara bertahap, yakni dari pengenalan bentuk-bentuk pertumbuhan karang (coral life form) dan tipe-tipe koralit (corallite) terlebih dahulu, kemudian memasuki tingkat marga/genus, dan terakhir ke tingkat spesies. Identifikasi karang hingga ke tingkat spesies sangat sulit dilakukan, karena melibatkan analisa ciri taksonomi yang rumit dan seringkali ciri tersebut tidak kasat mata, bahkan pada beberapa kasus harus menggunakan teknik analisa DNA. Selain itu jumlah spesies karang di Indonesia tergolong sangat banyak. 1 / 85

Perairan Indonesia terkenal memiliki keanekaragaman jenis karang tertinggi di dunia, disamping Filipina dan Australia. Hasil survei pada suatu kawasan di Raja Ampat, Papua, menemukan sekitar 480 spesies karang, sedangkan spesies karang yang ditemukan di dunia hingga saat ini ada sekitar 800. Dengan kata lain, lebih dari separuh spesies karang di dunia, dapat ditemukan di perairan Indonesia. B. Teknik Identifikasi Karang Untuk mengenal dan memahami jenis karang, setiap orang memiliki cara dan pendekatan yang berbeda, tergantung dari fasilitas yang dimiliki saat akan memulai belajar. Beberapa pengalaman yang pernah ada adalah memulai pemahaman dengan belajar dari rangka kapur yang mati dengan bantuan beberapa literatur, baru kemudian melakukan pengamatan langsung di lapangan, atau beberapa orang melakukan hal yang sebaliknya. Kedua pendekatan tersebut memiliki kelemahan dan kelebihan masing masing. Namun yang penting adalah bagamana melakukan penyesuaian-penyesuaian dua arah antara pengamatan lapangan dan pemahaman berbasis literatur. Teknik identifikasi karang dapat dilakukan dengan beberapa cara: {slide=teknik Visual (In situ)} Teknik visual (in situ), yakni pengamatan langsung di alam. 2 / 85

Teknik visual ini memperhatikan, bentuk koloni. Cara visual ini lebih mudah untuk spesies karang tertentu, namun tidak dapat diterapkan pada semua spesies karang. Identifikasi karang ke tingkat spesies biasanya membutuhkan alat bantu mikroskop untuk melihat bagian-bagian koralit dari rangka kapurnya. Pengamatan secara langsung ini bisa gunakan bagi peneliti yang telah berpengalaman, dan dapat dilakukan langsung di alam ( di bawah air dengan penyelaman). Pengamatan terdiri atas: a. Pengamatan pada bentuk pertumbuhan karang. Cara ini sangat mudah dan cepat dipelajari yaitu dengan melihat bentuk pertumbuhan koloni karang. Apakah tergolong masif, bercabang, lembaran, dll. b. Pengamatan terhadap warna dan bentuk. Pengamatan dilakukan pada warna karang hidup dan bentuk tentakel yang ada (untuk spesies karang tertentu dimana tentakelnya keluar di siang hari). c. Menelaah rangka kapur karang. Teknik ini memperhatikan bentuk rangka kapur karang, pada karang yang telah mati. Untuk dapat menerapkan teknik ini, kita terlebih dahulu harus memahami bagian-bagian dari rangka kapur karang. Bagian-bagian dari rangka kapur karang yang kasat mata dan perlu diperhatikan antara lain ialah, bentuk koralit (ceroid, plocoid, meandroid, dll.) 3 / 85

{/slide} {slide=teknik dengan Alat Bantu} Teknik dengan Menggunakan Alat Bantu (kaca pembesar dan sejenisnya). Pengamatan bagian-bagian rangka kapur yang berukuran kecil seperti septa, pali, columella, c oenostium, columella, paliform, teeth, dan margins. Alat bantu yang diperlukan antara lain ialah kaca pembesar. Teknik ini harus diawali dengan penyediaan preparat kering dimana koloni telah dimatikan, tapi ini bukan merupakan harga mati sebab untuk koloni-koloni yang berukuran besar biasanya bagian-bagian tersebut masih bisa dilihat langsung dengan mata telanjang bagi yang benar-benar sudah ahli. {/slide} {slide=teknik Analisa DNA} Teknik Analisa DNA. Teknik ini berskala laboratorium dan masih jarang dilakukan oleh peneliti. Teknik ini diperlukan untuk kasus-kasus tertentu, dimana kita mengalami kesulitan menentukan spesies dari suatu karang, jika hanya berdasarkan bentuk pertumbuhan koloni dan telaah rangka kapur. Bentuk pertumbuhan koloni karang sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan pola adaptasi karang terhadap kondisi lingkungannya. Oleh karena itu dapat saja terjadi bahwa satu jenis karang 4 / 85

yang sama, memiliki bentuk pertumbuhan koloni yang berbeda. Untuk membuktikan bahwa mereka masih tergolong satu spesies, diperlukan analisa pada DNA. {/slide} C. Karakteristik Dasar Pengenalan Jenis Karang Diagram di bawah ini mengacu kepada Veron (2000). 5 / 85

Gambar tersebut diatas digunakan sebagai salah struktur satu rangka karakteristik kapur dan untuk bagian-bagian membedakan rangka. jenis karang Istilah-istilah keras : -- Corallite :menunjukkan Rangka kapur yang berbentuk mangkok (septa, costae, columella, paliform merupakan bagian dari corallite )lobes Calice Bagian dalam lingkaran Corallite yang berbentuk lekukan mengikuti bentuk bibir Corallite. Septa berbentuk Dalam satu daun :: :struktur Lempeng dan tajam vertikel yang yang keluar tersusun dari dasar secara dengan radial pola dari berbeda tengah pada tabung, tiap seri spesies. septa Corallite terdapat beberapa lempeng vertikel septa. Costae Bagian septa yang tumbuh hingga mencapai dinding luar daribentuk Corallite --- sering Pali : Bagian dalam sebelah bawah dari septa yang melebar membentuk tonjolan sekitar columella Membentuk yang disebut lobes.paliform Columella : Struktur yang berada di tengah corallite. Terdapat empat columella dijumpai yaitu padat, berpori, memanjang dan tanpa columella.yang Coenosteum : Suatu horisontal yang tangan. menghubungkan Corallite. Polip Kesatuan jaringan hidup hewan karang - Tentacles kapur pada :malam : Bagian hari darilempeng polip yang menyerupai Umumnyaantar keluar dari rangka 1. Tipe Koloni 6 / 85

Berdasarkan bentuk pertumbuhannya, karang keras terbagi atas karang Acropora dan non-acr opora (English dkk., 1994). Perbedaan Acropora dengan non-acropora terletak pada struktur skeletonnya. Acropora memiliki bagian yang disebut axial koralit dan radial koralit, sedangkan nonacropora hanya memiliki radial koralit. Gambar Rangka Acropora Gambar Rangka non Acropora 7 / 85

2. Bentuk Pertumbuhan Karang Terdiri atas Non-Acropora dan Acropora {tab=non-acropora} Kategori bentuk pertumbuhan karang (koloni karang) ini berdasarkan pada English dkk. (1998). 1. Bentuk Bercabang (branching), kode CB, memiliki cabang lebih panjang daripada diameter. Model percabangan sambung-menyambung dan ujung cabang yang runcing. 2. Bentuk Padat (massive), kode CM, umumnya memilik bentuk seperti bongkahan batu. Permukaan karang ini halus dan padat, biasanya ditemukan di sepanjang tepi terumbu karang dan bagian atas lereng terumbu. 8 / 85

3. Bentuk kerak (encrusting), kode CE, tumbuh mengikuti bentuk substrat tempat ia menempel dengan permukaan yang kasar dan keras serta berlubang-lubang kecil. banyak terdapat pada lokasi yang terbuka dan berbatu-batu, terutama mendominasi sepanjang tepi lereng terumbu. Koloni karang yang baru tumbuh umumnya berbentuk kerak. 4. Bentuk lembaran (foliose), kode CF, merupakan lembaran-lembaran yang menonjol, 9 / 85

berukuran kecil dan membentuk lipatan atau melingkar. Ditemukan terutama pada lereng terumbu dan daerah-daerah yang terlindung. Bersifat memberikan perlindungan bagi ikan dan hewan lain. 5. Bentuk Jamur (mushroom), berbentuk oval dan tampak seperti jamur,kode CMR, memiliki banyak tonjolan seperti punggung bukit beralur dari tepi hingga pusat mulut. Khusus karang jamur, ia tidak berkoloni, sehingga bila menemukan karang jamur maka ia merupakan satu individu. 6. Bentuk submasif (submassive), kode CS, bentuk kokoh dengan tonjolan-tonjolan atau kolom-kolom kecil. 10 / 85

7. Karang api (Millepora), kode CML, semua jenis karang api yang dapat dikenali dengan adanya warna kuning di ujung koloni dan rasa panas seperti terbakar bila disentuh. 8. Karang biru (Heliopora), kode CHL, dicirikan dengan warna biru pada rangka kapurnya. 11 / 85

{tab=acropora} Bentuk pertumbuhan Acropora sebagai berikut : 1. Acropora bentuk cabang (Branching Acropora), kode ACB, bentuknya bercabang seperti ranting pohon. 2. Acropora meja (Tabulate Acropora), kode ACT, bentuknya bercabang dengan arah mendatar menyerupai meja. Karang ini ditopang dengan batang yang berpusat atau bertumpu pada satu sisi membentuk sudut atau datar. Bersifat memberi perlindungan pada ikan-ikan yang dapat bersembunyi di balik meja nya. 12 / 85

3. Acropora mengerak (Encursting Acropora), kode ACE, bentuknya seperti kerak, namun koralitnya menonjol (ada axial corallite ). Biasanya dijumpai pada Acropora yang baru tumbuh membentuk koloni. 4. Acropora Submasif (Submassive Acropora), kode ACS, percabangannya berbentuk gada/lempeng dan kokoh. 13 / 85

5. Acropora berjari (Digitate Acropora), kode ACD, bentuk percabangannya rapat dengan cabang seperti jari-jari tangan. {/tabs} 14 / 85

3. Tipe Corallite Kategori berikut yang tercantum di bawah ini mengacu pada Veron (2000). {slide=dinding Terpisah} a. Dinding terpisah Plocoid, masing-masing corallite memiliki dindingnya masing-masing dengan tonjolan menyerupai tabung yang dipisahkan oleh coenosteum. 15 / 85

Phaceloid, apabila koralit memanjang membentuk tabung dan juga mempunyai corallite dengan dinding masing-masing yang dipisahkan oleh ruang kosong Flabello-meandroid, seperti meandroid, membentuk lembah-lembah memanjang, namun koralit tidak memiliki dinding bersama. Soliter, tipe ini hanya terdiri satu corallite (tidak berkoloni). Umumnya memiliki dua bentuk yaitu bulat dan lonjong. 16 / 85

{/slide} {slide=dinding Menyatu} b. Dinding menyatu Cerioid, apabila dinding corallite saling menyatu (bersanding satu sama lain) dan membentuk permukaan yang datar. 17 / 85

Meandroid, corallite disatukan oleh dinding-dinding yang saling menyatu dan membentuk kanal - kanal seperti sungai. {/slide} {slide=spesial} c. Spesial Themnasterioid, yaitu antar corallite tidak berdinding, membentuk kanal-kanal kecil yang terpusat. 18 / 85

Hydnophoroid, corallite pembatas, tersebar padaterbentuk seluruh permukaan seperti bukitkoloni. yang masing masing memiliki dinding {/slide} D. Sistematika Karang Dari 800 spesies yang ditemukan di dunia, sekitar 450 spesies di antaranya dapat ditemukan di Indonesia. Karang keras di Indonesia terbagi kedalam 6 ordo (2 kelas), namun 90 % diantaranya merupakan Ordo Scleractinia. {slide=tabel Klasifikasi Karang} OUTLINE OF CLASSIFICATION Phylum Cnidaria (Coelenterata) 19 / 85

Class Ordo Sub-Ordo Familia Genus Anthozoa Coenthecalia 20 / 85

Helioporidae Heliopora Gorgonacea Corallidae Corallium Melithaeidae 21 / 85

Melithaea Stolinifera Tubiporidae Tubipora Scleractinia Archaecoenina Astrocoeniidae 22 / 85

Stylocoeniella Acroporidae Acropora 23 / 85

Montipora Anacropora 24 / 85

Astreopora Pocilloporidae Pocillopora 25 / 85

Seriatopora Stylophora 26 / 85

Palauastrea Madracis Fungiina 27 / 85

Siderastreidae Psammocora Coscinaraea 28 / 85

Pseudosiderastrea Siderastrea 29 / 85

Anomastrea Horastrea 30 / 85

Agariciidae Pavona Leptoseris 31 / 85

Gardineroseris Coeloseris 32 / 85

Pachyseris Agaricia 33 / 85

Fungiidae Cycloseris Diaseris 34 / 85

Heliofungia Fungia 35 / 85

Herpolitha Polyphyllia 36 / 85

Halomitra Sandalolitha 37 / 85

Lithophyllon Zoopilus 38 / 85

Podabacia Micrabaciidae Letepsammia 39 / 85

Fungiacyathidae Fungiacyathus Faviina Rhyzangidae Culicia 40 / 85

Astrangia Pectiniidae Echinophyllia 41 / 85

Oxypora Mycedium 42 / 85

Pectinia Physophyllia 43 / 85

Mussidae Blastomussa Cynarina 44 / 85

Scolymia Australomussa 45 / 85

Acanthastrea Lobophyllia 46 / 85

Symphyllia Merulinidae Hydnophora 47 / 85

Merulina Paraclaverina 48 / 85

Scapophyllia Boninastrea 49 / 85

Faviidae Caulastrea Favia 50 / 85

Barabattoia Favites 51 / 85

Goniastrea Faviidae Platygyra 52 / 85

Australogyra Leptoria 53 / 85

Oulophyllia Oulastrea 54 / 85

Montastrea Plesiastrea 55 / 85

Diploastrea Leptastrea 56 / 85

Astreosmilia Arythrastrea 57 / 85

Cyphastrea Echinopora 58 / 85

Moseleya Trachyphylliidae Trachyphyllia 59 / 85

Wellsophyllia Caryophyllina Caryophylliidae Euphyllia 60 / 85

Catalophyllia Plerogyra 61 / 85

Physogyra Montigyra 62 / 85

Nemenzophyllia Gyrosmilia 63 / 85

Heterocyathus & Ahermatypic 20 64 / 85

Parasmillidae Turbinolidae 65 / 85

Guyniidae Stenocyathus Flabellidae Flabellum 66 / 85

Placotrochus Monomyces 67 / 85

Gardineria Meandrina Oculinidae Galaxea 68 / 85

Archelia Madrepora 69 / 85

Cyathelia Meandrinidae Ctenella 70 / 85

Dendrophyllina Dendrophylliidae Dendrophyllia Tubastrea 71 / 85

Turbinaria Balanophyllia 72 / 85

Duncanopsammia & Ahermatypic 7 73 / 85

Poritina Poritidae Porites Stylaraea 74 / 85

Goniopora Alveopora Hydrozoa Milleporina 75 / 85

Milleporidae Millepora Stylasterina Stylasteridae Stylaster 76 / 85

Distichopora {/slide} E. Beberapa Genus Karang yang Umum di Indonesia Berdasarkan survei karang yang pernah dilakukan di beberapa daerah di Indonesia oleh beberapa ahli karang, ternyata genus karang yang umum dijumpai di perairan Indonesia antara lain meliputi : {slide=acropora} 1. Genus Acropora (Familia Acroporidae) Genus Acropora memiliki jumlah jenis (spesies) terbanyak dibandingkan genus lainnya pada karang. Karang jenis ini biasanya tumbuh pada perairan jernih dan lokasi dimana terjadi pecahan ombak. Bentuk koloni umumnya bercabang dan tergolong jenis karang yang cepat tumbuh, namun sangat rentan terhadap sedimentasi dan aktivitas penangkapan ikan. 77 / 85

Karakteristik bentuk rangka kapur genus Acropora antara lain ialah: - Koloni biasanya bercabang, jarang sekali menempel ataupun submasif. Koralit dua tipe, axial dan radial. Septa umumnya mempunyai dua lingkaran. Columella tidak ada. Dinding koralit dan coenosteum rapuh. Tentakel umumnya keluar pada malam hari. {/slide} {slide=montipora} 2. Genus Montipora (Familia Acroporidae) Genus Montipora sering ditemukan mendominasi suatu daerah. Sangat tergantung pada kejernihan suatu perairan. Biasanya berada pada perairan dangkal berkaitan dengan intensitas cahaya yang diperolehnya dengan bentuk koloni berupa lembaran. Karakteristik bentuk rangka kapur genus Montipora ini antara lain ialah: - Bentuk koloni bervariasi, ada yang submasif, laminar, menempel ataupun bercabang. - Ukuran koralit umumnya kecil. - Septa umumnya memiliki dua lingkaran dengan bagian ujung (gigi) muncul keluar. Apabila disentuh maka akan terasa tajam. - Tidak memiliki columella. - Dinding koralit dan coenosteum keropos. Coenosteum memiliki beberapa tipe: Papillae (bila coenosteum lebih kecil dibandingkan dengan ukuran koralit), dan tuberculae 78 / 85

jika sebaliknya. Apabila berkelompok mengelilingi koralit disebut thecal papillae dan juga ada thecal tuberculae. - Tentakel umumnya keluar pada malam hari. - Karang yang struktur rangka kapurnya mirip dengan genus Montipora adalah genus Porit es, dan kadangkala sulit untuk membedakannya. Namun pada pengamatan bawah air, struktur internal pada koralit karang genus Porites lebih jelas terlihat dibandingkan dengan karang genus Montipora, dan sebagian besar Montipora memiliki coenosteum yang lebar, sementara Porites tidak memiliki coenosteum. {/slide} {slide=pocillopora} 3. Genus Pocillopora (Familia Pocilloporidae)} Karakteristik bentuk rangka kapur genus Pocillopora antara lain ialah: - Koloni umumnya berbentuk submasif, bercabang, ataupun bercabang dengan bentuk 79 / 85

pipih. - Koloni ditutupi oleh verrucae. - Koralit cekung ke dalam pada verrucae. - Koralit mungkin tidak memiliki struktur dalam atau memiliki columella yang kurang berkembang. - Memiliki dua lingkaran septa yang tidak sama. - Coenosteum biasanya ditutupi oleh granules (butiran). - Tentakel umumnya keluar hanya pada malam hari. Genus Pocillopora merupakan satu-satunya genus pada karang yang memiliki verrucae. Hal tersebut menjadi ciri khas yang membedakannya dengan genus-genus karang yang lain. {/slide} {slide=seriatopora} 4. Genus Seriatopora (Familia Pocilloporidae) Karakteristik genus Seriatopora antara lain ialah: - Ciri khas koloninya berbentuk compact bushes dengan cabang yang halus. - Koralit tersusun rapi (neat rows) sepanjang cabang. - Koralit sebagian besar tenggelam (immerse) dan struktur internal tidak begitu berkembang kecuali columella. - Septa umumnya berjumlah satu, namun kadangkala terdiri atas dua lingkaran, dan telah berkembang dan menyatu hingga ke columella. - Coenosteum ditutupi oleh spinules (duri-duri) yang halus. - Struktur rangka kapur genus Seriatopora hampir mirip dengan genus Stylophora, tetapi dapat dibedakan, dimana percabangan genus Seriatopora lebih halus (kecil) dibandingkan dengan genus Stylophora. 80 / 85

{/slide} {slide=favia} 5. Genus Favia (Familia Faviidae) Karakteristik bentuk rangka kapur genus Favia antara lain ialah: - Bentuk koloni umumnya masif, flat atau dome-shaped. - Koralit sebagian besar monocentric (satu columella dalam satu corallite) dan plocoid. - Memperbanyak koralit melalui pembelahan intratentacular. - Tentakel umumnya keluar hanya pada malam hari. - Struktur rangka kapur genus Favia mirip dengan genus Favites tapi dapat dibedakan dengan perbedaan tipe koralit karang. Tipe koralit Favites tergolong ceroid, sedangkan tipe koralit Favia tergolong plocoid. {/slide} {slide=favites} 6. Genus Favites (Familia Faviidae) 81 / 85

Beberapa karakteristik bentuk rangka kapur dari genus Favites : - Bentuk koloni umumnya masif, flat atau dome-shaped. - Koralit berbentuk monocentric dan ceroid, beberapa berbentuk subplocoid. - Pada koloni karang ini, antar dua koralit dibatasi oleh satu dinding koralit. {/slide} {slide=porites} 7. Genus Porites (Familia Poritidae) Beberapa karakteristik bentuk rangka kapur dari genus Porites : - Bentuk koloni ada yang flat (foliaceous atau encrusting), masif atau bercabang. - Koloni yang masif berbentuk bulat ataupun setengah bulat. Koloni masif yang kecil akan terlihat berbentuk seperti helm atau dome-shaped, dengan diameter dapat mencapai lebih dari 5 m. - Koralit berukuran kecil, cekung ke dalam (terbenam) pada badan koloni dengan lebar Cal ice kurang dari 2 mm. - Tentakel umumnya keluar pada malam hari. Genus Porites ini mirip dengan genus Montipora dan Stylaraea, namun memiliki beberapa perbedaan. Perbedaan antara Porites dengan Montipora 82 / 85

ialah bahwa Porites memiliki bentuk pertumbuhan yang lebih beragam, koralit pada Porites lebih besar, kokoh dan tidak ada elaborate thecal (perpanjangan dinding koralit). Genus Montipora mempunyai dua tipe coenosteum, yaitu reticulum papillae dan tuberculae. Selain itu, Porites memiliki koralit yang umumnya selalu terlihat septanya, sementara Montipora hanya memiliki perpanjangan gigi septa yang menonjol keluar sehingga terasa runcing dan kasar bila tersentuh. {/slide} {slide=goniopora} 8. Genus Goniopora (Familia Poritidae) Karakteristik : - Bentuk koloni columnar, masif dan encrusting. - Koralit tebal tapi berdinding keropos dan calice memiliki septa yang kokoh dan memiliki c olumella. - Polip genus Goniopora berukuran panjang dan keluar baik pada malam maupun siang hari. 83 / 85

- Polip genus Goniopora memiliki 24 tentakel. {/slide} {slide=fungia} 9.Genus Fungia (Famili Fungiidae) Karakteristik : - Cara hidup tidak menempel pada substrat (free living) kecuali yang masih belum dewasa ( juvenile ). - Hidup dengan tidak membentuk koloni (soliter). Memiliki satu mulut. Rangka kapur umumnya berbentuk bulat dan atau lonjong. Bagian bawah koloni ada yang memiliki ferporation (lubang rangka). {/tabs} Daftar Acuan English S, Wilkinson C, Baker V. 1998. Survey manual for tropical marine resources. Townsville: Australian Institute of Marine Science. 84 / 85

Veron, JEN. 2000. Corals of the World. Vol. 1. Australian Institute of Marine Science & CRR, Qld: xii + 463 hlm. 85 / 85