BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya PENS DIGITAL SUBSCRIBER LINE (DSL) Modul 6 Jaringan Teleponi. Prima Kristalina PENS (Desember 2014)

5

Pengantar Asymmetric Digital Subscriber Line (ADSL)

VDSL (Very High bit-rate DSL)

BAYU SAPTA HARI TEKNOLOGI DAN PILIHAN HIDUP

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II JARINGAN PSTN. yang lebih dikenal dengan jaringan Public Switch Telephone Network (PSTN). Jaringan ini

BAB II DASAR TEORI A. JARINGAN LOKAL AKSES KABEL TEMBAGA (JARLOKAT) (di sentral) melalui konstruksi kabel primer (terdiri dari manhole dan duct) dan

JENIS-JENIS KONEKSI INTERNET

ANALISIS JARAK TERHADAP REDAMAN, SNR (SIGNAL TO NOISE RATIO), DAN KECEPATAN DOWNLOAD PADA JARINGAN ADSL

Teknologi x-dsl. Oleh: Prima Kristalina Mike Yuliana. Disadur dari training PT.Telkom

ANALISIS JARAK TERHADAP REDAMAN, SNR (SIGNAL TO NOISE RATIO), DAN KECEPATAN DOWNLOAD PADA JARINGAN ADSL

Training Center ISSUED4/17/2004 1

TREND JARINGAN. Muhammad Riza Hilmi, ST.

Home Networking. Muhammad Riza Hilmi, ST.

Teknologi Jarlokat xdsl

Computer Networks Technology in Indonesia. Adhi Harmoko S, M.Komp

Sistem Jaringan Akses Fiber Optik Jaringan Lokal Akses Fiber (JARLOKAF)

TEKNOLOGI JARINGAN AKSES

PERANCANGAN JARINGAN AKSES KABEL (DTG3E3)

BAB III JARINGAN AKSES SERAT OPTIK DI PT TELKOM STO JATINEGARA SERTA APLIKASI SDH DAN MODUL SDT1

PERBANDINGAN KUALITAS JARINGAN TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY DI PT. TELKOM

INTERNET-INTRANET 2. Bambang Pujiarto, S.Kom

MODERNISASI JARINGAN AKSES TEMBAGA DENGAN FIBER OPTIK SAMPAI DENGAN KE PELANGGAN. Oleh :

BAB III PARAMETER ELEKTRIS JARLOKAT

JARINGAN AKSES BROADBAND

STT Telematika Telkom Purwokerto

BAB III JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA (JARLOKAT) PT. TELKOM INDONESIA

Training Center Tujuan

DAFTAR PUSTAKA a. b. c. d. e. f.

BAB II DASAR TEORI. Jaringan local akses optik (JARLOKAF) adalah jaringan. menghubungkan Central Office (CO) pada operator telekomunikasi ke Remote

Training Center ISSUED - 4/17/2004

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Fungsi dan Cara Kerja Jaringan Telekomunikasi (Wireline, Wireless, Modem dan Satelit) Jaringan Kabel (Wireline)

BAB II DASAR TEORI. Perkembangan teknologi telekomunikasi global akhir-akhir ini

WAN. Karakteristik dari WAN: 1. Terhubung ke peralatan yang tersebar ke area geografik yang luas

Analisis Kualitas Jaringan Tembaga Terhadap Penerapan Teknologi Annex M Pada Perangkat MSAN Studi Kasus Di PT.Telkom Purwokerto

ANALISIS KUALITAS JARINGAN AKSES TEMBAGA TERHADAP LAYANAN SPEEDY STUDI KASUS DI PT.TELKOM,Tbk DIVISI ACCESS SITE OPERATION PURWOKERTO

TRANSMISI DATA DAN ADSL / DSL SISTEM KOMUNIKASI DATA

Teknologi x-dsl. Oleh: Mike Yuliana PENS-ITS. Disadur dari training PT.Telkom

Powered By TeUinSuska2009.Wordpress.com. Upload By - Vj Afive -

PERTEMUAN 8 (MEDIA TRANSMISI FISIK)

ANALISIS PENGARUH JUMLAH USER AKTIF TERHADAP BANDWIDTH USED PADA LAYANAN SPEEDY STUDI KASUS DI PT. TELKOM, Tbk. PURWOKERTO

Makalah Seminar Kerja Praktek NETWORK ELEMENT ADSL SPEEDY Anton Prabowo (L2F004458) Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, memicu

~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~

Internet kabel menggunakan media kabel koaksial sebagai media aksesnya. Asalnya kabel koaksial ini hanya digunakan untuk

DAHLAN ABDULLAH

Abstrak. pengguna harus menggunakan modem ADSL.

BAB II VDSL2 DAN ALGORITMA HEURISTIK

ANALISA SISTEM PERFORMANSI LAYANAN CUSTOMER SPEEDY DI PERANGKAT OPTIC ACCESS NETWORK (OAN)

DasarJaringan Komunikasi

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. tolok ukur perbandingan jaringan GPON (Gigabit Passive Optical Network) dengan

JARINGAN AKSES PSTN (Public Switch Telephone Network) Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP)

ISDN. (Integrated Service Digital Network) -Overview - Prima K - PENS Jaringan Teleponi 1 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MEDIA TRANSMISI KOMUNIKASI DATA

PENGANTAR TELEKOMUNIKASI

BASEBAND, BROADBAND, DAN LEASED LINE

JARINGAN KOMPUTER. : Karyn Vusvyta NIM : DOSEN PEMBIMBING : Dr. Deris Stiawan, M.T. FAKULTAS ILMU KOMPUTER JURUSAN SISTEM KOMPUTER

Olivia Kembuan, S.Kom, M.Eng UNIMA PART 4 : KOMPONEN-KOMPONEN JARINGAN

MULTI MEDIA AKSES (MMA)

XIII. PENGEMBANGAN JARINGAN KOMPUTER

A I S Y A T U L K A R I M A

29

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Kegiatan Kerja Praktek

Perangkat Keras jaringan pengkabelan dan konektor. Untuk Kalangan sendiri SMK Muh 6 Donomulyo

WAN (Wide Area Network)

Akses Kecepatan Tinggi ke Rumah

PERENCANAAN JARINGAN INTERNET ADSL DI APARTEMEN PURI CASABLANCA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN.

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA TEKNOLOGI MSAN DAN GPON PADA LAYANAN TRIPLE PLAY

KOMUNIKASI DATA. 1. Pendahuluan

DIGITAL SUBSCRIBER LINE

JARINGAN KOMPUTER Chandra Hermawan, M.Kom

Pada gambar 2.1, terdapat Customer Premises Equipment (CPE) adalah peralatan telepon atau penyedia layanan lain yang terletak di sisi user.

Menggunakan Internet untuk peleruan informasi dan komunikasi. Menjelaskan berbagi perangkat keras dan fungsi untuk keperluan akses internet

ANALISIS JARINGAN LOKAL AKSES TEMBAGA PADA PERFORMANSI DSLAM BERBASIS TEKNOLOGI ADSL SKRIPSI LAOSMARIA JULIASTRY NABABAN

JARINGAN AKSES TELEPON

ISP. Macam-Macam Metode Koneksi Internet. 1. Koneksi Dial Up

IBM Corporation

3 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. Sistem Intergrator (SI) perangkat akses jaringan telekomunikasi.

BAB II LANDASAN TEORI

JARINGAN AKSES. Akses Tembaga. Akses Optik. Akses Radio

Pengantar Teknologi Informasi Jaringan (Layer Fisik)

ANALISIS JARINGAN TEMBAGA EKSISTING UNTUK PENERAPAN TEKNOLOGI MULTI SERVICE ACCESS NODE (MSAN)

Pertemuan 3. Dedy Hermanto/Jaringan Komputer/2010

Frequency Division Multiplexing

MULTIPLEXING. Frequency-division Multiplexing (FDM)

1. Adanya pertumbuhan permintaan komunikasi suara, data dan gambar. 2. Perlunya kesederhanaan, fleksibilitas dan biaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. daya, dimana dibutuhkan layanan-layanan dan aturan-aturan (protocols) yang

WIDE AREA NETWORK. Gambar Jaringan WAN.

Program Studi S1 - Teknik Telekomunikasi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Telkom BANDUNG, 2012

Faculty of Electrical Engineering BANDUNG, 2015

- S. Indriani Lestariningati, M.T- Week 3 TERMINAL-TERMINAL TELEKOMUNIKASI

Setelah mengikuti bab ini, peserta diharapkan mampu: 1. Memahami dan menjelaskan tentang sistem jaringan komputer, fungsi dan manfaatnya. 2.

1. Percakapan antar individu(manusia) 2. Mengirim dan atau menerima surat 3. Percakapan melalui telepon 3. Menonton Televisi 4. Mendengarkan radio

PERANCANGAN DAN ANALISIS JARINGAN FIBER TO THE HOME (FTTH) DENGAN OPTISYSTEM UNTUK PERUMAHAN PERMATA BUAH BATU I BANDUNG

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Jaringan Lokal Akses Tembaga Secara umum yang dimaksud dengan jaringan lokal pada sistem telekomunikasi adalah suatu bentuk jaringan akses (transmisi) yang secara sistem terhubung dari terminal pelanggan ke sentral lokal. Pada awalnya jaringan akses yang dibuat adalah berupa kabel tembaga dan terminal-terminal yang dirancang untuk mendapatkan kualitas transmisi yang baik antar terminal pelanggan dengan sentral lokal. Tetapi seiring dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan pelanggan yang sangat besar, maka jaringan lokal tidak hanya terbatas pada penggunaan kabel tembaga, tetapi dapat menggunakan serat optik maupun udara (gelombang radio) sebagai media transmisinya.sehingga jaringan lokal dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu :

a. Jaringan Lokal Akses Tembaga (Jarlokat) b. Jaringan Lokal Akses Radio (Jarlokar) c. Jaringan Lokal Akses Fiber (Jarlokaf) Disini sesuai dengan tema pembahasan jaringan akses radio (jarlokat) dan jaringan akses fiber (jarlokaf) tidak dibahas secara mendalam, dan dititik beratkan kepada jaringan lokal akses tembaga sehinga tema pembahasan sesuai dengan yang diinginkan. 2.1.1 Konfigurasi Dasar Jarlokat dibawah ini. Konfigurasi dasar jaringan lokal akses tembaga dapat dilihat pada gambar 2.1 Gambar 2.1 : Konfigurasi dasar Jarlokat Keterangan : 1. Sentral Telepon / MDF (Main Disribution Frame) 2. Kabel Primer 3. Rumah Kabel 4. Kabel Sekunder 5. Kotak Pembagi 6. Kabel / Saluran Penanggal 8

7. Terminal Batas 8. Instalasi Kabel Rumah 9. Daerah Catuan Langsung 10. Perangkat lain yang diintegrasikan pada JARLOKAT 11. Terminal Pelanggan Adapun penjelasan masing masing bagian adalah sebagai berikut : 1. Sentral telepon /Rangka Pembagi Utama (RPU) RPU/MDF (Main Distribution Frame) merupakan titik awal jaringan akses, biasanya ditempatkan dekat sentral di tempat yang mudah dijangkau oleh kabel dari luar. RPU menghubungkan antara sentral dengan saluran luar (jaringan akses). klem horizontal terhubung ke sentral sedangkan klem vertikal terhubung ke arah saluran 2. Kabel primer Kabel primer berfungsi untuk menghubungkan RPU dengan RK.Pada sistem catuan langsung menghubungkan RPU dengan KP. Kabel primer mempunyai kapasitas dari 200 sampai 2400 pair. Pada sentral dengan kapasitas besar instalasi kabel primer dapat ditanam langsung atau dipasang dengan pipa (sistem duct). 3. Rumah kabel Rumah kabel adalah suatu unit terminal yang merupakan titik terminasi akhir dari kabel primer dan titik terminasi awal kabel sekunder. Kapasitas RK tergantung dari jumlah calon pelanggan (hasil peramalan demand) 9

yang akan dicatunya. Kapasitas RK yang paling kecil 600 pair dan yang paling besar 2400 pair. 4. Kabel sekunder Kabel sekunder adalah kabel yang dipasang dari Rumah Kabel (RK) sampai pada terminal Titik Pembagi(TP). Pada kabel sekunder digunakan kabel dengan diameter 0,4 mm: 0,6 mm: 0,8 mm.untuk alasan fleksibelitas biasanya kabel sekunder berkapasitas 1,5 kali kabel primer atau dengan perbandingan 3:2. 5. Kotak pembagi Kotak pembagi (KP) /Distibution Point (DP) adalah terminal kabel yang berkapasitas 10 atau 20 pair dimana pada terminal masuk diterminasikan kabel sekunder dan pada terminal keluar dihubungkan saluran penanggal (Drop Wire) ke rumah pelanggan. 6. Saluran penanggal (Drop Wire) Saluran penanggal merupakan kabel yang dipasang antara KP dengan KTB Jenis kabel yang digunakan untuk saluran penanggal ini adalah drop wire kabel dengan kapasitas 1 dan 2 pair. 7. Terminal batas Terminal batas merupakan tempat terminasi saluran penanggal dan saluran rumah dengan kapasitas 1-3 pair. 8. Instalasi Kabel rumah Jaringan instalasi kabel rumah merupakan bagian yang terletak antara kotak terminal batas (KTB) dan roset telepon didalam rumah 10

pelanggan.instalasi kabel rumah ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pelanggan. 9. Meja Ukur Meja ukur adalah suatu perangkat pengukur yang ditempatkan di ruangan MDF, dan berfungsi untuk mengukur besaran elektris saluran, baik ke arah sentral maupun ke arah jaringan luar. Akuratnya data ukur pada setiap hasil pengukuran merupakan hal yang sangat penting, untuk memperoleh akurasi yang tinggi maka alat ukur harus dikalibrasi secara berkala setiap setahun sekali. 2.1.2 Teknologi Jaringan Sejalan dengan teknologi yang cenderung kearah penggunaan pita lebar, jaringan lokal akses tembaga juga harus mempunyai kemampuan yang memadai. Untuk itu diperlukan teknologi pada jarlokat yang dapat dibedakan menjadi : 1. Jarlokat murni sebagai jaringan lokal akses tembaga yang dalam operasionalnya tidak menggunakan tambahan perangkat lain. Gambar 2.2 : Konfigurasi Jarlokat Tanpa Menggunakan Perangkat Tambahan 11

2. Jarlokat tidak murni adalah jaringan lokal akses tembaga yang didalamya menggunakan tambahan teknologi atau perangkat lain,misalnya pengganda saluran yaitu PCM dan ONU,HDSL dan lain lain Gambar 2.3 : Konfigurasi Jarlokat Dengan Perangkat Tambahan 2.2 Konfigurasi Jarlokat Untuk Implementasi ADSL Dalam konfigurasi jaringan akses terdapat tiga macam konfigurasi jaringan yaitu : a. Jaringan Catu Langsung Jaringan catu langsung merupakan jaringan yang menghubungkan pelanggan dengan rangka pembagi utama atau yang biasa disebut Main Distribution Frame (MDF) tanpa melalui Rumah Kabel (RK) sehingga urat kabel dari kotak pembagi (KP) langsung dihubungkan ke MDF. Kemudian dari kotak pembagi menuju ke pelanggan (seperti di gambar dibawah ). Gambar 2.4 : Konfigurasi Jaringan Catu Langsung 12

Keterangan : SSK : Sarana Sambung Kabel STO : Sentral Telepon Otomat RPU STO : Rangka Pembagi Utama RPU Gedung b. Jaringan Catu Tidak Langsung Pada Jaringan catu tidak langsung saluran dari MDF yang akan diteruskan ke para pelanggan dihubungkan terlebih dahulu ke RK menggunakan saluran primer kemudian dicatu ke kotak pembagi (KP) terdekat menggunakan saluran sekunder kemudian dihubungkan ke pelanggan. Jaringan catu tidak langsung bias menggunakna suatu media akses tembaga maupun fiber optik. Hanya saja pada jaringan fiber optik, rumah kabel dikhususkan sendiri (DLC). Jaringan catu tidak langsung banyak digunakan pada daerah yang jauh dari sentral dan lokasi pelanggannya banyak dan menyebar. Gambar 2.5 : Konfigurasi Jaringan Catu Tidak Langsung 13

Keterangan : SSK : Sarana Sambung Kabel STO : Sentral Telepon Otomat RPU : Rangka Pembagi Utama RK : Rumah Kabel KTB : Kotak Terminal Batas c. Jaringan Catu Kombinasi Jaringan ini merupakan kombinasi dari kedua jenis jaringan diatas, yaitu Apabila daerahnya dekat sentral, demandnya terpusat, dan banyak pelanggan VIP. Gambar 2.6 : Konfigurasi Jaringan Catu Kombinasi 2.3 Teknologi Digital Subscriber Line ( DSL ) Jaringan telepon dari sentral lokal ke pelanggan secara umum dapat dikatakan semuanya masih menggunakan pasangan kawat tembaga (twisted pair copper), sementara itu layanan jasa telekomunikasi saat ini tidak terbatas hanya dengan suara (voice) saja. Penggantian saluran kawat tembaga dari sentral ke pelanggan dengan 14

saluran fiber optic untuk transmisi multimedia dirasa masih sangat mahal. Oleh sebab itu, peningkatan layanan ke pelanggan masih tetap diusahakan dengan mengoptimalkan saluran kawat tembaga. Dan salah satu caranya adalah dengan teknologi DSL (Digital Subscriber Lines). Pada awalnya teknologi DSL diperkenalkan oleh Bellcor (Bell Communication Research). Hal ini disebabkan karena pada tahun 1980-an permintaan akan bandwidth yang besar mulai meningkat. Penyedia layanan telekomunikasi dihadapkan pada masalah yang sulit, yaitu jalur kawat dari sentral lokal ke pelanggan memiliki keterbatasan untuk menangani rangkaian-rangkaian yang berkecepatan tinggi. Hal ini disebabkan karena saluran kawat tembaga bersifat menurunkan kualitas sinyal pada jarak-jarak tertentu. Agar sinyal menjadi baik kembali kualitasnya maka dibutuhkan repeater pada jarak tertentu tersebut. Pada jaringan T1 (Amerika) maupun E1 (Eropa) sekarang ini (yang masing-masing berkecepatan 1,544 Mbps dan 2,048 Mbps), dan peralatan-peralatan tersebut harus dipasang pada setiap 3000 ft sampai 4000 ft ( 900 m sampai 1,2 km). Hal ini jelas akan mengakibatkan pemborosan waktu dan biaya. Oleh karena itu, Bellcor dengan melakukan beberapa percobaan dengan suatu metode baru pada jaringan T1/E1, yang dapat mengurangi jumlah repeater dan menyederhanakan keseluruhan penyebaran jaringan yang mempunyai bandwidth besar. Dari usaha percobaan tersebut maka lahirlah teknologi HDSL (High Bit-rate Digital Subscriber Lines). Sekitar empat tahun kemudian muncul jenis-jenis DSL lain sebagai perkembangan dari teknologi DSL. 15

Digital Subscriber Lines (DSL) sebagai teknologi transmisi, sebenarnya dibangun untuk jaringan ISDN (Integrated Services Digital Network) atau lebih khusus lebih khusus lagi ISDN Basic Rate Access Chanel. Nama DSL digunakan untuk mediskripsikan teknologi transmisi atau physical layer untuk ISDN Basic Rate Access Chanel atau disingkat dengan ISDN-BRA. Pada saat ini, DSL atau disebut juga xdsl digunakan sebagai penamaan umum untuk semua jenis system DSL. Berikut ini adalah jenis-jenis dari DSL atau yang lebih dikenal dengan xdsl : HDSL (High Bit-rate Digital Subscriber Lines) SDSL (Single-Line Digital Subscriber Line) VDSL (Very High Bit-Rate Digital Subscriber Line) ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line) 2.3.1 HDSL (High Bit-Rate Digital Subscriber Lines) HDSL merupakan sebuah system yang lebih baik, untuk mengirimkan sinyal T1/E1 melalui saluran kawat tembaga twisted-pair.hdsl memerlukan bandwidth yang lebih kecil dan tidak memerlukan repeater. HDSL Modem HDSL Modem 2 atau 3 pair kabel 2 Mbps 2 Mbps HTU HTU Gambar 2.7 : Konfigurasi Umum Modem HDSL 16

Dengan menerapkan teknik modulasi yang baik, HDSL dapat mengirimkan data dengan transfer-rate 2,048 Mbps (E1) hanya dengan membutuhkan bandwidth sekitar 80 khz hingga 240 khz. HDSL dapat menyalurkan data dengan kecepatan tersebut pada saluran 24 AWG (American Wire Gauge) sepanjang 12 kft (4 km), biasa disebut dengan CSA (Carrier Serving Area), dan memerlukan 2 pasang saluran untuk E1 yang masing-masing bekerja pada ½ kecepatan total. Lebih lengkapnya tentang HDSL akan di bahas pada BAB III. 2.3.2 SDSL (Single Line Digital Subscriber Line) Teknologi SDSL hampir sama dengan HDSL. Perbedaan mendasar antara HDSL dengan SDSL adalah pada sisi pelanggan dapat langsung terhubung ke terminal pelanggan seperti halnya pesawat telepon. Sementara HDSL untuk terhubung langsung ke terminal pelanggan membutuhkan perangkat multiplex tambahan. SDSL mampu menyalurkan sinyal T1 maupun E1 dengan satu saluran telepon saja, sehingga dalam satu saluran dapat mengirim sinyal dalam format POTS dan T1/E1 secara simultan. Selain itu SDSL hanya menggunakan satu pasang kabel tembaga sebagai media transmisinya. Oleh karena itulah disebut SDSL (Single Line Digital Subscriber Line). SDSL disebut pula Symmetric DSL dikarenakan sifat transmisi SDSL yang mempunyai model transmisi symmetric, kecepatan downstream dan upstream sama besar 2 Mbps. SDSL mempunyai keunggulan komparatif karena SDSL cukup menggunakan satu saluran saja tanpa perlu menambah saluran lagi seperti yang dibutuhkan dalam pemasangan HDSL. Ini merupakan suatu keunggulan dari sudut pandang pelanggan 17

yang biasanya hanya mempunyai satu saluran saja. Kecepatan data yang bisa dikirim oleh SDSL sama dengan HDSL yaitu 1,5 Mbps atau 2 Mbps. Oleh karena menggunakan satu pasang kabel tembaga maka jarak operasi yang bisa dicapai relatif lebih pendek dari HDSL. Gambar 2.8 : Konfigurasi SDSL Secara umum, teknologi SDSL mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. Kecepatan akses = 2 Mbps. b. Jumlah pair kabel = 1 pair kabel. c. Mode transmisi = symmetric (downstream = upstream = 2 Mbps). d. Multi rate (adjustable rate dan adaptive rate). e. Interface = Ethernet. f. Aplikasi dari SDSL antara lain : Private Line (LC) LAN to LAN Interconnections (Remote LAN Access) 18

Digital Voice Transmission, IP, Frame Relay SOHO Dan sebagainya 2.3.3 VSDL (Very High Bit-Rate Digital Subscriber Line) VDSL (Very High Bit-Rate Digital Subscriber Line) masih berhubungan dengan ADSL yang juga memungkinkan transfer data super cepat melalui jalur telepon konvensional. Akan tetapi VDSL berbeda dalam beberapa cara penting. Tidak seperti ADSL, yang bekerja dengan infrastruktur telepon terpasang, VDSL memerlukan upgrade ke jaringan Fiber to The Curb (FTTC). VDSL bekerja pada jarak yang relatif dekat (1000 feet atau 300 meter untuk kecepatan optimal) dari jaringan fiber optik ke rumah pelanggan. Suatu teknologi yang mempunyai kecepatan lebih tinggi dibanding ADSL, VDSL dapat mengantarkan data dengan kecepatan sampai 52 Mbps. Rate ini akan mendukung transmisi enam kanal video terkompresi MPEG4 terpisah, memuaskan kebutuhan bandwidth sebuah rumah dengan jumlah televisi yang banyak dan PC. Pengamat industri mengatakan rata-rata rumah tangga di masa depan akan mempunyai dua TV, dua VCR, dan dua PC. Dengan VDSL, tiap perangkat tersebut dapat men-download data dan video secara bersamaan. Untuk mengimplementasikan VDSL, perusahaan telepon dengan arsitektur FTTC memasang modem atau line card pada ATM switch atau pada Optical Network Unit (ONU). ONU adalah perangkat yang mempunyai transceiver VDSL dengan digital signal processing dan kemampuan konversi. 19

Teknik line-coding yang lebih maju memungkinkan sinyal optik ditransmisikan melalui fiber untuk dikonversikan ke sinyal elektronik untuk ditransmisikan ke PC atau set top box TV. Permintaan lingkungan transmisi point-tomultipoint memerlukan solusi yang benar-benar kuat yang dapat menangani multi kanal data dan video ke dan dari jaringan. Kekuatan solusi, yang berdampak luas, tergantung pada pilihan teknik line coding. Teknologi yang dapat dipilih adalah teknologi CAP (Carrierless Amplitude Phase) untuk rute downstream dari jaringan ke rumah, dan teknologi DWMT (Discrete Wavelet Multi-Tone), untuk rute upstream dari rumah kembali ke jaringan. CAP dipilh karena menawarkan biaya yang paling efektif dan pendekatan efisiensi daya untuk jarak yang relatif dekat dimana data memerlukan perjalanan melalui kabel tembaga. Tekonologi DWMT menyediakan isolasi sinyal dan resistansi noise yang benar-benar kuat untuk performansi upstream yang optimum. Teknologi DWMT adalah varian dari standar teknologi DMT yang diambil dari ADSL. Gambar 2.9 : Konfigurasi VDSL 20

Pada awal kemunculannya teknologi VDSL disebut dengan VADSL (Very highrate ADSL), karena VDSL dianggap juga sebagai modem asymmetric seperti halnya ADSL, namun dengan kecepatan yang lebih tinggi. VDSL juga diistilahkan dengan BDSL (Broadband DSL) karena dapat mendukung layanan-layanan komunikasi broadband. Dengan kecepatan downstream sampai dengan 52 Mbps, teknologi modem VDSL sebagai suatu langkah maju teknologi x-dsl setelah pengembangan teknologi ADSL. VDSL datang dengan dua versi, versi sebagai modem symmetric dan sebagai modem asymmetric. Ide lahirnya VDSL adalah bagaimana cara memberikan layanan kecepatan data yang lebih besar dari 8 Mbps atau layanan yang lebih dari ADSL melalui jaringan kabel tembaga yang sama. Harapan aplikasi yang akan dapat diberikan VDSL seperti : Dapat mengirim layanan berbagai macam saluran TV digital (HDTV), yang selama ini dikirim melalui media satelit ataupun jaringan TV kabel. Mengkombinasikan layanan data dan video pada jaringan kabel yang sama. Memberikan layanan komunikasi data kecepatan tinggi dan leased line (sekitar 10 Mbps atau bahkan 25 Mbps). Secara umum, teknologi VDSL mempunyai karakteristik sebagai berikut : a. Jumlah pair kabel = 1 pair kabel. 21

b. Mode transmisi = symmetric dan/atau asymmetric (tergantung produk vendor). c. Untuk mode asymmetric, kecepatan downstream sampai dengan 52 Mbps. d. Untuk mode symmetric, kecepatan downstream = upstream, sampai dengan 25 Mbps. Dalam implementasinya, VDSL diterapkan dalam sistem remote DSLAM atau MSOAN, kombinasi dengan jarlokaf, dan VDSL terpasang pada jaringan kabel tembaga yang relatif pendek. e. Aplikasi dari VDL antara lain : Aplikasi-aplikasi ADSL. Interactive HDTV. Leased line. 2.3.4 ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line) Di bawah ini akan diberikan penjelaskan singkat tentang teknologi ADSL (Asymmetric Digital Subscriber Line) dan mengapa teknologi ini begitu penting sehingga teknologi ADSL ini digunakan sebagai solusi untuk penyediaan akses internet kecepatan tinggi. Teknologi ini telah digunakan oleh PT Telkom sebagai salah satu produk unggulan dalam penyediaan akses internet kecepatan tinggi dan menjadi alternatif dari metode dial-up yang selama ini telah digunakan. ADSL merupakan singkatan dari Asymmetric Digital Subscriber Line merupakan teknologi yang dipakai untuk menyelenggarakan akses internet dengan cepat, dengan kecepatan pengiriman data bisa mencapai 8 Mbps untuk uplink dan 1 Mbps untuk downlink. Ini merupakan suatu terobosan baru dimana jaringan yang 22

dibutuhkan untuk menyelenggarakan teknologi ini adalah jaringan telepon yang sudah tersambung ke rumah-rumah dan kantor-kantor sehingga tidak diperlukan penyediaan jaringan komunikasi baru yang memerlukan biaya yang sangat besar. Dengan teknologi ADSL ini dimungkinkan setiap orang untuk dapat mengakses internet secara cepat karena sebagian besar jaringan telepon telah tersambung ke rumah-rumah. Media transmisi yang digunakan dalam ADSL adalah kabel tembaga (UTP) yang juga merupakan kabel telepon. Sinyal yang ditransmisikan melalui kabel ini dipisahkan menjadi sinyal data berupa sinyal digital untuk keperluan komunikasi data, dan sinyal suara berupa sinyal analog untuk komunikasi suara. Prosedur semacam ini dapat terjadi karena pada dasarnya komunikasi suara hanya berlangsung sebentar dan banyak kosongnya. Kekosongan ini dapat dimanfaatkan untuk menyelenggarakan komunikasi data untuk akses internet. Komunikasi suara merupakan suatu circuit switch yang artinya berbasis sambungan dimana sambungan dengan lebar bandwidth tertentu harus tetap dipertahankan walaupun tidak ada komunikasi yang dilakukan. Pada komunikasi suara hal ini tidak menimbulkan masalah karena sambungan/komunikasi berupa waktu bicara biasanya hanya memerlukan waktu yang sebentar. Jika cara yang sama dilakukan untuk komunikasi data maka ini menimbulkan masalah karena komunikasi data pada umumnya digunakan dalam waktu lama yang akan membebani jaringan yang digunakan. Oleh karena itu komunikasi data menggunakan teknik basis data 23

paket yang memungkinkan penggunaan bandwidth yang optimum, karena bisa dimanfaatkan untuk lebih dari satu sambungan secara efisien dan ekonomis. Sesungguhnya ADSL merupakan salah satu varian dari teknologi yang lebih umum yaitu teknologi DSL. Disebut ADSL karena menggunakan kecepatan data yang berbeda untuk mengirim (uplink) dan menerima (downlink). Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa sasaran dari teknologi ini adalah pelanggan pribadi yang ada di rumah-rumah yang lebih banyak menerima data dibandingkan dengan mengirim data. Dibandingkan teknik DSL yang lain, ADSL memiliki kelebihan yaitu kecepatan yang tertinggi dengan jarak yang memadai dan bisa mendukung layanan komunikasi suara. Kedua layanan komunikasi data dan suara diselenggarakan melalui dua kanal yang terpisah tetapi tetap dalam satu kabel yang sama. Sementara pada teknik DSL yang lain menggunakan dua kabel yang terpisah untuk bisa memberikan kedua layanan komunikasi tersebut. Pengiriman data melalui ADSL dilakukan dengan beberapa tahap. Modem memodulasi dan mengkodekan (encode) data digital dari komputer dan kemudian digabungkan dengan sinyal telepon untuk dikirimkan ke kantor telepon. Di kantor telepon sinyal telepon dipisahkan dari sinyal digital untuk kemudian dimodulasikan dan dienkodekan. Melalui jaringan komunikasi data sinyal ini dikirimkan ke pihak yang dituju seperti ISP atau kantor yang lain. Jaringan data yang digunakan dapat berupa frame relay atau ATM (Asynchronous Transfer Mode). 24

Sementara sinyal digital dari ISP dimodulasi dan dienkodekan menjadi sinyal ADSL di kantor telepon. Kemudian modem menggabungkannya dengan sinyal telepon sebelum dikirimkan ke pelanggan, perangkat pemisah (splitter) memisahkan sinyal telepon dari sinyal digital. Sinyal digital dimodulasi dan didekodekan, kemudian dikirimkan ke komputer. Sinyal telepon yang digabungkan dengan sinyal ADSL dalam satu kabel tetap diberi daya oleh perusahaan telepon. Meskipun jalur ADSL tidak berfungsi atau komputer tidak dihidupkan, jalur telepon tetap dapat berfungsi seperti biasa. Jadi kabel telepon dapat digunakan untuk sambungan telepon sekaligus juga untuk saluran akses internet. Tidak diperlukan suatu sambungan/jaringan baru sebagai saluran internet sehingga sangat menghemat biaya khususnya bagi PT Telkom sebagai penyedia layanan telekomunikasi di Indonesia. Ini adalah salah satu keunggulan teknologi ADSL. Dengan menggunakan teknologi ADSL ini diharapkan dapat memberikan solusi layanan internet berkecepatan tinggi dibandingkan metode yang selama ini sudah ada berupa dial-up. Teknologi ADSL memungkinkan orang untuk menyusuri internet dengan nyaman dan lancar baik untuk mencari informasi, download informasi, berbisnis maupun untuk keperluan lainnya. Dengan diterapkannya teknologi ADSL ini membuktikan komitmen PT Telkom dalam memberikan pelayanan yang terbaik buat pelanggannya dan 25

menjadikannya sebagai yang terdepan dalam penyediaan jasa telekomunikasi di Indonesia. Konfigurasi Jarlokat dalam perkembangannya PT. Telkom telah melakukan penyempurnaan-penyempurnaan yang di dalam penggunaan bisa diimplementasikan pada teknologi ADSL. Berikut ini adalah gambar konfigurasi ADSL Jaringan lokal akses tembaga dari sentral hingga ke tempat pelanggan. Gambar 2.10 : Konfigurasi ADSL Dari DSLAM Sampai Ke Pelanggan. Pada bagian Sentral ditambahkan perangkat DSLAM dan bagian sisi pelanggan ditambahkan Splitter dan Modem. 2.3.5 DSLAM (Digital Subscriber Line Access Multiplexer) a. Fungsi DSLAM adalah : 1. Melakukan fungsi Splitter untuk memisahkan sinyal suara dan meneruskannya ke Sentral. 26

2. Melakukan modulasi / demodulasi data dan mengirimkannya ke Modem dengan format DSL (Digital Subscriber Line). 3. Melaksanakan fungsi paketisasi data dari port pelanggan ke ATM (Asynchronous Transfer Mode) Format / frame ethernet, dan sebaliknya. 4. Mengirimkan data menuju BRAS (Broadband Remote Access Server) dan menerima data dari BRAS (Broadband Remote Access Server). 5. Mengatur speed/ kecepatan upstream dan downstream dari Modem ADSL (Asymetric Digital Subscriber Line) sampai dengan DSLAM (Digital Subscriber Line Access Multiplexing). Gambar 2.11 : Perangkat DSLAM 27

b. Persyaratan Instalasi DSLAM 1. Jika terdapat perangkat G.SHDSL versi outdoor (DSLAM yang tidak dipasang di ruang STO tetapi di RK) harus dilengkapi dengan cabinet versi outdoor dan dilengkapi dengan sistem pendingin dan backup batteray untuk perangkat aktif pada DSLAM. 2. DSLAM yang dipasang pada ruang MDF harus dilengkapi dengan sistem pendingin perangkat yang memadai. 3. Penempatan DSLAM diupayakan sedekat mungkin dengan perangkat transport (router, ATM Switch) untuk kemudahan kepentingan OMAP. 4. Jenis kabel yang digunakan untuk menghubungkan modem ROT dengan terminal pelanggan adalah UTP/STP CAT5 atau kategori yang lebih tinggi. Kabel mengacu kepada standar TELKOM dan ISO 8877. Panjang kabel maksimum adalah 100 meter. c. Persyaratan Konfigurasi Sistem 1. ADSL dapat menyalurkan POTS dan data digital secara bersamaan tanpa saling mengganggu satu dengan lainnya. 2. Sistem POTS masih dapat berjalan walaupun sistem ADSL mengalami gangguan (tidak sinkron atau mati). 3. Sistem POTS harus memakai POTS splitter atau micro filter pada modem COT (DSLAM) maupun modem pelanggan (ROT). 28

4. Konfigurasi perangkat dapat stand alone (back-to-back) maupun DSLAM. 5. Antarmuka DSLAM ke jaringan data dapat berupa Ethernet 10/100 Base- T, M-1 ATM, nxe1 IMA, E3 ATM UNI 3.1 sebesar 34 Mbps. 6. Antar muka stand alone : Ethernet 10 Base-T. 7. Jenis line coding : DMT. 8. Rate adaptive. 9. Kecepatan downstream mulai dari 64 kbps sampai dengan 8 Mbps. 10. Kecepatan upstream mulai dari 64 kbps sampai dengan 1 Mbps. 11. Dapat memberikan nilai BER : 10-7 (dibaca sepuluh pangkat minus tujuh). 12. Tidak direkomendasikan sistem catu daya remote power (distributed) melalui jaringan kabel untuk perangkat CPE ADSL. 13. ADSL dapat difungsikan sebagai perangkat bridge atau router. 14. ADSL harus mempunyai sistem manajemen sistem minimal melalui console atau craft terminal untuk model stand alone. 2.3.6 Splitter Fungsi splitter adalah melakukan fungsi Band Pass Filter untuk memisahkan frekuensi rendah atau Low Pass Filter (LPF) untuk suara dan frekuensi tinggi atau High Pass Filter (HPF) untuk modulasi DSL (Digital Subscriber Line). 29

Gambar 2.12 : Splitter 2.3.7 Modem Modem berasal dari singkatan MOdulator DEModulator. Modulator merupakan bagian yang mengubah sinyal informasi kedalam sinyal pembawa (Carrier) dan siap untuk dikirimkan, sedangkan Demodulator adalah bagian yang memisahkan sinyal informasi (yang berisi data atau pesan) dari sinyal pembawa (carrier) yang diterima sehingga informasi tersebut dapat diterima dengan baik. Modem merupakan penggabungan kedua-duanya, artinya modem adalah alat komunikasi dua arah. Setiap perangkat komunikasi jarak jauh dua-arah umumnya menggunakan bagian yang disebut "modem", namun umumnya istilah modem lebih dikenal sebagai Perangkat keras yang sering digunakan untuk komunikasi pada komputer. Data dari komputer yang berbentuk sinyal digital diberikan kepada modem untuk diubah menjadi sinyal analog. Sinyal analog tersebut dapat dikirimkan melalui beberapa media telekomunikasi seperti telepon dan radio. 30

Setibanya di modem tujuan, sinyal analog tersebut diubah menjadi sinyal digital kembali dan dikirimkan kepada komputer. Terdapat dua jenis modem secara fisiknya, yaitu modem eksternal dan modem internal. Gambar 2.13 : Modem 2.4 Spesifikasi Dan Karakteristik Kabel Tembaga 2.4.1 Struktur Kabel Tembaga a. Kabel Tanah Tanam Langsung Gambar 2.14 : Kabel Tanah Tanam Langsung 31

Keterangan gambar : 1. Urat kabel 2. Isolasi berwarna 3. Pita pelilit kode warna 4. Pembungkus inti kabel 5. Lapisan aluminium foil 6. Kulit dalam PE hitam 7. Armouring baja 8. Kulit luar PE hitam b. Kabel Duct Gambar 2.15 : Kabel Duct Keterangan gambar : 1. Urat-urat kabel 2. Isolasi berewarna 3. Pita pelilit kode warna 4. Pembungkus inti kabel 5. Lapisan aluminium foil 6. Kulit kabel (PE) 32

c. Kabel Udara Gambar 2.16 : Kabel Udara Keterangan: 1. Urat-urat kabel 2. Isolasi berwarna. 3. Pita pelilit kode warna. 4. Pembungkus inti kabel. 5. Lapisan aluminium foil. 6. Kulit kabel. 7. Bearer (penggantung). 8. Kawat Cu (untuk arde). 2.4.2 Fungsi Lapisan Kabel a. Urat Kabel Sebagai penghantar yang menyambungkan terminal dengan sentral. b. Isolasi Sebagai pembungkus dan isolator antar penghantar. Sebagai kode warna dalam perhitungan urat kabel. 33

c. Pita Pelilit/ Pengikat Kode Warna Untuk mengikat dan mempermudah perhitungan urat kabel. d. Pembungkus Inti Kabel Untuk membalut inti label supaya bulat, padat. Sebagai bantalan antara urat kabel dan lapisan aluminium. Sebagai pencegah lelehnya isolasi penghantar pada saat pembuatan kulit kabel. e. Aluminium Foil Sebagai pelindung elektris terhadap induksi tegangan asing. f. Kulit Dalam (PE Hitam) Sebagai pelindung kemungkinan masuknya air. Sebagai bantalan antara armouring baja dengan dengan lapisan aluminium. g. Armouring Baja Sebagai pelindung mekanis terhadap benturan benda keras. Sebagai pelindung elektris terhadap induksi tegangan asing. h. Kulit Luar Kabel (PE Hitam) atau PVC Abu-abu Sebagai pelindung kemungkinan masuknya air. Sebagai bantalan pada waktu penarikan. 34

2.4.3 Perhitungan Urat Kabel Susunan urat-urat kabel : a. Setiap penghantar atau urat kabel dibungkus dengan isolasi PVC berwarna. b. Setiap dua penghantar dipilin membentuk satu pasangan (pair). c. Setiap empat penghantar (2 pair) dipilin bersama-sama membentuk satu empatan (quad) yang simetris. d. Setiap lima quad dipilin membentuk satuan dasar 10 pair / pasang (unit atau sub unit) yang di ikat dengan pita berwarna. e. Setiap lima sub unit membentuk satuan dasar (unit) 50 pair / pasang yang diikat dengan pita berwarna. f. Setiap sepuluh sub unit membentuk satuan dasar (unit) 100 pair / pasang yang diikat dengan pita berwarna. Gambar 2.17 : Kategori Urat Kabel Antara 1-100 Pair 35

2.4.4 Kategori Kabel a. Kategori I (kapasitas 10-120 pair) Gambar 2.18 : Kategori Urat Kabel Antara 20-120 Pair b. Kategori II (kapasitas 150-300 pair) Gambar 2.19 : Kategori Urat Kabel Antara 150-300 Pair c. Kategori III (kapasitas 400-2400 pair) Gambar 2.20 : Kategori Urat Kabel Antara 400-1400 Pair 36

Gambar 2.21 : Kategori Urat Kabel Antara 1600-2400 Pair Spesifikasi susunan urat kabel yang digunakan PT. Telkom disebut juga sebagai STEL (Standar Telekomunikasi). Adapun spesifikasinya adalah sebagi berikut : 1. Susunan urat kabelnya berpasangan (pair). 2. Untuk kabel 10 pair, berarti memiliki lima quad, berurutan dari nomor satu sampai nomor lima, dipilin bersama membentuk satu-satuan dasar atau satuan sepuluh yang utuh. Gambar 2.22 : Spesifikasi Urat Kabel 37

3. Kode warna dari isolasi penghantar untuk satuan dasar harus memiliki ketentuan sebagai berikut : Setiap satu satuan dasar (10 pair) pada kabel yang berkapasitas lebih dari 10 pair, diikat dengan pita warna yang dililitkan pada tiap-tiap satu satuan tersebut. 4. Sejumlah satuan dasar dipilin membentuk unit yang simetris dan utuh, bergantung pada kapasitas kabelnya. Permulaan perhitungan dari inti kelapisan luar seperti terlihat pada gambar berikut: Gambar 2.23 : Perhitungan Kapasitas Kabel Tabel 2.1 : Susunan Pasangan Warna Kabel 38

2.5 Program pendukung Beberapa tools yang mendukung dalam pengecekan serta pengukuran performansi suatu jaringan yaitu : Telkom Trouble Ticket Mini Login Embassy a. Telkom Trouble Ticket Trouble Ticket merupakan Web aplikasi sebagai pencatatan keluhan pelanggan secara online. Fungsi dari website ini adalah sebagai media komunikasi antar divisi maupun antar cabang melalui akses intrnet. Akses website ini terbatas dan tidak bisa di akses dari luar. b. Mini Tools Mini Tools merupakan media untuk melihat status terakhir modem pelanggan, IP DSLAM, bind dan unbind port DSLAM pelanggan. Tools ini sangat membantu dalam proses pengukuran terhadap keluhan-keluhan pelanggan. c. Embassy Program ini merupakan media untuk melakukan pengukuran SNR (Signal to Noise) dan Attenuation (redaman) disisi modem pelanggan. Tools ini juga sangat membantu dalam proses pengukuran terhadap keluhankeluhan pelanggan. 39