BAB I PENDAHULUAN. Pasar bebas dan globalisasi menjadi kesempatan sekaligus ancaman bagi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kali lelang SBI tidak lagi diinterpretasikan oleh stakeholders sebagai sinyal

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Globalisasi

I.PENDAHULUAN. antar negara. Nilai tukar memainkan peran vital dalam tingkat perdagangan

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal tempat diperjual belikannya keuangan jangka panjang seperti

BAB I PENDAHULUAN. secara umum diukur dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Hal ini disebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Sektor Properti

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kinerja ekonomi tercermin dalam kinerja perusahaanperusahaan. Bursa Efek Indonesia merupakan pasar modal yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Di era globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi menghantam Indonesia pada pertengahan

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut, atau pada saat yang sama, investasi portofolio di bursa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

PENGARUH KURS VALUTA ASING DAN DOW JONES

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Perekonomian era globalisasi telah meningkatkan interaksi antar negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. makro adalah pandangan bahwa sistem pasar bebas tidak dapat mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya masalah ekonomi itu adalah tentang bagaimana manusia

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pemicu kenaikan jumlah nominal utang pemerintah Indonesia (DJPU,

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

2016, No /17/PBI/2013 tentang Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Ban

BAB I PENDAHULUAN. penawaran asset keuangan jangka panjang (Long-term financial asset).

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian di Indonesia. Fluktuasi kurs rupiah yang. faktor non ekonomi. Banyak kalangan maupun Bank Indonesia sendiri yang

BAB I PENDAHULUAN. (sumber: goldprice.org)

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi ini, negara-negara besar telah menaruh perhatian besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. cenderung mengakibatkan gejolak ekonomi moneter karena inflasi akan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan perkembangan pasar modal yang

BAB I PENDAHULUAN. beredar juga mempengaruhi perekonomian. Dengan berkurangnya jumlah yang. mengganggu aktivitas perekonomian nasional.

BAB I PENDAHULUAN. proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Investasi adalah alat bagi seorang investor untuk meningkatkan nilai aset

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan dapat memperoleh dana dengan menerbitkan saham dan dijual dipasar

PENGARUH KURS VALUTA ASING TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia mempunyai wilayah yang sangat luas dan jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini telah memasuki era globalisasi dimana persaingan

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu melakukan perubahan atas Peraturan Bank Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kredit properti (subprime mortgage), yaitu sejenis kredit kepemilikan rumah

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal tahun 2008 terjadi krisis energi yang membayangi

BAB I PENDAHULUAN. saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa juga

BAB I PENDAHULUAN. dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah

BAB I PENDAHULUAN. membuat pilihan yang menyangkut alokasi mereka.

BAB I PENDAHULUAN. karena pendanaan melakukan usaha dalam mendapatkan dana. Dana untuk sebuah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah tempat bertemunya antara pihak yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

BAB I PENDAHULUAN. perbelanjaan, hanya saja yang membedakan pasar modal adalah barang barang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. aktiva produktif selama periode tertentu (Jogiyanto, 2010:5). Dengan kata lain

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bukti kepemilikan atas suatu perusahaan. Suatu perusahaan dapat menjual hak

BAB II URAIAN TEORTIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasar modal memiliki peranan yang sangat penting dalam sektor

I. PENDAHULUAN. Pasar modal merupakan salah satu alat penggerak perekonomian di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

PENGARUH KURS VALUTA ASING, INFLASI, UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM SEKTOR KEUANGAN

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa-masa yang akan datang (Sunariyah, 2003:4). Dalam

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan dana untuk membiayai berbagai proyeknya. Dalam hal ini, pasar

BAB I PENDAHULUAN. banyak diminati oleh para investor karena saham tersebut sangat liquid. Sahamsaham

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan penawaran (supply) dan permintaan (demand) dana jangka

BAB I PENDAHULUAN. Peranan uang dalam peradaban manusia hingga saat ini dirasakan sangat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal (capital market) telah terbukti memiliki andil yang cukup. besar dalam perkembangan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. karena itu, arah dan besarnya pergerakan pasar modal menjadi topik yang

BAB I PENDAHULUAN. Kestabilan nilai tukar mata uang suatu negara merupakan hal penting

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dan nilai tukar mengambang, tentu saja Indonesia menjadi sangat rentan terhadap

2 bagi pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi lindung nilai; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huru

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang membutuhkan dana. Menurut Fahmi dan Hadi (2009:41), pasar modal

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena subprime mortgage yang terjadi di AS pada tahun 2008 ternyata

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (KOJA Container Terminal :2008)

-2- M E M U T U S K A N Menetapkan : PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PEMENUHAN KEBUTUHAN VALUTA ASING KORPORASI DOMESTIK MELALUI BANK

I. PENDAHULUAN. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah sebuah indikator yang

BAB 1 PENDAHULUAN Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perekonomian secara umum.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang ekonomi secara global ini, menyebabkan berkembangnya

Mengobati Penyakit Ekonomi Oleh: Mudrajad Kuncoro

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar bebas dan globalisasi menjadi kesempatan sekaligus ancaman bagi setiap negara. Salah satu bentuk dari ancaman tersebut adalah arus dana investasi asing dari luar (capital inflow) yang memasuki suatu negara dapat memberikan dampak positif dan negatif sama besarnya apabila tidak dikelola dengan baik. Aliran modal asing berupa investasi yang masuk merupakan bagian dari dampak positif karena terciptanya stabilitas makroekonomi, pertumbuhan ekonomi yang positif, dan besaran return yang ditawarkan diatas rata-rata. Namun apabila aliran modal investasi memasuki suatu negara terlalu masif dan dalam rentang waktu yang begitu cepat, maka dapat menimbulkan efek gelembung ekonomi (bubble economy), menyebabkan tidak stabilnya sistem keuangan apabila terjadi penarikan dana oleh investor (capital flight) dan pembalikan arus modal besar-besaran (Badan Pusat Statistik, 2010). Selain itu, dampak lain yang ditimbulkan apabila aliran modal keluar sangat besar hingga melebihi aliran modal masuk secara signifikan maka akan berdampak pada meningkatnya permintaan valuta asing sehingga nilai tukar terdepresiasi (Noor Nugroho, Ibrahim, Winarno, dan Permata, 2012). Salah satu instrumen investasi yang dituju oleh investor antara lain adalah pasar modal. Dengan melakukan investasi di pasar modal, investor berharap 1

memperoleh pengembalian yang lebih tinggi dibanding pasar keuangan lainnya. Namun demikian, besarnya pengembalian berbanding lurus dengan resiko-resiko yang harus dihadapi oleh investor. Jones (2004) mengidentifikasikan resiko-resiko yang potensial dihadapi oleh para investor, antara lain resiko suku bunga, pasar, bisnis, inflasi, likuiditas dan finansial. Markowitz (1952) dalam Tandelilin (2010) mengungkapkan suatu nasehat yang menjadi cikal bakal konsep diversifikasi portofolio dan menjadi pedoman para investor dalam melakukan investasi, yakni jangan meletakkan semua telur ke dalam satu keranjang yang sama, hal ini berarti apabila keranjang tersebut jatuh maka semua telur akan pecah. Oleh karena itu, diversifikasi perlu dilakukan dalam setiap proses pengelolaan resiko investasi. Konsep ini diterima oleh masyarakat internasional dan dengan dibukanya keran investasi berbagai negara, maka investor dapat berinvestasi di negara lain. Hal ini yang kemudian menciptakan suatu resiko baru yang dihadapi oleh investor, yaitu resiko nilai tukar mata uang. Hasil investasi yang dilakukan oleh investor akan diterima dalam bentuk mata uang asing dan perlu dikonversikan menjadi mata uang dari negara asal investor, oleh karena itu resiko ini menjadi penting untuk dipertimbangkan sang investor dalam menakar investasinya, Tandelilin (2010, h. 511) menyatakan apabila mata uang asing tersebut tidak dapat ditukarkan atau terjadi depresiasi nilai tukar, maka investor akan menderita kerugian atas investasinya. Sehingga, dapat disimpulkan resiko nilai tukar mata uang adalah resiko dimana perubahan nilai tukar rupiah dapat mempengaruhi nilai dari aset investasi finansial atau utang yang berdenominasi mata uang asing (Saunders dan Cornett, 2011). 2

Resiko nilai tukar mata uang juga merupakan salah satu resiko yang harus dihadapi dalam aktivitas bisnis perusahaan. Korporasi yang melakukan aktivitas operasional bisnis antarnegara (2 negara atau lebih) memliki potensi besar untuk terpapar resiko nilai tukar tersebut. Hal ini dikarenakan dalam proses produksi, bahan baku yang dibutuhkan berasal dari negara lain dan harus melakukan impor, perusahaan dapat terkena dampak dari pergerakan mata uang, terlebih jika perusahaan memiliki kewajiban usaha yang harus dilunasi dalam bentuk mata uang asing. Fluktuasi nilai tukar yang terjadi pada mata uang domestik terhadap mata uang asing, khususnya Dollar AS, sangat penting karena dapat berpengaruh signifikan pada biaya operasional dan profitabilitas perusahaan. Profitabilitas menjadi salah satu tolok ukur utama dalam penilaian kinerja perusahaan yang dilakukan oleh investor, dan akan berpengaruh terhadap performa harga saham perusahaan di pasar modal. Resiko nilai tukar mata uang yang dapat mereduksi profitabilitas perusahaan, berpotensi ikut mengurangi return yang akan diperoleh investor karena kinerja saham yang tidak cemerlang. Shapiro (2010) mendefinisikan resiko nilai tukar dalam konteks perusahaan sebagai variabilitas dari nilai (value) perusahaan yang disebabkan oleh fluktuasi nilai tukar mata uang yang tidak pasti. Pergerakan nilai tukar yang tidak pasti juga memberikan dampak yang signifikan kepada pemerintahan suatu negara yang menganut sistem nilai tukar mengambang bebas, di mana dalam kaitannya bank sentral sebagai otoritas moneter tertinggi di suatu negara. Dalam konteks Indonesia, rezim devisa terkontrol dan 3

sistem nilai tukar mengambang terkendali diterapkan selama masa orde baru dan pergerakan rupiah terhadap mata uang asing berada pada rentang nilai tertentu. Namun, pasca reformasi atau sejak tahun 1999, Bank Indonesia menerapkan rezim devisa bebas dan sistem nilai tukar mengambang. Sistem yang dianut rezim tersebut yaitu tingkat nilai tukar rupiah ditentukan oleh permintaan dan penawaran pasar terhadap rupiah dan valuta asing, terutama terhadap Dollar AS, mata uang paling berpengaruh di dunia. Hal ini tentu akan memberikan efek perubahan yang cukup signifikan. Selain itu, dapat mengakibatkan nilai Dollar AS dan mata uang asing lainnya terhadap rupiah cenderung lebih tinggi (Trenggana, Untoro, Syarifuddin, dan Setiawan, 2014). Stabilitas nilai tukar rupiah terhadap valuta asing tidak dapat dilepaskan dari instrumen pasar keuangan Indonesia, yang dianggap masih dangkal (shallow). Dari total investor yang ada di pasar modal Indonesia, hanya 40% yang merupakan investor domestik, dengan sisanya merupakan investor asing. Hal ini dapat menjadi ancaman, dimana pasar valuta asing dapat mengalami guncangan apabila menghadapi permintaan atas valuta asing yang besar secara tiba-tiba yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan multinasional dalam melakukan kegiatan operasional atau melunasi kewajiban dan investor asing yang melakukan penarikan dana keluar negara tersebut. Indonesia pernah mendapat sebutan the miracle of Asia pada masa sebelum krisis 1997 karena perkembangan perekonomian dan dunia pasar modalnya yang pesat, selain investor asing yang mulai tertarik menanam modal, perusahaan- 4

perusahaan di Indonesia mulai mempertimbangkan pasar modal sebagai salah satu opsi sumber pendanaan. Meskipun krisis moneter Asia sangat berpengaruh terhadap dunia pasar modal, dimana pada saat itu nilai indeks terjatuh cukup dalam mencapai 292,18 pada 15 September 1998 1. Kondisi pasar modal pasca krisis berangsur-angsur pulih melalui serangkaian program reformasi ekonomi yang dilakukan pemerintah bekerja sama dengan IMF meski proses pemulihan kondisi ekonomi cukup panjang. Tetapi, investor tetap menganggap Indonesia sebagai negara dengan prospek yang bagus, yang ditunjukkan pertumbuhan perekonomian yang stabil. Pertumbuhan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Indonesia sendiri tergolong cukup pesat, hal ini diperlihatkan dari nilai indeks harga saham gabungan setelah krisis moneter menghantam Indonesia, pada bulan Desember 2013, nilai IHSG adalah 4.275, jauh lebih besar dibandingkan dengan nilai IHSG pada Januari 2000 yaitu 636 (www.idx.co.id). Dengan kata lain, dalam kurun waktu 13 tahun, pertumbuhan pasar modal Indonesia menyentuh angka 572%, meskipun pasar modal Indonesia sempat mengalami mini crisis sebagai dampak yang ditimbulkan akibat adanya krisis Subprime Mortgage di AS pada tahun 2008-2009. 1 Laporan Akhir Tahun Bidang Ekonomi Harian Kompas : Rubrik Utama, publikasi 21 Desember 1998. Diakses pada 3 Agustus 2014. http://www.seasite.niu.edu/indonesian/reformasi/krisis_ekonomi.htm 5

6,000 GAMBAR 1. 1 PERKEMBANGAN IHSG 2000-2013 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 Sumber : www.idx.co.id, 2014 Krisis pasar keuangan yang pernah menerpa Indonesia yang diikuti dengan krisis pasar modal memberikan suatu alasan kuat bagi Indonesia untuk dapat melakukan proses identifikasi resiko dan meminimalisir kemungkinan resiko terjadi. Atas dasar hal tersebut dan semakin terintegrasinya pasar keuangan domestik dengan pasar keuangan global yang diikuti pula dengan resiko nilai tukar yang meningkat, sejak tahun 2010 Bank Indonesia melakukan suatu upaya mitigasi atas resiko tersebut dengan melakukan pengawasan transaksi valuta asing dan menerbitkan ketentuan yaitu Peraturan Bank Indonesia (PBI) bernomor 12/16/PBI/2010 mengenai Sistem Monitoring Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah (SISMONTAVAR). Penerapan sistem ini kepada seluruh bank devisa yang telah menggunakan sistem transaksi valuta asing bertujuan agar Bank Indonesia dapat memantau seluruh aktivitas transaksi rupiah terhadap valuta asing serta dapat memberikan respon yang lebih cepat dan akurat dalam menganalisis problema permasalahan apabila terjadi gejolak 6

nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing serta melakukan langkah ekstrimnya, yakni melakukan suatu intervensi pasar apabila diperlukan untuk menstabilkan nilai tukar rupiah. Diberlakukannya SISMONTAVAR semakin mempermudah Bank Indonesia dalam kegiatan pemantauan valas. Dengan upaya mengenai pemantauan aktivitas valas, Bank Indonesia kemudian menyusun prioritas baru dengan mengeluarkan peraturan pendukung lainnya, yaitu pembentukan kurs referensi resmi dari Bank Indonesia. Akhirnya, pada bulan Mei 2013, Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan penerapan kurs referensi sebagai nilai acuan bagi bank, perusahaan, dan pihak lain yang terkait dalam melakukan transaksi spot Dollar AS terhadap Rupiah. Kebijakan yang tertuang dalam surat edaran Bank Indonesia bernomor 15/19/DPM/2013 ini bertujuan untuk menciptakan suatu kurs acuan atau referensi yang kredibel dan dapat dipercaya, serta untuk mengurangi volatilitas nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS karena kurs referensi dijadikan sebagai nilai tengah dari nilai tukar harian, dengan demikian variansi fluktuasi yang terjadi dalam 1 hari tidak akan bergerak terlalu jauh. Kebijakan ini juga bersifat mengikat terhadap bank-bank, baik nasional maupun asing yang beroperasi di Indonesia, yang dinyatakan dalam ketentuan no 1 huruf e yang berbunyi,...dalam hal kontrak yang dilakukan Bank atas Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah sebagaimana dimaksud dalam huruf c 2 dan huruf d 3 2 Ketentuan no 1 huruf c, Kontrak Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang dilakukan bank untuk kepentingan sendiri. 7

mencantumkan penggunaan acuan kurs dalam penyelesaian transaksi pada saat jatuh tempo, Bank harus mengacu pada kurs referensi yang diterbitkan Bank Indonesia. Penentuan nilai kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) berbasis pada transaksi spot Dollar AS terhadap Rupiah antarbank dengan metode rata-rata tertimbang (weighted average) di pasar domestik termasuk transaksi bank dengan bank di luar negeri, yang dilaporkan bank melalui SISMONTAVAR. Kebijakan Bank Indonesia dalam penerapan kurs referensi rupiah terhadap mata uang asing Dollar AS ini menjadi suatu terobosan baru dalam proses penentuan nilai tukar rupiah harian. Keberadaan JISDOR yang berbasiskan transaksi valuta asing berdenominasi Dollar AS secara riil antarbank ini diharapkan dapat menjadi salah satu instrumen untuk menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS. Bank Indonesia, sebagaimana dikutip dari GERAI INFO BI 4, merancang JISDOR untuk menjadi kurs referensi on-shore yang kredibel, hal ini dilakukan dengan berbagai cara, yaitu kurs JISDOR diambil berdasarkan dari transaksi spot Dollar AS terhadap Rupiah antar bank devisa dengan metode rata-rata tertimbang (weighted average) di pasar domestik termasuk transaksi bank dengan bank di luar negeri. Rentang waktu pemantauan transaksi kurs dilakukan cukup panjang, selama pukul 08.00 WIB sampai dengan 09.45 WIB (105 menit). Pemantauan transaksi ini dilakukan setiap 3 Ketentuan no 1 huruf d, Kontrak Transaksi Valuta Asing Terhadap Rupiah yang dilakukan bank untuk kepentingan nasabah. 4 GERAI INFO BI merupakan majalah yang diterbitkan Bank Indonesia sebagai salah satu bentuk peran aktif Bank Indonesia dalam melakukan sosialisasi berbagai kebijakan BI. Dikutip dari edisi ke 38 Bulan Mei 2013. 8

harinya untuk meminimalisir adanya kemungkinan manipulasi yang dapat dilakukan. Dengan demikian, akurasi pasar on-shore valuta asing menjadi lebih kuat dan dapat mengambil peran sebagai peredam dari adanya volatilitas nilai tukar rupiah di masa mendatang. Metode perhitungan nilai tukar spot rupiah terhadap Dollar AS sebelum adanya JISDOR hanya berdasarkan pada kuotasi antarbank, yang berarti pernyataan minat beli dan minat jual yang diajukan oleh bank tetapi belum tentu direalisasikan menjadi suatu transaksi. Pernyataan kuotasi ini berpotensi memberikan nilai yang tidak valid karena tidak berdasar pada aktivitas transaksi perdagangan valas aktual dan membuat nilai tukar rupiah menjadi tidak stabil dan tidak efisien karena rentan dimanipulasi oleh dunia perbankan. Asosiasi Perbankan Singapura (ABS) pun melakukan penghitungan tersendiri dalam penentuan nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS dalam bentuk Non-deliverable forward (NDF) dan menjadi kurs rupiah off-shore karena penentuan kurs on-shore kurang relevan. NDF sendiri merupakan suatu instrumen keuangan turunan yaitu kontrak forward atas suatu transaksi suatu mata uang terhadap valuta asing yang diperdagangkan di luar bursa (over the counter). Perkembangan pasar forward valuta asing ini meningkat pesat setelah terjadinya krisis finansial di Asia. Mata uang Rupiah Indonesia merupakan salah satu mata uang dengan pasar NDF terbesar di Asia dengan estimasi rata-rata aktivitas perdagangan harian mencapai 10 miliar Dollar AS (Cadarajat dan Lubis, 2012). Perhitungan dilakukan dengan merekapitulasi kurs estimasi 18 bank yang ikut dalam 9

panel penentuan kurs rupiah terhadap Dollar AS dan menghilangkan seperempat harga teratas dan harga terbawah, yang kemudian dirata-rata dengan data yang tersisa. Kurs referensi rupiah off-shore ini yang kemudian menjadi acuan utama para investor asing dalam melakukan transaksi finansial di Indonesia. Terbongkarnya skandal pengaturan nilai tukar spot rupiah terhadap Dollar AS oleh Asosiasi Perbankan Singapura untuk transaksi NDF pada tahun 2012 5, dapat menjadi titik balik dan kesempatan bagi otoritas moneter Indonesia untuk mulai membangun sistem penentuan transaksi rupiah terhadap valas (terutama Dollar AS) yang dapat dipercaya investor asing. Sebagaimana diketahui, bahwa spread harian antara pasar off-shore dengan on-shore kurs rupiah terhadap Dollar AS bisa mencapai 2 persen 6. Selain itu, The Singapore Foreign Exchange Market Committee (SFEMC) pada 18 Februari 2014 7 menyatakan per 28 Maret 2014, kurs NDF akan dihapus dan digantikan dengan JISDOR sebagai acuan transaksi rupiah terhadap Dollar AS. Dengan adanya pengakuan dari dunia internasional terhadap kurs referensi baru ini, diharapkan dapat berdampak positif bagi rupiah karena aksi spekulasi yang banyak terjadi ketika NDF masih berlaku dapat diredam. Dengan demikian, adanya terobosan baru berupa perubahan metode perhitungan dari kurs spot rupiah terhadap Dollar AS on-shore oleh Bank Indonesia menjadi suatu hal baru karena belum ada penelitian yang membahas hal tersebut. Hubungan dari fluktuasi nilai tukar mata uang yang 5 Reuters, Publikasi 27 Januari 2013. Diakses pada 13 Juli 2014. http://www.reuters.com/article/2013/01/27/us-singapore-probe-ndfs-idusbre90q0if20130127 6 GERAI INFO BI, Op.cit. 7 Reuters, Publikasi 19 Februari 2014. Diakses pada 19 Juli 2014 http://www.reuters.com/article/2014/02/19/markets-indonesia-rupiah-ndfs-dusl3n0lo0ry20140219 10

direpresentasikan oleh JISDOR dengan pergerakan harga saham di pasar modal yang direpresentasikan oleh IHSG, menjadi menarik untuk diteliti. Hal ini berkaitan dengan arah hubungan di antara kedua variabel dan adanya keterkaitan atau tidak secara jangka pendek dan jangka panjang yang harus ditelaah lebih dalam. Oleh karena itu, dengan menimbang adanya perubahan peraturan disebutkan sebelumnya, peneliti bermaksud melakukan penelitian yang berjudul ANALISIS GRANGER CAUSALITY DAN DINAMIS INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN JAKARTA INTERBANK SPOT DOLLAR RATE (JISDOR). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan berbagai penelitian yang telah dilakukan terdahulu terkait dengan hubungan nilai tukar dengan indeks harga saham, serta dengan adanya perubahan dalam metode perhitungan untuk penentuan nilai tukar rupiah terhadap Dollar AS di Indonesia, peneliti terdorong untuk melakukan penelitian sejenis. Karena disadari dengan adanya perubahan metode penghitungan yang dapat berpengaruh pada berubahnya nilai tengah kurs berdasarkan kurs referensi JISDOR dalam transaksi valuta asing, membuat secara tidak langsung akan berpotensi memberikan efek pada kondisi hubungan antara kedua variabel yang diamati dalam penelitian. Penelitian ini berfokus untuk menguji apakah terdapat hubungan kausalitas Granger dan dinamis antara IHSG dengan JISDOR. Analisis dinamis dilakukan dengan melihat bentuk dan arah respon serta kontribusi varians antar variabel untuk 11

memperkuat hasil analisis penelitian. Apabila rumusan di atas diperinci menjadi pertanyaan penelitian, maka akan dirumuskan pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut. a. Apakah terdapat hubungan kausalitas Granger antara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) pada 20 Mei 2013 sampai dengan 1 Juni 2014? b. Apakah terdapat hubungan jangka panjang antara Indeks Harga Saham Gabungan dengan Jakarta Interbank Spot Dollar (JISDOR) pada 20 Mei 2013 sampai dengan 1 Juni 2014? c. Apakah terdapat respons yang diberikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atas pergerakan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) dan sebaliknya pada 20 Mei 2013 sampai dengan 1 Juni 2014? d. Apakah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memiliki kontribusi persentase varians dari perubahan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) dan sebaliknya pada 20 Mei 2013 sampai dengan 1 Juni 2014? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diajukan di atas, tujuan dari penelitian ini dilakukan antara lain sebagai berikut. a. Untuk membuktikan ada tidaknya hubungan kausalitas Granger dan dinamis antara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), 12

b. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan keseimbangan jangka panjang antara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dengan Jakarta Interbank Spot Dollar (JISDOR), c. Untuk membuktikan adanya respons yang diberikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atas pergerakan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) dan sebaliknya, d. Untuk membuktikan ada tidaknya kontribusi persentase varians dari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perubahan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) dan sebaliknya. 1.4. Batasan Penelitian Batasan-batasan atau restriksi yang terdapat pada penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut. a. Sampel penelitian yaitu nilai tukar direpresentasikan oleh data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Indeks Harga Saham Gabungan yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia, b. Periode pengamatan merupakan data harian sejak diterbitkannya Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), yaitu periode amatan selama kurun waktu dari 20 Mei 2013 sampai dengan 1 Juni 2014, dengan jumlah hari kerja sebanyak 248 hari, 13

c. Sampel data penelitian merupakan data yang dipublikasikan pada hari kerja normal, d. Variabel amatan dalam penelitian hanya menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), karena peneliti ingin melihat hubungan diantara nilai tukar mata uang dengan pergerakan indeks saham semenjak ditetapkannya JISDOR. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memperkaya dari studi-studi empiris terdahulu yang telah ada, mengetahui hubungan kausalitas secara Granger dan dinamis dari IHSG dan JISDOR, serta sebagai bahan pertimbangan dan pengelolaan eksposur nilai tukar dari pelaku pasar dan perusahaan yang terpapar resiko valuta asing dalam pengambilan keputusan investasi atau pendanaan. Menjadi salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan dengan memperhatikan aspek nilai tukar setelah diberlakukannya JISDOR sebagai kurs referensi untuk transaksi valuta asing berdenominasi Dollar AS. Selain itu, dapat diketahui seberapa besar manfaat yang diberikan dengan diberlakukannya JISDOR terhadap pasar keuangan Indonesia khususnya pasar modal dan sebagai salah satu cara untuk mengetahui efektivitas atas penerapan kebijakan kurs referensi. Diharapkan juga penelitian ini dapat dijadikan referensi dan tambahan informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 14

1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dari penelitian ini dibagi menjadi 5 (lima) bab besar yang kemudian setiap bab akan diperinci ke dalam sub-bab, kelima bab besar tersebut tediri dari: BAB I Pendahuluan Bab pertama berisi mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat, batasan dan sistematika penulisan dalam penelitian ini. BAB II Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis Bab ini menguraikan tentang tinjauan pustaka atau landasan teori yang terkait dengan penelitian, penelitian-penelitian terdahulu terkait yang pernah dilakukan, dan pengembangan hipotesis. BAB III Metodologi Penelitian Bab ini berisi tentang sampel data yang digunakan di dalam penelitian, jenis data, sumber data, dan metode analisis data yang digunakan, dan variabel penelitian. BAB IV Analisis Hasil dan Pembahasan Bagian ke-empat ini akan menjelaskan dan menginterpretasikan dan pembahasan hasil dari data yang telah diolah. BAB V Kesimpulan 15