BAB I PENDAHULUAN. prilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik baik pada aspek kognitif, aspek

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemahaman dan kemampuan yang memadai baik secara konseptual maupun

DAFTAR PUSTAKA. Abdurrahman Mas ud, Antologi Studi Agama dan Pendidikan Islam, Semarang: Aneka Ilmu, 2004

BAB I PENDAHULUAN. dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara baik dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional tujuan pendidikan adalah agar siswa secara aktif. diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. suatu ukuran maju mundurnya suatu bangsa. 1. Pendidikan Nasional pada Bab III Pasal 4 menyebutkan bahwa: Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2007), hlm E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 173.

BAB I PENDAHULUAN. sekolah serta sarana dan prasarana sekolah. mencapai tujuan pembelajaran. Motivasi dalam kegiatan belajar memegang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan maupun teori belajar dan merupakan penentu utama keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan untuk membantu dan mengantarkan peserta didik menuju cita-cita yang. prestasi siswa didik sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. resmi. 1 Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertangung jawab terhadap

BAB I PENDAHULUAN. perbaikan dibidang pendidikan merupakan keniscayaan agar suatu bangsa dapat

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu atau kelompok untuk merubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter yang akan ditunjukkan oleh anak-anaknya. Orang tua yang menjadi

PAKET PEMBELAJARAN FIQIH KELAS VII DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DICK DAN CAREY DI MADRASAH TSANAWIYAH NW PENGKELAK MAS

BAB I PENDAHULUAN. terjadi dimana-mana. Kualitas pendidikan, di samping menjadi fokus kebijakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang sedang berkembang, maka pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi informasi disegala bidang kehidupan masyarakat saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada proses pembelajaran di dalamnya, proses pembelajaran meliputi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm. 54.

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kecakapan spiritual keagamaan, kepribadian,

KESIAPAN PARA GURU SEBAGAI PENGEMBANG KURIKULUM DALAM MERESPON PERUBAHAN KURIKULUM

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN. 1 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education. diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2009, hlm

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia, dituntut untuk terus mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak bangsa Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan

BAB I PENDAHULUAN. Diantara elemen tersebut adalah instruktur atau pendidik, materi ajar, metode, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. jawab kepala sekolah. Pemimpin adalah orang yang melakukan kegiatan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. sering kali berhadapan dengan berbagai problematika yang tidak ringan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2012, hal Sulthon, Ilmu Pendidikan, Cet I, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011, hlm, 1.

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. 1. Pengaruh Kompetensi Pedagogik Guru Pendidikan Agama Islam

BAB II LANDASAN TEORI. dengan Total Quality Manajemen (TQM). Manajemen ini dilaksanakan guna

BAB I PENDAHULUAN. mudanya untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidup secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Evaluasi pembelajaran yang dilakukan selama ini kadang-kadang hanya

BAB I PENDAHULUAN. merealisir hal tersebut Menteri Agama dan Menteri P dan K. mengeluarkan keputusan bersama untuk melaksanakan pendidikan agama

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komponen, yaitu : pengajar (Dosen, Guru, Instruktur, dan Tutor) siswa yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan tingkah laku tersebut, seorang siswa dituntut untuk mencapai hasil

BAB V PEMBAHASAN. 1. Strategi yang dilakukan Guru Fiqh dalam Meningkatkan Prestasi. Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fiqh

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. tentang pendidikan akan selalu muncul dan orangpun tak akan berhenti untuk

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. prilaku untuk mencari, mengembangkan, memelihara serta menggunakan ilmu dan

BAB I PENDAHULUAN. belajar ilmu pengetahuan. Dengan berbekal ilmu pengetahuan manusia akan

BAB I PENDAHULUAN. dan mengembangkan potensi anak, baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadian dan kemampuan belajar baik dari segi kognitif,

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan

BAB I PENDAHULUAN. seperangkat ajaran tentang kehidupan manusia; ajaran itu dirumuskan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat pendidikan merupakan salah satu cara mencerdaskan, membudayakan, dan

Pedagogik Jurnal Pendidikan, Oktober 2013, Volume 8 Nomor 2, ( )

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. edukatif untuk mencapai tujuan. Dalam pembelajaran banyak faktor yang saling

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Sidiq Nugraha, 2013

BAB I PENDAHULUAN. feeling attituted, personal ideals, aktivitas kepercayaan. 1. (mendidik). Namun menurut al-attas (1980) dalam Hasan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa

I. PENDAHULUAN. perubahan tingkah laku menuju kedewasaan. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia individual dan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dalam menjalankan tugasnya dapat mencapai hasil dan tujuan

BAB V PEMBAHASAN. A. Perencanaan Pembelajaran Langsung dalam menanamkan disiplin. santri di Pondok Pesantren Ma dinul ulum Campurdarat dan

BAB I PENDAHULUAN. Ibid, hal Moh Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hal. 4

BAB I PENDAHULUAN. Maju mundurnya suatu bangsa banyak tergantung oleh mutu pendidikannya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan dalam era global menuntut berbagai perubahan pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan. Dalam hal ini yang diproritaskan adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka

STUDI PENCAPAIAN KOMPETENSI MEMBUBUT RATA DAN BERTINGKAT UNTUK MAHASISWA JPTM UPI YANG BERASAL DARI SMA DAN SMK

BAB I PENDAHULUAN. proses pembelajaran peserta didik untuk meningkatkan mutu pendidikan.

ANALISIS KEMAMPUAN KINERJA SISWA DALAM MELAKSANAKAN PRAKTIKUM DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 11 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. semua orang berkepentingan dengan pendidikan. Orang yang ingin memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan ialah kekuatan spiritual keagaman, pengendalian diri, kepribadian,

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dirinya dalam suatu suasana belajar yang menyenangkan dan sesuai dengan

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur'an Surat al-mujadalah ayat 11, berikut ini yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk membina budi pekerti luhur seperti kebenaran, keikhlasan, kejujuran,

kognitif (intelektual), dan masyarakat sebagai psikomotorik.

I. PENDAHULUAN. Menurut UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR PEMANDANGAN DALAM PEMBELAJARAN MENULIS PUISI PADA SISWA KELAS VIII SMP N 9 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN 2013/2014

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya menusia. 1 Pengalaman pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dilakukan agar seseorang memperoleh pemahaman tentang

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN SIKAP TERHADAP BIMBINGAN KONSELING DENGAN TINGKAHLAKU BERKONSULTASI PADA SISWA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. mendidik siswanya dengan keahlian dan keterampilan, juga mendidik siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB V PENUTUP. dengan kesimpulan oleh guru. 2. hasil belajar siswa menggunakan metode diskusi ini tidak memuaskan

BAB I PENDAHULUAN. informasi atau penjelasan yang berkaitan dengan pembelajaran, pada sistem

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Evaluasi hasil belajar yaitu tindakan yang dilakukan untuk mengetahui perubahan prilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik baik pada aspek kognitif, aspek afektif, maupun aspek psikomotor, yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, serta penilaian program. Evaluasi memiliki makna penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Padanan kata evaluasi adalah assessment yang berarti proses penilaian untuk menggambarkan prestasi yang dicapai seorang siswa sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan. Selain kata evaluasi dan assessment ada pula kata lain yang searti dan relatif lebih dikenal dalam dunia pendidikan, yakni tes, ujian, dan ulangan. Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa. 1 1 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Bumi aksara: Jakarta, 2001), h. 159 1

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, evaluasi berarti penilaian. 2 Nurgiyantoro menyebutkan bahwa evaluasi adalah proses untuk mengukur kadar pencapaian tujuan 3. Ia lebih lanjut menjelaskan bahwa evaluasi yang bersinonim dengan penilaian tidak sama konsepnya dengan pengukuran dan tes meskipun ketiga konsep ini sering didapatkan ketika masalah evaluasi pendidikan dibicarakan. Dikatakannya bahwa penilaian berkaitan dengan aspek kuantitatif dan kualitatif, pengukuran berkaitan dengan aspek kuantitatif, sedangkan tes hanya merupakan salah satu instrumen penilaian. Meskipun berbeda, ketiga konsep ini merupakan satu kesatuan dan saling memerlukan. Sementara itu, istilah evaluasi juga biasanya digunakan untuk menilai hasil belajar para siswa pada akhir jenjang pendidikan tertentu, seperti Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) yang kini disebut Ujian Akhir Nasional (UAN). Pekerjaan mengevaluasi mempunyai prosedur tersendiri meskipun perlu untuk ditekankan, bahwa pekerjaan mengevaluasi itu lebih tepat untuk dipandang sebagai suatu proses yang kontinu. Suatu kontinous proses yang tidak terputusputus, tetapi ada gunanya juga mengetahui prosedur apa sajakah yang merupakan titik-titik penghubung dari proses yang bersifat kontinu tadi. Pengetahuan tentang sistem ini ditambah dengan pengetahuan tentang fungsi dalam keseluruhan proses evaluasi akan memungkinkan memperoleh gambaran yang cukup jelas tentang sistematik pekerjaan evaluasi pada umumnya. Dan kalau bayangan tentang sistematika rangka pekerjaan evaluasi ini sudah ada, akan lebih 2 Kamus Besar Bahasa Indonesia., (Jakarta:Balai Pustaka, 1996), h. 272 3 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, (BPFE: Yogyakarta, 1988), h. 5 2

memudahkan untuk membangunkan suatu sistem evaluasi yang dapat dipertanggungjawabkan dalam suatu lingkungan pendidikan tertentu ataupun untuk menilai, apalagi perlu merevisi sistem evaluasi yang telah berlaku dalam suatu lingkungan pendidikan tertentu. Metode dengan evaluasi sangatlah berkaitan dan sangat penting mengingat metode akan menentukan pencapaian materi yang diperoleh siswa dengan cara melakukan evaluasi. Dalam menyusun evaluasi hasil belajar, pemerintah memberikan kebebasan pada setiap sekolah ataupun instansi-instansi yang terkait dalam bidang pendidikan untuk memberikan yang terbaik bagi para siswanya dalam mengenyam pendidikan dan menerima setiap pelajaran yang diberikan oleh setiap guru. Sehingga dapat meningkatkan kualitas dan mutu daripada sekolahnya itu sendiri dan SDM kita nantinya bisa bersaing dengan SDM dari luar negeri. Semua ini memang harus diimbangi dengan dana yang mendukung di dalamnya. Anggaran pendidikan sangat penting untuk menunjang seseuatu yang bermutu, ini yang harus diperhatikan oleh pemerintah kita untuk menaikkan mutu dan kualitas SDM di negara kita. Diakui bahwa kritik- kritik tentang sistem pendidikan yang sering berubah dan tidak seimbang, dan sistem kurikulum yang sering berubah setiap tahun ajaran baru membuat sebagian dari pengurus-pengurus seluruh sekolah dan instansiinstansi harus merubah program yang terdapat dalam evaluasi hasil belajar. Namun masalah yang paling parah pada setiap sistem pendidikan di negara ini adalah kurangnya evaluasi dalan setiap mata pelajaran yang akan diberikan. 3

Sering terjadinya perubahan kurikulum dalam sistem pendidikan kita terutama disebabkan oleh: 1. Kurangnya informasi yang dapat diandalkan tentang hasil pendidikan, praktek dan programnya. 2. Kurangnya sistem yang standar untuk memperoleh informasi tersebut. Kesadaran akan hal tersebut merupakan salah satu langkah ke arah perbaikan, evaluasi dapat memberikan pendekatan yang lebih banyak lagi dalam memberikan informasi kepada dunia pendidikan untuk mengembangkan sistem pendidikan. Dalam upaya memperbaiki suatu tahap pembelajaran diperlukan evaluasi. Kegagalan pembelajaran mungkin terjadi pada perencanaan, pelaksanaan maupun hasil belajar itu sendiri. Dalam evaluasi tidak hanya menggunakan proses dan hasil tetapi juga dengan menggunakan program evaluasi. Selama ini evaluasi dalam pembelajaran menggunakan beberapa program evaluasi. Program sendiri mengandung pengertian rencana. Jadi program adalah sederetan kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Oleh karena suatu program merupakan kegiatan yang direncanakan maka tentu saja perencanaan itu diarahkan pada pencapaian tujuan. Dengan demikian maka program itu bertujuan dan keberhasilannya dapat diukur, memang dapat dikatakan bahwa setiap orang yang membuat program kegiatan tentu ingin tahu sejauh mana program tersebut dapat terlaksana. Pencapaian tujuan tersebut diukur dengan cara dan alat tertentu. Kegiatan yang bertujuan untuk mengukur keberhasilan tersebut dikenal dengan 4

evaluasi program. Sebelum melaksanakan evaluasi hasil belajar seorang guru harus melakukan langkah-langkah yang harus ditempuh, yaitu dengan cara: a. Persiapan, di mana pada tahap ini guru menyiapkan kisi-kisi (blue print) b. Penyusunan alat ukur. 4 Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pemberian nilai evaluasi hasil belajar: 1. Suatu penilaian hendaknya diberikan berdasarkan contoh-contoh atau sampel prestasi yang cukup banyak, baik macam maupun jumlahnya. 2. Secara teknis harus dibedakan antara pembijian (scoring) dan penilaian (grading), pembijian berarti proses pengubahan prestasi menjadi angka-angka, sebagaimana misalnya prestasi seorang pelari diangkakan dalam bentuk jarak yang harus ditempuh dan waktu yang diperlukannya untuk menempuh jarak tersebut, prosese pengangkaan inilah yang disebut proses pengukuran. 3. Dalam proses pemberian nilai dikenal adanya dua macam orientasi yang bisa sejalan dan bisa pula tidak sejalan, kedua orientasi yang dimaksud adalah apa yang dalam istilah teknisnya dikenal sebagai norm dan standar norm, atau kalau kita Indonesiakan menjadi norma, adalah patokan prestasi yang diperoleh dari sesuatu kelompok tertentu seperti misalnya kelompok-kelompok yang dipergunakan dalam 4 Ibid, h. 177 5

penstandarisasian tes-tes psikologi pendidikan misalnya tes prestasi belajar. 4. Kegiatan pemberian nilai hendaknya merupakan bagian integral dari proses belajar mengajar. 5. Penilaian harus bersifat komparabel, artinya setelah tahap pengukuran dilaksanakan dan menghasilkan angka-angka, maka prestasi-prestasi yang menduduki tingkat biji sama harus memperoleh nilai sama pula. 6. Sistem penilaian yang dipergunakan hendaknya jelas bagi siswa dan terlebih-lebih lagi bagi pengajar sendiri. 5 Pengelolaan data hasil evaluasi pembelajaran merupakan materi utama yang perlu kita pahami berkaitan dengan masalah evaluasi pembelajaran, bahkan dapat dikatakan pengolahan hasil evaluasi pembelajaran merupakan materi inti dalam kegiatan evaluasi karena pasti akan dilakukan dalam melaksanakan suatu proses evaluasi. Berdasarkan hasil pengolahan data akan diperoleh suatu informasi yang jelas untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Setelah penulis melakukan pengamatan awal di lapangan penulis menemukan beberapa kesenjangan yang penulis lihat dan analisa tidak seharusnya terjadi dalam pengelolaan evaluasi hasil belajar siswa pada bidang studi pendidikan agama Islam di antaranya: 159 5 T. Raka Joni, Pengukuran dan Penilaian Pendidikan, (Jakarta, YP2LPM, 1997), h. 153-6

1. Dalam pengelolaan hasil evaluasi belajar siswa pada bidang studi pendidikan agama Islam guru masih ada yang belum melakukan pengelolaan yang sistematis tentang manajemen evaluasi hasil belajar padahal sistem manajemen evaluasi hasil belajar harus melalui sistem pelaksanaan yang sistematis dan terencana 2. Prinsip-prinsip dalam manajemen evaluasi hasil belajar harus mengacu pada mekanisme pengelolaan, sehingga tidak menimbulkan masalah subjektifitas dalam penilaian, namun kondisi yang terjadi di SMA Negeri 2 Kubu Babussalam masih dijumpai unsur subjektifitas dalam penilaiaan. 3. Penilaian yang dilakukan oleh guru belum bersifat komparabel, yang artinya setelah tahap pengukuran dilaksanakan dan menghasilkan angkaangka maka prestasi-prestasi yang menduduki tingkat biji sama harus memperoleh nilai yang sama pula. Seharusnya penilaian yang dilakukan oleh guru bersifat komparabel pula. 4. Item soal evaluasi hasil belajar seratus persen berfokus pada aspek kognitif saja dan jarang melakukan pengelolaan evaluasi secara menyeluruh. Padahal dalam manajemen evaluasi hasil pembelajaran harus meliputi seluruh aspek baik aspek kognitif, afektif, psikomotor. Berangkat dari uraian di atas penulis memandang pentingnya untuk mengadakan penelitian tentang sistem pengelolaan evaluasi hasil belajar siswa dalam bidang study Pendidikan Agama Islam dengan judul Manajemen Evaluasi Hasil Belajar Bidang Studi Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 2 Kubu Babussalam Kabupaten Rokan Hilir. 7

B. Definisi Istilah Untuk mempermudah dalam memahami judul proposal tesis ini dan mengetahui arah serta tujuan pembahasan proposal tesis ini, maka berikut ini akan dipaparkan penegasan judul sebagai berikut: 1. Manajemen berasal dari bahasa latin, yaitu berasal dari kata manus, yang berarti tangan; dan agree yang berarti melakukan. Kata-kata itu digabung menjadi kata kerja managere; yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris; dalam bentuk kata kerja to manage, dalam bentuk kata benda management, dan manager untuk orang yang melakukan kegiatan manajemen. Akhirnya, management ditransliterasi ke dalam bahasa Indonesia menjadi manajemen dengan arti pengelolaan. 6 Sedangkan pengertian manajemen secara istilah adalah pemanfaatan sumber daya secara efektif untuk mencapai tujuan atau sasaran yang dimaksudkan. 7 Manajemen pada dasarnya juga merupakan suatu proses penggunaan sumber daya secara efektif untuk mencapai sasaran atau tujuan tertentu. 8 2. Evaluasi hasil belajar yaitu: tindakan yang dilakukan untuk mengetahui perubahan prilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan 6 Husaini Usman, Manajemen: Teori Praktik dan Riset Pendidikan, (Jak arta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 4. 7 Tim Reality, Kamus Bahasa Indonesia, (Surabaya: Reality Publisher, 2008), h. 433. 8 Muhaimin, Suti`ah, Sugeng Listyo Prabowo, Manajemen Pendidikan Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), h. 4. 8

pendidikan dan sertifikasi, serta penilaian program. 9 Evaluasi hasil belajar yang penulis maksud adalah aktifitas yang dilakukan sekelompok guru yang dalam hal ini guru pendidikan agama Islam dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan belajar siswa. 3. Penamaan bidang studi Pendidikan Agama Islam bukan Pelajaran Agama Islam atau Agama saja, disebabkan adanya tuntutan bahwa materi yang diajarkan tidak semata-mata hanya diketahui dan dipahami saja, melainkan harus diamalkan. Istilah Pendidikan Agama Islam (PAI) diartikan sebagai suatu usaha berupa pengajaran, bimbingan, dan asuhan terhadap anak agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan menghayati serta mengamalkan ajaran agamanya. 10 Pengertian Pendidikan Agama juga dikemukakan oleh Ramayulis, menurutnya pendidikan agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengahasilkan orang beragama. Untuk itu perlu diarahkan pada pertumbuhan moral dan karakter. Pendidikan agama tidak cukup hanya memberikan pengetahuan tentang agama saja, di samping pengetahuan agama mesti ditekankan pada feeling attitude, personal ideals, aktivitas, kepercayaan. 11 Pendidikan Agama Islam ialah usaha yang lebih khusus ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagamaan subjek didik agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran Islam. 12 9 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2009), h. 108 10 Mansyur, Pembinaan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam dan Universitas Terbuka, 1995), h. 10. 11 Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), h. 3. 12 Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam: Paradigma Humanisme Teosentris, (Yogyakarta: Pustaka pelajar, 2010), h. 32 9

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat ditegaskan bahwa pendidikan Islam hakekatnya merupakan bimbingan terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam baik melalui pengarahan, pengajaran, pelatihan dan pengawasan sesuai ajaran Islam. Proses bimbingan serta arahan terhadap peserta didik hendaklah dilakukan secara sadar dan terencana sehingga terbentuk akhlak yang mulia atau berkepribadian muslim. Dengan demikian manajemen evaluasi hasil belajar pada bidang studi Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah sistem pengelolaan kegiatan evaluasi yang meliputi, perancangan, pengukuran, dan pengelompokan hasil belajar siswa berdasarkan acuan-acuan yang telah ditetapkan melalui bimbingan, arahan, dan pengawasan yang sesuai dengan ajaran Islam, yaitu terbentuknya akhlak mulia. Adapun manajemen evaluasi hasil belajar pada bidang studi Pendidikan Agama Islam dalam penelitian ini adalah pengelolaan hasil belajar siswa dengan sistem objektif dan mengacu langkah-langkah dan prosedur penilaian. C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan pengamatan awal di lapangan yang penulis lakukan, maka persoalan-persoalan yang mengitari kajian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut: a. Manajemen evaluasi hasil belajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam masih terfokus pada aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik b. Tingkat pemahaman guru Pendidikan Agama Islam terhadap proses dan tahapan pengelohan evaluasi hasil belajar masih rendah 10

c. Mekanisme pelaksanaan pengelolaan evaluasi hasil belajar belum sesuai standar d. Pendataan hasil pengelolaan evaluasi belajar aspek afektif dan psikomotorik belum terkelola dengan baik 2. Batasan Masalah Mengingat luasnya persoalan yang mengitari kajian ini seperti yang dikemukakan dalam identifikasi masalah. Maka penulis memfokuskan kajian ini pada manajemen evaluasi hasil belajar dalam bentuk sumatif pada bidang studi Pendidikan Agama Islam dan faktor yang mempengaruhi manajemen evaluasi hasil belajar pada bidang studi Pendidikan Agama Islam. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana manajemen evaluasi hasil belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMAN 2 Kubu Babussalam? b. Apa faktor pendukung dan penghambat manajemen evaluasi hasil belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMAN 2 Kubu Babussalam? D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 11

a. Untuk dapat mengetahui manajemen evaluasi hasil belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam. b. Untuk mengetahui apa faktor pendukung dan penghambat manajemen evaluasi hasil belajar bidang studi Pendidikan Agama Islam di SMAN 2 Kubu Babussalam 2. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak: a. Bagi Sekolah. Sebagai sumbangan dan pengembangan sistem pengelolaan evaluasi hasil belajar dalam meningkatkan kualitas Pendidikan Agama Islam disekolah. b. Bagi Penelitian. Sebagai bahan kajian untuk diadakannya penelitian lebih lanjut tentang sistem pengelolaan evaluasi hasil belajar siswa dalam Pendidikan Agama Islam c. Bagi Guru. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru-guru Pendidikan Agama Islam untuk mengelola evaluasi hasil belajar siswa agar lebih baik d. Bagi Siswa. Untuk memotivasi siswa agar lebih giat dalam belajar. e. Bagi Penulis. Memberikan wawasan dan pengalaman praktis di bidang penelitian. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bekal untuk menjadi tenaga pendidik yang profesional. E. Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran tentang isi dari penelitian ini, secara garis besarnya penulis membuat sistematika penulisan sebagai berikut: 12

Bab Pertama merupakan pendahuluan yang terdiri dari: latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan tesis. Bab Kedua membahas tentang landasan teori tentang manajemen evaluasi hasil belajar siswa pada bidang studi Pendidikan Agama Islam. Landasan teori itu meliputi pengertian manajemen, evaluasi, hasil belajar, Pendidikan Agama Islam, bentuk dan teknik evaluasi, fungsi dan tujuan evaluasi, kesulitan evaluasi, dan prosedur evaluasi. Bab Ketiga merupakan metode penelitian, yang berisikan jenis penelitian, waktu dan tempat penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan analisis data. Bab Keempat merupakan Penyajian dan Analisis Data yang meliputi gambaran umum SMAN 2 Kubu Babussalam. Di antaranya: sejarah berdirinya, letak georgrafis, visi dan misi, tujuan, target, kurikulum, prospektus kelanjutan setelah lulus, struktur organisasi, daftar guru dan karyawan, keadaan siswa, sarana dan prasarana, serta sistem manajemen, juga faktor yang mempengaruhi manajemen evaluasi hasil belajar siswa SMAN 2 Kubu Babussalam, kemudian data tersebut dianalisis. Bab Kelima merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran yang diperlukan. 13