BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan judul

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di tingkat Madrasah Ibtidaiyah merupakan lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional merupakan pelaksanaan pendidikan suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara. Maju mundur suatu bangsa sebagian besar ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. termasuk hal yang sangat diperhatikan di Indonesia disamping bidang yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia. Pemerintah selalu berupaya untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan. Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pendidikan Islam baik MI, MTs, MA, maupun PTAI sering

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk mencerdaskan, kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan bangsa. Pendidikan Agama Islam akan mengenalkan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. berperan dengan sebaik-baiknya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. akan pentingnya pendidikan harus dilaksanakan sebaik-baiknya sehingga dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan kepada anak-anaknya dengan memberikan bimbingan, perintah,

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan. mengembangkan potensi dan kemampuan anak didik sesuai dengan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. maju. Dalam Al-qur an surah ar-ra du ayat 11 Allah SWT berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. kearah peningkatan yang lebih positif. Agar usaha-usaha tersebut dapat terwujud

BAB I PENDAHULUAN. potensi anak didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. penting. Oleh karena itulah dilakukan penyelenggaraan pendidikan, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Firman Allah SWT. Dalam Surat Al-Mujaadilah [58:11]:

BAB I PENDAHULUAN. terbelakang. Pendidikan harus benar-benar diarahkan untuk menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. mengartikan pendidikan tertulis the education is the development of knowledge, skill,

BAB I PENDAHULUAN. Atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur luar sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan akhirat. Selain itu, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap orang dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Negara Indonesia sebagai negara yang berkembang, telah

BAB I PENDAHULUAN. sektor pendidikan sebagai andalan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. derajat dan kedudukan suatu negara tersebut menjadi lebih tinggi. Sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan di Indonesia telah dijabarkan dalam Undang-Undang. Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dan mendidik hingga pada akhirnya terjadi keseimbangan antara fisik dan mental.

BAB I PENDAHULUAN. manusia karena tujuan yang dicapai oleh pendidikan tersebut adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup secara tepat dimasa akan datang atau dapat juga didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Pengesahan Judul. ini didasari oleh pandangan al-qur an dalam surah Al-Mujadalah, ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Undang-Undang RI No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada zaman modern sekarang ini, tuntutan untuk mendapatkan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. penanaman akhlakul karimah, pembiasaan-pembiasaan atau keterampilan peserta

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bagi individu agar berkembang dan tumbuh menjadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, dan lewat

BAB I PENDAHULUAN. dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral,

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga berkembang di bidang ilmu yang lain, seperti Kimia, Fisika, saat ini dengan penerapan konsep matematika tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia terlahir dengan mempunyai faktor bawaan naluri dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. lingkungan masyarakat atau dalam istilah lain yaitu jalur pendidikan sekolah dan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan. dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara 1

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara. Di dalam UUD 1945 Pasal

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional yang tercantum dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. individu, pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas akhlak seseorang sangat dipengaruhi oleh kondisi iman dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman yang dilalui manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. mendasar dalam mewujudkan pembangunan yang berkualitas baik jasmaniah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan menggunakan fitrah tersebut manusia belajar dari keluarga, lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. bidang perniagaan, teknologi, industri, pendidikan dan berbagai bidang lainnya, baik

BAB I PENDAHULUAN. guru agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan. Jika guru kurang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Pada lembaga-lembaga pendidikan tersebut mata pelajaran agama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN pasal 31 yang menyatakan bahwa (1) setiap warga negara berhak

BAB I PENDAHULUAN. mengantarkan para siswa menuju pada perubahan-perubahan tingkah laku baik

BAB I PENDAHULUAN. Jika dibanding dengan makhluk lainnya, manusia adalah makhluk Tuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang yang menentukan keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. sering diterjemahkan dengan tarbiyah yang berarti pendidikan. 1 Istilah

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN. penting karena dapat menentukan perkembangan dan kemajuan suatu kelompok

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan baik bagi anak maupun bagi masyarakat. 2. berupaya untuk mencetak individu-individu yang berkualitas, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 3, yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Undang-Undang RI No 20 tahun 2003 tentang system

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan suatu Sistem Pendidikan Nasional yang dicantumkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk. khusus memudahkan pencapaian tujuan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, dan sosial sesuai Undang-undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di tingkat Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah merupakan pendidikan formal yang paling dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral, etika, estetika dan lain-lain merupakan bekal hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara mulai ditanamkan dan dipelajari. Pada tingkat ini sifat anak masih relatif mudah untuk dibentuk dibandingkan dengan anak mulai tumbuh dewasa. Pendidikan pada hakekatnya adalah suatu kegiatan secara sadar dan disengaja serta penuh tanggung jawab yang dilakukan oleh orang dewasa kepada anak sehingga timbul interaksi dari keduanya agar anak tersebut mencapai kedewasaan yang dicita-citakan dan berlangsung terus menerus. 1 Aktivitas pendidikan jalur sekolah dan pendidikan jalur luar sekolah, baik di masyarakat, maupun di rumah tangga merupakan upaya pembangunan nasional untuk mengembangkan manusia yang berkualitas, yakni manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat jasmani dan rohani, terampil dan berilmu pengetahuan. Hal ini telah tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa: 1 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h.70 1

2 Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif dan mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 2 Kepribadian guru yang utuh dan berkualitas sangat penting karena dari sinilah muncul tanggung jawab profesional sekaligus menjadi inti kekuatan profesional dan kesiapan untuk selalu mengembangkan diri. Tugas guru adalah merangsang potensi peserta didik dan mengajarnya supaya belajar. 3 Seorang pekerja profesional atau guru harus memiliki persepsi filisofis dan ketanggapan yang bijaksana yang lebih mantap dalam menyikapi dan melaksanakan pekerjaannya. 4 Guru sebagai pendidik profesional mempunyai citra yang baik di masyarakat apabila dapat menunujukan kepada masyakat bahwa ia layak menjadi panutan atau teladan masyarakat sekelilingnya. Masyarakat terutama akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari, apakah memang ada yang patut diteladani atau tidak. Bagaimana guru meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya, memberi arahan dan dorongan kepada anak didiknya, dan bagaimana cara guru berpakaian dan berbicara serta cara bergaul baik dengan siswa, teman-temannya serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian masyrakat luas. 5 2 Departemen Pendidikan Nasional RI., Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003, (Bandung: Citra Umbara, 2003), h. 7 3 Syafruddin Nurdin dan basyiruddin Usman, Guru Professional dan Implementasi kurikulum, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), h.24 4 Sardiman, interaksi dan motivasi belajar mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h.133 5 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,2004), Cet. Ke-IV hal. 42

3 Merealisasikan tujuan pendidikan tersebut merupakan tugas yang sangat berat bagi guru yang mengajar, sebab guru adalah orang yang secara langsung berhubungan dengan siswa dalam rangka membimbing dan mengarahkan dalam surat Al-anam ayat 135 supaya setiap seseorang selalu berbuat sesuai dengan kemampuan atau kompetensi yang dimilikinya sebagai berikut : ق ل ي ا ق و م اع م ل وا ع ل ى م ك ان ت ك م إ ي ن ع ام ل ف س و ف ت ع ل م ون م ن ت ك ون ل ه ع اق ب ة الد ار إ ن ه ال ي ل الل ال م ون Keberhasilan dalam pelaksanaan pengajaran sangat tergantung kepada guru, yang mana dituntut untuk mampu dan terampil dalam mengelola pembelajaran. Untuk itu seorang guru harus selalu dibina dan dikembangkan prifesi kependidikan agar bisa menjadi seorang guru yang profesional. Sehubungan dengan ilmu pengetahuan sosial bahwasanya semua bidang ilmu sosial akan terjalin satu dengan yang lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Allah SWT. berfirman dalam surah Al-Hujarat ayat 13 yang berbunyi. و ق ب اا ل ا ش ع وب ا و ع ل ل اا م و أ ن ث ى م ن ل ل اا م إ ن ا الل ا ا أ ي ه ا ي ا ع ل د أ ا م ك م إ ن ل ت ع ار ف وا ب ع ل م الل ه إ ن أ ت اا م الل ه Ayat di atas menjelaskan bahwa kehidupan dalam masyarakat ada ikatan silaturrahmi antar manusia akan terus terjalin. Pada kenyataannya dalam kehidupan aspek-aspek sosial berinteralisasi satu dengan yang lainnya.

4 Banyak ilmu pengetahuan yang sangat berguna untuk menjalani hidup salah satunya adalah Ilmu Pengetahuan Sosial. Pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dimaksudkan agar siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar yang berguna bagi dirinya dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki tujuan yang bersifat tuntas serta berkembang. Tujuan pokok dari pengajaran ilmu pengetahuan sosial, yaitu : 1. Menguasai materi keilmuan yang meliputi dimensi pengetahuan, nilai, dan keterampilan IPS. 2. Mengembangkan materi, struktur, dan konsep keilmuan IPS. 3. Memahami cita-cita, nilai, konsep, dan prinsip-prinsip pokok ilrnu-ilmu sosial dalam konteks kebhinnekaan masyarakat Indonesia dan dinamika kehidupan global. 6 Pemberian kecakapan dan pengetahuan kepada siswa merupakan proses pengajaran (proses pembalajaran) itu dilakukan oleh guru di sekolah dengan menggunakan cara-cara atau metode-metode tertentu. Cara-cara demikianlah yang dimaksudkan sebagai metode pengajaran di sekolah. Sehubungan dengan ini Winarno Surakhmad menegaskan bahwa: metode pengajaran adalah cara-cara pelaksanaan 6 http://jahidinjayawinata61.wordpress.com/standar-kompetensi-guru-standar-kompetensikepala-sekolah-standar-kompetensi-pengawas-permendiknas-no-12-13-dan-16/ 23-07-2013

5 dari pada proses pengajaran, atau soal bagaimana teknisnya suatu bahan pelajaran diberikan kepada murid-murid disekolah. 7 Proses pembalajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai mata pelajaran, belum tentu selalu lancar dan sukses. Hal ini disebabkan adanya berbagai hambatan baik dari diri peserta didik maupun guru. Hal ini tentu patut mendapat perhatian yang serius bagi orang yang terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, terutama bagi para guru dalam tugas mengajar. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan seorang guru yang mempunyai kompetensi profesional. Kompetensi Profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu mengupdate, dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses dari internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan. 8 Kompetensi profesional juga diartikan bahwa guru memiliki pengetahuan yang luas serta dalam tentang subjek mater (bidang studi) yang akan diajarkan, serta penguasaan metodologis dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritik, mampu 7 B. suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h.148 8 m-edukasi, kompetensi profesional guru http://www.medukasi.web.id/2012/06/kompetensiprofesional-guru.html 12-06-2013

6 memilih metode yang tepat, serta mampu menggunakannya dalam proses belajar mengajar. 9 Kompetensi profesional guru merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya tujuan pembelajaran dan pendidikan disekolah, namun kompetensi guru tidak berdiri sendiri, tetapi dipengaruhi latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, dan lamanya mengajar. Kompetensi guru dapat dinilai penting sebagai alat seleksi dalam penerimaan calon guru, juga dapat dijadikan sebagai pedoman dalam rangka pembinaan dan pengembangan tenaga guru. Sealain itu, penting dalam hubungannya kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa. Dengan kompetensi profesional tersebut, dapat diduga berpengaruh pada proses pengelolaan pendidikan sehingga mampu melahirkan keluaran pendidikan yang bermutu. Keluaran pendidikan yang bermutu dapat dilihat dari hasil langsung pendidikan yang berupa nilai yang dicapai siswa dan dapat juga dilihat dari dampak pengiring, yaitu peserta didik setelah di masyarakat. Secara umum, bukan lagi status sosial yang meningkatkan penghargaan masyarakat terdidik terhadap kompetensi profesional guru. Sebaliknya yang terjadi. Pengakuan masyarakat terhadap kemampuan professional guru secara wajar menempatkan guru pada tingkat sosial yang sepadan. 10 Bermodalkan kewibawaan dan kemampuan mengembangkan diri, insya Allah guru akan senantiasa dihormati serta mendapat kepercayaan dari masyarakat. Kapan 9 M. Asrori Ardiansyah, kompetensi profesional, http://www.majalahpendidikan. Com /2011/04/ kompetensi-profesional-guru.html, 12-06-2013 10 Depertemen Agama Derektorat Jendral Kelembagaan Agama Islam, Wawasan Tugas Guru dan Tenaga Kependidikan, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2004), h. 14

7 lagi kalau tidak sejak saat ini untuk meningkatkan kompetensi profesional dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari persyaratan minimal. Sehingga dengan upaya ini diharapkan akan menjadi guru yang betul-betul profesional. 11 Implikasi dari pernyataan tersebut mensyaratkan guru harus memiliki kualitas yang memadai. Tidak hanya pada tataran normatif saja namun seorang guru yang dikatakan menjadi guru yang profesional harus memilki dan mengembangkan empat kompetensi yaitu kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian dan sosial. Dalam hal itu penulis tertarik ingin meneliti salah satu komptensi dari empat kompetensi tersebut yaitu kompetensi profesional. Hal tersebut lantaran guru merupakan penentu keberhasilan pendidikan melalui kinerjanya pada tataran institusional dan eksperiensial, sehingga upaya meningkatkan mutu pendidikan harus dimulai dari aspek "guru" dan tenaga kependidikan lainnya yang menyangkut kualitas keprofesionalannya maupun kesejahteraan dalam satu manajemen pendidikan yang profesional. Terlebih pada kenyataannya, kualitas mengajar guru IPS di SD/MI saat ini masih rendah. Guru IPS pada tingkatan pendidikan tersebut kebanyakan berasal dari disiplin ilmu bukan IPS. Hal ini dilatarbelakangi belum adanya lulusan IPS terpadu dari perguruan tinggi yang ada dan anggapan mudahnya materi-materi IPS terpadu di SD/MI, padahal untuk mengajar IPS terpadu yang benar-benar mendidik dengan mentransfer nilai-nilai sosial yang ada dimasyarakat tidaklah mudah. Butuh hal. 3 11 Moh. Uzer usman, Menjadi Guru Professional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006),

8 keseriusan dan keuletan dalam mengkaji berbagi masalah-masalah sosial yang ada di masyarakat dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan penjajakan awal penulis di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kebun Bunga Banjarmasin, menemukan fakta bahwa guru ilmu pengetahuan sosial bukan berasal dari lulusan mata pelajaran tersebut. Untuk itu penulis sangat tertarik ingin meneliti lebih jauh bagaimana kompetensi profesional guru Ilmu Pengetahuan Sosial pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kebun Bunga Banjarmasin sebenarnya. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: KOMPETENSI PROFESIONAL GURU ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PADA KELAS V DI MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI KEBUN BUNGA BANJARMASIN. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kompetensi profesional guru Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kebun Bunga Banjarmasin? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi profesional guru Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kebun Bunga Banjarmasin?

9 C. Alasan memilih judul Ada beberapa alasan yang membuat penulis memilih judul ini, adalah : 1. Kompetensi guru adalah sesperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif untuk meningkatkan mutu pendidikan khususnya pendidikan ilmu pengetahuan sosial. 2. Guru yang profesional akan membantu siswa dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran. D. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalah penapsiran terhadap judul di atas, maka penulis merasa perlu menegaskan sebagai berikut: 1. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi secara luas dan mendalam. 2. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kebun Bunga Banjarmasin. Jadi yang dimaksud dengan judul di atas adalah meneliti bagaimana kompetensi profesional guru Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kebun Bunga Banjarmasin.

10 E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti maka tujuan yang ingin dicapai adalah: 1. Untuk mengetahui dan menggambarkan tentang kompetensi profesional guru Ilmu Pengetahuan Sosial di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kebun Bunga Banjarmasin. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi profesional Guru Ilmu Pengetahuan Sosial Pada Kelas V di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kebun Bunga Banjarmasin. F. Signifikansi Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan bisa diambil dari penelitian ini adalah: 1. Sebagai bahan informasi bagi lembaga pendidikan, khususnya pihak sekolah Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kebun Bunga Banjarmasin sebagai bahan pertimbangan bagi sekolah dalam rangka inovasi sistem pengajaran, akselarasi mutu dan kualitas pendidikan 2. Sumbangan karya ilmiah bagi guru di kelas V pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya dan guru-guru mata pelajaran yang lain pada umumnya. 3. Sebagai pengalaman langsung bagi peneliti dalam mengetahui kompetensi profesional guru di kelas V pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.

11 4. Sebagai bahan informasi dan wawasan pengetahuan bagi mahasiswa atau peneliti lain dalam melakukan penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini. 5. Memperkaya khazanah dan ilmu pengetahuan khususnya di IAIN Antasari Banjarmasin. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan terdiri dari 5 bab dan masing-masing bab terdiri dari sub-sub bab yaitu sebagai berikut: BAB I : Merupakan bab pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, perumusan masalah, alasan memilih judul, definisi operasional, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : Adalah landasan teoritis yang memuat tentang pengertian kompetensi profesional guru Ilmu Pengetahuan Sosial, komponen kompetensi profesional guru dan faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi profesional guru Ilmu Pengetahuan Sosial. BAB III : Adalah metodologi penelitian yang membahas tentang jenis dan pendekatan penelitian, desain penelitian, subjek dan objek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknek pengolahan dan analisis data serta prosedur penelitian.

12 BAB IV : Adalah laporan hasil penelitian yang memuat gambaran umum lokasi penelitian, penyajian data dan analisis data. BAB V : Merupakan bab penutup yang berisikan simpulan dan saran-saran.