BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. Fungsi Technical Services Marketing Operation Region (MOR) V

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak

BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV. penjelasan fase-fase yang telah dilalui oleh PT.Pertamina (Persero) :

MAKALAH PENGANTAR MANAJEMEN PERUBAHAN DAN INOVASI PT. PERTAMINA (PERSERO)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Umum Perusahaan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. kilometer 3.5 lingkar timur Sidoarjo dengan daerah seluas hektar. PT. Karya

BAB II DESKRIPSI PT PERTAMINA PERSERO MARKETING OPERATIONREGION II PALEMBANG

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35

BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. tahun Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai.

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan melalui proses pengilangan minyak mentah. Saat ini BBM telah

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. bentuk dari logo perusahaan, visi dan misi perusahaan, serta budaya budaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pertamina adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang didirikan

TATA KERJA ORGANISASI

BAB I PENDAHULUAN. telah memasuki fase yang lebih menantang dimana harga minyak dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. signifikan. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan sumber bahan bakar fosil yang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. Pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara. Sumber : Bagian SDM PT PLN Persero APD Jatim

BAB 5 ANALISA DATA 5.1 PENDAHULUAN

BAB 3 ANALISA SISTEM YANG SEDANG BERJALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi, PT Pertamina (Persero) atau yang

PRESENTASI SIDANG PENELITIAN TUGAS AKHIR. Peneliti: Refi Efendi. Dosen Pembimbing: Syarifa Hanoum ST., MT

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan ASEAN Free Trade Area (AFTA) pada tahun 2015

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BERSAMA. Pendistribusian LPG. Pembinaan. Pengawasan.

FUNGSI, TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB BPH MIGAS (SECARA UMUM)

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik

BAB II PROFIL PT PLN (PERSERO) UIP II MEDAN. PT PLN (Persero) Unit Induk Pembangunan II (PLN UIP II) adalah

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. A. Sejarah PT. Pertamina EP Asset 1 Lirik Field

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 2002 tentang Badan Pengatur Penyediaan dan Pendistribusian Bahan Bakar Minyak dan Kegiatan Usah

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

BAB III OBJEK PENELITIAN. secara aktif mengembangkan dan membangun kehadiran di sisi hilir sektor

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. PT PLN (Persero) APD JATENG DAN DIY

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Satuan Kerja Khusus. Kegiatan Usaha Hulu. Minyak dan Gas Bumi. Organisasi. Tata Kerja.

TATA KERJA ORGANISASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Pembangunan fisik PLTU ini dimulai sejak tahun 2001 (Lot I: Site Preparation).

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan akan mengalami beberapa fase perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Objek Penelitian Perusahaan Listrik Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM PT. PLN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Minyak dan gas bumi merupakan salah satu sumber energi yang sangat dibutuhkan

DEPUTI MENTERI NEGARA BIDANG USAHA PERTAMBANGAN, INDUSTRI STRATEGIS, ENERGI DAN TELEKOMUNIKASI

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI

2018, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 037 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

WALIKOTA JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 10 TAHUN 2013

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1994 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Negara Menjadi Perusahaan Perser

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 13/P/BPH MIGAS/IV/2008 TENTANG

BUPATI DEMAK PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 03 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN PT. AERO SYSTEMS INDONESIA

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. kualitatif. Berdasarkan penelitian penulis, maka objek penelitian yang

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 1065 TAHUN 2003 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Seiring perkembangan zaman, pelanggan yang selalu bertambah dan teknologi,

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 07/P/BPH MIGAS/IX/2005 TENTANG

Menimbang ; a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 37

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 31 TAHUN 2013 TENTANG

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

BAB I PROFILE PERUSAHAAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2005 TENTANG PENYEDIAAN DAN PENDISTRIBUSIAN JENIS BAHAN BAKAR MINYAK TERTENTU

Designer Sistem Perkeretaapian (Signalling/Telecomm/HMI/SCADA)

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN D.I. YOGYAKARTA

PT. MIGAS HILIR JABAR Badan Usaha Milik Daerah - Jawa Barat COMPANY PROFILE

Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 44 Prp Tahun 1960 tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (LN Tahun 1960 Nomor 133, TLN Nomor 2070); 2.

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT WORKSHOP. 2.1 Gambaran Umum PT. Pertamina (Persero) PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT PERTAMINA (PERSERO)

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4435) sebagaimana telah beberapa kal

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PT. PLN (PERSERO) KANTOR INDUK PEMBANGKIT SUMATERA BAGIAN UTARA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 169 TAHUN 2000 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di kantor pusat PT. Pertamina (Persero) yang terletak

BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI. PERATURAN BADAN PENGATUR HILIR MINYAK DAN GAS BUMI NOMOR : 09/P/BPH Migas/XII/2005 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak perusahaan yang terus mencoba menghasilkan produk yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Nomor: 0007 tahun 2005.

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENYEDIAAN, PENDISTRIBUSIAN, DAN PENETAPAN HARGA LPG TABUNG 3 KILOGRAM

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia (Persero) merupakan hasil merger dari

BAB I PENDAHULUAN. 2015, bahwa saat ini jumlah penduduk dunia mencapai 7,3 Milyar jiwa. Jumlah

KEBIJAKAN PEMERINTAH PADA KEGIATAN USAHA HILIR MIGAS

Transkripsi:

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Visi dan Misi Fungsi Technical Services Marketing Operation Region (MOR) V memiliki visi dan misi sebagai berikut: 2.1.1. Visi Menjadi partner lini bisnis Direktorat Pemasaran & Niaga dengan kinerja ekselen. 2.1.2. Misi Melayani lini bisnis di Direktorat Pemasaran dan Niaga PT. Pertamina (Persero) dalam bidang jasa keteknikan, untuk menciptakan nilai tambah pada perusahaan. 2.2 Logo PT. Pertamina (persero) 2.2.1 Sejarah Logo Pertamina merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) besar di Indonesia. Pertamina punya logo baru yang menarik. Logo sederhana dengan syarat makna. Sebelum menggunakan logo yang sekarang pertamina menggunakan logo lama bergambar sepasang kuda laut mengapit bintang kuning. Tak ketinggalan ornamen pita khas logo klasik berwarna kuning yang bertuliskan pertamina. Logo ini telah ada sejak tahun 1961 dan menjadi corporate logo dari Pertamina. Pada tahun 2006 logo lama ini diubah. Logo awal diganti dengan logo 5

6 baru, tiga buah bentuk kubisme membentuk huruf P. Dalam pembuatan logo baru itu Pertamina mengeluarkan US$ 225.000 untuk 30 aplikasi. Mulai desain logo kantor pusat, surat, map, kartu nama, stasiun pengisian bahan bakar, hingga truk pengangkut bensin. Logo dibuat oleh Landor, perusahaan bertempat di San Francisco, Amerika. Landor sudah berpengalaman 60 tahun lebih. Perusahaan ini juga mengubah beberapa logo perusahaan dalam negeri, seperti BNI dan Indosat. Harga logo baru pertamina ini mencapai 350.000 US$ atau sekitar 3,5 miliayar rupiah. Berikut ini file logo pertamina lama dan baru yang bisa di dowload berikut makna dari logo pertamina tersebut. Gambar 2.1. Logo Pertamina lama (sumber: http://ariefabian.blogspot.com/2011/09/sejarah-penting-dalam-evolusi-logo.html) A. bintang berwarna kuning : menggambarkan kekuatan guna mencapai tujuan nasional B. kuda laut : melambangkan fosil yang mempunyai nilai ekonomis yang tingggi C. pita bertuliskan pertamina : melambangkan identitas corporate.

7 2.2.2 Arti Logo Gambar 2.2. Logo Pertamina Saat ini (Sumber: http://artilambang.blogspot.com/2014/02/arti-logo-pertamina.html) Elemen logo membentuk huruf P yang secara keseluruhan merupakan A. representasi bentuk panah : menggambarkan Pertamina yang bergerak maju dan progresif B. warna-warna mencolok : menunjukkan langkah besar yang diambil Pertamina dan aspirasi perusahaan akan masa depan yang lebih positif dan dinamis C. warna merah : mencerminkan Keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam meghadapi berbagai macam kesulitan. D. warna hijau : mencerminkan sumber daya energy yang berwawasan lingkungan E. warna biru : mencerminkan andal, dapat dipercaya, dan bertanggung jawab 2.3 Sejarah PT. Pertamina persero Pada 1950-an, ketika penyelenggaraan negara mulai berjalan normal seusai perang mempertahankan kemerdekaan, Pemerintah Republik Indonesia

8 mulai menginventarisasi sumber-sumber pendapatan negara, di antaranya dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak peninggalan Belanda terlihat tidak terkendali dan penuh dengan sengketa. Pada tahun 1960, PT PERMINA direstrukturisasi menjadi PN PERMINA sebagai tindak lanjut dari kebijakan Pemerintah, bahwa pihak yang berhak melakukan eksplorasi minyak dan gas di Indonesia adalah negara. Melalui satu Peraturan Pemerintah yang dikeluarkan Presiden pada 20 Agustus 1968, PN PERMINA yang bergerak di bidang produksi digabung dengan PN PERTAMIN yang bergerak di bidang pemasaran guna menyatukan tenaga, modal dan sumber daya yang kala itu sangat terbatas. Perusahaan gabungan tersebut dinamakan PN Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Nasional (Pertamina). Untuk memperkokoh perusahaan yang masih muda ini, Pemerintah menerbitkan Undang-Undang No. 8 tahun 1971, dimana di dalamnya mengatur peran Pertamina sebagai satu-satunya perusahaan milik negara yang ditugaskan melaksanakan pengusahaan migas mulai dari mengelola dan menghasilkan migas dari ladang-ladang minyak di seluruh wilayah Indonesia, mengolahnya menjadi berbagai produk dan menyediakan serta melayani kebutuhan bahan bakar minyak & gas di seluruh Indonesia. Seiring dengan waktu, menghadapi dinamika perubahan di industri minyak dan gas nasional maupun global, Pemerintah menerapkan Undang-Undang No. 22/2001. Paska penerapan tersebut, Pertamina memiliki kedudukan yang sama dengan perusahaan minyak lainnya. Penyelenggaraan kegiatan bisnis Public Service Obligation (PSO) tersebut akan diserahkan kepada mekanisme persaingan

9 usaha yang wajar, sehat, dan transparan dengan penetapan harga sesuai yang berlaku di pasar. Pada 17 September 2003 Pertamina berubah bentuk menjadi PT Pertamina (Persero) berdasarkan PP No. 31/2003. Undang-Undang tersebut antara lain juga mengharuskan pemisahan antara kegiatan usaha migas di sisi hilir dan hulu. Pada 10 Desember 2005, sebagai bagian dari upaya menghadapi persaingan bisnis, PT Pertamina mengubah logo dari lambang kuda laut menjadi anak panah dengan tiga warna dasar hijau-biru-merah. Logo tersebut menunjukkan unsur kedinamisan serta mengisyaratkan wawasan lingkungan yang diterapkan dalam aktivitas usaha Perseroan. Selanjutnya pada 20 Juli 2006, PT Pertamina mencanangkan program transformasi perusahaan dengan 2 tema besar yakni fundamental dan bisnis. Untuk lebih memantapkan program transformasi itu, pada 10 Desember 2007 PT Pertamina mengubah visi perusahaan yaitu, Menjadi Perusahaan Minyak Nasional Kelas Dunia. Menyikapi perkembangan global yang berlaku, Pertamina mengupayakan perluasan bidang usaha dari minyak dan gas menuju ke arah pengembangan energi baru dan terbarukan, berlandaskan hal tersebut di tahun 2011 Pertamina menetapkan visi baru perusahaannya yaitu, Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia. 2.4 Technical Services MOR V 2.3.1. Sekilas tentang Fungsi Technical Services MOR V Technical Services MOR V merupakan fungsi yang bergerak dalam bidang Budgeting, Engineering, Procurement, Construction, QA/QC, dan Maintenance

10 serta pengelolaan resikonya untuk memenuhi kebutuhan pengembangan dan kehandalan operasi semua lini bisnis dan fungsi yang memenuhi aspek Health, Safety and Environment (HSE) di Marketing & Trading Directorate. Tujuan fungsi ini adalah untuk melayani jasa engineering, procurement, inspection, reliability & construction secara efektif dan efisien. 2.3.2. Struktur Organisasi Technical Services MOR V Gambar 23. Struktur Organisasi Fungsi TS Pertamina MOR V. (Sumber: arsip fungsi 2.3.3. Satuan Pokok Technical Services Pertamina MOR V A. Manager Technical Services (TS) Region V Mengelola kegiatan fungsi Technical Services diseluruh wilayah operasi Direktorat Marketing & Trading Region V yang meliputi kegiatan budgeting, engineering, procurement, construction, QA/QC, dan maintenance serta TS)

11 pengelolaan resikonya untuk memenuhi kebutuhan pengembangan dan kehandalan operasi semua lini bisnis dan fungsi yang memenuhi aspek HSE. Adapun fungsi utama dari Manager Technical Services Region V yaitu: 1. Menetapkan usulan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan fungsi Technical Services Region V 2. Mengelola seluruh usulan Analisis Bisnis Investasi (ABI) dari lini bisnis dan fungsi penunjang di wilayah Operasi Direktorat Marketing & Trading Region V untuk kemudian diusulkan ke General Manager (GM) Marketing Operation Region V dan selanjutnya ke Vice President (VP) Technical Services. 3. Menetapkan target kinerja untuk senior supervisor yang ada di bawah Technical Services Region V. 4. Menetapkan keputusan engineering, procurement, construction, QA/QC dan maintenance untuk seluruh kegiatan Technical Services Region V. 5. Menyetujui / mengusulkan engineering package dan owner estimate sesuai dengan otorisasi. 6. Melaksanakan pengendalian dan pelaporan realisasi ABI dan Analisis Bisnis Operasional (ABO) di lingkungan fungsi Technical Services Region V. 7. Melaksanakan pengelolaan sarfas dan melaporkan secara periodik. 8. Memastikan pengadaan barang dan jasa berjalan sesuai ketentuan dan kebijakan Perusahaan. 9. Memastikan kegiatan perencanaan, procurement, konstruksi, dan serah terima project terkoordinasi secara internal maupun eksternal, memenuhi target biaya, waktu, dan mutu yang ditetapkan serta memperhatikan aspek pengelolaan resiko proyek dan HSE.

12 10. Memastikan kegiatan QA/QC berjalan sesuai dengan code & standard, Peraturan Pemerintah, ketentuan Perusahaan. 11. Mengusulkan Sistem Tata Kerja (STK) yang diberlakukan di Technical Services Region V. 12. Membuat keputusan untuk perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan pemeliharaan lini bisnis dan fungsi di wilayah Technical Services Region V. 13. Mengelola penyelesaian temuan auditor internal dan eksternal, berkoordinasi dengan Business Support Area. 14. Mengelola pelaksanaan evaluasi vendor barang dan jasa secara periodik di Technical Services Region V. 15. Mengelola pembinaan SDM yang menjadi tanggung jawab Technical Services Region V. B. Asisten Manager Engineering Melaksanakan kegiatan Engineering di wilayah operasi Region V, meliputi kegiatan budgeting, engineering, dan pengelolaan resikonya untuk memenuhi kebutuhan semua lini bisnis dan fungsi penunjang dengan tetap memenuhi aspek HSE. Tugas Asisten Manager Engineering yaitu: 1. Menyiapkan usulan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan fungsi Engineering TS Region V. 2. Menyiapkan seluruh usulan ABI dari lini bisnis dan fungsi penunjang di wilayah operasi Region I untuk kemudian diusulkan ke Region V. 3. Menetapkan target kinerja (SMK) untuk asisten yang ada di bawah Engineering TS Region V.

13 4. Mengevaluasi Gambar Kerja, Spesifikasi Teknis, Spesifikasi Material dan Owner Estimate (OE) proyek ABI di Region V. 5. Mengevaluasi usulan Gambar Kerja, Spesifikasi Teknis, Spesifikasi Material dan Owner Estimate (OE) proyek ABO dari user (lini bisnis dan fungsi penunjang) di Region V. 6. Mengatur keikutsertaan perwakilan engineering dalam proses pelelangan proyek di Region V sebagai unsur ahli. 7. Melaksanakan kegiatan perencanaan proyek yang terkoordinasi secara internal maupun eksternal untuk memenuhi target biaya, waktu, dan mutu yang ditetapkan serta memperhatikan aspek pengelolaan resiko proyek dan HSE. 8. Mengevaluasi keekonomian proyek untuk investasi non business development di Region V. 9. Mengevaluasi dan mengusulkan solusi engineering kepada Region V dalam menghadapi kendala-kendala teknis pelaksanaan dilapangan di Region V. 10. Mengevaluasi pengelolaan data harga satuan material, jasa dan konsultansi di Region V. 11. Mengevaluasi usulan Sistem Tata Kerja yang diberlakukan di fungsi Engineering TS Region V. 12. Menyiapkan tanggapan untuk penyelesaian temuan auditor internal dan eksternal yang terkait dengan kegiatan engineering di TS Region V. 13. Mengelola pembinaan SDM yang menjadi tanggung jawab sub-fungsi Engineering

14 C. Asisten Manager Reliability & Construction Melaksanakan kegiatan Reliability & Construction Region V di wilayah Operasi Region V, meliputi kegiatan construction, QA/QC, dan maintenance serta pengelolaan resikonya untuk memenuhi kebutuhan pengembangan dan kehandalan operasi semua lini bisnis dan fungsi yang memenuhi aspek HSE. Tugas Asisten Manager Reliability and Construction yaitu: 1. Mengevaluasi usulan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan fungsi Reliability & Construction Region V. 2. Mengusulkan ABI untuk kebutuhan fungsi Reliability & Construction Region V. 3. Memberikan rekomendasi berdasarkan hasil inspeksi dalam pengusulan ABI. 4. Memberikan rekomendasi berdasarkan hasil inspeksi dalam pengusulan ABO. 5. Mengevaluasi program dan pelaporan maintenance di area Region V. 6. Mengevaluasi laporan updating data kondisi sarfas operasi untuk area Region V. 7. Melaksanakan pengelolaan konstruksi dan QA/QC proyek. 8. Mengelola kegiatan inspeksi sarana dan fasiltas utama. 9. Menetapkan target kinerja untuk asisten yang ada di bawah Reliability & Construction Region V. 10. Melaksanakan pengendalian realisasi ABO di lingkungan fungsi Reliability & Construction Region V. 11. Mengelola kehandalan sarfas operasi lini bisnis dan fungsi penunjang di area Region V.

15 12. Mengusulkan Sistem Tata Kerja (STK) yang diberlakukan di fungsi Reliability & Construction Region V. 13. Mengevaluasi tanggapan untuk auditor internal dan eksternal yang terkait dengan fungsi Reliability & Construction Region V. 14. Mengevaluasi kinerja vendor barang dan jasa secara periodik di Region V. 15. Mengevaluasi prosedur konstruksi, QA/QC, tahapan konstruksi pada kegiatan proyek di Region V. D. Asisten Manager Budgeting, Procurement, & Administration Melaksanakan kegiatan fungsi Procurement & Budgeting di area Region V, yang meliputi kegiatan budgeting, procurement, dan administrasi keteknikan serta pengelolaan resikonya untuk memenuhi kebutuhan pengembangan dan kehandalan operasi semua lini bisnis dan fungsi yang memenuhi aspek HSE. Adapun tugas dari Asisten Manager Budgeting, Procurement, & Administration adalah sebagai berikut: 1. Menyiapkan usulan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan fungsi Procurement & Budgeting TS Region V. 2. Mengkoordinir proses pengadaan barang dan jasa di area Region V. 3. Menetapkan target kinerja (SMK) untuk asisten yang ada di bawah Procurement & Budgeting TS Region V. 4. Menyiapkan program dan rencana kerja kegiatan budgeting, procurement dan adminsitrasi keteknikan di Technical Services Region V. 5. Melaksanakan pengendalian Realisasi ABI dan ABO fungsi TS Region V. 6. Memastikan kegiatan budgeting, procurement dan administrasi teknik di area Sumbagsel terkoordinasi secara internal maupun eksternal, memenuhi target

16 biaya, waktu, dan mutu yang ditetapkan serta memperhatikan aspek pengelolaan resiko proyek dan HSE. 7. Mengulas dokumen pengadaan untuk kegiatan procurement di area Region V. 8. Melaksanakan kegiatan penyusunan dan pembuatan kontrak pada pekerjaan Investasi dan pekerjaan operasional dengan pihak-pihak yang berkompeten dalam mendukung pengadaan barang dan jasa yang dibutuhkan. 9. Meneliti spesifikasi material untuk pengadaan barang sesuai dengan PO yang ditetapkan. 10. Mengevaluasi usulan Sistem Tata Kerja (STK) yang diberlakukan di fungsi TS Region V. 11. Mengelola penyelesaian temuan auditor internal dan eksternal berkaitan dengan proses pengadaan barang dan jasa. 12. Mengelola pelaksanaan evaluasi vendor barang dan jasa secara periodik di TS Region V. 13. Mengelola pembinaan Sumber Daya Manusia (SDM) yang menjadi tanggung jawab sub-fungsi Procurement & Budgeting E. Senior Supervisor Domestic Gas Maintenance Merencanakan, mengorganisir, mengontrol dan mengevaluasi kegiatan Budgeting, Procurement & Administrasi, Proyek, QA/QC dan Pemeliharaan sarfas Terminal/Depot Liquefied Petroleum Gas (LPG) di area kerja Domestic Gas wilayah operasi Region V, serta pengelolaan resikonya untuk memenuhi kebutuhan pengembangan dan kehandalan operasi lini bisnis Fungsi Domestic Gas yang memenuhi aspek HSE. Tugas Senior Supervisor Domestic Gas Maintenance yaitu:

17 1. Merencanakan kegiatan Program pemeliharaan dan program tindak lanjut timeframe kehandalan serta ABO pemeliharaan dan tindak lanjut timeframe kehandalan. 2. Mengorganisir ketersediaan anggaran, tata waktu, material, QA/QC dan HSE untuk kegiatan pemeliharaan dan pengawasan proyek. 3. Mengontrol realisasi/implementasi pengawasan proyek, program pemeliharaan, anggaran, tata waktu, material, QA/QC serta HSE. 4. Mengevaluasi implementasi pengawasan proyek, program pemeliharaan sarfas, anggaran, tata waktu, material, QA/QC serta HSE yang sudah dilaksanakan