BAB 1 MASALAH PENCEMARAN AIR DI WILAYAH DKI JAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
MASALAH PENCEMARAN AIR DI JAKARTA, SUMBER DAN ALTERNATIF PENANGGULANGANNYA

Pusat Teknologi Lingkungan, (PTL) BPPT 1

I. PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

Buku Panduan Operasional IPAL Gedung Sophie Paris Indonesia I. PENDAHULUAN

PENYEMPURNAAN IPAL & DAUR ULANG AIR GEDUNG BPPT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAKU MUTU LIMBAH CAIR UNTUK INDUSTRI PELAPISAN LOGAM

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 12 UJI COBA PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK INDIVIDUAL DENGAN PROSES BIOFILTER ANAEROBIK

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pencemaran Air

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau kaadaan

BAB I PENDAHULUAN. air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius,

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

L A M P I R A N DAFTAR BAKU MUTU AIR LIMBAH

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau kegiatan wajib melakukan pengolahan limbah hasil usaha dan/atau

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR: 429/ MENKES/ PER/ IV/ 2010 TANGGAL: 19 APRIL 2010 PERSYARATAN KUALITAS AIR MINUM

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Masalah Air Limbah Rumah Sakit

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995 TENTANG BAKU MUTU LIMBAH CAIR BAGI KEGIATAN INDUSTRI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Konsentrasi (mg/l) Titik Sampling 1 (4 April 2007) Sampling 2 (3 Mei 2007) Sampling

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

Hasil uji laboratorium: Pencemaran Limbah di Karangjompo, Tirto, Kabupaten Pekalongan Oleh: Amat Zuhri

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP DAN KRITERIA BAKU KERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

DAMPAK PENGOPERASIAN INDUSTRI TEKSTIL DI DAS GARANG HILIR TERHADAP KUALITAS AIR SUMUR DAN AIR PASOKAN PDAM KOTA SEMARANG

Teknik Lingkungan KULIAH 9. Sumber-sumber Air Limbah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BAKU MUTU AIR LAUT

Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA Mojosongo Surakarta 1

BAB I PENDAHULUAN. resiko toksikologi juga akan meningkat. terbentuk secara alami dilingkungan. Semua benda yang ada disekitar kita

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM TERHADAP KAN- DUNGAN CU. ZN, CN, NI, AG DAN SO4 DALAM AIR TANAH BEBAS DI DESA BANGUNTAPAN, BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. manusia berkisar antara % dengan rincian 55 % - 60% berat badan orang

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang menjadi kebutuhan dasar bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH TANGGA SKALA INDIVIDUAL

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 13 UJI COBA IPAL DOMESTIK INDIVIDUAL BIOFILTER ANAEROB -AEROB DENGAN MEDIA BATU SPLIT

ph TSS mg/l 100 Sulfida mg/l 1 Amonia mg/l 5 Klor bebas mg/l 1 BOD mg/l 100 COD mg/l 200 Minyak lemak mg/l 15

Repository.Unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk dan populasi penduduk yang tinggi

BAB I PENDAHULUAN. mesin penggerak pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia mempunyai visi yang sangat ideal, yakni masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air harus

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT No Seri D

MAKALAH KIMIA ANALITIK

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang tinggi sehingga disebut

BAB III PENCEMARAN SUNGAI YANG DIAKIBATKAN OLEH LIMBAH INDUSTRI RUMAH TANGGA. A. Penyebab dan Akibat Terjadinya Pencemaran Sungai yang diakibatkan

BAB V HASIL PENELITIAN. berturut turut disajikan pada Tabel 5.1.

Lampiran 1. Dokumentasi Penelitian. Pengambilan Sampel Rhizophora apiculata. Dekstruksi Basah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

Dampak Pencemaran Pantai Dan Laut Terhadap Kesehatan Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Garis-garis Besar Haluan Negara menetapkan bahwa. pembangunan tidak hanya mengejar kemakmuran lahiriah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BIOGAS. Sejarah Biogas. Apa itu Biogas? Bagaimana Biogas Dihasilkan? 5/22/2013

BAB I PENDAHULUAN. gas/uap. Maka dari itu, bumi merupaka satu-satunya planet dalam Tata Surya. yang memiliki kehidupan (Kodoatie, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. dan fasilitas pelayanan kesehatan yang membuang air limbahnya tanpa

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

BAB 3 TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DOMESTIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. Air merupakan komponen lingkungan hidup yang kondisinya

PT.Indofood dengan konsentrasi Biological Oxygen Demand (BOD) sebesar 27,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III STUDI LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

Bab V Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam kegiatan seperti mandi, mencuci, dan minum. Tingkat. dimana saja karena bersih, praktis, dan aman.

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2003 NOMOR : 6 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 6 TAHUN 2005 T E N T A N G

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hampir 100 perusahaan atau pabrik kelapa sawit baik milik

AIR LIMBAH INDUSTRI PENYAMAKAN KULIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Gorontalo merupakan salah satu wilayah dari provinsi Gorontalo yang

BAB I PENDAHULUAN. Industri sebagai tempat produksi yang mengolah bahan mentah menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang

BAB I PENDAHULUAN. dari proses soaking, liming, deliming, bating, pickling, tanning, dyeing,

V. GAMBARAN UMUM. dikenal dengan sebutan Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP). Penggunaan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Judul Penelitian: GAMBARAN KUALITAS AIR SUNGAI DI KAWASAN DAS CITARUM

LAMPIARAN : LAMPIRAN 1 ANALISA AIR DRAIN BIOFILTER

I. PENDAHULUAN. bidang preventif (pencegahan), kuratif (pengobatan), rehabilitatif maupun

KLASIFIKASI LIMBAH. Oleh: Tim pengampu mata kuliah Sanitasi dan Pengolahan Limbah

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak dapat dipisahkan dari masyarakat karena mempunyai fungsi sebagai tempat

BAB I PENDAHULUAN. manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko

Transkripsi:

BAB 1 MASALAH PENCEMARAN AIR DI WILAYAH DKI JAKARTA 1

1.1 Pendahuluan Masalah pencemaran lingkungan khususnya masalah pencemaran air di kota besar di Indonesia, telah menunjukkan gejala yang cukup serius,. Penyebab dari pencemaran tadi tidak hanya berasal dari buangan industri dari pabrik-pabrik yang membuang begitu saja air limbahnya tanpa pengolahan lebih dahulu ke sungai atau ke laut, tetapi juga yang tidak kalah memegang andil baik secara sengaja atau tidak adalah masyarakat Jakarta itu sendiri, yakni akibat air buangan rumah tangga yang jumlahnya makin hari makin besar sesuai dengan perkembangan penduduk maupun perkembangan kota Jakarta. Ditambah lagi rendahnya kesadaran sebagian masyarakat yang langsung membuang kotoran/tinja maupun sampah ke dalam sungai, menyebabkan proses pencemaran sungai-sungai yang ada di Jakarta bertambah cepat. Dengan semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Jakarta, telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi sanitasi lingkungan yang buruk serta buangan industri yang langsung dibuang ke badan air tanpa proses pengolahan telah menyebabkan pencemaran sungai-sungai yang ada di Jakarta, dan air tanah dangkal di sebagian besar daerah di wilayah DKI Jakarta, bahkan kualitas air di perairan teluk Jakarta sudah menjadi semakin buruk. Air limbah kota-kota besar di Indonesia khususnya Jakarta secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga yaitu air limbah industri dan air limbah domestik yakni yang berasal dari buangan rumah tangga dan yang ke tiga yakni air limbah dari perkantoran dan pertokoan (daerah komersial). Saat ini selain pencemaran akibat limbah industri, pencemaran akibat limbah domestik telah menunjukkan 2

tingkat yang cukup serius. Di Jakarta misalnya, sebagai akibat masih minimnya fasilitas pengolahan air limbah kota (sewerage system) mengakibatkan tercemarnya badan - badan sungai oleh air limbah domestik, bahkan badan sungai yang diperuntukkan sebagai bahan baku air minumpun telah tercemar pula. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Dinas Pekerjaan Umum (PU) DKI Jakarta bersama-sama dengan Tim JICA (1989), jumlah unit air buangan dari buangan rumah tangga per orang per hari adalah 118 liter dengan konsentrasi BOD rata-rata 236 mg/lt dan pada tahun 2010 nanti diperkirakan akan meningkat menjadi 147 liter dengan konsetrasi BOD ratarata 224 mg/lt. Data secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.1. Jumlah air buangan secara keseluruhan di DKI Jakarta diperkirakan sebesar 1.316.113 M3/hari yakni untuk air buangan domestik 1.038.205 M3/hari, buangan perkantoran dan daerah komersial 448.933 M3/hari dan buangan industri 105.437 M3/hari. Perkiraan jumlah air limbah di wilayah DKI jakarta secara lengkap seperti terlihat pada Tabel 1.2, sedangkan untuk perkiraan beban polusi ditunjukkan pada Tabel 3. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa untuk wilayah Jakarta, dilihat dari segi jumlah, air limbah domestik (rumah tangga) memberikan kontribusi terhadap pencemaran air sekitar 75 %, air limbah perkantoran dan daerah komersial 15 %, dan air limbah industri hanya sekitar 10 %. Sedangkan dilihat dari beban polutan organiknya, air limbah rumah tangga sekitar 70 %, air limbah perkantoran 14 %, dan air limbah industri memberikan kontribusi 16 %. Dengan demikan air limbah rumah tangga dan air limbah perkantoran adalah penyumbang yang terbesar terhadap pencemaran air di wilayah DKI Jakarta. Masalah pencemaran oleh air limbah rumah tangga di wilayah DKI Jakarta lebih diperburuk lagi akibat 3

berkembangnya lokasi pemukiman di daerah penyangga yang ada di sekitar Jakarta, yang mana tanpa dilengkapi dengan fasilitas pengolahan air limbah, sehingga seluruh air limbah dibuang ke saluran umum dan akhirnya mengalir ke badan-badan sungai yang ada di wilayah DKI Jakarta. 1.2 Sumber Pencemaran dan Polutan Pencemar Sumber pencemaran air secara umum berasal dari air limbah domestik yakni air limbah yang berasal dari kegiatan rumah tangga, perkantoran, rumah makan, hotel, asrama, sekolah dan lainnya, air limbah industri, air limbah pertanian (agricultural waste water), serta air hujan yang bertercampur dengan air limbah. 1.2.a Air Limbah Rumah Tangga Air limbah rumah tangga dapat dibagi menjadi dua yakni air limbah toilet (black water) dan air limbah non toilet (grey water). Air limbah toilet terdiri dari tinja, air kencing serta bilasan, sedangkan air limbah non toilet yakni air limbah yang berasal dari air mandi, air limbah cucian, air limbah dapur, wastafel, dan lainnya. Rata-rata tiap orang mengeluarkan kotoran tinja 1,2 liter dengan komposisi seperti pada Tabel 1.4. (Iwai, 1978). Secara umum jumlah air limbah rumah tangga berkisar antara 200 300 liter/orang.hari. Beban polutan per kapita per hari dapat dilihat pada Tabel 1.5. 1.2.b Air Limbah Peternakan dan Potong Hewan Air limbah peternakan atau potong hewan sangan potensial mencemari lingkungan, karena mengandung polutan organik yang cukup tinggi. Beberapa jenis peternakan yang banyak dijumpai antara lain peternakan dan 4

Tabel 1.1 : Perkiraan Jumlah Air Limbah Rumah Tangga per kapita di wilayah DKI Jakarta GOL ATAS KONDISI TH 1989 GOL MENE NGAH GOL BAWAH RATA RATA GOL ATAS KONDISI TH 20I0 GOL MENE NGAH GOL BAWA H RATA RATA AIR LIMBAH RUMAH TANGGA (Non Toilet) Unit Air Limbah (lt/org.hari) 167 107 77 95 227 127 77 124 Konsentrasi BOD (mg/l) 182 182 185 183 182 182 185 182 Beban Polusi 30,4 14,2 14,2 17,4 41,3 23,1 14,2 22,6 (gr. BOD/org.hari) LIMBAH TOILET Unit Air Limbah (lt/org.hari) 23 23 Konsentrasi BOD (mg/l) 457 457 Beban Polusi (gr. BOD/org.hari) 10,5 10,5 TOTAL Unit Air Limbah 190 130 100 118 250 150 100 147 (lt/org.hari) Konsentrasi BOD (mg/l) 215 231 247 236 207 224 247 224 Beban Polusi (gr. BOD/org.hari) 40,9 30 24,7 27,9 51,8 33,6 24,7 33,4 Sumber : The Study On Urban Drainage and Waste Water Disposal Project In The City Of Jakarta, 1990 5

Tabel 1.2 : Perkiraan Jumlah Air Limbah Di Wilayah DKI Jakarta Tahun 1989 dan Tahun 2010. LIMBAH JUMLAH AIR LIMBAH YANG DIBUANG (m 3 /hari) Jumlah Limbah DOMESTIK PERKANTORAN INDUSTRI TOTAL Spesifik (m 3 /ha.hari) WILAYAH KOMERSIAL Jakarta Pusat 179.432 (78,0) 45.741 (19,9) 4.722 (2,1) 229.895 46,6 Kondisi Utara 143.506 (68,6) 20.622 (9,9) 45.188 (21,6) 209.316 15,0 saat ini Barat 210.790 (79,2) 35.770 (13,4) 19.424 (7,3) 265.984 20,6 (1987) Selatan 247.350 (85,1) 35.146 (12,1) 8.015 (2,8) 290.511 19,9 Timur 256.947 (80,2) 35.372 (11,0) 28.088 (8,8) 320.407 17,1 TOTAL 1.038.025 (78,9) 172.651 (13,1) 105.437 (8,0) 1.316.113 20,2 Jakarta Pusat 253.756 (67,0) 121.227 (32,0) 3.906 (1,0) 378.889 76,8 Kondisi Utara 266.233 (57,0) 60.298 (13,1) 135.485 (29,3) 462.016 33,1 akan Barat 398.882 (76,6) 86.312 (16,6) 35.718 (6,9) 520.912 40,4 datang Selatan 468.354 (84,0) 87.205 (15,6) 3.328 (0,4) 557.887 38,2 (2010) Timur 495.461 (74,1) 93.891 (14,0) 79.194 (11,8) 668.546 35,6 TOTAL 1.882.686 (72,7) 448.933 (17.3) 256.631 (9,9) 2.588.250 39,7 Sumber : The Study On Urban Drainage and Waste Water Disposal Project In The City Of Jakarta, 1990 6

Tabel 1.3 : Perkiraan Beban Polutan Organik Di Wilayah DKI Jakarta Tahun 1989 dan Tahun 2010 WILAYAH LIMBAH BEBAN POLUSI (Kg/hari) Beban Polusi DOMESTIK PERKANTORAN KOMERSIAL INDUSTRI TOTAL Spesifik (kg/ha.hari) Jakarta Pusat 42.433 (76,9) 10.568 (19,1) 2.192 (4,0) 55.191 11,2 Kondisi Utara 34.159 (57,0) 4.763 (8,0) 20.970 (35,0) 59.892 4,3 saat ini Barat 49.827 (74,3) 8.264 (12,3) 9.017 (13,4) 67.108 5,2 (1987) Selatan 58.361 (83,1) 8.120 (11,6) 3.721 (5,3( 70.202 4,8 Timur 60.486 (74,0) 8.173 (10,0) 13.037 (16,0) 81.696 4,4 TOTAL 245.264 (73,4) 39.888 (12,0) 48.937 (14,6) 334.089 5,1 Jakarta Pusat 57.216 (65,7) 28.004 (32,2) 1.806 (2,1) 87.026 17,6 Kondisi Utara 60.604 (44,2) 13.929 (10,1) 62.615 (45,7) 137.148 9,8 akan Barat 89.917 (71,1) 19.937 (15,8) 16.505 (13,1) 126.359 9,8 datang Selatan 105.354 (83,2) 20.144 (15,9) 1.075 (0,9) 126.573 8,7 (2010) Timur 111.121 (65,6) 21.687 (12,8) 36.599 (21,6) 169.407 9,0 TOTAL 424.212 (65,7) 103.701 (16,0) 118.600 (18,3) 646.513 9,9 Sumber : The Study On Urban Drainage and Waste Water Disposal Project In The City Of Jakarta, 1990 7

Tabel 1.4 : Komposisi Tinja Manusia Parameter Polutan Konsentrasi Rata-rata ph 7-9 - BOD 5 (mg/l) 8.000 15.000 13.500 Padatan Tersuspensi (SS), - 21.000 mg/l Total Residu, mg/l 25.000 35.000 30.000 Zat Organik 60 % Zat Anorganik 40 % Total Nitrogen, mg/l 5000-6000 5.500 Ion Khlorida, mg/l 4.500 6.000 5.500 Total Bakteria (per ml ) 10 8 10 10 Total Bakteri (per ml) 10 6-10 7 Bahan inert (Kadar air 55 70 %) 0,3 1,0 % Tabel 1.5 : Beban Polutan yang dikeluarkan per orang per hari Parameter Polutan Tinja Air limbah non toilet Total BOD 5 18 32 50 SS 20 18 38 Total Nitrogen (T-N) 9 3 12 Total Phosphor (T-P) 0,9 0,9 1,8 Unit : gram/orang.hari Sumber : Nihon Gesuido kyoukai, 1975. rumah potong sapi, ayam dan babi. Beban polutan limbah peternakan dan rumah potong hewan dapat di lihat pada Tabel 1.6. 1.2.c Air Limbah Industri Air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung dari jenis industrinya. Untuk mengetahui jumlah 8

serta beban polutan yang ada di dalam air limbah industri dapat dilakukan dengan cara pengukuran langsung atau dapat juga diperkirakan berdasarkan pada jenis industri yang sejenis. Tabel 1.6 : Beban Polutan Limbah Peternakan dan Rumah Potong Hewan. Parameter Polutan Sapi Babi Jumlah Air limbah (l/ekor.hari) 45-135 13.5 BOD (gr/ekor.hari) 640 200 SS (gr/ekor.hari) 3.000 700 Total Nitrogen (T-N) (gr/ekor.hari) 378 40 Total Phosphor (T-P) (gr/ekor.hari) 56 25 Sumber : Nihon Gesuido Kyoukai, 1975. Berdasarkan karakteristiknya air limbah industri secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok : 1) Air limbah industri yang mengandung konsentrasi zat organik yang relatif tinggi : misalnya industri makanan, industri kimia (industri minyak nabati atau hewan, industri obat-obatan, industri lem atau perekat gelatin, industri tekstil, industri pulp dan kertas dll. 2) Air limbah industri yang mengadung konsentrasi zat organik relatif rendah : misalnya industri pengemasan makanan, industri pemintalan, industri serat, industri kimia, industri minyak, industri batu bara, industri laundry, dll. 9

3) Air limbah industri yang mengandung zat organik berbahaya beracun : misalnya industri penyamakan kulit, industri barang dengan bahan baku kulit, industri besi baja, industri kimia insektisida, herbisida dll. 4) Air limbah industri yang mengandung zat anorganik umum : misalnya industri kimia seperti industri pupuk anorganik, industri kimia anorganik, pencucian pada industri logam, industri keramik, dll. 5) Air limbah industri yang mengandung zat anorganik berbahaya beracun : industri pelapisan logam (elektroplating), industri baterai, industri Beberapa contoh karakteristik air limbah dari beberapa jenis industri : Industri Baja (Steel Mil, Industry) Sebagian besar air yang digunakan untuk air proses, air pendinginan dan air pencuci mengandung beberapa polutan misalnya sianida, fenol, amonia, asam anorganik. Air limbah dari scrubber gas dan debu mengandung padatan tersuspensi dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Air limbah pencucian logam banyak mengadung asam sulfat, asam nitrat, logam besi, dll. Industri Pelapisan Logam ( Metal Plating Industry) Di dalam proses pelapisan logam terdapat proses pencucian, penetralan, penghilangan lemak, proses pencucian dengan asam, proses pelapisan. Air limbah dari industri tersebut 10

umumnya mengadung sianida, khrom, nikel, zat besi, seng (Zn), tembaga (Cu), cadmium, asam, alkali, flour (F) dll. Industri Perminyakan (Oil Refinary Industry) Air limbah industri pemurnian minyak berasal adri air yang mengandung minyak atau air proses yang mengandung minyak, senyawa sulfida, amonia, fenol, dll. Industri Petrokimia Air limbah industri petrokimia kualitasnya bervariasi tergantung dari jenis industri atau produk yang dihasilkan. Karakteristik air limbah industri petrokimia ada yang mengadung BOD, COD, SS dengan konsentrasi yang tinggi sampai konsentrasi yang relatif rendah. Industri Pulp dan Kertas Industri pulp dan kertas merupakan industri yang mengeluarkan air limbah dalam jumlah yang besar serta mengadung polutan organik (BOD, COD) serta padatan tersuspensi (SS) dengan konsentrasi yang sangat tinggi. Di dalam proses pembuatan pulp mengeluarkan air limbah yang mengandung selulosa, lignin serta senyawa hemiselulosa dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Selain itu pada proses pemutihan bubur kertas juga menghasilkan air limbah dalam jumlah yang besar. Industri Zat Pewarna (Dye Work Industry) Bahan pewarna banyak digunakan untuk pewarnaan serat alami atau serat sintetis, serta bahan pembantu pada industri tekstil. Prosesnya sangat kompleks dan kualitas air limbah 11

yang dihasilkan juga sangat bervariasi. Umumnya konsentrasi BOD 200 500 mg/l dan konsentrasi SS 50 400 mg/l. Industri Bir (Brewery and distillery industry) Air limbah industri ini umumnya mengandung polutan organik (BOD) dengan konsentrasi yang tinggi. Industri Alkohol Industri mengelurakan air limbah dari hasil proses fermentasi pati menjadi alkohol. Mengandung polutan organik (COD) mencapai 45000 60.000 ppm. Konsentrasi BOD 10.000 30.000 mg/l. Industri Farmasi dan Industri Kosmetik Air limbah industri farmasi dan industri kosmetik mengandung parameter polutan yang bervariasi tergantung dari jenis prudknya. Mengandung polutan organik maupun anorganik serta senyawa deterjen dengan konsentrasi yang cukup tinggi. 1.2.d Air Limbah Pertanian dan Perikanan Air limbah pertanian banyak mengandung senyawa nutrien yang berasal dari sisa-sisa pupuk serta banyak mengadung senyawa pestisida. Senyawa nutrien yakni nitrogen dan phospor dapat menyebabkan eutrophikasi. Sisa-sisa makanan dan kotoran ikan dari perikanan juga dapat 12

menimbulkan masalah di dalam perairan khususnya dapat menyebabkan eutrophikasi. 1.2.e Air Limbah Industri Pertambangan (Mine Industry) Industri pertambangan menghasilkan air limbah yang bersifat asam, serta mengandung logam berat yang dapat membahayakan kesehatan. 1.2.f Lain-lain Air limbah yang lain adalah air hujan yang tercampur oleh sumber pencemaran misalnya air limbah yang lindi sampah. 1.3 Kondisi Pencemaran Air Di DKI Jakarta 1.3.1 Pencemaran Sungai Peruntukan air sungai/badan air di Daerah Khusus Ibukota Jakarta ditetapkan menurut golongan air sesuai dengan peruntukannya, yaitu : o o Golongan A : air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu, dengan konsentrasi zat organik (Angka Permanganat) maksimum 10 mg/l atau setara dengan target BOD maksimum 5 mg/lt. Golongan B : air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum, dengan target konsentrasi BOD maksimum 10 mg/l. 13

o o Golongan C : air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan, dengan target konsentrasi BOD maksimum 20 mg/l. Golongan D : air yang digunakan untuk keperluan pertanian, dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri pembangkit tenaga air, dengan target konsentrasi BOD maksimum 20 mg/l. Klasifikasi peruntukan sungai-sungai di DKI Jakarta seperti terlihat pada Gambar 1.1. Gambar 1.1: Klasifikasi peruntukan sungai atau badan air di Wilayah DKI Jakarta. Sumber : Surat Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 582 Tahun 1995. Dari hasil pemantauan kualitas kualitas air sungai di wilayah DKI Jakarta sejak tahun 1983 s/d 1989 diketahui bahwa sebagian besar sungai-sungai yang ada di Jakarta 14

sudah tercemar dengan tingkat pencemaran ringan sampai berat. Kondisi kualitas air sungai yang ada di Jakarta (1989) secara lengkap dapat dilihat seperti pada Gambar 1.2 sampai dengan Gambar1.6. Dilihat dari parameter pencemar BOD (Biological Oxygen Demand) yakni parameter yang menunjukkan banyaknya zat organik, maka sebagian besar sungai di Jakarta sudah melewati ambang batas yang diperbolehkan yakni > 30 mg/lt untuk Air Golongan D ( untuk kehidupan biota air). Hal ini dapat dilihat dari hasil pemantauan yang dilakukan oleh P4L (sekarang BPLHD DKI) dan Tim JICA (1989). Dari gambar tersebut terlihat bahwa pencemaran berat dengan kadar BOD > 90 mg/lt, terdapat pada sungai Cipinang, Kali Baru Barat, KaliPetukangan, Cakung Drain, Kali Sunter bagian hilir, Kali Cideng, Saluran Bali- Matramnan, Sungai Ancol, Kali Grogol dan Sungai Sekretaris. Selain itu hampir seluruh sungai di Jakarta mengandung bakteri Fecal Coli yang cukup besar. Hal ini menunjukkan bahwa sungai-sungai di Jakarta sudah tercemar oleh kotoran manusia (tinja). Hal ini seperti terlihat pada Gambar 1.6. Pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa, ada beberapa pencemaran sungai yang diakibatkan oleh industri misalnya Sungai Cipinang, Kali Baru Barat, Kali Petukangan dan Cakung Drain serta Saluran Morkevart. Tetapi sebagaian besar disebabkan karena limbah domestik yakni berasal dari rumah tangga, restoran, perkantoran, daerah perdagangan dan lainnya. BPLHD DKI Jakarta tahun 1996 mempublikasikan hasil analisa kualitas air sungai di wilayah DKI Jakarta dibandingkan dengan standar kualitas badan air yang hasilnya ditujukkan seperti pada Gambar 1.7. Dari gambar 15

tersebut dapat dilihat bahwa sebagian besar sungai di DKI Jakarta sudah tidak memenuhi standar peruntukan sungai sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Propinsi DKI Jakarta No. 582 Tahun 1995 tentang Penetapan Peruntukan Dan Baku Mutu Air Sungai atau Badan Air Serta Baku Limbah Cair Di Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 1.3.2 Pencemaran Air Tanah Dari hasil pemantauan terhadap kualitas air sumur gali atau sumur tanah dangkal di DKI Jakarta yang dilakukan oleh P4L DKI Jakarta, diketahui bahwa sebagian besar contoh yang diperiksa telah tercemar oleh zat zat kimia antara lain zat organik, amonia,dan sebagian bahkan telah tercemar oleh bakteri coli yang berasal dari kotoran (tinja) manusia. Kondisi kualitas air tanah dangkal di wilayah DKI Jakarta dapat dilihat pada Gambar 8 sampai dengan Gambar 10. Dari gambar-gambar tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar air tanah dangkal di Jakarta sudah mulai tercemar. Adanya bakteri coli dalam air tanah menunjukkan gejala adanya pencemaran oleh buangan rumah tangga (tinja). Berdasarkan hasil pemerikasan terhadap enam puluh buah sumur pantau air tanah dangkal di DKI Jakarta oleh KPPL DKI tahun 1996 dibandingkan dengan standar kualitas air minum Departemen Kesehatan RI (PERMENKES 1990) sekitar 87,33 % sudah tidak memenuhi syarat sebagai air minum. Hasil selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.7. 16

Gambar 1.2 : Distribusi konsentrasi BOD di dalam air sungai di wilayah DKI Jakarta, Oktober 1989. Sumber : The Study On Urban Drainage and Waste Water Disposal Project In The City Of Jakarta, 1990. 17

Gambar 1.3 : Distribusi konsentrasi COD di dalam air sungai di wilayah DKI Jakarta, Oktober 1989. Sumber : The Study On Urban Drainage and Waste Water Disposal Project In The City Of Jakarta, 1990. 18

Gambar 1.4 : Distribusi konsentrasi Ammonia di dalam air sungai di wilayah DKI Jakarta, Oktober 1989. Sumber : The Study On Urban Drainage and Waste Water Disposal Project In The City Of Jakarta, 1990. 19

Gambar 1.5 : Distribusi konsentrasi phosphat (PO 4 -P) di dalam air sungai di wilayah DKI Jakarta, Oktober 1989. Sumber : The Study On Urban Drainage and Waste Water Disposal Project In The City Of Jakarta, 1990. 20

Gambar 1.6 : Distribusi konsentrasi bakteri Fecal-Coli di dalam air sungai di wilayah DKI Jakarta, Oktober 1989. Sumber : The Study On Urban Drainage and Waste Water Disposal Project In The City Of Jakarta, 1990. 21

Gambar 1.7 : Kualitas Air Sungai untuk Parameter BOD Tahun 1996 di DKI Jakarta Sumber : BLHD Propinsi DKI Jakarta, 1996. 22

Tabel 1.7: Kondisi Sumur Pantau PerWilayah DI DKI Jakarta Yang Tercemar Melebihi Standar PERMENKES 1990 LOKASI KEKE RUHAN % AMMO- NIA % KHROMI UM % DETER- GENT % ORGA NIK % TOT.COLIFO RM % Jakarta Utara 11 18,33 39 65,00 2 3,33 44 73,33 38 63,33 54 90,00 Jakarta Pusat 13 21,67 20 33,33-0,00 36 60,00 16 26,67 57 95,00 Jakarta Barat - 0,00-0,00-0,00 27 45,00-0,00 51 85,00 Jakarta Timur - 0,00-0,00 5 8,33 15 25,00-0,00 49 81,67 Jakarta Selatan - 0,00-0,00-0,00 21 35,00-0,00 51 85,00 Rata-rata 8,00 19,67 2,23 47,67 18,00 87,33 Keterangan : Jumlah Sumur Pantau sebanyak 60 buah. Sumber : BPLHD Propinsi DKI Jakarta, 1996. 23

Gambar 1.8 : Distribusi konsentrasi COD di dalam air tanah dangkal di wilayah DKI Jakarta, Oktober 1989. Sumber : The Study On Urban Drainage and Waste Water Disposal Project In The City Of Jakarta, 1990. 24

Gambar 1.9 : Distribusi konsentrasi Amonia di dalam air tanah dangkal di wilayah DKI Jakarta, Oktober 1989. Sumber : The Study On Urban Drainage and Waste Water Disposal Project In The City Of Jakarta, 1990. 25

Gambar 1.10: Distribusi konsentrasi bakteri Coli di dalam air tanah dangkal di wilayah DKI Jakarta, Oktober 1989. Sumber : The Study On Urban Drainage and Waste Water Disposal Project In The City Of Jakarta, 1990. 26

1.3.3 Pencemaran Teluk Jakarta Seluruh sungai yang mengalir di DKI Jakarta bermuara ke perairan Teluk Jakarta, sehingga kualitas airnya, sangat dipengaruhi oleh kondisi kualitas air sungai yang mengalir ke Teluk Jakarta tersebut. Dengan semakin buruknya kualitas air sungai yang mengalir di wilayah Jakarta, maka kondisi kualitas air di Teluk Jakarta juga semakin buruk pula. Dari hasil pemantauan kualitas air di perairan Teluk Jakarta (1989) terhadap beberapa parameter senyawa polutan misalnya COD, ammonium-nitrogen (NH 4 -N), dan konsentrasi Fecal-Coliform menujukkan indikasi bahwa perairan teluk Jakarta terutama yang dekat dengan pantai telah tercemar. Distribusi konsesntrasi COD, Ammonium (NH 4 -N) dan Bakteri Fecal Coli ditunjukkan seperti pada Gambar 1.11 sampai dengan Gambar 1.13. Sedangkan hasil pemantauan konsentrasi zat organik (COD) di perairan teluk Jakarta Tahun 1996 dapat dilihat pada Gambar 1.14. Dari survei tersebut dapat dilihat bahwa secara umum telah terjadi kenaikan konsertasi COD di perairan teluk Jakarta terutama perairan di dekat muara sungai. Berdasarkan data BPLHD DKI Jakarta distribusi konsentrasi BOD, COD, dan deterjen di daerah m serta kawasan teluk Jakarta dari tahun 1999 sampai dengan tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 1.7 dan Tabel 1.8 serta Gambar 1.15 sampai dengan Gambar 1.21. Dari data tersebut di atas dapat diketahui dengan jelas bahwa pencemaran di wilayah teluk Jakarta akibat pencemaran air limbah domestik maupun industri sudah mencapai taraf yang cukup serius. 27

Gambar 1.11 : Sebaran konsentrasi COD di perairan Teluk Jakarta, Pebruari 1990. Sumber : The Study On Urban Drainage and Waste Water Disposal Project In The City Of Jakarta, 1990. 28

Gambar 1.12 : Sebaran konsentrasi Amonia di perairan Teluk Jakarta, Pebruari 1990. Sumber : The Study On Urban Drainage and Waste Water Disposal Project In The City Of Jakarta, 1990. 29

Gambar 1.13 : Sebaran konsentrasi bakteri Coli di perairan Teluk Jakarta, Pebruari 1990. Sumber : The Study On Urban Drainage and Waste Water Disposal Project In The City Of Jakarta, 1990. 30

ZONA 1 2 3 4 5 6 7 A 27,36 32,49 37,50 34,32 32,62 35,49 34,63 B 33,35 35,30 32,08 37,36 34,95 37,36 41,38 C - 45,71 41,85 46,85 41,10 49,12 - D - - 54,98 59,30 55,91 54,83 - Gambar 1.14: Hasil Pengukuran Rata-rata COD (mg/l) di Teluk Jakarta Tahun 1996 Sumber : BPLHD DKI Jakarta, 1996. 31

No Titik 1999 2000 2001 2002 2003 2004 M1 21,1 20,33 19,40 19,050 14,55 18,7 M2 29,53 22,07 22,30 19,3250 19,93 14,6 M3 20,63 19,93 19,03 12,60 13,20 13,4 M4 20,3 21,25 17,83 22,300 13,08 12,6 M5 21,3 18,12 17,55 19,80 13,23 17,95 M6 21,2 18,7 16,63 20,050 11,73 10,35 M7 20,28 18,72 23,83 21,8250 12,20 20,05 M8 23,2 19,53 19,28 18,950 10,80 13,4 M9 24,4 21,62 21,22 21,320 10,275 11,7 Keterangan : M1 = M. Kamal, M2 = M. Cengkareng Drain, M3 = M. Angke, M4 = M. Karang, M5 = M. Kali Ancol, M6 = M. Sunter, M7 = M. Kali Cakung M8 = M. Kali Blencong, M9 = M. Kali Bekasi. Gambar 1.15 : Konsentrasi BOD (mg/l) Di Muara- Muara Teluk Jakarta Tahun 1999 2004 (Saat Air Pasang). Sumber : BPLHD Propinsi DKI Jakarta. 32

No Titik 1999 2000 2001 2002 2003 2004 M1 20,65 20,13 20,60 21,10 20,38 17,17 M2 25,15 21,71 20,65 20,250 19,90 20,15 M3 18,15 20 34,50 19,9750 16,23 16,72 M4 20,55 21,02 18,60 22,6250 19,80 16,2 M5 18,8 19,38 19,13 22,9250 19,100 15,25 M6 18,33 21,17 18,25 21,80 14,95 15 M7 22,05 25,7 19,60 20,8250 11,55 18,4 M8 20,28 22,3 23,40 22,70 13,85 17 M9 25,13 24,15 18,55 25,600 11,93 14,55 Keterangan : M1 = M. Kamal, M2 = M. Cengkareng Drain, M3 = M. Angke, M4 = M. Karang, M5 = M. Kali Ancol, M6 = M. Sunter, M7 = M. Kali Cakung M8 = M. Kali Blencong, M9 = M. Kali Bekasi. Gambar 1.16 : Konsentrasi BOD (mg/l) Di Muara- Muara Teluk Jakarta Tahun 1999 2004 (Saat Air Surut). Sumber : BPLHD Propinsi DKI Jakarta. 33

No Titik 1999 2000 2001 2002 2003 2004 M1 0,21 0,49 1,55 3,340 0,28 0,16 M2 0,52 0,79 0,83 0,7650 1,30 0,91 M3 0,34 1,06 0,89 0,64330 0,51 0,74 M4 0,41 1,33 1,27 0,5250 0,57 1,28 M5 0,39 0,68 0,88 0,4250 0,17 0,76 M6 0,44 0,82 0,76 0,9350 0,79 0,47 M7 0,68 0,89 1,02 1,7950 1,01 2,86 M8 0,32 1,8 0,94 0,7250 0,20 0,27 M9 0,32 1,02 1,57 1,1750 0,120 0,07 Keterangan : M1 = M. Kamal, M2 = M. Cengkareng Drain, M3 = M. Angke, M4 = M. Karang, M5 = M. Kali Ancol, M6 = M. Sunter, M7 = M. Kali Cakung M8 = M. Kali Blencong, M9 = M. Kali Bekasi. Gambar 1.7 : Konsentrasi Deterjen (mg/l) Di Muara- Muara Teluk Jakarta Tahun 1999 2004 (Saat Air Pasang) Sumber : BPLHD Propinsi DKI Jakarta. 34

No Titik 1999 2000 2001 2002 2003 2004 M1 0,13 0,55 2,29 3,210 2,84 0,08 M2 0,29 0,66 1,78 1,1350 1,65 0,61 M3 0,39 0,91 2,47 1,50 0,87 0,6 M4 0,28 0,94 1,56 0,590 0,99 2,46 M5 0,14 0,57 1,70 0,8450 2,175 0,71 M6 0,37 0,89 2,03 1,590 0,78 1,36 M7 0,33 0,8 1,71 4,06 0,39 1,66 M8 0,19 0,86 1,28 1,0850 0,21 0,3 M9 0,12 0,83 2,42 1,2350 0,12 0,02 Keterangan : M1 = M. Kamal, M2 = M. Cengkareng Drain, M3 = M. Angke, M4 = M. Karang, M5 = M. Kali Ancol, M6 = M. Sunter, M7 = M. Kali Cakung M8 = M. Kali Blencong, M9 = M. Kali Bekasi. Gambar 1.18 : Konsentrasi Deterjen (mg/l) Di Muara- Muara Teluk Jakarta Tahun 1999 2004 (Saat Air Surut) Sumber : BPLHD Propinsi DKI Jakarta. 35

Tabel 1.7: Konsentrasi BOD Di Teluk Jakarta Tahun 1999 2004 (Satuan : mg/l). No Titik 1999 2000 2001 2002 2003 2004 A1 13,35 20,03 18,33 28,60 11,73 5,9 A2 11,55 14,53 17,35 18,60 10,05 5,85 A3 13,8 17,78 18,95 17,30 9,55 5,45 A4 11,33 14,12 13,18 16,725 13,25 4,85 A5 12,33 14,17 13,03 10,30 9,45 7,29 A6 16,1 17,48 16,90 12,50 10,105 5,15 A7 16,38 18,22 17,00 19,750 14,23 6,8 B1 17,1 17,77 21,58 18,775 9,10 6,4 B2 14,9 15,93 14,17 11,45 12,45 7,2 B3 17,93 18,18 20,88 18,20 15,15 8,2 B4 16,55 16,52 18,50 24,50 14,95 10,55 B5 18,1 17,6 21,28 19,55 12,45 10,65 B6 17,18 17,58 16,63 10,30 18,85 8,25 B7 13,85 12,98 14,23 18,2250 15,950 13 C2 56,5 10,57 16,13 21,3250 13,800 14 C3 17,05 18,07 17,63 14,95 12,100 10,45 C4 19,75 18,92 19,58 25,20 13,700 9,6 C5 20,83 19,97 22,75 18,25 12,025 9,25 C6 19,38 15,83 11,20 20,6750 12,275 12 D3 20,93 16,05 18,80 20,50 14,050 9,5 D4 17,4 13,3 19,38 20,50 13,250 10 D5 17,2 14,92 20,30 22,00 14,125 10,3 D6 18,03 17,35 18,58 17,50 13,775 7,05 Sumber : BPLHD Propinsi DKI Jakarta. 36

KONSENTRASI BOD MUARA TELUK JAKARTA TAHUN 1999-2004 35 KONSENTRASI (Mg/l) 30 25 20 15 10 5 0 M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 TITIK SAMPLING 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Gambar 1.19 : Konsentrasi BOD Di Muara Teluk Jakarta Saat Pasang Tahun 1999 2004 (Satuan : mg/l). Sumber : BPLHD Propinsi DKI Jakarta. 37

Tabel 1.8 : Konsentrasi Deterjen Di Teluk Jakarta Tahun 1999 2004 (Satuan : mg/l). No Titik 1999 2000 2001 2002 2003 2004 A1 0 0 0,10 0,0350 0,07 0,1 A2 0 0 0,08 0,13 0,05 0,08 A3 0 0 0,03 0,04 0,09 0,08 A4 0 0 0,01 0,005 0,07 0,06 A5 0 0 0,07 0,12 0,06 0,06 A6 0 0 0,08 0,12 0,045 0,07 A7 0 0 0,02 0,04 0,26 0,09 B1 0 0 0,07 0,010 0,07 0,085 B2 0 0 0,18 0,25 0,05 0,11 B3 0 0 0,10 0,12 0,07 0,06 B4 0 0 0,08 0,075 0,04 0,06 B5 0 0 0,22 0,41 0,04 0,06 B6 0 0 0,25 0,44 0,05 0,06 B7 0 0 0,24 0,210 0,090 0,09 C2 0 0 0,37 0,110 0,120 0,2 C3 0 0 0,20 0,13 0,060 0,1 C4 0 0 0,12 0,0550 0,075 0,12 C5 0 0 0,35 0,55 0,075 0,09 C6 0 0 0,15 0,060 0,105 0,08 D3 0,03 0,02 0,31 0,3150 0,065 0,12 D4 0,04 0,03 0,26 0,210 0,090 0,13 D5 0,05 0,14 0,56 0,17 0,075 0,12 D6 0,06 0,04 0,43 0,190 0,065 0,11 Sumber : BPLHD Propinsi DKI Jakarta. 38

60 KONSENTRASI BOD TELUK JAKARTA TAHUN 1999-2004 KONSENTRASI (mg/l) 50 40 30 20 10 0 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 C2 C3 C4 C5 C6 D3 D4 D5 D6 TITIK SAMPLING 1999 2000 2001 2002 2003 2004 Gambar 1.20 : Konsentrasi BOD Di Teluk Jakarta Tahun 1999 2004 (Satuan : mg/l). Sumber : BPLHD Propinsi DKI Jakarta. 39

KONSENTRASI DETERJEN DI TELUK JAKARTA TAHUN 1999-2004 0,6 KONSENTRASI (mg/l) 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 A1 A2 A3 A4 A5 A6 A7 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 C2 C3 C4 C5 C6 D3 D4 D5 D6 1999 2000 2001 TITIK SAMPLING 2002 2003 2004 Gambar 1.21: Konsentrasi Deterjen Di Teluk Jakarta Tahun 1999 2004 (Satuan : mg/l). Sumber : BPLHD Propinsi DKI Jakarta. 40