BAB I KONSEP DASAR. dan produksi mukus meningkat, yang menimbulkan obtruksi jalan nafas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun Oleh: ARI PRABOWO J KARYA TULIS ILMIAH

BAB II TINJAUAN TEORI. disebabkan oleh virus, dan merupakan suatu peradangan yang menyebabkan. lumen pada bronkiolus (Suriadi & Rita, 2006).

BAB I KONSEP DASAR. Penyakit Bronkopneumonia sering terjadi pada anak-anak, sehingga apabila

5. Pengkajian. a. Riwayat Kesehatan

BAB I KONSEP DASAR. stadium yaitu stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalensi. Morbili adalah suatu penyakit yang sangat menular karena

BAB I PENDAHULUAN. Bronkitis menurut American Academic of Pediatric (2005) merupakan

Dika Fernanda Satya Wira W Ayu Wulandari Aisyah Rahmawati Hanny Dwi Andini Isti Hidayah Tri Amalia Nungki Kusumawati

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I KONSEP DASAR. emfisema, dan meningitis, sehingga dapat juga menyebabkan gangguan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan pada sistem pernafasan merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. penyakit saluran napas dan paru seperti infeksi saluran napas akut,

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN. maka masa balita disebut juga sebagai "masa keemasan" (golden period),

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini penulis akan membahas tentang permasalahan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bronchitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus. Bronchitis

BAB IV PEMBAHASAN DAN SIMPULAN. nafas dan nutrisi dengan kesenjangan antara teori dan intervensi sesuai evidance base dan

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTEK KOMPREHENSIF I DENGAN DIAGNOSA MEDIS PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK)

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan. penelitian, manfaat penelitian sebagai berikut.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN BRONKOPNEUMONIA

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN ASMA BRONCHIALE

mekanisme penyebab hipoksemia dan hiperkapnia akan dibicarakan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive

MACAM-MACAM SUARA NAFAS

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa penyakit yang dapat menggangu sistem oksigenasi yaitu seperti TBC,

BAB I LAPORAN PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan peradangan brokioli yang lebih kecil.edema membran

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN TRANSIENT TACHYPNEA OF THE NEW BORN

BAB I PENDAHULUAN. memburuk menyebabkan terjadinya perubahan iklim yang sering berubahubah. yang merugikan kesehatan, kususnya pada penderita asma.

KELOMPOK III. Siti Rafidah K Sri Rezkiana andi L Nadia Intan tiara D Arsini Widya Setianingsih

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih dini pada usia bayi, atau bahkan saat masa neonatus, sedangkan

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : NOLDI DANIAL NDUN NPM :

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

D. Patofisiologi Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk ke dalam hidung dan mulut, melalui kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS/ RS Dr M DJAMIL PADANG

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

BAB I KONSEP DASAR. dalam kavum Pleura (Arif Mansjoer, 1999 : 484). Efusi Pleura adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MONITORING DAN ASUHAN KEPERAWATANA PASIEN POST OPERASI

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang saat ini terjadi di negara Indonesia. Derajat kesehatan anak

BAB 1 PENDAHULUAN. memulihkan fungsi fisik secara optimal(journal The American Physical

Materi Penyuluhan Konsep Tuberkulosis Paru

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa pengertian kesehatan adalah sebagai suatu keadaan

INSUFISIENSI PERNAFASAN. Ikbal Gentar Alam ( )

BAB I PENDAHULUAN. bronkus. 3 Global Initiative for Asthma (GINA) membagi asma menjadi asma

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut WHO upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. negara di seluruh dunia (Mangunugoro, 2004 dalam Ibnu Firdaus, 2011).

UNIVERSITAS SEBELAS MARET FAKULTAS KEDOKTERAN SILABUS

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea

BAB I KONSEP DASAR. sepanjang saluran usus (Price, 1997 : 502). Obstruksi usus atau illeus adalah obstruksi saluran cerna tinggi artinya

BAB I PENDAHULUAN. Sering juga penyaki-penyakit ini disebut dengan Cronic Obstruktive Lung

BAB I KONSEP DASAR. saluran usus (Price, 1997 : 502). Obserfasi usus aiau illeus adalah obstruksi


BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

BAB I KONSEP DASAR. dengan peningkatan suhu tubuh yang disebabkan oleh suatu proses. ekstrakranium (Staf Pengajar IKA FKUI, 1997: 847).

A. Pengertian Oksigen B. Sifat Oksigen C. Tujuan Oksigenasi D. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Oksigen

BAB I PENDAHULUAN. teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat.

BAB I KONSEP DASAR. Selulitis adalah infeksi streptokokus, stapilokokus akut dari kulit dan

BAB 1 PENDAHULUAN. diperantarai oleh lg E. Rinitis alergi dapat terjadi karena sistem

BAB I PENDAHULUAN. batuk, mengi dan sesak nafas (Somatri, 2009). Sampai saat ini asma masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibutuhkan manusia dan tempat pengeluaran karbon dioksida sebagai hasil sekresi

BAB I PENDAHULUAN. dan paling banyak ditemui menyerang anak-anak maupun dewasa. Asma sendiri

Suradi, Dian Utami W, Jatu Aviani

Sistem Pernafasan Manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akhir tahun 2011 sebanyak lima kasus diantara balita. 1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

KISI KISI SOAL PRETEST DAN POST TEST. Ranah Kognitif Deskripsi Soal Jawaban

LAPORAN KASUS / RESUME DIARE

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini kita telah hidup di zaman yang semakin berkembang, banyaknya inovasi yang telah bermunculan, hal ini

1. Batuk Efektif. 1.1 Pengertian. 1.2 Tujuan

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN

Kekurangan volume cairan b.d kehilangan gaster berlebihan, diare dan penurunan masukan

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEMAM CHIKUNGUNYA Oleh DEDEH SUHARTINI

BAB II KONSEP DASAR. normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam

PENGARUH PEMBERIAN SENAM ASMA TERHADAP FREKWENSI KEKAMBUHAN ASMA BRONKIAL

1 PEMBERIAN NEBULIZER 1.1 Pengertian

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

BAB I PENDAHULUAN. negara maju tetapi juga di negara berkembang. Menurut data laporan dari Global

BAB I PENDAHULUAN. biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai

ASIDOSIS RESPIRATORIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ventilasi mekanik merupakan terapi definitif pada klien kritis yang mengalami

ASUHAN KEBIDANAN PADA By U USIA 3 BULAN DENGAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN ATAS (ISPA)

aureus, Stertococcus viridiansatau pneumococcus

M.D. : Faculty of Medicine, University of Indonesia, Pulmonologist: Faculty of Medicine, Univ. of Indonesia, 2007.

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan yang baik atau kesejahteraan sangat diinginkan oleh setiap orang.

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

BAB I KONSEP DASAR. Berdarah Dengue (DBD). (Aziz Alimul, 2006: 123). oleh nyamuk spesies Aedes (IKA- FKUI, 2005: 607 )

A. Pengertian B. Etiologi

Transkripsi:

BAB I KONSEP DASAR A. PENGERTIAN Bronkiolitis adalah penyakit virus pada saluran pernafasan bawah yang ditandai dengan peradangan bronkioli yang lebih kecil ditandai edema membran mukosa yang melapisi dinding bronkioli, ditambah infiltrasi sel dan produksi mukus meningkat, yang menimbulkan obtruksi jalan nafas (Keperawatan Pediatri, 2002) Bronkiolitis adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada saluran nafas kecil (Bronkiolus), terjadi pada anak berusia kurang dari 2 tahun dengan insiden tertinggi sekitar usia 6 bulan (Mansjoer, 2000). Bronkiolitis akut adalah suatu sindrom obtruksi bronkiolus yang sering diderita bayi atau anak berumur kurang dari 2 tahun, paling sering pada usia 6 bulan (Ngastiyah, 1997) Dari ketiga pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa pengertian bronkiolitis adalah penyakit infeksi saluran pemafasan yang ditandai oleh obtruksi infla.masi saluran nafas kecil (Bronkiolus), Sering mengenai anak usia dibawah 2 tahun.

2 B. PENGERTIAN Bronkiolitis pada anak-anak sebagian besar disebabkan oleh Respiratory Syncitial Virus (RSV) 50% sampai 90%. Penyebab lain adalah parainfluenza virus, mikroplasma, adenovirus dan beberapa virus lain (Mansjoer, 2000). C. PATOFISIOLOGI Bronkiolitis biasanya didahului oleh suatu infeksi saluran nafas bagian atas yang disebabkan virus, parainfluenza, dan bakteri. Bronkiolitis akut ditandai obstruksi bronkiole yang disebabkan oleh edema, penimbunan lendir serta debris- jebris seluler. Karena tahanan terhadap aliran udara di dalam tabung berbanding terrbalik dengan pangkat tiga dari tabung tersebut, maka penebalan kecil yang pada dinding brokiolus pada bayi akan mengakibatkan pengaruh besar atas aliran udara. Tekanan udara pada lintasan udara kecil akan meningkat baik selama fase inspirasi maupun selama fase ekspirasi, karena jari-jari suatu saluran nafas mengecil selama ekspirasi, maka obstruksi pernafasan akan mengakibatkan terrperangkapnya udara serta pengisian udara yang berlebihan. Proses patologis yang terjadi akan mengganggu pertukaran gas normal di dalam paru-paru. Ventilasi yang semakin menurun pada alveolus akan mengakibatkan terjadinya hipoksemia dini. Retensi karbon dioksida (hiperkapnia) biasanya tidak terjadi kecuali pada penderita yang terserang

3 hebat. Pada umumnya semakin tinggi pernafasan, maka semakin rendah tekanan oksigen arteri. Hiperkapnia biasanya tidak dijumpai hingga kecepatan pernafasan melebihi 60 x / menit yang kemudian meningkat sesuai dengan takipne yang terjadi, (Behrman, 1994). D. MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinik dari bronkiolitis akut biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas, disertai dengan batuk pilek beberapa hari, biasanya disertai kenaikan suhu atau hanya subfebris. Anak mulai menderita sesak nafas. makin lama makin berat, pernafasan dangkal dan cepat, disertai serangan batuk. Terlihat juga pernafasan cuping hidung disertai retraksi interkostal dan suprasternal, anak menjadi gelisah dan sianotik. Pada pemeriksaan terdapat suara perkusi hipersonor, ekspirium memenjang disertai dengan mengi (Wheezing). Ronchi nyaring halus kadang-kadang terdengar pada akhir ekpirasi atau permulaan ekpirasi. Pada keadaan yang berat sekali, suara pernafasan tidak terdengar karena kemungk:inan obtruksi hampir total. Foto rontgen menunjukkan paru-paru dalam keadaan hipererasi dan diameter antero posterior membesar pada foto lateral. Pada sepertiga pasien ditemukan bercak di sebabkan atelektasis atau radang.

4 Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gambaran darah tepi dalam batas normal, kimia darah menunjukkan gambaran asidosis respiratorik maupun metabolik. Usapan nasofaring menunjukkan flora bakteri normal. Bila menjumpai pasien atau bayi anak di bawah umur 2 tahun yang menunjukkan gejala pasien asma, harus hati-hati karena dapat terjadi pada pasien dengan bronkiolitis akut. Bedanya, pasien asma akan memberikan respon terhadap bronkodilator, sedangkan pasien brokiolitis akut tidak (Ngastiyah, 2000). E. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan penunjang untuk bronkiolitis adalah : 1. Pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis dengan predominan polimorfonuklear atau dapat ditemukan leukopenia yang menandakan prognosis buruk, dapat ditemukan anemia ringan atau sedang. 2. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan gambaran darah tepi dalam batas normal, kimia darah menunjukkan gambaran asidosis respiratorik maupun metabolik. Usapan nasofaring menunjukkan flora bakteri normal. 3. Pemeriksaan radiologis : Foto dada anterior posterior, hiperinflasi paru, pada foto lateral, diameter anteroposterior membesar dan terlihat bercak honsolidasi, yang tersebar. 4. Analisa gas darah : Hiperkarbia sebagai tanda air trapping, asidosis metabolik, atau respiratorik ( Raharjoe, 1994).

5 F. PENATALAKSANAAN MEDIS 1. Oksigen 1 2 L / menit 2. IVFD dextrose 10 %; Na Cl 0,9 % = 3 : 1 + KCl 10 mq / 500 ml cairan 3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feading drip. 4. Jika sekresi lendir berlebih dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transpor mukosilier. 5. Koreksi gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit. 6. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan : a. Untuk kasus bronkiolitis community base : 1) Ampicillin 100 mg / Kg BB / hari dalam 4 hari pemberian. 2) Chloramfenikol 75 mg / Kg BB / hari dalam 4 kali pemberian b. Untuk kasus bronkiolitis hospital base : 1) Cefotaxim 100 mg / Kg BB / hari dalam 2 hari pemberian. 2) Amikasin 10-15 mg / Kg BB / hari dalam 2 kali pemberian (Mansjoer, 2000)

6 G. PATHWAY Faktor penyebab Polusi, virus, bakteri Penetrasi patogen pada Mukosa saluran pernafasan Infeksi saluran Pernafasan atas Peradangan bronkiolus Hipertrofi kelenjar Mukosa dan bronkus Infiltrasi sel radang Edema di bronkiolus Hospitalisasi Aktivitas silia dan Fagositosis lambat Kerusakan sel Penurunan kapasitas vital paru-paru Cemas Peningkatan sekresi Bronkiolus Aktivasi dan pelepasan Pirogen endogen Ketidak seimbangan ventilasi dan perfusi jaringan terganggu Penumpukan mukus Perangsangan pusat termoregulasi di hipotalamus Hiposekmia Kurang Bersihan jalan Nafas tidak efektif Hipertermi Gangguan Pertukaran gas Kurang Pengetahuan (Ngastiyah, 2000). 7

H. FOKUS INTERVENSI 1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan terjadinya obstruksi, inflamasi, peningkatan sekresi dan nyeri (Wong, 2003) Tujuan : - Memelihara jalan nafas yang baik - Pengeluaran sekret secara adekuat Intervensi : a. Berikan posisi yang sesuai untuk memperlancar pengeluaran sekret b. Lakukan cuction pada saluran nafas bila diperlukan c. Posisikan badan terlentang dengan kepala agak terangkat 30 d. Bantu anak mengeluarkan sputum e. Lakukan fisioterapi dada f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antibiotik 2. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas, prosedur yang belum dikenal dan lingkungan yang tidak nyaman (Wong, 2003). Tujuan : Cemas berkurang sampai dengan hilang Intervensi : a. Jelaskan prosedur tindakan yang belum dipahami oleh orang tua dan anak b. Berikan suasana dan lingkungan yang tenang c. Berikan terapi bermain sesuai umur 8

d. Berikan aktivitas sesuai kemampuan dan kondisi klien e. Hindari tindakan yang membuat anak tambah cemas 3. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan asupan O 2 yang tidak adekuat (Carpenito, 2000). Tujuan : - Frekuensi pernafasan efektif - Adanya perbaikan pertukaran gas pada paru Intervensi : a. Kaji pola dan status nafas b. Observasi tanda-tanda vital c. Beri lingkungan yang aman dan nyaman d. Diskusikan adanya penyebab e. Ajarkan tehnik nafas dalam 4. Hipertermi berhubungan dengan peradangan bronkiolus (Carpenito, 1999). Tujuan : Gangguan pengaturan suhu tubuh tidak terjadi. Intervensi : a. Kaji faktor penyebab b. Pantau tanda-tanda vital c. Pantau adanya takikardi, takipnea d. Pertahankan cairan parenteral sesuai indikasi e. Kolaborasi pemberian antipireti

9 5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi (Carpenito, 1999). Tujuan : - Tidak terjadi kesalahpahaman - Keluarga mengerti penyakit pada anaknya. Intervensi : a. Kaji tingkat pengetahuan dan pemahaman keluarga. b. Jelaskan setiap melakukan prosedur tindakan. c. Lakukan hubungan saling percaya. d. Beri penyuluhan keluarga tentang penyakit anaknya. e. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya. f. Minta pada keluarga untuk mengulang kembali penjelasan perawat. g. Beri reinforcement positif. I. KONSEP TUMBUH KEMBANG Konsep Tumbuh Kembang pada anak ( Markum, 1991) : 1. Menurut Sigmun Freud Bisa disebut fase oral (0-1 tahun), karena dalam fase ini anak mendapat kenikmatan dan kepuasan dari berbagai pengalaman di sekitar mulutnya. Fase oral mencakup tahun pertama kehidupan, ketika anak sangat tergantung dan tidak berdaya. Ia perlu dilindungi agar

10 mendapat rasa aman. Menurut Freud, dasar perkembangan mental yang sehat sangat tergantung dari hubungan ibu dan anak pada fase ini. 2. Menurut Erik Erikson Kepercayaan Vs Ketidakpercayaan (0-1 tahun), dalam masa ini terjadi interaksi sosial yang erat antara ibu dan anak yang dapat menimbulkan rasa aman dalam diri si anak. Rasa aman yang dinikmati oleh anak, dapat dilihat Bari enaknya dia makan, enaknya dia tidur dan mudahnya dia defekasi. 3. Menurut Jean Piaget Fase sensori motor (0-2 tahun), pada umumnya seorang anak mempunyai sifat yang egosentrik dan sangat terpusat pada diri sendiri. Segala usahanya berhubungan dengan dirinya sendiri yaitu untuk memuaskan kebutuhan dan kesenangannya. 4. Menurut Robert Sears Masa bayi berkisar dari umur 0-2 tahun. Pada masa ini bayi masih sibuk dengan dirinya sendiri. Bayi lebih mementingkan kebutuhannya sendiri dan belajar dengan berbagai cara untuk memenuhinya. Bayi sebenarnya banyak menuntut dan menguasai lingkungan. Pada masa inilah kepribadian dasar seorang dibangun.

11 J. KONSEP HOSPITALISASI Konsep hospitalisasi pada anak (Wong, 1996); Hospitalisasi adalah suatu keadaan sakit dan hares dirawat di rumah sakit, yang terjadi pada anak maupun pada keluarganya. Stresor utama selama hospitalisasi adalah : 1. Kehilangan kendali Respon kehilangan kendali pada bayi : Yang paling penting pada masa perkembangan bayi adalah terbentuknya rasa percaya, ini dimungkinkan dengan sikap konsisten dan kasih sayang Bari ibu. Bayi mengendalikan diri terhadap lingkungannya dengan cara menangis atau tersenyum. Rasa sakit tidak percaya dan menurunnya pengendalian diri bayi dapat juga terjadi jika tindakan keperawatan yang diberikan tidak konsisten dan terjadi aktivitas rutin 2. Trauma fisik dan nyeri Pada masa bayi respon nyeri berupa : - Menangis dengan kuat dan mata tertutup - Menarik diri - Menyentak-nyentak tangan - Menggeliat

12 3. Mekanisme koping anak pada hospitalisasi Tipe penyakit dapat mempengaruhi reaksi bayi terhadap perawatan bayi yang tidak diijinkan makan dan menghisap yang terusmenerus akibat frustasi kebutuhan oralnya tidak terpenuhi. Rasa marah dan frustasi kadang-kadang demi keamanan, memerlukan pengekangan. Akibat tidak dapat mengatasi masalah tersebut tingkah laku biasanya, maka tegangan (tension) jadi meningkat karena pada usia ini tidak dapat melakukan mekanisme koping terhadap masalah yang dihadapi (Wong, 2003).