BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Di samping itu penyakit infeksi juga bertanggung jawab pada penurunan kualitas hidup jutaan penduduk di berbagai negara maju dan berkembang. Menurut WHO sebanyak 25 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2011, sepertiganya disebabkan oleh penyakit infeksi. Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi dengan keterlibatan bakteri tersering di komunitas dan hampir 10% orang pernah terkena ISK selama hidupnya. Sekitar 150 juta penduduk di seluruh dunia tiap tahunnya terdiagnosis menderita infeksi saluran kemih. Prevalensinya sangat bervariasi berdasar pada umur dan jenis kelamin, dimana infeksi ini lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan dengan pria yang oleh karena perbedaan anatomis antara keduanya (Rajabnia-Chenari et al., 2012). Berdasarkan 1
2 data dari WHO pada tahun 2011, infeksi saluran kemih termasuk kedalam kumpulan infeksi paling sering didapatkan oleh pasien yang sedang mendapatkan perawatan di pelayanan kesehatan (Health care-associated infection). Bahkan tercatat infeksi saluran kemih menempati posisi kedua tersering (23,9%) di negara berkembang setelah infeksi luka operasi (29,1%) sebagai infeksi yang paling sering didapatkan oleh pasien di fasilitas kesehatan. ISK merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas yang cukup signifikan (Pezzlo, 1992). Dalam keadaan normal salurah kemih bersifat steril, hal ini dikarenakan bakteri yang akan masuk ke saluran kemih terbilas secara teratur sehingga keluar bersamaan dengan urin. Pada beberapa keadaan bakteri dapat masuk dan berkembang biak. Kolonisasi dan invasi mikroorganisme yang tidak seharusnya ada pada saluran kemih menghasilkan infeksi saluran kemih (ISK). Infeksi dapat terjadi pada satu bagian atau lebih dalam saluran kemih dan dapat dibagi berdasarkan letak anatomisnya menjadi infeksi saluran kemih atas yaitu di ginjal, menyebabkan pyelonephritis; dan infeksi saluran kemih bawah yaitu di kandung kemih, menyebabkan cystitis; di prostat,
3 menyebabkan prostatitis; di uretra, menyebabkan urethritis; atau di epididimis, menyebabkan epididymitis. Bakteri paling sering masuk ke dalam saluran kemih melalui urethra (ascending), namun dapat pula melalui aliran darah (descending). E.coli yang berasal dari famili Enterobacteriaceae merupakan pathogen penyebab dari 80% kasus ISK di seluruh dunia. Beberapa patogen yang lebih jarang menjadi penyebab yaitu Klebsiella, Proteus, Enterobacter spp, dan lain-lain (Nguyen, 2008). Staphylococcus aureus dapat menjadi kuman penyebab ISK yang masuk melalui aliran darah (descending) akibat adanya bakteremia (Dzen, 1996). Antibiotika telah dipergunakan sebagai penanganan utama untuk kasus ISK sejak pengenalan sulfonamide di tahun 1940an (Nicole, 2002). Dewasa ini, penanganan ISK menjadi rumit oleh karena timbulnya resistensi bakteri terhadap antibiotika yang sering digunakan. Penggunaan berbagai antibiotika untuk pengobatan ISK dapat menimbulkan resistensi dipercepat utamanya bila penggunaan antibiotika tersebut, baik indikasi, dosis maupun lamanya pemberian tidak sebagaimana mestinya,
4 ditambah dengan perubahan pola kuman penyebab ISK tersebut (Dzen, 1996). Peningkatan prevalensi resistensi tersebut berakhir pada suatu perubahan penggunaan antibiotika sebagai penanganan kasus ISK (Talan et al., 2004) Menurut Rintiswati (1999) selama ini pilihan antibiotika untuk infeksi termasuk ISK yang merupakan salah satu penyakit infeksi tersering pada manusia, terutama didasarkan atas pengalaman klinik dan empirik sebelumnya. Tidak tersedianya antibiotic guidelines untuk praktek sehari-hari menyebabkan kesulitan dalam pengobatan infeksi. Didasari oleh pembuatan guideline yang cukup rumit dan dibutuhkan pembaharuan setiap waktunya dikarenakan pola kuman dan resistensinya yang terus menerus berubah, penelitian ini dibuat untuk menggambarkan pola kuman dan resistensinya di daerah Yogyakarta dan sekitarnya dalam rentang waktu yaitu tahun 2011 hingga 2013. I.2. Perumusan Masalah 1. Bagaimanakah pola kuman yang ditemukan pada spesimen urin yang diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi
5 Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada periode tahun 2011 hingga 2013? 2. Bagaimanakah kepekaan kuman yang diperoleh dari spesimen urin terhadap antibiotik? I.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola kuman dari spesimen urin yang dikultur di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dan kepekaan kuman yang ditemukan terhadap beberapa antibiotika. I.4. Keaslian Penelitian Penelitian yang membahas tentang pola kuman dan hasil uji kepekaan terhadap antibiotika dari spesimen urin yang diperiksa di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada tahun 2011 hingga 2013, sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan. Penelitian Regina Sinulingga (2006) dengan judul Pola Kuman dan Resistensi Isolat Klinik Dari Spesimen Urin, mempunya kesamaan dalam hal topik pola kuman dan resistensinya yang dikultur dari spesimen urin. Namun penelitian tersebut dilakukan dengan data yang berasal
6 dari Laboratorium Infeksi dan Imunologi Patologi Klinik RS Dr.Sardjito dalam rentang waktu 2 bulan di tahun 2006. I.5. Manfaat Penelitian Dikarenakan terapi antibiotika dalam kasus ISK sangat bergantung kepada pola kuman penyebab dan resistensinya terhadap antibiotik maka penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran resistensi kuman penyebab ISK dan pola kuman di daerah Yogyakarta dan sekitarnya sehingga dapat bermanfaat dalam pemberian terapi yang efektif dan efisien.