BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia modern seperti sekarang ini telah menuntut seluruh bangsa menuju ke arah dunia yang lebih maju dengan berbagai macam tantangan yang dihadapi. Tantangan tersebut antara lain terkait masalah sosial, teknologi, ekonomi, dan pendidikan. Dengan memaksimalkan ilmu pengetahuan maka tantangan-tantangan yang dihadapi bangsa dapat dipecahkan. Ilmu pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dan harus dimiliki oleh manusia di seluruh penjuru dunia. Karena setiap waktu manusia membutuhkan ilmu untuk menjalani kehidupannya. Sehubungan dengan tantangan bangsa di era modern ini, Matematika menjadi salah satu jawaban atau solusi dari berbagai macam tantangan yang ada. Matematika merupakan induk dari semua ilmu, di katakan demikian karena hampir semua cabang ilmu pasti memerlukan perhitungan. Sebagai contoh dalam menghadapi persoalan ekonomi juga diperlukan adanya pengetahuan mengenai matematika secara mendalam, sehingga apabila dihadapkan pada persoalan yang berhubungan dengan perhitungan maka matematikalah yang menjadi jawaban untuk menyelesaikannya. Kecerdasan matematika sangat dibutuhkan dan wajib ditanamkan sejak dini. Dengan cara berfikir matematika yang sistematis melalui urutan-urutan yang teratur dan tertentu menjadikan otak kita terbiasa untuk memecahkan masalah secara sistematis. Sehingga bila diterapkan dalam kehidupan nyata, kita dapat menyelesaikan setiap masalah dengan lebih mudah, selain itu belajar matematika juga menjadikan kita pribadi yang lebih sabar, teliti, cermat dan tidak ceroboh. Mata pelajaran Matematika di SD sangat bermanfaat bagi siswa untuk dirinya sendiri di masa kini dan di masa yang akan datang. Oleh karena itu, persepsi yang menganggap bahwa matematika adalah momok yang menakutkan bagi siswa harus kita ubah dengan pembelajaran yang menyenangkan untuk siswa. 1
2 Pada kenyataannya proses pembelajaran yang saat ini terjadi ada yang masih menggunakan proses pembelajaran konvensional (komunikasi hanya terjadi satu arah saja), siswa kurang didorong untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Realita proses pembelajaran konvensional seperti itulah yang menyebabkan belajar bukanlah hal yang menyenangkan bagi siswa, karena mereka hanya diam dikelas dan mendengarkan penjelasan dari guru. Padahal dalam sebuah buku yang berjudul Gurunya manusia menjadikan anak istimewa dan semua anak juara (Chatib, 2011) di katakan bahwa Lebih dari 2400 tahun silam Konfusius mengatakan : Yang saya dengar, saya lupa. Yang saya lihat, saya Ingat. Yang saya kerjakan, saya pahami Dari ketiga pernyataan di atas maka dapat disimpulkan mengenai pentingnya cara belajar aktif bagi siswa. Akan memberikan hasil yang berbeda apabila siswa tidak hanya mendengar penjelasan dari guru namun melihat bahkan mengerjakan secara langsung dengan contoh yang nyata mengenai materi pembelajaran yang di sampaikan, siswa diminta untuk berfikir kritis dalam menghadapi permasalahan yang diberikan guru, siswa dapat menyelesaikan permasalahan terkait pembelajaran dengan teman satu bangkunya, menyampaikan hasil diskusi yang mereka lakukan dengan sebuah permainan, dengan begitu siswa akan termotivasi untuk memperhatikan apa yang guru jelaskan sehingga dapat berimbas pada hasil belajar siswa yang didapat. Namun, proses pembelajaran yang berlangsung saat ini justru berbanding terbalik dengan itu semua. Siswa hanya dituntut untuk mendengarkan penjelasan dari guru dan tidak terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Sehingga, pendekatan tersebut kurang mendorong siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya. Menurut pengamatan peneliti dan hasil wawancara (terlampir) terhadap Guru kelas (Dwi, 2014), Pembelajaran Matematika kelas 3 SDN Kaliwungu 03, Pada Semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 mengatakan bahwa bahwa tingkat pemahaman siswa masih rendah apalagi terhadap materi yang baru, siswa
3 mengalami kesulitan dan membutuhkan waktu yang lama untuk dapat menyesuaikan dengan materi baru, selain itu metode belajar yang diterapkan guru masih menggunakan metode lama (konvensional/ceramah murni), tidak menyesuaikan dengan kompetensi yang harus dicapai, kurangnya metode dan model pembelajaran yang diterapkan, penjelasan yang disampaikan masih abstrak, kurangnya penggunaan media pembelajaran, siswa masih terlihat pasif di dalam kelas, sehingga mengakibatkan hasil ulangan harian yang belum memuaskan. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa permasalahan dalam mata pelajaran Matematika, yaitu: 1. Metode pembelajaran yang diterapkan monoton karena guru hanya menyampaikan materi dengan metode ceramah, sehingga membuat siswa merasa bosan dengan materi yang di sampaikan. 2. Siswa pasif dalam pembelajaran karena siswa hanya diminta untuk mendengarkan penjelasan dari guru tanpa dilibatkan dalam penyelesaian persoalan mengenai materi yang diajarkan. 3. Penjelasan guru masih abstrak tidak membawa suatu yang nyata untuk di jadikan contoh dalam menyampaikan materi membuat siswa belum memahami materi secara jelas. 4. Kurangnya pemanfaatan media pembelajaran, membuat siswa tidak tertarik dengan apa yang disampaikan oleh Guru. 5. Rendahnya prestasi belajar siswa yang dibuktikan dengan kurangnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan 6. Belum diterapkannya model pembelajaran yang sesuai. Dengan ditemukannya masalah-masalah di atas, mengakibatkan siswa di dalam pelajaran Matematika kurang memahami materi yang disampaikan oleh guru sehingga 71,42% atau 10 siswa masih belum dapat mencapai nilai diatas KKM yang ditentukan.
4 1.3 Cara Memecahkan Masalah Untuk mengatasi permasalahan yang sering dijumpai di dalam kelas dan menciptakan pembelajaran yang menarik di dalam kelas guru dapat menggunakan kolaborasi model pembelajaran Think Pair Share (TPS) dan Talking Stick (TS) sebagai ganti model pembelajaran konvensional (ceramah murni) yang masih sering diterapkan oleh guru. Model pembelajaran Think Pair Share merupakan salah satu tipe model pembelajaran Kooperatif seperti yang dikatakan oleh Slavin (2008) yaitu Model pembelajaran Kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi. Dari pengertian yang diungkapkan maka dapat diketahui bahwa model pembelajaran Kooperatif memang membantu siswa untuk memahami materi melalui bantuan diskusi dengan teman dalam satu kelompok. Selain itu komponen dari model pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick mampu memecahkan berbagai masalah yang ada di dalam kelas. Dengan demikian penerapan kolaborasi model pembelajaran Think Pair Share dan model pembelajaran Talking Stick dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami materi, karena dalam proses pelaksanaan pembelajaran siswa dilatih untuk berfikir kritis dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan guru, siswa dapat belajar dengan cara mereka sendiri yaitu bertukar pikiran dengan teman sebangku untuk mendiskusikan permasalahan yang diberikan guru, Metode diskusi ini juga diyakini dapat meningkatkan kemampuan mereka untuk mengingat materi pelajaran, selain itu keuntungan dari kolaborasi model pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih berani mengemukakan pendapat di depan teman mereka dengan cara yang menyenangkan yaitu melalui sebuah permainan. Hal ini dapat mengurangi rasa malu siswa ketika ditunjuk untuk mengungkapkan pendapatnya, serta dapat menciptakan pembelajaran aktif di dalam kelas.
5 Berikut beberapa kegiatan yang dapat mengatasi masalah yang di hadapi, yaitu: 1. Guru dapat menyampaikan materi pembelajaran dengan menerapkan kolaborasi dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick. 2. Menggunakan media pembelajaran yang menarik sehingga siswa lebih tertarik pada pembelajaran yang disampaikan. 3. Dengan menggunakan metode pembelajaran yang inovatif seperti diskusi, tanya jawab permainan, dan tidak hanya ceramah agar siswa dapat turut aktif dalam pembelajaran. 4. Menerapkan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dapat menghasilkan efek positif dari siswa. Seperti pemberian score jika siswa dapat menjawab petanyaan dengan baik. 1.4 Pembatasan Masalah Di dalam penelitian proses pembelajaran dengan menggunakan kolaborasi model pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick ini akan dilakukan dengan tindakan langsung oleh peneliti di dalam kelas, serta melibatkan guru kelas dan kepala sekolah sebagai observer dalam kompetensi dasar Mengenal Pecahan Sederhana di kelas 3 SDN Kaliwungu 03 pada Semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Hasil belajar yang diukur adalah hasil belajar matematika pada ranah kognitif dengan materi pecahan sederhana. Hasil belajar kognitif mata pelajaran matematika diperoleh dengan tes pilihan ganda sebanyak 20 soal. 1.5 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : 1. Apakah penerapan kolaborasi model pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas 3 SD Negeri Kaliwungu 03?
6 2. Mengapa penerapan kolaborasi model pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika kelas 3 SD Negeri Kaliwungu 03? 1.6 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian tentang permasalahan dengan pembatasan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah: meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Matematika pada materi pokok Pecahan Sederhana di kelas 3 dengan menerapkan kolaborasi model pembelajaran Think Pair Share dan Talking Stick. 1.7 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat. Adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut : 1. Bagi Guru a. Meningkatkan kreativitas guru agar menciptakan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. b. Dapat digunakan sebagai masukan bagi guru sekolah dasar untuk memperoleh model pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan. 2. Bagi Sekolah Sebagai masukan dalam rangka mengefektifkan pembelajaran yang lebih bermakna dalam pelaksanaan pembelajaran. 3. Bagi Siswa Dapat digunakan untuk siswa sebagai model pembelajaran dalam meningkatkan minat, antusias dan hasil belajar berupa nilai yang diperoleh.