PENEGAKAN YURISDIKSI TERITORIAL NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DALAM PENCAPAIAN ASEAN PHYSICAL CONNECTIVITY

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENUTUP. dipertahankan sekarang ini, misalnya saja prinsip non intervensi yang. negara yang melanggar aturan.

ANALISIS UNDANG-UNDANG KELAUTAN DI WILAYAH ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

Kata Kunci : Yurisdiksi Indonesia, Penenggelaman Kapal Asing, UNCLOS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KEDAULATAN NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA ATAS PULAU NIPA DITINJAU BERDASARKAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA (UNCLOS) 1982

STATUS PULAU BUATAN YANG DIBANGUN DI DALAM ZONA EKONOMI EKSKLUSIF TERHADAP PENETAPAN LEBAR LAUT TERITORIAL DAN ZONA EKONOMI EKSKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional 4. Kedaulatan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk individu, negara juga memiliki kepentingan-kepentingan yang harus

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGATURAN HUKUM TERHADAP BATAS LANDAS KONTINEN ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA DI GOSONG NIGER

Keywords: UNCLOS 1982, Laut Yuridiksi Nasional, Pembajakan dan Perompakan

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PELANGGARAN HAK LINTAS DI WILAYAH UDARA INDONESIA OLEH PESAWAT MILITER ASING

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN NASIONAL TERKAIT DENGAN PENETAPAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN. Oleh : Ida Kurnia*

xii hlm / 14 x 21 cm

TINJAUAN HUKUM LAUT INTERNASIONAL MENGENAI PERLINDUNGAN HUKUM NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA. Jacklyn Fiorentina

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

No b. pemanfaatan bumi, air, dan udara serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat; c. desentralis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Situasi politik keamanan di Laut Cina Selatan dalam beberapa tahun

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 127, Tamb

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERENCANAAN KAWASAN PESISIR

BAB I PENDAHULUAN. masalah-masalah hukum. Di Indonesia, salah satu masalah hukum

BAB I PENDAHULUAN. dan dalam lingkungan wilayah yang dibatasi oleh garis-garis perbatasan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2006) 1

BAB III PENUTUP. tahun 2006 tentang tim nasional pembakuan rupa bumi. Saat ini ada

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memiliki sejarah

No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga

BAB I PENDAHULUAN. oleh United Nations Security Council yang menyebabkan berkembangnya

Kata kunci: Masyarakat Ekonomi ASEAN, Persaingan Usaha, Kebijakan, Harmonisasi.

Ambalat: Ketika Nasionalisme Diuji 1 I Made Andi Arsana 2

Wilayah Negara Dalam Hukum Internasional

APEK HUKUM WILAYAH NEGARA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah merupakan salah satu dari tiga unsur mutlak yang harus dimiliki oleh suatu negara. Malcolm N.

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

BAB I. Potensi Konflik Laut Tiongkok Selatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia sebagai Negara Kepulauan yang memiliki struktur

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 5. A. TUJUAN AJAR: Dapat menjelaskan evolusi batas maritim nasional di Indonesia

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laut Cina Selatan merupakan bagian dari Samudera Pasifik, yang meliputi

I PENDAHULUAN. Hukum Internasional mengatur tentang syarat-syarat negara sebagai pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Ambalat adalah blok laut seluas Km2 yang terletak di laut

Ketika Capres bicara Kedaulatan, Batas Maritim dan Laut China Selatan. I Made Andi Arsana, Ph.D.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kepulauan Riau STUDI KASUS PENGELOLAAN WILAYAH PERBATASAN PADA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

2016, No pelabuhan-pelabuhan Negara Anggota ASEAN dan Tiongkok; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu mene

PENERAPAN YURISDIKSI NEGARA DALAM KASUS PEMBAJAKAN KAPAL MAERSK ALABAMA DI PERAIRAN SOMALIA. Oleh: Ida Ayu Karina Diantari

TOPIK KHUSUS DIPLOMASI INTERNASIONAL

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NELAYAN TRADISIONAL INDONESIA MENURUT KETENTUAN UNITED NATIONS CONVENTION ON THE LAW OF THE SEA 1982

Makna Hukum Kawasan Perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Legal Sense Of Unitary State Of The Republic Of Indonesia Frontier

PENGANTAR ILMU DAN TEKNOLOGI KEMARITIMAN. Dr. Ir. Hj. Khodijah Ismail, M.Si www. Khodijahismail.com

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

BAB V KESIMPULAN. wilayah, tindakan atas hak dan kewajiban yang dilakukan di laut baik itu oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1 Wahyono S. Kusumoprojo, Beberapa Pikiran Tentang Kekuatan dan Pertahanan di Laut,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SKRIPSI EKSISTENSI PENERAPAN ASAS CABOTAGE DI PERAIRAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI PEMBERLAKUAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Persengketaan muncul akibat penerapan prinsip yang berbeda terhadap penetapan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

TINJAUAN HUKUM LAUT TERHADAP WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

PUSANEV_BPHN. Prof. Dr. Suhaidi,SH,MH

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Garis pantainya mencapai kilometer persegi. 1 Dua pertiga wilayah

TUGAS HUKUM LAUT INTERNASIONAL KELAS L PERMASALAHAN INDONESIA SEBAGAI NEGARA KEPULAUAN

STRATEGI GEOPOLITIK DAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN INDONESIA SEBAGAI POROS MARITIM DUNIA

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENYELESAIAN PERMASALAHAN BATAS WILAYAH ANTARA INDONESIA DAN MALAYSIA DI PERAIRAN SELAT MALAKA DITINJAU DARI UNCLOS 1982

SISTEMATIKA PEMAPARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap negara pada prinsipnya mempunyai kedaulatan penuh atas

I. RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN (RKPM) MINGGU 10

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Rancangbangun hukum pulau-pulau perbatasan merupakan bagian penting dari ketahanan negara.

KONSEP NEGARA KEPULAUAN MENURUT HUKUM LAUT INTERNASIONAL (UNCLOS 1982) DALAM PENYELESAIAN SENGKETA NIGER GESONG ANTARA INDONESIA DENGAN MALAYSIA

BAB III JALUR ALUR LAUT KEPULAUAN INDONESIA (ALKI) dapat segera membuka jalur ALKI Timur Barat, atau jalur ALKI IV.

BAB III LARANGAN MERUSAK ATAU MENGHILANGKAN TANDA TANDA BATAS NEGARA DI INDONESIA DAN SANKSI HUKUMNYA

BAB II PENGATURAN HUKUM INTERNASIONAL MENGENAI BATAS WILAYAH SUATU NEGARA. A. Sejarah Perkembangan Hukum Laut Internasional

KEABSAHAN SUDAN SELATAN SEBAGAI NEGARA MERDEKA BARU DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

TINJAUAN YURIDIS PENYELESAIAN SENGKETA PULAU BATU PUTEH (PEDRA BRANCA) ANTARA MALAYSIA- SINGAPURA MELALUI MAHKAMAH INTERNASIONAL TAHUN 2008

PEMBANGUNAN KORIDOR EKONOMI DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Transkripsi:

PENEGAKAN YURISDIKSI TERITORIAL NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DALAM PENCAPAIAN ASEAN PHYSICAL CONNECTIVITY Oleh Renfred Valdemar Ida Ayu Sukihana Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT For the purpose of accelerating integration among ASEAN member countries in ASEAN Community, it has been agreed on Master Plan on ASEAN Connectivity in order to create connectedness of ASEAN region. There are three important elements for the implementation the program, one of which is the construction of facilities and infrastructure namely ASEAN Physical Connectivity. This development will have a major impact for the territory of Indonesia as a country that has a strategic area for the traffic ASEAN regional trade. It reminds about enforcement the territorial jurisdiction of Indonesia (Republic of Indonesia) as an absolute value for the Indonesian Nation. This paper will explain the consequences and remidies that can be done to uphold the sovereignty of the territorial jurisdiction of Indonesia. Keywords : Enforcement, Territorial Jurisdiction of the Republic of Indonesia, ASEAN Physical Connectivity ABSTRAK Demi tujuan percepatan integrasi antar negara-negara anggota ASEAN dalam ASEAN Community, maka telah disepakati tentang Master Plan on ASEAN Connectivity guna mewujudkan keterhubungan kawasan regional ASEAN. Terdapat tiga elemen penting pada implementasi program tersebut yang salah satunya adalah pembangunan fasilitas dan infrastruktur kawasan ASEAN yaitu ASEAN Physical Connectivity. Pembangunan tersebut akan berdampak besar bagi wilayah teritorial Indonesia sebagai negara yang memiliki kawasan strategis bagi lalu lintas perdagagan di kawasan ASEAN. Hal tersebut mengingatkan kembali tentang penegakan yurisdiksi teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagai suatu nilai mutlak bagi Bangsa Indonesia. Tulisan ini akan menjelaskan tentang konsekuensi serta upaya hukum yang dapat dilakukan dalam penegakan kedaulatan yurisdiksi wilayah Indonesia. Kata Kunci : Penegakan, Yurisdiksi Teritorial NKRI, ASEAN Physical Connecticvity I. PENDAHULUAN Percepatan pembangunan di kawasan Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) semakin ditingkatkan dengan tujuan integrasi ekonomi regional menuju ASEAN Community. Timbulnya Komunitas ASEAN (ASEAN Community) menandai transformasi ASEAN ke dalam era baru perdagangan bebas. 1 Hal tersebut telah hlm.11. 1 Setiawan, Bonnie., 2010, Bahaya Perdagangan Bebas ASEAN, Institut for Global Justice, Jakarta, 1

dikonkritkan dalam program Master Plan on ASEAN Connectivity sebagai hasil dari KTT-ASEAN ke-17 di Hanoi, Vietnam. 2 Adapun tiga elemen penting dalam implementasi program tersebut adalah Physical Connectivity, Institutional Connectivity, dan People-to-people Connectivity. 3 Dari ketiga elemen tersebut, Physical Connectivity merupakan elemen yang paling penting daripada dua elemen lainnya. Hal ini disebabkan karena pembangunan infrastruktur dan transportasi antar negara di kawasan ASEAN menjadi kebutuhan yang mendesak guna tercapainya ASEAN Connectivity. Indonesia adalah salah satu negara anggota ASEAN yang memiliki wilayah strategis serta digunakan untuk jalur hubungan lalu lintas ASEAN (ASEAN Highway Network). Menurut data ASEAN Secretariat tahun 2010, jalur wilayah darat Indonesia yang akan digunakan untuk ASEAN Highway Network (AHN) adalah 4.143 km. Jumlah tersebut belum termasuk jalur laut Indonesia yang akan digunakan juga untuk Maritime Transport dengan menggunakan kapal Ro-Ro (Roll-on/ Roll-off ship) dengan mencakup bagian Barat dan Utara Indonesia. 4 Kepadatan lalu lintas perdagangan regional, nantinya dapat menimbulkan kejahatan konvensional mengenai konflik perbatasan yang selama ini terjadi, serta akan semakin berdampak buruk bagi kedaulatan teritorial Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis konsekuensi hukum bagi Indonesia terhadap pencapaian ASEAN Physical Connectivity dan menganalisis bentuk penegakan hukum yang dapat dilakukan Indonesia dalam menjaga kedaulatan territorialnya. II. ISI MAKALAH 2.1 METODE PENELITIAN Penelitian merupakan suatu usaha untuk mengungkapkan suatu kebenaran. Metodologi penelitian harus senantiasa diterapkan sesuai dengan ilmu pengetahuan yang menjadi induknya. 5 Karena itu, jenis penelitian yang akan dilakukan adalah secara normatif. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kasus (case approach) yang tetap mengacu kepada pendekatan undang-undang (statute approach), dengan melakukan analisis terhadap instrumen hukum nasional Indonesia dan instrumen hukum internasional, yang berkaitan dengan data faktual kasus. 2 http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=603, diakses pada hari Senin, 10 Maret 2014, jam 17.30 WITA. 3 Master Plan on ASEAN Connectivity, hlm.3 4 Master Plan on ASEAN Connectivity, hlm.13 5 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2010, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Pers, Jakarta, hlm.1. 2

2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1 Tantangan Dan Konsekuensi Hukum Bagi Indonesia Terhadap ASEAN Community Menuju Pencapaian ASEAN Physical Connectivity Sejak terbentuknya pada tahun 1967, ASEAN telah menjadi salah satu bagian penting dari hubungan internasional Indonesia. Disepakatinya pembentukan ASEAN Community dalam percepatan pembangunan serta integrasi ekonomi di kawasan ASEAN, sangat berdampak besar bagi dinamika sosial budaya dan politik keamanan negara-negara anggota ASEAN. Begitu pula dengan politik keamanan di wilayah teritorial Indonesia, yang merupakan negara terluas di kawasan Asia Tenggara. Permasalahan yang cukup menonjol dan sangat menarik perhatian adalah berbagai pelanggaran kedaulatan atas wilayah negara, klaim sepihak terhadap kepemilikan sumber daya alam/pulau/wilayah teritorial suatu negara lain, serta tindakan kriminal di wilayah perbatasan. Hal ini disebabkan karena belum jelasnya penetapan tapal batas wilayah antar negara, yang menjadi salah satu pemicu munculnya permasalahanpermasalahan tersebut. 6 Inilah yang menjadi tantangan bagi Indonesia ke depan menuju program ASEAN Physical Connectivity. Dalam pelaksanaan program tersebut, wilayah Indonesia akan turut serta digunakan dalam pembangunan akses jalur lalu lintas perdagangan kawasan ASEAN. Jalur tersebut akan memiliki akses melalui darat dan laut Indonesia. Konsekuensinya adalah wilayah Indonesia akan menjadi sarana bagi keluar/masuknya transportasi perdagangan di kawasan ASEAN. Mengingat kawasan perbatasan adalah kawasan strategis dalam menjaga integritas wilayah negara, maka diperlukan juga pengaturan secara khusus. 7 Pengaturan batas-batas wilayah negara tersebut dimaksudkan agar memberikan kepastian hukum mengenai ruang lingkup wilayah negara, kewenangan pengelolaan wilayah negara, serta hak-hak berdaulat negara. Saat ini Indonesia telah tergabung dalam ASEAN Political and Security Community, yang implementasinya diatur dalam Annex 1 ASEAN Charter dengan mengagendakan pertemuan Menteri Pertahanan se-asean (ASEAN Defence Ministers Meeting-Plus) guna membahas tentang keamanan regional secara komperhensif salah satunya di bidang maritim. Dengan demikian Indonesia harus meningkatkan kewaspadaannya, mengingat pengalaman masa lalu dalam sengketa wilayah Pulau Sipadan dan Ligitan yang telah diputuskan oleh Mahkamah Internasional pada tanggal 6 Hadiwijoyo, Suryo Sakti., 2012, Aspek Hukum Wilayah Negara Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm. v. 7 Ibid, hlm. 54. 3

17 Desember 2002 sebagai milik Malaysia, sehingga mengakibatkan batalnya PP No. 38 tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia sebagai peraturan pelaksanaan dari UU No. 6 tahun 1996 tentang Wilayah Perairan Indonesia. 8 2.2.2 Komitmen Indonesia Dalam Upaya Penegakan Yurisdiksi Kedaulatan Terirorial Negara Kesatuan Republik Indonesia Di Kawasan ASEAN Hukum Internasional menghormati peranan penting wilayah negara seperti yang tercermin dalam prinsip penghormatan terhadap integritas dan kedaulatan suatu wilayah negara (territorial integrity and sovereignty) yang dimuat dalam berbagai produk hukum internasional. 9 Dalam upaya penegakan kedaulatan wilayah negara, Indonesia telah membuat UU No. 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara. Hal tersebut juga belum mampu menjamin kepastian hukum dalam pelaksanaan pertahanan di wilayah perbatasan. Meninjau kembali program ASEAN Physical Connectivity, jalur perbatasan yang akan dilewati oleh transportasi perdagangan adalah bagian Barat dan Utara Indonesia. Bagian Barat Indonesia nantinya akan menjadi arus terpadat. Karena pada bagian tersebut terdapat Alur Laut Kepulauan Indonesia I (ALKI I) yang merupakan konsekuensi Indonesia sebagai Archipelagic State berdasarkan Article 53 UNCLOS. 10 Jalur ini melewati beberapa wilayah perbatasan seperti Selat Malaka dan Laut Natuna, yang sebagian merupakan daerah perairan Provinsi Kepulauan Riau. Banyak dari pulau tersebut yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Indonesia di kawasan ASEAN seperti Pulau Nipah dan Pulau Sekatung yang berbatasan langsung dengan Singapura dan Vietnam. 11 Kondisi perbatasan di wilayah Utara Indonesia juga perlu mendapatkan perhatian lebih. Khususnya adalah Pulau Miangas yang terletak di bagian Utara Provinsi Sulawesi Utara, yang berbatasan langsung dengan Pulau Mindanau Filipina. Karena selama ini Filipina belum mengakui wilayah Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia dan masih mengacu Republican Act No. 3046 yang kemudian dicantumkan ke dalam konstitusi barunya pada tahun 1973. 12 Sedangkan Indonesia mengacu kepada aturan UNCLOS 1982. Hal tersebut sangat penting mengingat bagian Utara Indonesia nantinya akan digunakan sebagai Maritime Transport dalam pencapaian ASEAN Connectivity. 8 Dam, Syamsumar., 2010, Politik Kelautan, Bumi Aksara, Jakarta, hlm. 59. 9 Hadiwijoyo, Suryo Sakti., op.cit, hlm.1. 10 Tirtamulia, Tjondro., 2011, Zona-Zona Laut UNCLOS, Brilian Internasional, Surabaya, hlm. 40. 11 Manuputy, Alma, et. Al, 2008, Hukum Internasional, Rech-Ta, Depok, hlm.96. 12 Tirtamulia, Tjondro, loc.cit. 4

Oleh karena itu, Indonesia harus berkomitmen tegas untuk tetap menjaga yurisdiksi teritorial wilayah negara dalam pembangunan serta pencapaian ASEAN Physical Connectivity. Dengan ditegakkannya kedaulatan Indonesia sebagai suatu negara yang tergabung dalam ASEAN, niscaya negara-negara anggota ASEAN lainnya akan menghormati dan menghargai Indonesia sebagai Bangsa yang besar, demi mewujudkan cita-cita Bangsa yaitu Indonesia Jaya Indonesia Raya. III. KESIMPULAN Dari pembahasan tersebut, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1) Konsekuensi hukum yang harus diterima Indonesia terhadap ASEAN Community demi pencapaian ASEAN Physical Connectivity adalah penetapan wilayah bagian Barat dan Utara Indonesia sebagai area pembangunan infrasrtuktur serta jalur transportasi perdagangan di kawasan ASEAN. 2) Upaya penegakan hukum yang dapat dilakukan Indonesia dalam menjaga kedaulatan teritorial negara adalah melakukan pengawasan secara komprehensif di wilayah perbatasan kawasan regional, serta menjaga keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan melakukan pengamanan terpadu dan pengembangan secara sinergis di pulau-pulau terluar Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Dam, Syamsumar, 2010, Politik Kelautan, Bumi Aksara, Jakarta. Hadiwijoyo, Suryo Sakti, 2012, Aspek Hukum Wilayah Negara Indonesia, Graha Ilmu, Yogyakarta. Manuputy, Alma, et. Al, 2008, Hukum Internasional, Rech-Ta, Depok. Setiawan, Bonnie, 2010, Bahaya Perdagangan Bebas ASEAN, Institut for Global Justice, Jakarta. Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2010, Penelitian Hukum Normatif, Rajawali Pers, Jakarta. Tirtamulya, Tjondro, 2011, Zona-Zona Laut UNCLOS, Brilian Internasional, Surabaya. Instrumen Hukum Internasional : ASEAN Charter Master Plan on ASEAN Connectivity United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) 1982 Peraturan Perundang-Undangan : Undang-Undang Nomor 6 tahun 1996 tentang Wilayah Perairan Indonesia Undang-Undang Nomor 43 tahun 2008 tentang Wilayah Negara Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2002 tentang Daftar Koordinat Geografis Titik Titik Garis Pangkal Kepulauan Indonesia Internet : http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=603, (diakses pada hari Senin, 10 Maret 2014) 5