BAB II KAJIAN TEORI. pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi. rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh pengeluaran daerah itu. Pendapatan daerah itu bisa berupa

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Daerah (PAD), khususnya penerimaan pajak-pajak daerah (Saragih,

LANDASAN TEORI Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 tahun 2011 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS Sumber Penerimaan Daerah dalam Pelaksanaan Desentralisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah satu instrumen kebijakan yang dipakai sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah salah satu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan suatu daerah otonom dapat berkembang sesuai dengan kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berkaitan dengan variabel yang digunakan. Selain itu akan dikemukakan hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. mendasari otonomi daerah adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB II KAJIAN TEORITIS. Menurut Mardiasmo (2002: 132), pendapatan asli daerah adalah

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Merangin. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dikelola dengan baik dan benar untuk mendapatkan hasil yang maksimal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB III KONTRIBUSI PENDAPATAN PAJAK PARKIR TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Daerah. Penjelasan selengkapnya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Anggaran menurut Yuwono (2005:27) adalah rencana terinci yang

BAB II TINJAUAN TENTANG PEMERINTAH DAERAH DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

PEMUTAKHIRAN DATA PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DIREKTORAT PENDAPATAN DAERAH DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Belanja Pemeliharaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Mamesah dalam Halim (2007), keuangan daerah daoat diartikan

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71 Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat adil dan makmur sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar pembangunan tersebut dibutuhkan dana yang cukup besar.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

APBD KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN ) Target dan Realisasi Pendapatan

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan kesempatan serta keleluasaan kepada daerah untuk menggali

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 3 SERI E

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEBIJAKAN LRA A. TUJUAN

Keuangan Kabupaten Karanganyar

Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB II LANDASAN TEORI. untuk pengeluran umum (Mardiasmo, 2011; 1). menutup pengeluaran-pengeluaran umum (Ilyas&Burton, 2010 ; 6).

RINCIAN PENDAPATAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

yang tidak perlu, mendorong kemampuan prakarsa dan kreativitas pemerintah daerah dan masyarakat daerah dalam mengejar kesejahteraan, walau dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2016 PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Peran pemerintah daerah semakin meningkat dengan adanya kebijakan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan Atas Laporan Penerimaan Dan Pengeluaran Kegiatan APBD Pada Dinas Pertanian, Tanaman Dan Pangan Provinsi Jawa Barat

REPUBLIK INDONESIA SURVEI STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ( REALISASI APBD 2012 ) PERHATIAN

-1- KEBIJAKAN AKUNTANSI PENDAPATAN-LRA, BELANJA, TRANSFER DAN PEMBIAYAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

SURVEI STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ( REALISASI APBD 2014 )

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG POKOK POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Tanjung (2012: 89) berpendapat Anggaran merupakan pedoman tindakan yang akan dilaksanakan pemerintah meliputi rencana pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan yang diukur dalam satuan rupiah dalam satuan rupiah, yang disusun menurut klasifikasi tertentu secara sistematis untuk suatu periode. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 anggaran pendapatan dan belanja daerah adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. Anggaran merupakan artikulasi dari hasil perumusan dan strategi dan perencanaan strategik yang dibuat. Anggaran pendapatan dan belanja daerah berdasarkan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006, tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah pasal 15 ayat 3 berbunyi APBD mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi distribusi dan stabilisasi. APBD menggambarkan segala bentuk kegiatan pemerintah daerah dalam mencari sumber-sumber penerimaan dan kemudian bagaimana dana-dana tersebut digunakan untuk mencapai tujuan pemerintah dalam kurun waktu satu tahun. 10

11 Mahsun, dkk (2012: 65) berpendapat jenis anggaran sektor publik dibagi menjadi yaitu: 1) Anggaran operasional, yaitu anggaran yang berisi rencana kebutuhan sehari-hari oleh pemerintah pusat/daerah untuk menjalankan kegiatan pemerintahan. 2) Anggaran modal/investasi, merupakan anggaran yang berisi rencana jangka panjang seperti Gedung, peralatan Kantor. Asas umum pengelolaan keuangan daerah sebagaimana dalam Undang-Undang No. 33 tahun 2004 menyatakan pengelolaan keuangan daerah dikelola dengan tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatuhan dan manfaat untuk masyarakat. Maka dari itu anggaran pendapatan pendapatan dan belanja daerah agar dapat memberikan konstribusi positif. 2.2 Pendapatan Asli Daerah Amanat Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004, pendapatan asli daerah merupakan sumber penerimaan daerah asli yang digalih di daerah tersebut untuk digunakan sebagai modal dasar pemerintah daerah dalam membiayai pembangunan dan usaha-usaha daerah untuk memperkecil ketergantungan dana dari pemerintah pusat. Pendapatan daerah merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih yang telah dikelola.

12 Menurut Halim & Kusufi (2012: 101) pendapatan asli daerah merupakan semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan daerah dalam kerangka APBD/APBN merupakan elemen penting bagi kemampuan pemerintah daerah dalam melakukan kontrol terhadap alokasi sumber daya. Darise (2009: 48) mengemukakan pendapatan asli daerah yang selanjutnya disingkat PAD adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pendapatan asli daerah yang merupakan sumber penerimaan daerah sendiri perlu terus ditingkatkan agar dapat menanggung sebagian beban belanja yang diperlukan untuk penyelenggaraan pemerintahan dan kegiatan pembangunan yang setiap tahun meningkat sehingga kemandirian otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab dapat dilaksanakan. Untuk mengetahui potensi sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD), ada beberapa hal yang perlu diperhatikan (Simanjuntak, 2001) dalam Ladjin (2008) antara lain: 1) Kondisi awal suatu daerah. Kondisi ini tergantung pada Keadaan struktur ekonomi dan sosial suatu daerah 2) Kemampuan masyarakat dalam membayar segala pungutanpungutan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah.

13 Berdasarkan Undang-Undang No. 28 tahun 2009 dikatakan bahwa provinsi maupun kabupaten/kota diberi kewenangan melakukan pungutan-pungutan baru selain yang telah ditetapkan dalam Undang- Undang tersebut, upaya meningkatkan pendapatan asli daerah. Penetapan peraturan daerah diberi penegasan untuk menyesuaikan tingkat kemampuan ekonomi dan dilarang menetapkan peraturan daerah tentang pendapatan yang menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar daerah, dan kegiatan ekspor/impor. Menurut Amri (2012: 28) dalam Halim & Ikbal (2012) beberapa hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan, antara lain: 1) Meningkatkan basis data untuk mengidentifikasi kembali semua wajib pajak 2) Menggiring wajib pajak untuk lebih taat membayar pajak dan retribusi melalui kegiatan penyuluhan dan sosialisasi atau memberikan reward kepada wajib pajak yang taat 3) Perbaikan sistem akuntansi dalam proses penerimaan pendapatan, sebab sangat rawan kebocoran pada dinas-dinas terkait 4) Meningkatkan sumber daya pegawai di dinas yang berhubungan dengan pendapatan untuk memaksimalkan kinerja mereka. Ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 yang merupakan sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD) terdiri dari: 1) Pajak daerah, 2) Retribusi daerah, 3) Hasil pengelolaan kekayaan alam yang dipisahkan, 4) Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

14 2.2.1 Pajak Daerah Berdasarkan Undang Undang Nomor 28 tahun 2009 bahwa pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat. Pemerintah daerah mempunyai hak untuk mengenakan pungutan kepada masyarakat, hal ini berdasarkan UUD Republik Indonesia tahun 1945 pasal 23 A menetapkan pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang undang. Menurut pasal 1 ayat 1 peraturan pemerintah RI Nomor 65 tahun 2001 tentang pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Keberadaan pajak daerah harus ditentukan target yang diperoleh pada setiap tahunnya, yang bertujuan untuk memaksimalkan realisasi penerimaan pajak daerah itu sendiri

15 karena pajak daerah akan optimal ssebagai konstribusi PAD apabila realisasinya dapat melebihi target yang ditentukan (Fitriyani, 2013). Pajak daerah terbagi menjadi 2 (dua) yaitu pajak yang dipungut oleh provinsi dan pajak yang dipungut oleh kabupaten/kota. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 pajak yang dikelola pemerintah provinsi terdiri dari: 1) Pajak kendaraan bermotor Pajak Kendaraan Bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor. 2) Bea balik nama kendaraan bermotor Pajak bea balik nama merupakan atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian dua pihak atau sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan kedalam badan usaha. 3) Pajak bahan bakar kendaraan bermotor Pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah pajak atas penggunaan bahan bakar kendaraan bermotor. 4) Pajak air permukaan Pajak air permukaan adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air permukaan. Air permukaan

16 adalah semua air yang ada di permukaan, tidak termasuk air laut, baik yang berada di laut maupun di darat. 5) Pajak rokok Pajak rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh pemerintah. Tanjung (2012: 104) menjelaskan akun pendapatan pajak daerah digunakan untuk mencatat pendapatan yang berasal dari pajak daerah Kabupaten/Kota yang ditetapkan sesuai dengan peraturan daerah dan dapat dipungut serta disetorkan ke kas daerah dalam tahun anggaran berjalan seperti dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13/2006, yaitu: 1) Pajak hotel Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 1 butir 20 dan 21, Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia penginapan/peristrahatan yang mencakup motel, wisma pariwisata, dan lain-lain. 2) Pajak restoran Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah tempat penyedia makanan atau minum.

17 3) Pajak hiburan Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah segala tempat keramaian yang dinikmati dengan biaya. 4) Pajak reklame Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Sedangkan reklame sendiri adalah suatu media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial. 5) Pajak penerangan jalan Pajak penerangan jalan (PPJ) adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. 6) Pajak mineral bukan logam dan bebatuan Pajak mineral bukan logam dan bebatuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan bukan logam an bebatuan, baik dari sumber alam di dalam permukaan atau diluar permukaan bumi untuk dimanfaatkan. Pajak mineral dan bebatuan adalah pengganti dari pajak pengambilan bahan pengambilan Golongan C sesuai yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 dan UU Nomor 34 Tahun 2000.

18 7) Pajak parkir Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. 8) Pajak air bawah tanah Pajak air bawah tanah adalah pajak ataas pengambilan dan atau pemanfaatan air tanah. Air bawah tanah diartikan sebagai air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah permukaan tanah. 9) Pajak sarang burung walet Pajak sarang burung walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atau pengusahaan sarang burung walet. Pajak sarang burung walet merupakan jenis pajak kabupaten/kota yang baru diterapkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. 10) Pajak bumi dan bangunan perkotaan dan pedesaan Pajak bumi dan bangunan disingkat PBB di perkotaan dan pedesaan adalah pajak atas bumi dan bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan perkebunan, perhutanan dan pertambangan.

19 11) Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan Bea perolehan hak atas tanah dan bangunan disingkat BPHTB adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan bangunan oleh orang pribadi atau badan. Kesadaran yang tinggi dalam melakukan pembayaran pajak akan menjadikan menunjang program pembangunan pemerintah karena pajak program dapat terbantu dan hendaknya penerimaan pendapatan yang dikelola oleh pemerintah terutama pajak daerah seluruhnya untuk kepentingan daerah. 2.2.2 Retribusi Daerah Retribusi daerah, yang selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan (UU Nomor 28 Tahun 2009). Retribusi daerah sebagaimana halnya pajak daerah merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah, diharapkan menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan daerah oleh pemerintah untuk meningkatkan dan memajukan kesejahteraan hidup masyarakat.

20 Pernyataan Siahaan (2005: 5) dalam Sinaga (2009) Retribusi adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi penduduknya secara perorangan. Jasa tersebut dapat dikatakan bersifat langsung, yaitu hanya yang membayar retribusi yang menikmati balas jasa dari negara. Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2009 retribusi terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu: 1) Retribusi jasa umum Retribusi jasa umum adalah retribusi atau jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jenis-jenis retribusi umum meliputi pelayanan kesehatan, persampahan, biaya cetak KTP & akta catatan sipil, pemakaman, parkir, pasar, pengujian kendaraan bermotor, pemeriksaan alat pemadam kebakaran, penggantian biaya cetak peta, penyedotan kakus, pengolahan limbah cair, pelayanan tera ulang, pelayanan pendidikan, pengendalian menara telekomunikasi. 2) Retribusi jasa usaha Retribusi jasa usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip

21 komersial, karena pada dasarnya jasa tersebut dapat disediakan oleh swasta, meliputi pemberian pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal. Retribusi jasa usaha meliputi pemakaian kekayaan daerah, pasar grosir/toko dan lain-lain. 3) Retribusi perizinan tertentu Retribusi perizinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengatran, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum, dan menjaga kelestarian lingkungan. Retribusi perizinan tertentu terdiri dari izin tempat penjualan minimuman berlkohol, izin gangguan, izin trayek, izin usaha perikanan (Rivai, 2013). 2.2.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Yang Dipisahkan Untuk mencukupi kebutuhan pembiayaan rumah tangga daerah yang relatif cukup besar, maka kepada daerah juga diberikan sumber-sumber pendapatan berupa hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sesuai dengan aturan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Pengelolaan

22 kekayaan daerah tersebut berasal dari perusahaan daerah yang didirikan berdasarkan Undang-Undang yang modal seluruhnya atau sebagian merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan. Hasil perusahaan milik Daerah dan hasil pengelolaan kekayaan Daerah lainnya yang dipisahkan. Yang termasuk dalam jenis pendapatan ini yaitu deviden atau bagian laba yang diperoleh oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang dibagikan bagi pemegang saham, dalam hal ini merupakan pendapatan bagi Pemerintah daerah Pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan menurut Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 pasal 26 terdiri dari: 1) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/bumd; 2) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/bumn; dan 3) Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat. 2.2.4 Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 pasal 26 ayat 4, berbunyi lain lain PAD yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, disediakan untuk

23 menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam jenis pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. Jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah terdiri dari: 1) Hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan, 2) Hasil pemanfaatan atau pendayagunaan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, 3) Jasa giro, 4) Bunga deposito, 5) Penerimaan atas tuntutan ganti rugi dan 6) penerimaan komisi atau potongan maupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah serta keuntungan dari selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. 2.3 Belanja Daerah Pesatnya pembangunan daerah yang menyangkut perkembangan kegiatan fiskal yang membutuhkan alokasi dana dari pemerintah daerah mengakibatkan pembiayaan pada pos belanja yang terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan membutuhkan tersedianya dana yang besar pula untuk kegiatan tersebut. Belanja daerah merupakan pengalokasian dana yang harus dilakukan secara efektif dan efisien, dimana belanja daerah menjadi tolak ukur keberhasilan pelaksanaan kewenangan daerah (Setiawan, 2010).

24 Berlandaskan dari Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2006 bahwa belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Untuk meningkatkan belanja daerah maka perlu ditingkatkan pendapatan asli daerah yang dimiliki serta perlunya rencana keuangan jangka panjang yang mengacu pada efisiensi dan efektivitas program dan perencanaan,dengan memperhatikan sumber dana yang terbatas dan disisi lain pengeluaran yang harus dibiayai semakin besar. Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksaan urusan pemerintah yang menjadi kewenangan Provinsi atau Kabupaten/Kota yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan yang ditetapkan dengan ketentuan perundang-undangan. Dalam penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan serta usaha mengembangkan sistem jaminan sosial. Menurut Mahsun (2012: 97) alokasi belanja daerah terdiri dari dua komponen utama yaitu:

25 1) Belanja tidak langsung Belanja tidak langsung dapat dikatakan belanja yang dianggarkan daerah terkait secara tidak langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan daerah. Adapun Belanja tidak langsung antara lain: a. Belanja pegawai merupakan belanja kompensasi, dalam bentuk gaji dan tunjangan, serta penghasilan lainnya yang diberikan kepada pegawai negeri sipil yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. b. Belanja bunga merupakan belanja untuk pembayaran bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang (principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. c. Belanja subsidi merupakan belanja untuk bantuan biaya produksi kepada perusahaan/lembaga tertentu agar harga jual produksi/jasa yang dihasilkan dapat terjangkau oleh masyarakat banyak. d. Belanja hibah merupakan belanja untuk pemberian hibah dalam bentuk uang, barang, dan/atau jasa kepada pemerintah atau pemerintah daerah lainnya, dan kelompok masyarakat/perorangan yang secara spesifik telah ditetapkan peruntukannya. e. Bantuan sosial merupakan belanja untuk pemberian bantuan dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat.

26 f. Belanja bagi hasil merupakan belanja untuk dana bagi hasil yang bersumber dari pendapatan provinsi kepada Kabupaten/kota kepada pemerintah desa atau pendapatan pemerintah daerah tertentu kepada pemerintah daerah lainnya sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. g. Bantuan keuangan merupakan belanja untuk bantuan keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada kabupaten/kota kepada pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan. h. Belanja tidak terduga merupakan belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun sebelumnya yang telah ditutup. 2) Belanja langsung Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan daerah. Adapun Belanja langsung terdiri atas: a. Belanja pegawai, yaitu pengeluaran honor/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah

27 b. Belanja barang dan jasa merupakan pengeluaran pembelian/pengadaan barang jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 1 (satu) tahun atau pemakaian jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah c. Belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukakan yang dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap berwujud yang memiliki nilai manfaat lebih dari 1 (satu) tahun untuk digunakan dalam pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan, mesin, gedung, bangunan dan jalan, irigasi, jaringan dan aset tetap lainnya. Nilai pembelian/pengadaan dan pembangunan aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam belanja modal daerah hanya sebesar harga beli/bangun aset. Belanja modal memiliki peranan penting karena memiliki masa manfaat jangka panjang untuk memberikan pelayanan kepada publik. Sehingga pemerintah pusat sebaiknya memberikan kegiatan atau program yang lebih banyak kepada pemerintah daerah agar program tersebut dapat mensejahterakan dan memajukan pemerintah daerah (Nuarisa, 2013). 2.4 Pembiayaan Daerah Mahsun, dkk (2012: 99) mengatakan transaksi pembiayaan daerah meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun

28 anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah meliputi semua transaski keuangan untuk menutup defisit atau untuk memanfaatkan surplus yang dirinci menurut urusan pemerintah daerah (Darise, 2008: 142). Jenis-jenis pembiayaan daerah terdiri dari: 1) Penerimaan pembiayaan, semua penerimaan yang ditujukan untuk menutup defisit APBD mencakup: a. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya (SiLPA) b. Pencairan dana cadangan c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan d. Penerimaan pinjaman daerah e. Penerimaan kembali pemberian pinjaman, dan f. Penerimaan piutang daerah. 2) Pengeluaran pembiayaan, semua pengeluaran yang ditujukan untuk menfaatkan surplus APBD mencakup: a. Pembentukan dana cadangan b. Penerimaan modal (investasi) pemerintah daerah c. Pembayaran pokok utang, dan d. Pemberian pinjaman daerah 2.5 Kajian Penelitian yang relevan Penelitian yang berkaitan dengan PAD terhadap alokasi belanja daerah telah banyak dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Penelitian ini

29 mendapatkan ide dan pengetahuan dari penelitian terdahulu antara lain Panggabean, (2009) dengan judul penelitian pengaruh pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah di Kabupaten/Kota Tamosir. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa secara simultan pajak daerah, retribusi daerah, dan Lain-lain pendapatan daerah yang sah berpengaruh positif terhadap belanja daerah di Kabupaten Toba Tamosir dan secara parsial pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah berpengaruh positif terhadap alokasi belanja daerah Kabupaten Kota Tamosir. Peneliti juga melakukan penelitian lebih jauh tentang pendapatan asli daerah sesuai penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu yang telah dilakukan Rahmawaty, (2010) dengan judul penelitian pengaruh pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum terhadap alokasi belanja daerah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap belanja daerah. Penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu disalah satu variabel penelitiannya tentang pendapatan asli daerah yang diteliti oleh Ardhani (2011), judul penelitian pengaruh pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana alokasi khusus, dana alokasi umum terhadap belanja modal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus berpengaruh positif terhadap anggaran belanja modal.

30 Penelitian lebih jauh mengenai penerimaan pendapatan asli daerah kaitanya terhadap belanja daerah yakni penelitian yang dilakukan Nungraeni, (2011) judul penelitian analisis pengaruh dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan pendapatan asli daerah terhadap prediksi belanja daerah pada pemerintah daerah Kabupaten/Kota di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DAU, DAK dan PAD berpengaruh terhadap belanja daerah dengan lag 1 tahun. Hasil penelitian membuktikkan dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan pendapatan asli daerah merupakan faktor yang signifikan terhadap APBD pemerintah daerah Kabupaten/Kota di Indonesia. Penelitian lain yaitu Rivai, (2013) dengan judul penelitian pengaruh pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus terhadap belanja daerah pada pemerintah daerah Provinsi Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan pengujian statistik diperoleh PAD, DAU dan DAK berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan jumlah belanja daerah di Provinsi Gorontalo. Penelitian lainnya yang berkaitan tentang PAD yang diteliti oleh Fitriyani (2013), judul penelitian pengaruh pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah Kabupaten Boalemo studi kasus Kantor Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Hasil penelitiannya membuktikan pendapatan asli daerah mempengaruhi 57,7% variasi perubahan alokasi jumlah belanja daerah Kabupaten Boalemo selama

31 Tahun 2007-2012 sedangkan sisanya sebesar 42,3% perubahan alokasi belanja daerah Kabupaten Boalemo dipengaruhi variabel lain. Penelitian yang relevan di atas, dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 3: Kajian Penelitian Yang Relevan NAMA PENELITI JUDUL PENELITIAN HASIL PENELITIAN Panggabean (2009) Pengaruh pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah Kabupaten Tamosir Secara simultan dan parsial pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain PAD yang sah berpengaruh positif Rahmawaty (2010) Pengaruh pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum terhadap alokasi belanja daerah Ardhani (2011) Pengaruh pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana alokasi khusus, dana alokasi umum terhadap belanja modal Rivai (2013) Pengaruh pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus terhadap belanja daerah pada pemerintah daerah Provinsi Gorontalo Fitriyani (2013) Pengaruh pendapatan asli daerah terhadap belanja daerah Kabupaten Boalemo studi kasus Kantor Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Sumber: Data Olahan, 2014 Pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap belanja daerah. Pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus berpengaruh positif terhadap anggaran belanja modal. PAD, DAU dan DAK berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan jumlah belanja Daerah di Provinsi Gorontalo. Pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap belanja daerah. Pendapatan asli daerah mempengaruhi 57,7% variasi perubahan alokasi jumlah belanja daerah Kabupaten Boalemo selama tahun 2007-2012 sedangkan sisanya sebesar 42,3% perubahan alokasi belanja daerah Kabupaten Boalemo dipengaruhi variabel lain.

32 2.6 Kerangka Berpikir Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 dinyatakan bahwa penyelenggaraan tugas pemerintah daerah dibiayai melalui APBD. Anggaran daerah adalah suatu rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. Anggaran merupakan artikulasi dari hasil perumusan dan strategi dan perencanaan strategik yang dibuat. Pendapatan daerah adalah hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambahan nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 pendapatan daerah bersumber dari pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan pendapatan asli daerah. Belanja daerah adalah semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran. Belanja daerah terdiri atas: belanja langsung dan belanja tidak langsung. Penelitian ini merupakan suatu kajian yang berangkat dari berbagai konsep teori dan kajian penelitian yang mendahuluinya. Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana hubungan teori dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah penting.

Berdasarkan uraian di atas dapat digambarkan kerangka pemikiran seperti pada gambar berikut: 33 Permasalahan Penelitian Berdasarkan Fenomena dan Kesediaan Teoritis serta studi empiris tentang penerimaan pendapatan asli daerah, dan alokasi belanja daerah di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul penelitian Pengaruh penerimaan PAD terhadap alokasi belanja daerah pada pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Dasar Teori Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan (Darise, 2009: 48). Alokasi belanja daerah terdiri dari dua komponen utama yaitu: 1) Belanja langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan daerah. 2) Belanja tidak langsung dapat dikatakan belanja yang dianggarkan daerah terkait secara tidak langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan daerah (Mahsun, 2012: 97). Penelitian Terdahulu 1. Panggabean (2009), hasil penelitian secara simultan dan parsial pajak daerah, retribusi daerah, dan lain-lain PAD yang sah berpengaruh positif. 2. Rahmawaty (2010), hasil penelitian pendapatan asli daerah dan dana alokasi umum berpengaruh positif terhadap belanja daerah. 3. Ardhani (2011), hasil penelitian Pertumbuhan ekonomi, pendapatan asli daerah, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus berpengaruh positif terhadap anggaran belanja modal. 4. Rivai (2013), hasil penelitian PAD, DAU dan DAK berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan jumlah belanja daerah di Provinsi Gorontalo. 5. Fitriyani (2013), hasil penelitian menunjukkan pendapatan asli darah berpengaruh terhadap belanja daerah Kabupaten Boalemo. Diduga penerimaan pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap alokasi belanja daerah di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Penerimaan PAD Alokasi belanja daerah Gambar 1: Kerangka Pemikiran

34 2.7 Hipotesis Penelitian Hipotesis bisa didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis diantara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Sugiyono, (2009: 96) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang ingin dibangun oleh peneliti dalam penelitian ini adalah penerimaan pendapatan asli daerah berpengaruh terhadap alokasi belanja daerah pada pemerintah Kabupaten Bolaang Mongondow Utara.